1. Pendahuluan
Penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia terus meningkat
jumlahnya bahkan pada tahun 2005-2010 diperkirakan menyamai jumlah
usia bawah lima tahun (balita) yaitu sekitar 8,5% dari jumlah seluruh
penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Kondisi ini adalah tantangan karena
masalah penyakit degeneratif
akibat
karena
organ
dan
mental,
maka
masalah
demensia
memerlukan
intelektual
dan
ingatan/memori
sedemikian
berat
sehingga
berbagai
latarbelakang
pendidikan
maupun
kebudayaan.
Bila
di
dunia
sesudah
Cina,
India
dan
Amerika
Serikat.
(http://www.depkes.go.id)
Menjelang tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi
lebih dari 50 juta jiwa, Peningkatan angka kejadian kasus demensia
berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi .
Kira-kira 5% usia lanjut 65 70 tahun menderita demensia dan meningkat
dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85
tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 1.0 % dan di Amerika
jumlah demensia pada usia lanjut 10 15% atau sekitar 3 4 juta orang.
Prevalensi demensia semakin meningkat dengan bertambahnya
usia.
1,2,4
demensia
paling
sering
lainnya,
masing-masing
4. Klasifikasi Demensia
Secara garis besar demensia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4
golongan yaitu:
1. Demensia degenaratif primer, sebesar 50-60%
2. Demensia multi-infark, sebesar 10-20%
3. Demensia yang reversible atau sebagian reversible, sebesar 20-30%
4. Gangguan lain (terutama neurologic), sebesar 5-10% (Buku Ajar
Geriatri)
Berikut ini adalah perbadingan persentase etiologi dari demensia
menurut Memory Disoders (http://www.gabehavioral.com)
5. Etiologi Demensia
Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang berusia
diatas 65 tahun adalah (1) penyakit Alzheimer, (2) demensia vaskuler, dan
(3) campuran antara keduanya. Ada juga penyebab lain yang mencapai
kira-kira 10 persen diantaranya adalah demensia Lewy body, penyakit Pick,
demensia frontotemporal, hidrosefalus tekanan normal, demensia alkoholik,
demensia infeksiosa (misalnya human immunodeficiency virus (HIV) atau
sifilis) dan penyakit Parkinson. Banyak jenis demensia yang melalui
evaluasi dan penatalaksanaan klinis berhubungan dengan penyebab yang
reversibel seperti kelaianan metabolik (misalnya hipotiroidisme), defisiensi
nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat), atau
sindrom demensia akibat depresi.
Dalam sebuah literatur disebutkan bahwa penyakit yang dapat
menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima.
Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak
dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Berikut ini jenis dan
penyebab demensia pada usia lanjut :
1. Keadaan yang secara potensial reversible atau bisa dihentikan, yaitu :
- Intoksikasi (obat, termasuk alcohol, dan lain-lain)
- Infeksi susunan saraf pusat
- Gangguan metabolic
5
- Gangguan nutrisi
- Gangguan vaskuler (demensia multi-infark, dan lain-lain)
- Lesi desak ruang
- Hidrosefalus
- Depresi
2. Penyakit degenerative progresif, yaitu :
- Tanpa gejala neorologik penting lain, seperti :
1. Penyakit Alzheimer
2. Penyakit Pick
- Dengan gangguan neurologic lain yang prominen, seperti :
1. Penyakit Parkinson
2. Penyakit Huntington
3. Kelumpuhan supranuklear progresif
4. Penyakit degenerative lain yang jarang didapat (Buku Ajar
Geriatri)
Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab
utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer yaitu sekitar lima
puluh sampai enam puluh persen. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel
syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di
transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan
dan juga penurunan proses berpikir.
6. Gejala Klinis
Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer
dan Vaskuler.
1. Demensia Alzheimer
Dikenal juga dengan nama Demensia Degenaratif Primer yaitu
suatu keadaan yang meliputi perubahan dari jumlah, struktur dan fungsi
neuron di daerah tertentu dari korteks otak.Terjadi suatu kekusutan
neuro fibriler dan plak-plak neurit dan perubahan aktifitas kholinergik di
daerah-daerah tertentu otak. Penyebabnya belum diketahui pasti, tetapi
beberapa teori
yang berlangsung progresif lambat. terjadi kematian sel sel otak yang
massif dan menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun.
Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang
menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar,
berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu
menggunakan
disebabkan
barang-barang
adanya
sekalipun
gangguan
kognitif
yang
termudah.
sehingga
Hal
timbul
ini
gejala
Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala
gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. Fungsi
memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru
yang dialami. Namun aktifitas rutin dalam keluarga tidak tergangg,
fungsi motoric dan sensorik serta koordinasi atau keseimbangan
masih normal.
Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dengan gejala :
Disorientasi, gangguan bahasa (afasia)
Penderita mudah bingung, mudah agresif dan ingin berkelana
Penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak
dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal
anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu
tindakan sehingga mengulanginya lagi.
Gangguan fungsi bahasa sehingga sulit menemukan kata-kata
dan tak lancer berbicara, lupa apa yang sudah diucapkan,
sehingga sering mengulang pembicaraan, tidak mengerti
pembicaraan yang kompleks sehingga salah pengertian.
Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita
7
intelektual
serta
memori
memburuk
sehingga
tidak
hipertensi,
dan
samar-samar.
Biasanya
hal
ini
sulit
diketahui
oleh
kemunduran
perilaku
dan
aktifitas
hidup
sehari-hari.
(Kusumoputro, 2009)
7. Tanda dan Gejala Demensia
Tidak jauh berbeda dengan gejala klinis namun ada beberapa hal
yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari..
Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia
enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak
memperlihatkan
gejala
yang
menonjol
pada
tahap
awal,
mereka
mengkaji
dan
mengenali
gejala
demensia.
Mengkaji
dan
mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu
yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia.
Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai
dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian
syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan
juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku
yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga
memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia
penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia
dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para
anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan
tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia
penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi,
kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan
melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas seharihari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat
tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain,
10
rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
8. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
9. Penatalaksanaan
Walaupun penyembuhan total pada berbagai bentuk pada demensia
biasanya tidak mungkin, dengan penatalaksanaan yang optimal dapat
dicapai perbaikan hidup sehari-hari dari penderita (dan juga dari keluarga
yang merawatnya).
Prinsip utama penatalaksanaan penderita adalah sebagai berikut :
1. Optimalkan fungsi dari penderita, dengan :
- Obati penyakit yang mendasarinya
- Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping pada SSP)
- Upayakan aktifitas mental dan fisik
- Hindari situasi yang menekan kemampuan mental
- Persiapkan penderita bial akan berpindah tempat
- Perbaikan gizi
2. Kenali dan obati komplikasi
- perilaku merusak
- Depresi
- Agresivitas
- inkontinensia
3. Upayakan pengobatan berkesinambungan
- Reakses keadaan kognitif dan fisik
- Pengobatan gangguan medik
4. Upayakan informasi medis bagi penderita dan keluarga
- Berbagai hal tentang penyakitnya
- Kemungkinan gangguan / kelainan yang bisa terjadi
- prognosis
5. Upayakan informasi pelayanan social yang ada pada penderita dan
11
keluarganya
- Berbagaai pelayanan kesehatan masyarakat
- Nasehat hukum dan atau keuangan
6. Upayakan nasehat keluarga untuk
- Pengenalan dan cara atasi konflik keluarga
- penanganan rasa marah atau rasa bersalah
- pengambilan keputusan untuk perumahan respite atau di institusi
- Kepentingan-kepentingan hukum/masalah etik
12
menguatkan
sesama
anggota
keluarga
dan
selalu
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho,Wahjudi.
Keperawatan
Gerontik.Edisi2.Buku
Kedokteran
EGC.Jakarta;1999
Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002
http://indonesiaindonesia.com/f/9956-demensia/
http://www.e-psikologi.com/epsi/lanjutusia_detail.asp?id=185
http://id.scribd.com/doc/45670456/makalah-demensia-revisi
http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/03/demensia-pada-lansia-3/
http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&p
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=SNR.13100008 id=6
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=281&wid=0
13