Anda di halaman 1dari 25

1

Morfologi Kapang dan Khamir

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluruh
seluk-beluk kehidupan mikroorganisme. Peranan mikroorganisme
sudah sejak lama diketahui disegala aspek kehidupan manusia
antara lain di pertanian, perikanan, kesehatan, farmasi, dan lainlain. Hingga saat ini ilmu tersebut telah memberi warna wawasan
dan cakrawala baru bagi kehidupan terutama dalam perkembangan
bioteknologi modern yang melibatkan ilmu mikrobiologi.
Jamur (fungi) banyak kita temukan disekitar kita. Jamur
tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai
habitat yang lembap. Beberapa ahli mikologi membagi jamur
menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu kapang
(mold) dan khamir (yeast).
Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok kapang. Tubuh
vegetatif kapang berbentuk filamen panjang bercabang yang
seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap
makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur). Sedangkan

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

Morfologi Kapang dan Khamir

jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu),


bentuknya bulat atau oval.
Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan
determinasi. Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting
daripada pengamatan fisiologis. Untuk pengamatan morfologi dapat
dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis.
Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak
mempunyai

sistem

pembulu

seperti

pada

tumbuhan

tingkat

tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti benang, bersel banyak,


dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena
tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak
makanannya sendiri, maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan
organik dari makhluk hidup yang telah mati maupun yang masih
hidup.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
morfologi dan strukutur kapang dan khamir secara mikroskopik
langsung dan tidak langsung.

C. Manfaat
Devita Suba Mairi
O1A1 14 009

Mariani Triwatami

Morfologi Kapang dan Khamir

Praktikum ini diharapkan memberi manfaat baik bagi


praktikan dan dunia pendidikan serta dunia biologi khususnya
bidang mikrobiologi, antara lain untuk dapat mengetahui morfologi
dan struktur kapang dan khamir serta dapat mengidentifikasi jenis
kapang dan khamir.

BAB II
Devita Suba Mairi
O1A1 14 009

Mariani Triwatami

Morfologi Kapang dan Khamir

TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Kapang atau cendawan merupakan salah satu jenis parasit
yang

terdiri

atas

genus

Microsporum,

Trichophyton,

dan

Epidermophyton. Berbagai spesies dari tiga genus kapang ini dapat


menginfeksi kulit, bulu/rambut dan kuku/tanduk dalam berbagai
intensitas infeksi. Hampir semua jenis hewan dapat diserangnya,
dan penyakit ini secara ekonomis sangat penting (Adzima, 2013).
Khamir memiliki beberapa enzim penting seperti selulase,
fosfatase, lipase, dan proteinase yang menyebabkan khamir
memegang peran yang penting dalam dekomposisi senyawa organik
dan dapat digunakan untuk keperluan industri. Di samping peran
ekologi khamir yang menentukan kecepatan dan arah proses
degradasi senyawa organik di dalam tanah, khamir juga telah lama
digu-nakan untuk proses industri seperti pada pembuatan minuman
beralkohol, fermentasi tape, pembuatan makanan ternak, kosmetik,
dan antibiotik (Kanti, 2009).
Identifikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting
mengingat banyak jenis jamur belum diketahui jumlah dan jenisnya.
Jumlah spesies jamur yang sudah diketahui hingga kini hanya

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

Morfologi Kapang dan Khamir

kurang lebih 69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada di


dunia. Dapat dipastikan bahwa Indonesia yang sangat kaya akan
diversitas tumbuhan dan hewannya juga memiliki diversitas jamur
yang sangat tinggi mengingat lingkungannya yang lembab dan suhu
tropik yang mendukung pertumbuhan jamur (Purwantisari, 2009).
Koloni kapang yang tumbuh selama proses isolasi, dimurnikan
dengan

propagasi

koloni

yaitu

dengan

cara

memotong

dan

mentransfer secara aseptik sebagian miselium kapang ke dalam


media kultur Kapang yang telah diisolasi dan dimurnikan kemudian
diidentifikasi. Identifikasi kapang dilakukan dengan mengamati
beberapa karakter morfologi baik secara makroskopis maupun
secara mikroskopis. Pengamatan makroskopis meliputi warna dan
permukaan koloni (granular, seperti tepung, menggunung, licin),
tekstur, zonasi, daerah tumbuh, garis-garis radial dan konsentris
(khususnya pada kapang Penicillium), warna balik koloni (reverse

color), dan tetes eksudat (exudate drops). Pengamatan secara


mikroskopis meliputi ada tidaknya septa pada hifa,

pigmentasi

hifa, hubungan ketam (clamp connection), bentuk dan ornamentasi


spora (vegetatif dan generatif), serta bentuk dan ornamentasi
tangkai spora (Ilyas, 2010).
Devita Suba Mairi
O1A1 14 009

Mariani Triwatami

Morfologi Kapang dan Khamir

Pemurnian dilakukan pada setiap koloni jamur yang dianggap


berbeda berdasarkan morfologi makroskopis yang dapat dilihat
dari penampakan warna, bentuk, dan pola persebaran koloni.
Masing-masing jamur dipisahkan, diambil dengan menggunakan
jarum ose kemudian ditumbuhkan kembali pada media PDA baru
(Wulandari, 2014).
Untuk pertumbuhan kapang endofit digunakan medium PDA,
karena pada pembiakan mikroba endofit diperlukan zat hara untuk
pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme,
dan pergerakan serta unsur-unsur mineral lainnya yang sesuai bagi
mikroba endofit (Kumala, 2013).
Sel khamir dapat berbentuk bulat, oval, silinder, bulat
panjang dengan salah satu ujungnya runcing ( ogival), segitiga
melengkung (triangular), bentuk botol atau lemon. Dalam kultur
yang sama, ukuran dan bentuk sel khamir mungkin berbeda karena
pengaruh umur sel dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan
(Kusmiati, 2010).
B. Uraian Bahan
1. Agar (Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III : 74)
Nama resmi
: Agar
Nama lain
: Agar-agar
Pemerian
: Berkas potongan memanjang, tipis seperti
selaput
Devita Suba Mairi
O1A1 14 009

dan

berlekatan,

atau

berbentuk

Mariani Triwatami

Morfologi Kapang dan Khamir

keping, serpih atau butiran; jingga lemah


kekuningan, abu kekuningan sampai putih
kekuningan atau tidak berwarna;

tidak

berbau atau berbau lemah; rasa berlendir;

Kelarutan

jika lembab liat; jika kering rapuh.


: Praktis tidak larut dalam air ; larut dalam

air mendidih.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
2. Alkohol (Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III :

65)
Nama resmi
Nama lain
Rumus molekul
BM
Pemerian

:
:
:
:
:

Aethanolum
Etanol / Alkohol
C2H6O
46,07
Cairan mudah

menguap,

jernih,

tidak

berwarna, bau khas dan menyebabkan rasa


terbakar

pada

lidah.

Mudah

meskipun pada suhu rendah

menguap

dan mendidih

Kelarutan

pada suhu 78C dan mudah terbakar.


: Bercampur dengan air dan praktis

Kegunaan

bercampur dengan semua pelarut organik.


: Anti mikroba, desinfektan, pelarut,

Penyimpanan

penetrasi kulit.
: Wadah tertutup rapat jauh dari api.

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

Morfologi Kapang dan Khamir

3. Aquadest (Ditjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III:


96)
Nama resmi
Nama lain
RM/ BM
Pemerian

: Aqua destillata
: Air suling
: H2O / 18,02
: Cairan jernih;

Penyimpanan
Stabilitas

berbau; tidak mempunyai rasa.


: Dalam wadah tertutup baik.
: Air adalah salah satu bahan kimia yang

tidak

berwarna;

tidak

stabil dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap).


Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai.
Pada saat penyimpanan dan penggunaannya
harus terlindungi dari kontaminasi partikel partikel ion dan bahan organik yang dapat
menaikan konduktivitas dan jumlah karbon
organik. Serta harus terlindungi dari partikel
partikel lain dan mikroorganisme yang dapat
tumbuh dan merusak fungsi air.
4. Asam Tartrat (Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi

IV : 53)
Nama resmi
Nama lain
RM / BM
Pemerian

:
:
:
:

Acidum tartaricum
Asam tartrat
C4H6O6 / 150,09
Hablur, tidak berwarna atau bening atau

serbuk hablur halus sampai granul, warna


Devita Suba Mairi
O1A1 14 009

Mariani Triwatami

Morfologi Kapang dan Khamir

putih; tidak berbau; rasa asam dan stabil di

Kelarutan

udara.
: Sangat mudah larut dalam air; mudah larut

dalam etanol.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
5. Dekstrosa (Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III :
257)
Nama resmi
Nama Lain
RM / BM
Pemerian

:
:
:
:

Kelarutan

butiran putih, tidak berbau, rasa manis.


: Mudah larut dalam air; sangat mudah larut

Dextrosum
Dekstrosa; Glukosa
C6H12O6.H20 / 180,16
Hablur tidak berwarna, serbuk halus atau

dalam

air

mendidih;

larut

dalam

etanol

mendidih; sukar larut dalam etanol.


Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
6. Kapas (Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III
277)
Nama resmi
Nama lain
Pemerian
Makroskopik

: Gossypium depuratum
: Kapas murni; kapas tak berlemak
: Hampir tidak berbau; praktis tidak berasa
: Rambut utuh atau terputus, berbentuk pita
halus, warna putih, lunak, panjang tidak

Mikroskopik

kurang dari 2 cm.


: Pita beronga, terpilih, dan bergaris-garis;
ujung agak menebal. Setiap rambut terdiri
dari 1 sel, lebar sampai 40 m atau lebih,

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

10

Morfologi Kapang dan Khamir

ujung

rambut

membulat,

sering

tidak

berongga.
: praktis tidak larut dalam pelarut biasa;

Kelarutan

larut dalam larutan tembaga (II) klorida

Penyimpanan

ammonia P.
: dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.

Tidak

boleh

dibungkus

langsung

dengan kertas lilin.


Penggunaan
: Pembalut
7. Kentang ( Solanum tuberosum )
a) Klasifikasi
Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Sub Class
: Sympetalae
Ordo
: Solanales
Familia
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Species
: Solanum tuberosum
Kegunaan
: Untuk ekstraknya, sebagai sumber nutrient
mikroba.
b) Morfologi
Bagian batang yang terletak dibawah permukaan
tanah tumbuh daun-daun kecil seperti sisik pada ketiak
daun terdapat tunas ketiak yang dapat tumbuh menjulur
secara

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

diageotropik.

Buku-buku

(internode)

Mariani Triwatami

yang

11

Morfologi Kapang dan Khamir

memanjang dan melengkung pada bagian ujungnya disebut


stolon. Umbi Kentang merupakan bagian dari batang yang
berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan
serta untuk berproduksi. Tanaman Kentang yang berasal
dari umbi tidak terdapat akar utama tetapi hanya akar
halus atau akar serabut saja yang

panjangnya dapat

mencapai 60 cm. Dalam tanah akar banyak terdapat pada


kedalaman 20 cm.
8. Metilen Biru (Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV
: 554)
Nama resmi
Nama Lain
RM / BM
Pemerian

:
:
:
:

Methylthionini Chloridum
Metiltionin klorida ; Biru metilen
C16H18ClN3S. 3H2O / 373, 90
Hablur atau serbuk hablur hijau tua,

berkilauan seperti perunggu, tidak berbau


atau praktis tidak berbau. Stabil di udara ;
larutan dalam air dan dalam etanol berwarna

Kelarutan

biru tua.
: Larut dalam air dan dalam kloroform ; agak

Penyimpanan
Kegunaan

sukar larut dalam etanol.


: dalam wadah tertutup baik
: Sebagai indikator

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

12

Morfologi Kapang dan Khamir

9. Parafin Cair (Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III


: 474)
Nama resmi
Nama lain
Pemerian

: Paraffinum liquidum
: Parafin cair
:
Cairan
kental,

transparan,

tidak

berfluoresensi ; tidak berwarna ; hampir

Kelarutan

tidak berbau ; hampir tidal berasa.


: Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95

Penyimpanan

%) P ; larut dalam kloroform P dan eter P.


: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

Penggunaan

cahaya.
: Laksativum

C. Uraian Sampel
1. Roti Boy
Komposisi

Tepung,

susu,

gula,

telur,

margarin, sari kopi.


Tempat pembelian : Jl. Saranani
Waktu pembelian : Sabtu, 7 Maret 2015

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

mentega,

13

Morfologi Kapang dan Khamir

BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. autoklaf
b. cawan petri
c. electro mantle
d. incubator
e. jarum ose lurus
f. mikroskop
g. object & deck glass
h. pipet tetes
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
a. alkohol 70 %

b. aluminium foil
c. asam tartrat
d. kapas

e. kertas saring

f. media PDA (Potato Dextrose Agar)


g. paraffin cair
h. plastic wrap
i.

tissue

B. Cara Kerja
Devita Suba Mairi
O1A1 14 009

Mariani Triwatami

14

Morfologi Kapang dan Khamir

1. Pengamatan Mikroskopik Secara Langsung


Cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Dibersihkan object & deck glass dengan alkohol 70 %
sampai bebas lemak.
c) Diambil sedikit koloni biakan pada sampel roti boy dengan
jarum ose dan diletakkan pada object glass.
d) Diberi 1 tetes metilen biru pada object glass.
e) Ditutup object glass menggunakan deck glass sedemikian
rupa sehingga tidak terdapat gelembung udara dalam
preparat.
f) Diamati dengan mikroskop mengggunakan lensa objektif
perbesaran 100 kali.
g) Dicatat dan digambar semua yang diamati.
2. Pengamatan mikroskopik secara tidak langsung
Cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Dilembabkan kertas saring yang akan digunakan dengan
paraffin cair 10 %.
c) Dibuat batang V menggunakan aluminium.
d) Disterilisasi alat dan bahan yang

akan

digunakan

menggunakan autoklaf selama 15 menit.


e) Dimasukkan kertas saring dan batang V secara berurutan di
dalam cawan petri.
f) Diambil sedikit koloni biakan pada sampel roti boy dengan
jarum ose dan diletakkan pada object glass.
g) Diberi 1 tetes PDA dan asam tartrat 0,1 % pada object

glass.
Devita Suba Mairi
O1A1 14 009

Mariani Triwatami

15

Morfologi Kapang dan Khamir

h) Ditutup object glass menggunakan deck glass sedemikian


rupa sehingga tidak terdapat gelembung udara dalam
preparat.
i) Diletakkan object & deck glass di atas batang V dan ditutup
cawan petri.
j) Dibalut cawan petri menggunakan plastic wrap.
k) Diinkubasi cawan petri di dalam incubator selama 3 x 24
jam pada suhu 370 C.
l) Diamati dengan mikroskop mengggunakan lensa objektif
perbesaran 4x. 10x, 40x, dan 100x.
m) Dicatat dan digambar semua yang diamati.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Devita Suba Mairi
O1A1 14 009

Mariani Triwatami

16

Morfologi Kapang dan Khamir

1. Pengamatan secara Mikroskopik Langsung


Gambar Pengamatan

Keterangan

Perbesaran 100x
1.
2.
3.
4.

2. Pengamatan secara Mikroskopik Tidak Langsung


Gambar Pengamatan

Keterangan

Perbesaran 4x
1.
2.
3.
4.

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

17

Morfologi Kapang dan Khamir

Perbesaran 10x

Perbesaran 40x

Perbesaran 100x

B. Pembahasan
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang organisma
yang berukuran mikroskopis dengan objek yang dipelajari meliputi
virus, bakteri, ragi/jamur, dan beberapa organisma kecil yang
harus dilihat dengan menggunakan mikroskop. Organisme tersebut
Devita Suba Mairi
O1A1 14 009

Mariani Triwatami

18

Morfologi Kapang dan Khamir

melimpah di sekitar kita dan bahkan hidup sebagai flora normal


pada permukaan tubuh manusia.
Jamur adalah mikrooragnisme eukariotik Jamur tidak hidup
secara autotrof karena tidak memiliki klorofil. Jamur hidup secara
heterotrof dengan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di
lingkungannya. Jamur banyak terdapat dilingkungan yang bentuknya
bermacam-macam, ada yang seperti bola, gada, payung dan
sebagainya.

Jamur

berada

pada

tempat

yang

lembab

dan

mengndung sisa-sisa organik. Jamur tidak berklorofil, dinding sel


jamur mengandung kitin. Kitin adalah polisakaria yang terdapat
pada kulit kepiting dan udang-udangan (jika dipanaskan berubah
warna menjadi kemerahan). jamur multiselule terbentuk dari
rangkaian sel yang membentuk benang seperti kapas yang disebut
hifa. Jamur berkembangbiak dengan dengan spora dan umunya
secara seksual ataupun aseksual.
Jamur atau fungi ada yang bersifat menguntungkan dan ada
yang bersifat merugikan. Jamur yang bersifat menguntungkan
misalnya digunakan sebagai bahan makanan seperti cendawan
(mushroom). Jamur yang bersifat merugikan yaitu yang bersifat

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

19

Morfologi Kapang dan Khamir

parasit dengan memperoleh senyawa organik dari organisme hidup


lainnya. Dalam hal ini, jamur merugikan jika dapat menimbulkan
penyakit pada manusia, hewan ataupun tumbuhan. Pada percobaan
ini, akan diamati morfologi jamur yang tumbuh pada sampel
makanan yaitu roti Boy.
Pengamatan morfologi pada mikroba dapat dilakukan secara
makroskopik (mata telanjang), dan mikroskopik (bantuan alat).
Sedangkan

pada

percobaan

ini

dilakukan

dengan

metode

mikroskopik yakni mikroskopik langsung dan tidak langsung dengan


menggunakan

alat

bantu

berupa

mikroskop.

Pada

metode

mikroskopik langsung, jamur diamati di bawah mikroskop tanpa


diinkubasi terlebih dahulu. Sedangkan pada metode mikroskopik
tidak langsung, jamur diinkubasi terlebih dahulu di dalam inkubator
selama 3 x 24 jam.
Metode pengamatan mikroskop secara langsung. Metode ini
dilakukan dengan mengambil biakan jamur menggunakan ose pada
sampel roti. Kemudian diletakkan secara perlahan-lahan pada kaca
objek dan diberikan 1 tetes metilen blue. Metilen blue digunakan
sebagai pewarna, pewarnaan ini dilakukan agar mikroba yang akan di

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

20

Morfologi Kapang dan Khamir

amati lebih jelas. Kemudian, ditutup dengan menggunakan dek gelas.


Sampel ini kemudian diamati pada mikroskop berupa miselium,
spora, dan rhizoid dimulai dengan pembesaran terkecil.
Metode mikroskopik tidak langsung yaitu disiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan. Lalu dimasukkan kertas saring ke dalam
cawan petri sesuai dengan lebar cawan petri. Digunakan kertas
saring agar gliserol yang akan diberikan dapat tersimpan pada
kertas saring tersebut. Ketika kertas saring menyerap gliserol
kelembapan

dalam

cawan

petri

tetap

terjaga.

Selanjutnya

dimasukkan batang V ke dalam cawan petri, digunakan batang V


bertujuan agar dek dan objek gelas tidak berhubungan langsung
dengan kertas saring yang telah ditetesi gliserol agar fungi dapat
tumbuh lebih baik. Dek dan objek gelas diletakkan di atas batang V
tersebut dan disterilkan.
Diperoleh hasil pengamatan yang menunjukkan ada tidaknya
bagian yang diharapkan terdapat pada jamur tidak terlalu akurat
disebabkan

oleh

kemungkinan

terjadi

kesalahan

pada

saat

melakukan praktikum. Beberapa faktor kesalahan tersebut, antara

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

21

Morfologi Kapang dan Khamir

lain pengerjaan yang kurang aseptis, pengerjaan yang kurang teliti,


dan pengamatan yang kurang baik.

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

22

Morfologi Kapang dan Khamir

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

praktikum

yang

dilakukan,

dapat

disimpulkan bahwa

B. Saran

Percobaan kali ini praktikan sangat mengharapkan petunjuk

dari para asisten, agar dapat berhati-hati dalam melakukan


praktikum mengingat bahan percobaan yang mengandung mikroba
yang bisa saja mengontaminasi praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

23

Morfologi Kapang dan Khamir

Adzima, Vhodzan, Faisal Jamin dan Mahdi Abrar. 2013. Isolasi dan
Identifikasi Kapang Penyebab Dermatofitosis pada Anjing di
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Jurnal Medika Veterinaria.
Vol. 7, No. 1.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Ilyas, Muhammad. 2010. Isolasi dan Identifikasi Kapang pada Relung
Rizosfir Tanaman di Kawasan Cagar Alam Gunung Mutis, Nusa
Tenggara Timur. BIODIVERSITAS. Vol. 7, No. 3.
Kanti, Atit. 2009. Identifikasi Jenis Khamir yang Diisolasi dari Tanah
Gambut Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi. BioSMART. Vol.
6, No. 1.
Kumala, Shirly dan Nur Annisa Fitri. 2013. Penapisan Kapang Endofit
Ranting Kayu Meranti Merah (Shorea balangeran Korth.) sebagai
Penghasil Enzim Xilanase. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
Vol. 6, No. 1.
Kusmiati, Swasono R.Tamat, Nuswantara Dan Nita Isnaini. 2010.
Produksi dan Penetapan Kadar -glukan dari Tiga Galur
Saccharomyces cerevisiae dalam Media Mengandung Molase.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol. 5, No. 1.
Purwantisari, Susiana dan Rini Budi Hastuti. 2009. Isolasi dan
Identifikasi Jamur Indigenous Rhizosfer Tanaman Kentang dari
Lahan Pertanian Kentang Organik di Desa Pakis, Magelang.
BIOMA. Vol. 11, No. 2.
Wulandari, Dian, Liliek Sulistyowati dan Anton Muhibuddin. 2014.
Keanekaragaman Jamur Endofit pada Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) dan Kemampuan Antagonisnya
Terhadap Phytophthora infestans. Jurnal HPT. Vol. 2, No. 1.

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

24

Morfologi Kapang dan Khamir

LAMPIRAN

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Mariani Triwatami

25

Morfologi Kapang dan Khamir

A. Skema Kerja
1. Pengamatan Mikroskopik Secara Langsung

Roti Boy

Disiapkan alat dan bahan.


Dibersihkan object & deck glass dengan alkohol 70 % sampai bebas lemak.
Diambil sedikit koloni biakan pada sampel dengan jarum ose dan diletakkan pada object glass.
Diberi 1 tetes metilen biru pada object glass.
Ditutup object glass menggunakan deck glass sedemikian rupa sehingga tidak terdapat gelembung udara
Diamati dengan mikroskop mengggunakan lensa objektif perbesaran 100 kali.
Roti
Boy
Dicatat dan digambar semua yang
diamati.

Disiapkan alat dan bahan.


Dilembabkan kertas saring yang akan digunakan dengan paraffin cair 10 %.
Dibuat batang V menggunakan aluminium.
Disterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan menggunakan autoklaf selama 15 menit.
Dimasukkan kertas saring dan batang V secara berurutan di dalam cawan petri.
Diambil sedikit koloni biakan pada sampel dengan jarum ose dan diletakkan pada object glass.
Hasiltartrat
Pengamatan
... ?object glass.
Diberi 1 tetes PDA dan asam
0,1 % pada
Ditutup object glass menggunakan deck glass sedemikian rupa sehingga tidak terdapat gelembung udara
Diletakkan object & deck glass di atas batang V dan ditutup cawan petri.
Dibalut cawan petri menggunakan plastic wrap.
Diinkubasi cawan petri di dalam incubator selama 3 x 24 jam pada suhu 370 C.
Diamati dengan mikroskop mengggunakan lensa objektif perbesaran 100 kali.
Dicatat dan digambar semua yang diamati.

2. Pengamatan Mikroskopik Secara Tidak Langsung

Devita Suba Mairi


O1A1 14 009

Hasil Pengamatan ... ?

Mariani Triwatami

Anda mungkin juga menyukai