Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODUL 3
Peran Odontologi Forensik dalam Identifikasi Korban
Tutor
: drg. Bambang.R,Mkes
Ketua
Sekretaris
: Ratu Amelia
Chindy Septia N
Anggota
Afriza Rabiansyah
1210343014
Chaira Maulida
1210342035
Chindy Septia N
1210343011
Felix Calvin E
1210342009
Hestia Warti
1210341006
Mia Ladiovina
1210342027
1210342041
Syarli Resti
1210342007
Skenario
RECHARGE OUR SPIRIT
Ketika liburan akhir blok IX pepeng,mahasiswa PSPDG UNAND pulang ke kampung
halamanya di kota Nopan.Lelah rasanya setelah berjuang keras menghadapi ujian blok IX
yang dirasakan amat sulit.
Hujan lebat mengguyur sepanjang perjalanannya,dalam pikirannya terbayang
biasanya kalau begini sering terjadi longsor. Sesampainya di kampung langsung tertidur pulas
sesudah makan malam karena terlalu capek dalam perjalanan.
Menjelang fajar ia terjaga dari tidurnya karena mendengan bunyi gemuruh yang keras,
dari informasi radio komunikasi yang dibawa terdengar berita bahwa ada tanah longsor di
kampungnya dan menimbun beberapa rumah,korban belum dapat diperkirakan.
Pepeng berpartisipasi membantu tim SAR yang terjun ke lapangan mencari korban,ia
diberi tugas menerima laporan masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya. Pepeng
melihat ada anggota tim mewawancarai masyarakat yang kehilangan keluarganya dan
mengisi formulir data antemortem dan postmortem, karena penasaran maka ia bertanya pada
drg. Amitmundur yang bertugas dalam tim,untuk apa semua data-data itu,dijelaskan bahwa
ada prosedur tertentu yang harus dilaksanakan dalam mengidentifikasi korban salah satunya
adalah melengkapi data antemortem agar dapat mengidentifikasi korban secara cepat dan
akurat.
Drg.Bawor juga menjelaskan bahwa identifikasi gigi seseorang sangat penting dan
membantu sekali dalam mengidentifikasi korban seperti pengalamannya selama ini dalam tim
SAR.Sehingga disarankan agar bila nanti telah menjadi dokter gigi yang kabarnya dari
PSPDG UNAND mempunyai keunggulan dalam hal DVI harus mengetahui dengan baik
serta tahu peranannya sebagai dokter gigi dalam tim SAR.
Mendengar penjelasan drg Amitmundur, semakin menggugah semangat pepeng untuk
rajin belajar dan segera menyelesaikan studinya agar dapat mendharmabaktikan diri kepada
negara dan sesama manusia.
Jelaskan pendapatmu tentang masalah ini !
Langkah 1.
Langkah 2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Terminologi
Identifikasi Masalah
Langkah 3.
Analisa Masalah
Langkah 4.
Skema
Pepeng
Bencana alam
Identifikasi korban
odontologi forensik
Jenis,prosedur,metode
Langkah 5.
Teknik identifikasi
Mengumpulkan Informasi
Langkah 7.
Primer
: sidik jari,gigi,DNA
Sidik jari
Membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante mortem.
Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling
tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.
Keuntungan dari metode ini mudah dilakukan secara massal dan biaya
yang murah. Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan
data sidik jari antemortem. Sampai sekarang, pemeriksaan sidik jari
merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk
menetukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan
penanganan yang sebaik-baikbya terhadap jari tangan jenazah untuk
pemeriksaan sidik hari, misalnya dengan melakukan pembungkusan
kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.
Odontologi
Suatu proses identifikasi dengan objeknya adalah gigi. Hal ini
dilakukan karena daya tahan gigi yang baik, sifatnya sangat individual,
informasi yang didapat (umur, ras, sex, golongan darah, raut muka).
Daya tahan panas gigi tingga hingga mencapai abu bila pada suhu 538649 derajat celcius dan 871 derajat celcius pada tambalan amalgam.
Tanda adanya data dental antemortem, data dental post mortem tidak
berarti karena tidak ada pembanding.
DNA
DNA adalah materi genetik yang membawa informasi yang dapat
diturunkan. Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti
sel dan di dalam mitokondria.
Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA, seperti
buccal swab (usapan mulut pada pipisebelah dalam), darah, rambut
beserta akarnya, walaupun lebih dipilih penggunaan darah dalam
tabung (sebanyak 2 ml) sebagai sumber DNA.
Tes DNA dilakukan dengan berbagai alasan seperti persoalan pribadi
dan hukum antara lain ; tunjangan anak, perwalian anak, adopsi,
imigrasi, warisan dan masalah forensik (dalam identifikasi korban
bencana).
Sekunder
: rekam medik umum,data barang pribadi korban,foto
Sederhana
Visual
Cara visual dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada keluarga
yang kehilangan anggota keluarganya. Bermanfaat bila kondisi mayat
masih baik, mudah karena identitas dikenal melalui penampakan luar
berupa profil tubuh atau muka. Tidak dapat diterapkan bila mayat telah
Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk
membedakan usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu
untuk
membatasi
korban
yang
sedang
dicari
atau
untuk
membenarkan/memperkuat identitas korban.
Penentuan Usia
Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi
melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik daripada
pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi
desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12
16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat
merangsang stress metabolik yang mempengaruhi pembentukan sel gigi.
Kelainan sel ini akan mengakibatkan garis tipis yang memisahkan enamel dan
dentin di sebut sebagai neonatal line. Neonatal line ini akan tetap ada
walaupun seluruh enamel dan dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat
bayi, dan ditemukan garis ini menunjukkan bahwa mayat sudah pernah
dilahirkan sebelumnya. Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya secara
kasar berdasarkan teori dapat digunakan dengan melihat ketebalan dari
struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan
penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar pertama dan dilanjutkan sampai
akar dan gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada usia 14 16 tahun. Ini
bukan referensi standar yang dapat digunakan untuk menentukan umur,
penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan untuk penentuan
perkembangan gigi.
Gambar 1
Gambar 1 memperlihatkan gambaran panoramic X ray pada anak-anak (a)
gambaran yang menunjukkan suatu pola pertumbuhan gigi dan perkembangan
pada usia 9 tahun (pada usia 6 tahun terjadi erupsi dari akar gigi molar atau
gigi 6 tapi belum tumbuh secara utuh). Dibandingkan dengan diagram yang
diambil dari Schour dan Massler (b) menunjukkan pertumbuhan gigi pada
anak usia 9 tahun.
Penentuan Jenis Kelamin
Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi
geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya.
Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita
berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat
ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis
kelamin.
Penentuan Ras
Gambaran gigi untuk ras mongoloid adalah sebagai berikut:
1. Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyata
berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid
dan 12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop
walaupun tidak terlalu jelas.
2. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal
premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid.
3. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20%
mongoloid.
4. Lengkungan palatum berbentuk elips.
5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.
Gambar 2
Gambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut:
1. Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar
2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari
mandibula.
3. Maloklusi pada gigi anterior.
4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.
5. Dagu menonjol.
Gambar 3
Gambaran gigi untuk ras negroid adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan.
Sering terdapat open bite.
Palatum berbentuk lebar.
Protrusi bimaksila.
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang peran dokter gigi dan
odontologi forensik dalam mengidentifikasi korban
Salah satu metode dengan keakuratan cukup tinggi yang digunakan dalam
proses identifikasi terhadap korban dengan kerusakan tubuh yang parah adalah
dengan penerapan ilmu kedokteran gigi dalam bidang forensik atau kedokteran gigi
forensik. Hal ini dikarenakan gigi merupakan bagian dari tubuh manusia yang paling
kuat, biaya yang relatif murah dan tahan terhadap kerusakan seperti kebakaran
maupun pembusukan.
Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai
sarana identifikasi:
Pertama, gigi adalah bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi
bahan organik dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar terdiri atas bahan
anorganik sehingga tidak mudah rusak.
Kedua, manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masingmasing mempunyai lima permukaan. Dengan demikian di dalam rongga mulut
terdapat 160 permukaan gigi dengan berbagai variasi keadaan, yaitu baik,
rusak, ditambal, dicabut, gigi tiruan, implant dll. Di dunia ini menurut dokter
gigi fornes menerangkan bahwa kemungkinan terdapatnya dua orang dengan
data gigi dan mulut yang identik adalah satu berbanding dua milyar penduduk.
Melalui pengamatan gigi geligi, kita dapat memperoleh informasi tentang
umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, ciri-ciri khas, dan bentuk wajah atau
raut muka korban.
Saat ini di pengambilan data antemortem melalui pemeriksaan gigi dilakukan
dengan beberapa metoda, diantaranya charting (odontogram), radiologi, dan cetakan
gigi. Namun dalam pembuatan data antemortem memerlukan biaya yang cukup besar
sehingga sehingga metoda charting(odontogram) merupakan metoda yang paling
sederhana dan murah, mudah dalam pembuatan dan penyimpanannya sehingga bisa
dilaksanakan di semua klinik dan praktek dokter gigi.
Kematian yang tidak wajar, tidak terduga, dalam kondisi bencana massal,
kerusakan fisik yang tidak direncanakan dan keterlambatan dalam penemuan jenazah,
bias mempersulit identifikasi. Dalam kondisi inilah peranan kedokteran gigi forensik
diperlukan walaupun tubuh korban sudah tidak dikenali lagi.
Identifikasi dalam kematian penting dilakukan, karena menyangkut masalah
kemanusiaan dan hukum. Masalah kemanusian menyangkut hak bagi yang meninggal,
dan adanya kepentingan untuk menentukan pemakaman berdasarkan agama dan
permintaan keluarga. Mengenai masalah hukum, seseorang yang tidak teridentifiksi
karena hilang, tidak dipersoalkan lagi apabila telah mencapai 7 tahun atau lebih.
Dengan demikian surat wasiat, asuransi, masalah pekerjaan dan hukum yang perlu
diselesaikan, serta masalah status pernikahan menjadi tidak berlaku lagi. Sebelum sebab
kematian ditemukan atau pemeriksa medis berhasil menentukan jenazah yang sulit
diidentifikasi, harus diingat bahwa kegagalan menemukan rekaman gigi dapat
mengakibatkan hambatan dalam identifikasi dan menghilangkan semua harapan
keluarga, sehingga sangat diperlukan rekaman gigi setiap orang sebelum dia meninggal.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak
dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana
alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia
atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain
seperti penculikan anak, bayitertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang
yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil
positif.
maka pola gigitannya hampir semua bagian tubuh. Jenis pola gigitan pada
manusia ada 4 macam yaitu: pola gigitan heteroseksual, pola gigitan pada
penyiksaan anak (child abuse), pola gigitan hewan, pola gigitan homoseksual /
lesbian, luka pada tubuh korban yang menyerupai lluka pola gigitan
1. Pola gigitan heteroseksual
Pola gigitan pada pelaku-pelaku hubungan intim antar lawan jenis dengan
perkataan lain hubungan seksual antara pria dan wanita terdapat
penyimpangan yang sifatnya sedikit melakukan penyiksaan yang
menyebabkan lawan jenis sedikit kesakitan atau menimbulkan rasa sakit.
o Pola gigitan dengan aksi lidah dan bibir: pola gigitan ini terjadi pada
waktu pelaksanaan birahi antara pria dan wanita.
o Pola gigitan pada organ genital: pola gigitan ini bila terjadi pada pria
biasanya dilakukan gigitan oleh orang yang dekat dengannya misalnya
istrinya atau teman selingkuhnyanya yang mengalami cemburu buta.
o Pola gigitan pada sekitar organ genital: pola gigitan ini terjadi akibat
pelampiasan dari pasangannya atau istrinya akibat cemburu buta yang
dilakukan pada waktu suaminya tertidur pulas setelah melakukan
hubungan seksual.
o Pola gigitan pada organ genital: pola gigitan ini modus operandinya
yaitu pelampiasan emosional dari lawan jenis atau istri karena cemburu
buta. Biasanya hal itu terjadi pada waktu korban tertidur lelap stelah
melakukan hubungan intim.
o Pola gigitan pada mammae: pola gigitan ini terjadi pada waktu
pelaksanaan senggama atau berhubungan intim dengan lawan jenis.
Pola gigitan ini baik disekitar papilla mammae dan lateral dari
mammae. Oleh karena mammae merupakan suatu organ tubuh
setengah bulatan maka luka pola gigitan yang dominan adalah gigitan
kaninus. Sedangkan pola gigitan gigi seri terlihat sedikit atau hanya
memar saja.
2. Pola gigitan pada penyiksaan anak (child abuse)
Pola gigitan ini dapat terjadi pada seluruh lokasi atau di sekeliling
tubuh anak-anak atau balita yang dilakukan oleh ibunya sendiri. Hal ini
disebabkan oleh suatu aplikasi dari pelampiasan gangguan psikis dari
ibunya oleh karena kenakalan anaknya atau kerewelan anaknya ataupun
kebandelan dari anaknya. Pola gigitan ini terjadi akibat faktor-faktor iri
dan dengki dari teman ibunya, atau ibu anak tetangganya oleh karena anak
tersebut lebih pandai, lebih lincah, lebih komunikatif dari anaknya sendiri
3. Jika tidak terdapat sisa saliva maka dapat dibuat cetakan gigi pelaku
melalui luka bekas gigitan tersebut. Dengan cara menggunakan mangkuk
cetak dari masker kain keras atau dengan menggunakan kain kasa
sepanjang diameter pencetakan dan berlapis-lapis. Berikutnya diaduk
bahan cetak yang flow system ditempatkan dan ditekan dengan getaran
pada sekitar pola gigitan kemudian mangkuk cetak diisi setengah dari
mangkuk oleh bahan yang flow system kemudian dijadikan satu dengan
bahan flow system sekitar pola gigitan. Kemudian hasil cetakan dari pola
gigitan menghasilakan suatu model dari gips yang telah dicor dari model
B. Radiologi