Anda di halaman 1dari 117
Bahan Perkuliahan Tata Busana Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FPTK IKI Yoayakarta Olete: Widjiningsih dick Dosen Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEIURUAN INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YOGYAKARTA 1994 Dibiayai dengan dana P27 IkIP Yogyakarta Tahun Anggaran 1994/1995 SK Pimpro No. 02 4/PT27/94/95, PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa yang telah melimpahkan segela rahmat dan karunia-Nya se- hingga kami biea menyelesaikan tugas dalam menulis diktat ini. Diktat ini dapat selesai karena adanya bantusn pi kiran, tenaga dan dana dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini perkenankanlah kami selaku penulis meng- ucapkan terima kacih kepada yang terhormat 1. Bapak Drs. Djemari Mardapi, M.Pd., Ph.D., selaku Dekan FPTK IKIP Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menulis diktat. ry Bapak Pimpinan P2T IKIP Yogyakarta yang telah membia- yai dalam penulisan diktat ini. 3. Rekan-rekan yang telah membantu terlaksananya penulis- an diktat ini. Penulis menyadari bahwa ditat ini masih kurang sen purna, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca yang konstruktif sangat diharapkan. Kami berharap semoga diktet ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Yogyakarta, November 1994 Penulis, 1. Dra. Widjiningsih 2. Dra. Sri Wisdiati 3. Dra. Enny Zuhni Khayati DAFTAR IST PENGANTAR. DAFTAR ISI PENDAHULUAN. POLA KONSTRUKSI CARA MENGAMBIL UKURAN LATIHAN PENGETAHUAN POLA KONSTRUKSI. POLA BADAN. . LATIHAN POLA BADAN. . LENGAN LATIHAN POLA LENGAN. KERAH... arr LATIHAN POLA KERAH. . ROK. . CELANA PANJANG WANITA LATIHAN POLA ROK, KULOT DAN CELANA PANJANG. MENGUBAH MODEL BUSANA, LATIHAN MENGUBAH MODEL, GEREDING DAN MEMBESARKAN/MENGECILKAN POLA LATIHAN GEREDING ab 101 102 112 PENDAHULUAN Mahasiewa progyam studi Tata Busana Jurusan Pendi- dikan Kesejahteraan Keluarga diharapkan memiliki keahlian dalam membuat berbagai macam dan model busana. Baik ti- daknya busana yang dihasilkan tidak akan lepas dari kon- strukei pola bueana yang telah dibuatnya. Oleh karena itu mahasiswa harus memiliki pemahaman yang baik dalam kon- strukei pola busane, mengingat berbagai mata kuliah yang berkaitan dengan pembuatan busana tidak akan lepas dari konstrukei polanya. Pola busana terdiri dari beberapa bagian yaitu pola badan (blus), lengen kerah serta rok, kulot dan celana, yang masing-masing dapat diubah sesuai dengan model yang dikehendaki. Mengingat bentuk badan kadang-kadang berubah baik bertambah gemuk maupunkurus maka perlu juga penge~ tahuan ‘tentang gereding “M¢menbecarkan dan mengeciikan pola-Supaya busana yang dihasilkan baik maka pengambilan ukuran haruslah dilakukan secara tepat dan benar Pola badan adalah pola bagian atas (blus) yang bia~ sanya dapat dibuat pola dasarnya dari berbagai sistem sesuai dengan kesenangan ataupun bentuk badan seseorang serta model busana yang akan dibuat. Pola lengan di sini terdiri dari berbagai cara dalam mengkonstrukeinya yang dapat dikembangkan sesuai model yang diinginkan. Pola kerah dibuat dengan berbagai bentuk kerah, baik kerah yang menyatu dengen badan maupun kerah yang dipa~ eangkan. Pola rok disajikan dengan pengembangan yang bisa menjadi kulot. Konstrukei pola celana panjang dikembang- kan pula dengan beberapa cara. Dari berbagai pola dasar bagian-bagian bueana, ke~ mdian dikemukakan berbagai cara mengubsh model busana baik berupa rok, blus, gaun dan sebagainya. 8 Gereding dan membesarkan serta mengecilkan pola dianggap perlu karena dari pola yang sudah ada seseorang bisa mengubah dengan membesarkan atau mengecilkan serta memanjangkan atau memendekkan pola sesuai kebutuhan. Demikian garis besar isi dari diktat ini. POLA KONSTRUKSE Manusia memiliki kebutuhan pokok, salah satu kebu- tuhan tersebut adalah busana (pakaian), baik busana untuk anak-anak maupun orang dewasa. Busana yang macam-macam modelnya dibuat dengan menggunakan pola busana. Pola bu- sana dapat dibuat dengan dua cara yaitu secara draping dan secara konstruksi. ail Draping adalah cara mepbpuat polaataupun busana de- ngan meletalkan, kentas tela/ /sédémikian rupa di ates badan seseorang!vene: akan Gibuatkan busananya mulai dari tengah muka! menvju ke sici”dengan bantuan jarum’ pentul!' Untuk memperoleh bentuk yang sesuai dengan bentuk badan diberi- kan lipatan (lipit bentuk/lipit pantas). Lipit bentuk ini terjadi karena adanya perbedaan ukuran antera lingkaran yang besar dengan yang kecil, misalnya lipit bentuk di bawah bush dada, sisi ataupun bahu, juga pada bagian be- lakang badan yaitu pada pinggang, panggul dan bahu. Drap- ing ini hanya dapat dikerjakan untuk orang lain, dan banyak dilakukan sebelum pola konstruksi berkembang. Ji- plakan bentuk badan pada draping dapat menjadi pola dasar busana ataupun pola busana. Berdasarkan prinsip-prinsip draping dan berkembang- nya pengetahuan pembuatan pola maka terciptalah pola kon- struksi di mana pembuat pola dapat membuat pola untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Pola. konstrukei membuatnys tergantung pada sistem menggambar pola yang digunakan serta berhubungan erat dengan ukuran-ukuran yang diambil. Setiap sistem pada konetrukei pola mempu- nyai cara-cara sendiri dan masing-masing mempunyai kele- bihan dan kekurangannya. Dengan demikian pola konstruks: adalah pola yang dibuat berdasarkan ukuran dari bagian- agian hadan yang diperhitungkan secara matematis dan aigamber pada kertas sehingga tergambar bentuk badan mke den belakang, rok, lengan, kerah, dan sebagainya. Pola konstruksi dapat dibuat untuk semua jenis bentuk badan s dengan berbagai perbandingan sehingga untuk memperoleh pola konetrukei yang baik harus di masai. 1. Cara pengambilan macem-macam ukuran secara cermat dan tepat dengan menggunakan ban peter sebagai alat peno- long sewaktu mengukur dan menggunakan pita pengukur yang kedua permukaannya mempunyai ukuran yang sama (om). 2. Cara menggambar bentuk tertentu seperti garis leher. garis kerung lengan dan yang lain harus lancar (1u- wes). Hal ini biea menggunakan pertolongan penggaris untuk kerung leher, kerung lengan, tinggi pangeul. lingkar bawah rok, dan sebagainya. 3. Perhitungan pecahan dari ukuren yang ada dalam kon- struksi secara cermat dan tepat. Meskipun pola konstrukei dapat dibuat untuk semua bentvk badan, namun tak lepas dari kelebihan dan keku- rangannya. Kelebihan pola konetruksi: 1. Bentuk pola sesuai dengan bentuk badan seseorang. 2. Besar kecilnya lipit bentuk lebih seeuai dengan besar kecilnya buah dada seseorang. 3. Perbandingan bagian-bagian dari model lebih sesuai dengan beear kecilnya bentuk badan si pemakai. Kekurangan pola konstrukei: 1. Menggambarnya tidak mudah. 2. Memerlukan waktu yang lebih lama. 3. Membutuhkan banyak latihan. 4. Harus mengetahui kelemahan dari konstruksi yang dipi- dah. Alat dan tanda dalam menggambar pola busana Alat untuk menggambar pola adalah penggaris lurus, penggaris siku-siku, penggarie kerung leher, kerung le- ngan, panggul, lingkar bawah rok dan yang lain serta alat tulis. Untuk menggambar pola kecil dalam buku pola diperlu- kan skala 1/4, 1/6 atau 1/6 tergantung besar kecilnya L pola serta balpoint/pensii merah biru. Kotak pola harus diatur sedemikian rupa sehingga komposisinya pada bidang halaman baikO¥alannya konetrukei diberi keterangan menu- rut abjad supaya mudah diikuti. Garis tepi pola badan depan diberi warna merah, dan garis tepi pola badan belakang diberi warna biru. Garis tenga muka dan tengsh belakang yang menunjukkan lipatan kain digambar dengan garis titik (— +). Garis perto- longan digambar dengan garis berupa titik-titik (++++++). Avah benang panjang kain pada pola digambar dengan garis panah (<——>). Tanda lipit pada pola digambar dengan bentuk dua garis diagonal berlawanan arah yang bertemu (\/). Bagian pola yang bertumpukan digambar dengan garis zigzag (WA/V/\/). CARA MENGAMBIL UKURAN Dalam mengambil ukuran hendaknya diperhatikan orang yang akan diukur, barang-barang yang dapat menyebabkan ukuran kurang tepat ditanggalkan, blue dalam harus dike- luarkan di atas rok supaya tebal dan mengembungnya blus tidak menambah besarnya pinggang. Sebelum mengambil ukur- an, garis pinggang, badan dan panggul diikat dulu dengan ban peter yang rata sekeliling tubuh supaya ukuran yang diperoleh tepat. Mengambil ukuran dimulai dari bagian muka orang yang diukur kemudian ke bagian belakang. Cara mengambil ukuran badan 1. Lingkar badan (1b) atau beear atas (ba) Divkur sekeliling badan atas yang terbesar, mela- lui puncak dada, ketiak, v { letak sentimeter pada ba- : Ke dan belakang harus datar Wii ' dari ketiak sampai ketiak. TT\ ++ 1 Diukur pas dahulu kemudian ditambah 4 cm atau dieela- kan 4 jari. 2. Lingkar pinggang (1. pi) Diukur sekeliling ping- gang, pas dahulu, kemudian ditambah 1 cm atau disela-~ kan 1 jari. 5. Lingkar leher (11) Lebar muka (1m) Tinggi dada (td) Diukur sekeliling batas leher dengan meletakkan jari telunjuk di lekuk leher. Diukur pada 5 cm di bawah lekuk leher atau perte~ ngahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas le~ ngan yang kanan sampai batas lengan yang kiri. Diukur dari bawah ban pe- ter di pinggang tegak lu- rus ke atas sampai di pun- cak buah dada. 6. 7. Lebar dada (1d) Lebar punggung (1.pu) pungeung (p-pu) (jarak payudara) Diukur jarak dari kedua puncak buah dada. Ukuran ini tergantung dari BH yang dipakai Divkur 9 cm di bawah tu- lang leher yang menonjol atau pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas lengan kiri eampai batas lengan yang kanan Diukur dari tulang leher yang menonjol di tengsh belakang lurus ke bawah eampai di bawah ban peter di pinggang. 9. Lebar bahu (1.bh) Diukur pada batas leher di belakang daun telinga ke puncak lengan atau bahu yang terendah njang sisi (p.se) Diukur dari pinggang ba~ gian sisi sampai ketiak. 11. Ukuran kontrol/uji Diukur dari tengah ping- gang muka menuju bahu te- \ v. / rendah melewati puncak \ LC dada dan berakhir pada \\ / | pinggang tengah belakang. ry I 10 Cara mengambil ukuran lengan i. Lingkar kerung lengan (1k1) Diukur sekeliling lubang lengan, pas dahulu ditam- bah 2 cm jika tanpa le- = ngan, dan ditambahkan 4 cm untuk lubang lengan yang wey Rb akan dipasangkan lengan. 2. Lingkar pangkal lengan (1p1) ~~ aN Diukur sekeliling pangkal lengan. 3. Tinggi kepala lengan (tkl) atau tinggi pun@ak Diukur dari pertengahan lengan sampai tulang le~ ngan atas. qd 4. Panjang lengan Diukur dari bahu terendah sampai panjang lengan yang dikehendaki. Cara mengambil ukuran rok dan kulot 1. Lingkar pinggang diukur seperti yang telah diterangkan pada pola badan 2. Lingkar panggul (1_pa) Divkur sekeliling badan bawah yang terbesar, diu- kur pas kemudian ditambah 4-6 cm. Bila perut yang diukur besar (hamil) maka yang divkur bagian yang lurus dengan perut. 3. Tinggi panggul (t_pa) Diukur dari ban peter ping- gang sampai batas lingkar panggul. 4. Panjang rok \ af VWI 5. Tinggi duduk fT 12 Diukur dari pinggang sam- pai sepanjang yang dike~ hendaki. Diukur dari pinggang sam- pai alas duduk (kursi) di- tambah 3 cm. Untuk kulot dan celana di- perlukan ukuran tinggi duduk. Cara mengambil ukuran celana panjang 1. Lingkar pinggang 2. Lingkar panggul 3. Tinggi panggul 4. Tinggi duduk Keempat ukuran tersebut cara mengukurnya seperti yang telah dijelaskan di atas. ® Lingkar, pesak diukur dari pinggang muka ke bawah (se lakang) campai ke pinggang belakang. Lingkar pesak juga dapat digunakan untuk 6 jmenentukan tinggi duduk yaitu dengan cara lingkar pesak dibagi tiga kemudian 7 ditambah 4 cm 28 Lingkar paha diukur sekeliling paha yang terbesar. 7. Lingkar lutut diukur sekeliling lutut pas sampai 6 cm. 8. Panjang celana atau panjang sisi diukur dari pinggane sampai sebatas panjang celana (mata kaki) atau telapak kaki). 9. Lingkar pipa (lubang kaki) Diukur melalui tumit atau sejumlah yang dikehendaki. Latihan. 1. Apakah pola konstruksi itu. Terangkan pula kelebihan dan kekurangannya Sebut dan jelaskan macam-macam tanda yang biasa digu- nakan dalam konetrukei pola. Ambillah ukuran yang tepat dengan sesama teman untuk: a. Pola badan b. Pola lengan e. Pola rok a. Pola celana panjang Jelaskan cara menentukan tinggi duduk apabila pada ukuran celana tidak ada tinggi duduknya. POLA BADAN Pola Dasar Wanita Sistem JHC Meyneke Skala 1: 4 Ukuran: é | besar atas (ba) qt 4 panjang punggung (pp) a lebar punggung (1p} 4 panjang sisi (p.se) ' panjang make (pm) : Olebar muka (im) « i tingei dada (t.dd) 1° Ib 6 besar kerune leher (b.k.leher) sé besar pinggang (b-ping) 7 © panjang bahu (p.bh) iu besar kerung lengan (b.k1) ukuran vji 2: 15 Keterangan: Badan belakang AB = 1/2 besar atas AC = panjang pungeung AD = 1/2 AB - 2 DE = p.ss 16 CF = aD Cg = 1/4 BF- 1 cc’ = (1/6 L.leher) Co = naik 1 em (C-H) ge’ = 1/2 1.pungeung i = 1 om di luar garis g-g* hubungkan H dan i AA’ = 1/10 l.pinggang - 1 HH = 1/2 p.bahu - 1 hubungkan H’ dengan A‘ ii = 1/2 p.bahu + 1 buat kurung lengan i - E (1/4 bp - 2) - (A= At) ja Badan muke BK = p.muka KL = 1/6 l.leher + 2% IM = 1/6 l.leher + % IN = BD Y NO = 1/3 p.bahu + 1 tarik garis datar 00° MO’ = p.bh, dan titik 0 harus jatuh pada garie datar dari 0 garic MO’ = ditarik terus sampai titik P MM" = 1/2 p.bh - i BB = 1/10 lp hubungkan M’ terus ke Bo Bq = t.dada @ = naik 2, turun 2 KR = turun 4 om aM = aR RR’ # SS" = 1.mk buat garis kerung lengan P-S°-E TT’ = (1/4 bp + 2) - (B- BY) ukur dari B ke P, teruskan dari Z ke A = ukuran uji- Pola Dasar Sistem Charmant Skala 1: 4 Ukuran: lingkar badan lingkar pinggang panjang pungeung lebar punggung panjang sisi lebar muka panjang muka 92 70 37 34 17 om cm om om om om om panjang muka a lebar dada a lebar bahu = ukuran vJi = panjang blus B tinggi dada B 33 om 22 om 13 om 44/84 42 om 17 om 17 lingkar lubang lengan = 42 18 Keterangan Bagian depan dan bagian belakang a-b = % lingkar badan (garis datar) acc = ¥ panjang muka (garis lurus) c-@ = 2% om (ke kanan) d-e panjang muka dari d melalui a ke e d-f = 1/8 dari setengah lingkar badan + 2 cm f-g = 1/8 dari setengah lingkar badan + 1 cm d-g = garie leher g-h = garis bahu e-h = ukuran uji agian I (atau e-h) ai = 8 om i-j = % lebar muka ' b-k = % bagian pertama panjang pungeune k-1 = panjang punggung + % cm l-e* = garis pinggane k-k* = % cm | ken = lebar leher belakeng seharuenya f-¢ kurang 1 com = k-n n-o = lebar bahu o-1 = bagian ke-2 ukuran uji k= tengeh belakane pea = & lebar punggung r-s = garie tengah lurus ke garis pinggang atau garie a-b disiku (lihat gambar) e-t = panjang sisi Mb-k = p kj-q = titik p - dari titik © 1 om ke kiri = 6°, dan we om ke kanan titik y, tarik garie miring 4 cm turun dari titik tet ~ buatlah lubang lengan dari titik h-j-t-q ke o sen- timeter diletakkan melengkung melalui lubang le~ ngan dan ukurlah kembali. 13 dari titik g ke bawah ukur panjangnya blus. Dari, titik g kita ukur ke bawah panjang blus (lurus): g-u, titik u gatuknya dapat pada tiga tempat yai- tu: c Qi dalam garis pingeang * a. b. pada garis pinggang 4 di luar garis pinggang — ¢ Kalau jatubnys @i dalam atau persis pada garis pinggangy titik e tetap. Tetapi kalau jatuhnya di luar, darak itu diukur diperpanjang dapat u-u Tarik garis dari e sampai 6” = garie pinggang muka ee’ sama dengan u-u" p tarik garis dari e sampai s° = garis pinggang muka e’ =.w = tinggi dada wow % lebar dada e’-v = % lebar dada - 1 cm Tarik garis dari v sampai w’ terus ke atas titik h’ (bahu). h’-h sama dengan o-o” e-xt€%& Lingker pinggang + 1% om dikurenaken. et‘sul.-Dari- x garis-ke atas Sampai-w*. i-l’ = e’-v kurangkan 2 em. L dihubungkan dengan Oo. y-z = \% lingkar pinggang kurangkan 1% cm kurang L- y-z + LL’ harus sama dengan % linekaran pinggang - ka. Dari z tarik garis ke atas sampai garis lingkar badan. Pola Dasar Sistem Muhawa lingkar badan Lingkar pinggang % linghar lengan M lingker leher lebar dada atas lebar dada bawah lebar punggung atas lebar punggung bawah panjang dade panjang punggune tinggi dada Qe) spi) 7 leng) = .leh) -da) db) = 34 (1.pua) = 32 (1.pub) an Keterangan bagian muka pola Muhawa ae = bleh: 5 Ac leh: 6 AD = ABH 1 soe DE = lida’: 2-4, fave D-F = 1/3 1.leng F-G = ldb: 2 FH = 7-8 HI= Wb: 4 Bud = pd JK = lpi+ 34a J-L = 1/10 Leb L-Lt = t.d. L-L? (BLS) = 1% om Bagian belakang MN = pp N-0 = AB: 2 O-P = aD P-Q = l.pua: Z QR = CE P-S = DF +2 S-T = l.pub : 2 S-J = FR f-B) UV=ib:4 M-W = j-k M-X = J-L wy (KX?) = 1 em Pola Dasar Sistem Soen badan m Buat garis tegak lurus AJ AB = %lleher + % om. AE = AB + 1 cm Hubungkan titik BE = kerung leher muka BD = lebar bahu. CD turun 3% em AF = % p-punggung + 1% em. EG = GF (G tengah-tengah EF) Dari G dan F tarik garis mendatar ke kanan GH = % L.dada. FJ = % lobadan + 1 em Hubungken titik DHJ = kerung lengan muka FS = IK UM = tinggi puncak. MN = % jarak payudara uO! + O71 = % 1.pinggang + 1 om % p.punggong. JL turun 3 cm Keterengan pola badan belakang JK perpanjang sampai F = % 1.badan Dari F tarik tegak lurus ke atas. FC = p.punggung. CA = 2 om. AB = 1/6 l.leher + % om Hubongkan BC = kerung leher belakang BE = lebar bahu. DE = 5 cm CG = GF = % panjang punggung. CI = turun 8 cm IJ = % l.punggung. GJ = % l.badan - 1 cm Hubungkan EJI = kerung lengan belakang GX = FY = 8 om. XZ = 5 cm = 4 l.pinggang - Lem. K°L turun % cm. Pola Dasar Sistem Dress Making Skala 1: 6 Ukuran: 1. Lingkar badan = 88 om 2. Lebar muka = 32 em 3. Lingkar pinggang = 66 cm 4. Tinggi dada = 13 cm 5. Jarak buah dada = 18 cm 6. Panjang bahu = 12 om 7. Lingkar leher 8. Lebar punggung = 34 em 12 om 9. Panjang punggung = 37 cm Keterangan pola badan muka Buat garie siku dari titik A. AB = 1/6 lingkar leher + 0,5 cm AF = AB + 1 cm. Hubungkan BF = kerung leher muka CD = 3,5 cm. BE = panjang bahu AG = % panjang punggung + 1,5 cm J = tengah-tengah FG. IJ = % lebar muka GK = % Lingkar badan + 1 cm. Hubungkan titik EJK = kerung lengan maka GH = % panjang punggung = KL. HH’ = 3 cm (tetap) HN = tinggi dada. NO = % jarak buah dada. ppl = pp? = 1,5 cm HM = % lingkar pinggang + 1 cm + kup Q = tengah KM Keterangan pola badan belakang AB = 1/6 lingkar leher + % om AF = 1 cm. Hubungkan BF = kerung leher belakang CD = 6 cm. BE = panjang bahu FH = panjang punggung. FG = % p.punggune Fl = panjang bahu. IJ = % lebar punggung GK = % lingkar badan ~ 1 om Hubungkan EJK = kerung lengan belakang GM = % jarak bush dada - 1 om. MN = 4 om HL? = % lingkar pinggang - 1 cm + kup. oot = 00? = 1,8 em. Dari L turun % em. y Pola Dasar Sistem Praktis Skala i: 4 Ukuran Liba = 110 em 1 1 P. ay PB. P t pu = 42 om m = 38 om m = 36cm

Anda mungkin juga menyukai