Anda di halaman 1dari 33

BAB I

STATUS PASIEN

I;

II;

Identitas Pasien
a; Nama/Jenis Kelamin/Umur

: Ny. T/ Perempuan / 18 tahun

b; Pekerjaan/Pendidikan

: Pelajar

c; Alamat

: Rt 17 Tambak Sari

Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a; Status Perkawinan

: Belum Menikah

b; Jumlah saudara

: satu

c; Status ekonomi keluarga

1;

Mampu

:+

2;

Kurang Mampu

:-

3;

Miskin

:-

d;

Kondisi Rumah

: baik

e;

Kondisi Lingkungan Keluarga

: baik

III;

Aspek Psikologis di Keluarga

: baik

IV;

Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :


Riwayat keluhan penyakit yang sama sebelumnya disangkal

V;

Keluhan Utama

Bintil- bintil merah terasa nyeri dan gatal di daerah wajah sejak 3 minggu ini.

VI;

Riwayat Penyakit Sekarang

: (autoanamnesa)

6 bulan yang lalu os mengaku timbul bintil merah di daerah pipi kanan, bintil
terasa gatal dan nyeri, bintil berisi nanah dan os sering memencet bintil dan
bintil pun semakin bertambah banyak di sekitar pipi kiri dan dagu.
4 bulan yang lalu bintil merah di sekitar pipi kanan, pipi kiri dan dagu yang
sering dipecahkan os membekas kehitaman.
2 bulan ini os merasa tidak nyaman dengan bekas kehitaman di pipi kanan
dan kiri serta dagunya, dan os pun memakai bedak pemutih, setelah sekitar 4
kali pemakaian bedak pemutih timbul bintil merah berisi nanah terasa gatal dan
nyeri di sekitar dahi os.
3 minggu yang lalu os pun berobat ke dokter umum dan os diberi Antibiotik
dan toner, tapi bintil dirasakan tidak juga berkurang dan terasa semakin banyak,
os mengaku jika dirinya sebelum ujian disekolah merasa stress menghadapi
ujian, dan os mengaku sering makan-makanan seperti kacang-kacangan. Dari
keterangan didapatkan jika os kesekolah menggunakan motor dan sering tidak
memakai pelindung seperti helm. Riwayat keluarga memiliki penyakit yang
sama di sangkal. Riwayat Alergi disangkal.

VII;

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum
1; Keadaan sakit

: tampak sakit sedang

2; Kesadaran

: compos mentis

3; Suhu

: 36C

4; Nadi

: 86x/menit

5; Pernafasan

- Frekuensi

: 22x/menit

- Irama

: reguler

- Tipe

: Thorakoabdominal

6; Tinggi badan

: 155 cm

7; Berat badan

: 58Kg

8; Kulit

- Turgor

: baik

- Lembab / kering

: lembab

- Lapisan lemak

: ada

Pemeriksaan Organ
1; Kepala

2; Mata

Bentuk

: normocephal

Ekspresi

: biasa

Exopthalmus/enophtal

: (-)

Kelopak

: normal

Conjungtiva

: anemis (-)

Sklera

: ikterik (-)

Kornea

: normal

Pupil

: bulat, isokor, reflex cahaya +/+

Lensa

: normal, keruh (-)

3; Hidung

: tak ada kelainan

4; Telinga

: tak ada kelainan

5; Mulut

Bibir

: lembab

Bau pernafasan

: normal

Gigi geligi

: lengkap

Palatum

: deviasi (-)

Gusi

: merah muda, perdarahan (-)

Selaput Lendir

: normal

Lidah

: putih kotor (-)

KGB

: tak ada pembengkakan

Kel.tiroid

: tak ada pembesaran

JVP

: 5 - 2 cmH2O

6; Leher

7; Thorax

Bentuk

: simetris

Pergerakan dinding dada

: tidak ada yang tertinggal

Pulmo
Pemeriksaan

Kanan

Kiri

Inspeksi

Statis : simetris
Dinamis : simetris

Statis : simetris
Dinamis : simetris

Palpasi

Stem fremitus normal

Stem fremitus normal

Perkusi

Sonor
Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI
kanan

Auskultasi

Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki(-)

Jantung
Inspeksi

Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri

Palpasi

Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi

Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri

Auskultasi

BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

8; Abdomen

Inspeksi

Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi

Hepar dan lien tak teraba

Perkusi

Timpani

Auskultasi

Bising usus (+) normal

9; Ekstremitas Atas

Lihat status dermatologis


10; Ekstremitas bawah
Lihat status dermatologis
5

Status Dermatologis
Regio Frontalis :
1; Pustul dengan ukuran 0,1-0,2 cm, Multiple ( 14 buah ), sirkumskrip,

diskret
2; Pustul dengan ukuran 0,1-0,2 cm, jumlah 3 buah, konfluens
3; Papul eritematosa, ukuran 0,1 cm, multiple, sirkumsrip, diskret
4; Nodulus, ukuran 0.6 cm, soliter, sirkumskrip
5; Komedo hitam, multiple, diskret
6; Makula Eritema, ukuran 0,1-0,2 cm,diskret, multiple

Regio Maksilaris dekstra :


1; Papul eritematosa, ukuran 0,1 cm,jumlah 1 buah, konfluens
2; Papul eritematosa, ukuran 0,1 cm, multiple, sirkumskirpta, diskret
3; Makula hiperpigmentasi, 0,1- 0,2 cm, diskret
Regio nasalis :
4;
5;
6;
7;
8;

Komedo hitam, mutiple, diskret


Papul eritomatosa, 0,1 cm, soliter, sirkumskripta, diskret
Komedo putih, ukuran 0,1 cm, multiple, sirkumskripta, diskret
Makula eritema, o,2 cm, diskret
Sikatrik, ukuran 1 cm, soliter

Regio maksillaris Sinistra :


1;
2;

Papul eitematosa, ukuran 0,1-0,2 cm, jumlah 2 buah, sirkumskrip, diskret


dan disertai krusta 0,1cm, diskret
Makula hiperpigmentasi, multiple, diskret

Regio mentalis :
1;

Makula hiperpigmentasi, multiple, diskret

2;

Papul eritematosa, 0,1-0,2 cm, multiple, sirkumskript, diskret

VIII; Diagnosis Kerja

Akne Vulgaris

IX;

Manajemen
a; Preventif :
-

Menjaga kebersihan muka

Diet rendah lemak

Menghindari stress.

Menjaga kebersihan lingkungan.

b; Promotif :
-

Perawatan kulit dengan membersihkan kulit wajah

Menghindari pemakaian kosmetik yang dapat memicu acne

Mencuci muka dengan sabun cuci muka

c; Kuratif :
-

Topikal :
Benzoyl peroxide 2,5-10% berbentuk krim, gel atau sabun cuci muka.

Sistemik Oral :
Doxyciclin 1x 200 mg/hari selama 6-8 minggu
Ibuprofen 1 x 500 mghari berfunsi sebagai anti inflamasi non steroid
untuk menghilangan nyeri.

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas : Pakuan Baru


Jalan

: Jl.

Dokter

: Ratih Suci Wijaya

SIP

: No. 46/SIK/2015
11 Maret 2015

R/ Benzoyl peroxide 10% krim

no. I

s ue

R/ Doxyciclin tab mg 200

no. X

s 1d d tab 1
R/ Ibuprofen tab mg 500

no. IX

s 1 dd tab I

Pro

: Ny. T

Umur : 18 tahun

Alamat

: RT 17 Kel.Tambak Sari

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran akne
vulgaris biasanya polimorfi : terdiri atas kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul,
nodul, dan jaringan parut akibat kelainan aktif yang telah mengubah baik jaringan
parut yang hipotrofik maupun hipertrofik (O Donoghue 2003; Zanglein dkk, 2008;
Wasitaatmadja, 2007; ).1
2.2 Epidemiologi
Akne vulgaris dijumpai pada hampir 80% orang dewasa muda yang berumur
11-30 tahun. Pada masa remaja akne vulgaris lebih sering dijumpai pada laki-laki

dibandingkan perempuan dan pada masa dewasa, lebih sering dijumpai pada
perempuan dibandingkan laki-laki.2
Meskipun pada laki-laki umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang,
namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris yang lebih berat
biasanya terjadi pada laki-laki.3
Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang
menderita akne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika) dan lebih
sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro.

Akne vulgaris mungkin familial, namun karena tingginya prevalensi penyakit ini hal
ini sukar dibuktikan.

Dari sebuah penelitian diketahui bahwa mereka yang

bergenotip XYY mendapat akne vulgaris yang lebih berat.3


2.3 Etiologi
Penyebab timbulnya akne vulgaris secara umum bersifat multifaktorial.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu :2
1; Genetika

Akne vulgaris sering dinyatakan sebagai penyakit yang diwariskan tetapi


belum ada bukti terperinci dan meyakinkan.
2; Diet/makanan
Adapun jenis makanan yang sering diwaspadai seperti coklat, kacangkacangan dan karbohidrat.
10

3; Obat-obatan

Kortikosteroid dapat menimbulkan steroid akne.


4; Endokrin
Peningkatan kadar hormon androgen, mempunyai pengaruh penting pada
aktivitas kelenjar sebaseous dan selanjutnya mempengaruhi terjadinya akne
vulgaris.
5; Kosmetik
Kosmetik yang bersifat komedogenik ringan dapat mencetuskan timbulnya
akne vulgaris.

2.4 Patogenesis
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam pada patogenesis akne vulgaris
yaitu :
1; Meningkatnya produksi sebum, antara lain akibat pengaruh hormon androgen

yang menyebabkan pembesaran kelenjar sebaseous.


2; Keratinisasi yang abnormal berupa hiperkeratinisasi dan hiperproliferasi dari
sel-sel pada daerah infra infundibulum yang mengakibatkan terjadinya
penyumbatan saluran pilosebasea oleh keratin sebum yang mengeras.
3; Proliferasi Propionibacterium Acnes. Kolonisasi mikrobial menyebabkan
meningkatnya lipolisis dan menginduksi kemotaktik faktor yang menarik
neutrofil dan memegang peranan pada proses peradangan.

11

Sumber : http://www.patient.co.uk (2013)9


4; Inflamasi.2

2.5 Faktor resiko


Pasien dengan karakteristik atau kondisi-kondisi berikut ini lebih mudah
mengalami acne :4
1; Adolesent (remaja).
2; Predisposisi genetik.
3; Penggunaan kosmetik atau produk rambut yang mengandung nabati ataupun

lemak hewani.
4; Verruca plana.
5; Peradangan folikel rambut.
6; Dermatitis (peradangan kulit).

12

2.6 Gejala Klinik


Daerah predileksi akne vulgaris adalah seperti di muka, bahu, bagian atas dari
ekstremitas superior, dada, dan punggung. (Harahap, 2000). Dapat disertai rasa gatal,
namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetis. Akne vulgaris ditandai
lesi polimorfik berupa komedo, papul, pustula, nodul, kista dan jaringan parut. 1
Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne vulgaris berupa papul miliar yang
ditengahnya mengandung sumbatan sebum.( Wasitaatmadja, 2007).1

Tabel 2.1: Bentuk lesi akne (Fleischer Jr, 2000; Wasitaatmadja, 2007; Harper J.C,
2003; Lubis, 2008).
Bentuk lesi

Gambaran klinis

Komedo terbukaDijumpai lesi bewarna hitam yang berdiameter 0.1-3.0 mm.


(Blackhead

Biasanya berkembang dalam waktu beberapa minggu. Puncak

komedo)

komedo bewarna hitam akibat terdapat pengaruh melanin.

Komedo

Lesinya kecil dan jelas berdiameter 0.1-3.0 mm. Lesi ini mengalami

tertutup

perbaikan dalam waktu 3-4 hari sebanyak 25% dan akan

(Whitehead

berkembang menjadi lesi inflammasi sebanyak 75%.

komedo)
Papula

50% papula berasal dari mikrokomedo dimana 25% berasal dari


komedo tertutup dan 25% lagi berasal dari komedo terbuka. Ada 2
tipe papula yaitu yang aktif dan tidak aktif. Yang tidak aktif, kurang
merah dan lebih kecil dari yang aktif, berdiameter 4 mm.

13

Pustula

Letak pustula dalam atau superficial. Pustula lebih jarang dijumpai


dibandingkan papula dan pustula dalam yang sering di jumpai pada
akne vulgaris yang berat. Pustula terbentuk dari papula atau nodul
yang mengalami peradangan dan dapat bertahan selama 7 hari atau
lebih.

Nodul

Letaknya lebih dalam dan dapat bertahan selama 8 minggu dan


kemudian mengecil. Tetapi, tidak semua nodul yang menghilang,
sebahagian akan menjadi parut.

Kista

Kista jarang terjadi, bila terbentuk diameter mencapai beberapa


centimeter. Bila diaspirasi dengan jarum besar akan didapati material
kental berupa krem bewarna kuning. Lesi dapat menyatu
menyebabkan terjadinya nekrosis dan peradangan granulomatous,
keadaan ini disebut akne konglobata.

Sering disebabkan lesi nodulokistik yang mengalami peradangan

Parut

berat. Parut dapat dibagi atas 2 bentuk yaitu:


a; Hipertropi, terjadi karena pembentukan jaringan ikat yang
berlebihan, contoh:hipertropi dan keloid
b; Hipotropi, terjadi oleh karena pembentukan jaringan ikat
yang berkurang, contoh: ice-pick scar dan atropic scar.

2.7 Gradasi
Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakitnya diperlukan bagi
pilihan pengobatan pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris yang
dikemukakan.3

14

Pillsbury (1963) membuat gradasi sebagai berikut :3


1; Komedo di muka.
2; Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka.
3; Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka, dada,

punggung.
4; Akne konglobata.

Frank (1970) :3
1; Akne komedonal non-inflamatoar
2; Akne komedonal inflamatoar.
3; Akne papular.
4; Akne papulo pustular.
5; Akne agak berat.
6; Akne berat.
7; Akne nodulo kistik/konglobata.

Burke dan Cunliffe (1984) :3


1; Akne minor yang terdiri atas gradasi , , .
2; Akne major yang terdiri atas gradasi 1, 1 1/4, 1 , 1 , 2, 2 , 3, 4, 5, 6, 7.

Plewig dan Kligman (1975) :3


1; Komedonal yang terdiri atas gradasi :
a; Bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka.
b; Bila ada 10 sampai 24 komedo.
c; Bila ada 25 sampai 50 komedo.
d; Bila ada lebih dari 50 komedo.
2; Papulopustul, yang terdiri atas 4 gradasi :
a; Bila ada kurang dari 10 lesi papulopustul dari satu sisi muka.
b; Bila ada 10 sampai 20 lesi papulopustul.
15

c; Bila ada 21 sampai 30 lesi papulopustul.


d; Bila ada lebih dari 30 lesi papulopustul.
3; Konglobata.

Penulis (1982) di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI /RSUPN


Dr. Cipto Mangunkusumo membuat gradasi akne vulgaris sebagai berikut :3
1; Ringan, bila : -

Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi


- Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi.
- Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi.

Mild Acne
Sumber : http://www.dermnetnz.org (2014)10
2; Sedang, bila : -

Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi.


- Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi.
- Beberapa lesi beradang pada 1 predileksi.
- Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi.

16

Moderate Acne
Sumber : http://www.dermnetnz.org (2014)10
3; Berat, bila : -

Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi.


- Banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi.

Severe Acne
Sumber : http://www.dermnetnz.org (2014)10
Catatan : Sedikit < 5, beberapa 5-10, banyak > 10
Lesi tak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul.
Beradang

: pustul, nodus, kista.

2.8 Diagnosis
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan
ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor
(sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti
lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.3
Histopatologis. Komedo yang mengandung sel keratin, sebum dan beberapa
mikroorganisme, tetapi pada pemeriksaan histopatologis yang sering ditemukan
hanyalah sel keratin. Bentuk papula follicular, karakteristiknya dijumpai predominan

17

infiltrat limfositik disekitar komedo, yang terdiri dari komedo yang tertutup ataupun
mikrokomedo. Jika dicari lebih teliti dapat dijumpai dinding follicular yang hancur.
Komedo yang masuk ke lapisan dermis, dapat membentuk pustula dan nodul yang
terbentuk setelah dinding follicular hancur dan kemudian masuk ke dalam lapisan
dermis. Apabila penumpukkan neutrofilnya sedikit dan superfisial, maka akan
membentuk pustula sebaliknya jika penumpukkan neutrofilnya lebih banyak dan
dalam, akan terbentuk nodul. Selain neutrofil dapat juga ditemukan sel mononuclear
dan giant sel.2
Mikrobiologik. Pemeriksaan terhadap jasad renik yang mempunyai peran
pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium mikrobiologi
yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.3
Skin Surface Lipids. Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit
dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak
bebas (free fatty acid) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan
digunakan cara untuk menurunkannya.3

2.9 Diagnosis Banding3


1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh induksi obat.
2. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisik.
3. Rosacea.
4. Dermatitis perioral.

2.10 Tata Laksana


2.10.1 Terapi Umum
18

Terdiri atas memperbaiki keadaan umum. Muka harus dibersihkan secara


teratur dengan sabun dan air hangat atau O/W cream ("oil in water cream"), misalnya
"skin milk", "cleansing milk", "cleansing cream", "vanishing cream". Sebaliknya
W/O cream ("water in oil cream") merupakan emolient dan terlalu berlemak untuk
muka yang berjerawatan. Penderita harus menghindarkan makanan yang berlemak
dan zat-zat atau obat yang komedogenik. Sebagai contoh, coklat seringkali
mengandung bromida.5

2.10.2 Terapi medikamentosa5


Terdiri atas terapi sistemik dan terapi topikal :
Terapi sistemik.

a; Vitamin A dan retinoid oral 3,5

Vitamin A dalam dosis tinggi berguna pada akne dengan banyak


komedo. Dosis vitamin A yang berkelebihan dapat memberi nyeri kepala dan
diplopi ("pseudo-tumor serebri").5 Isotretinoin (0,5-1 mg/kg BB/hari)
merupakan derivat retinoid yang menghambat produksi sebum sebagai pilihan
pada akne nodulokistik atau konglobata yang tidak sembuh dengan
pengobatan lain.3
Pasca pemberian retinoid oral pada wanita usia produktif hanya dapat
dilakukan setelah melalui prosedur ketat preterapi, dalam masa terapi dan
pasca terapi untuk menjaga terjadinya efek samping terutama teratogenik.
Prosedur tersebut sangat diperlukan untuk menghindari dilakukannya aborsi
prenatal pada pasien.3
b;

Antihormonal

19

Antiandrogen terapi ditujukan untuk pengobatan bagi wanita untuk


mengatasi efek hormon seks pria seperti testosteron pada kulit. Anti androgen
ini tidak cocok untuk masalah kulit pada pria.6
Pengobatan dengan antiandrogen dipakai untuk mengatasi tanda-tanda
hiperandrogenisme, yang meliputi berbagai kelainan kulit dan rambut seperti acne,
seborhoea, hirsutisme, kebotakan pada wanita, dan Hidradenitis suppurativa.6
Antiandrogen bekerja dengan cara menyekat reseptor androgen,
mengurangi produksi androgen adrenalis, mengurangi produksi androgen
ovarium, mengurangi produksi prolaktin kelenjar pituitary, menghambat
enzim 5 alfa reduktase dan mengurangi resistensi insulin.6
Penyekat reseptor androgen bekerja pada glandula sebasea dan folikel
dasar rambut. Obat-obat tersebut adalah kontrasepsi oral yang mengandung
ethinilestrodiol dan suatu progesteron antiandrogenik, obat-obat ini meliputi
cyproterone acetat dan drospirenone atau dienogest.

Kontrasepsi oral

kombinasi dosis rendah lainnya dengan efek androgen minimal, obat ini
mengandung ethinilestroidol, desorgestrel, gestoden, dan norgestimate.
Spironolakton 25-200 mg/hari yang mana paling berguna pada wanita diatas
usia 30 tahun. Cyproterone acetat 50-200 mg, antiandrogen yang kuat ini
biasanya memakan waktu 1-10 hari pada siklus menstruasi (secara
konvensional, hari ke 1 adalah hari pertama menstruasi). Flutamide 250-500
mg/hari, ini biasanya digunakan sebagai agen antineoplastik hormonal pada
pria dengan carsinoma prostat. Ini dapat menyebabkan hepatitis dan tidak
boleh digunakan untuk kelainan kulit.6
Pada akne efek antiandrogen adalah mengurangi produksi sebum, dan
mengurangi pembentukan komedo.

Obat-obat tersebut dapat dikombinasi

dengan pengobatan oral dan topikal lainnya terhadap akne.6


c; Tetrasiklin dan antibiotik lainnya 3,7

Tetrasikilin adalah antibiotik oral yang sering digunakan untuk


pengobatan penyakit kulit.

20

Tetrasiklin adalah antibiotik berspektrum luas yang sering digunakan


untuk perawatan kulit, dada, uretra, dan peradangan panggul. Mereka juga
berguna untuk akne, rosasea, dan dermatitis perioral. Kondisi-kondisi kulit
lain yang mungkin improve dengan tetrasiklin seperti hidradenitis
suppurativa, pemfigoid bullousa, sarcoidosis, pyoderma gangrenosum, sweet
disease, Liken Simplek Kronikus. Tetrasiklin bersifat menekan tetapi tidak
memulihkan kondisi-kondisi berikut ini meskipun antibiotik-antibiotik ini
perlu dilanjutkan untuk beberapa minggu, bulan, atau lebih lama sebelum
penyakit berlanjut.7
Antibiotik bekerja pada level ribosomal dimana mereka menghambat
sintesis protein dari suatu bakteri. Mereka juga mempunyai kegunaan nonantibiotik yang belum jelas dimengerti. Kegunaan-kegunaan non-antibiotik
ini meliputi efek antiinflamasi, menghambat metalloproteinase (enzim yang
menghambat produksi kolagen dan gelatin), mengurangi terbentuknya
pembuluh darah baru (angiogenesis), dan menurunkan apoptosis.7
Pengobatan infeksi bakteri umumnya selama 1-2 minggu, tetapi
tetrasiklin mungkin dibutuhkan untuk waktu yang lebih lama. Pasien-pasien
berbeda dalam jumlah tetrasiklin yang dibutuhkan untuk mengontrol inflamasi
penyakit kulit. Dosis harian penuh tetrasiklin umumnya dipakai selama
sedikitnya seminggu atau 1 bulan pertama untuk melihat seberapa baik
kontrolnya terhadap masalah kulit. Dosis penuh ini harus dilanjutkan pada
sebagian besar pasien dengan acne. Meskipun obat-obat ini pada rosasea dan
dermatitis perioral mungkin dapat diturunkan dosisnya setiap interval
beberapa bulan :7
- Tetracycline: 250-500mg 4 x sehari.
- Oxytetracycline: 250-500mg 4 x sehari.
- Demeclocycline: 150-300mg twice 2 x sehari.
- Doxycycline: 50-100mg 1-2 x /hari.

21

- Lymecycline: 300-600mg 1-2 x/ hari.


- Minocycline: 50-100mg 1-2 x/hari.
Antibiotik lain meliputi Eritromisin (4 x 250 mg/hari), Azitromisin
250-500 mg seminggu 3 x, dan trimetoprim-sulfametoksazol untuk akne yang
parah dan tidak responsif dengan obat lain karena efek sampingnya. Obat lain
ialah klindamisin dan dapson (50-100 mg sehari).3
(d). Azitromisin dosis denyut (untuk severe acne)
Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa terapi azitromisin dengan
dosis denyut dapat digunakan untuk terapi acne vulgaris dalam waktu singkat
sehingga mengurangi rasa kejenuhan pasien untuk berobat.8
Kelebihan lain obat ini adalah waktu paruh dan aktivitasnya lama,
karena itu azitromisin tidak membutuhkan dosis harian serta belum ada
laporan mengenai resistensi P.acnes terhadap azitromisin. Sementara itu,
kerugiannya adalah harga obat yang mahal dibandingkan dengan obat
antibiotik lain yang sering digunakan untuk terapi akne vulgaris. Penggunaan
azitromisin sebagai terapi pada akne vulgaris berat memberikan hasil yang
bermakna setelah empat bulan terapi dengan azitromisin 1x500 mg pada hari
pertama, dilanjutkan dengan dosis 1x250 mg pada hari kedua sampai kelima
setiap bulan selama empat bulan. Hasilnya tidak ditemukan nodus dan pustul
pada wajah setelah 4 bulan terapi dan tidak ditemukan efek samping seperti
gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare) pada pasien ini.8
(e). Penggunaan Obat Lainnya
Obat lainnya, misalnya antiinflamasi non-steroid ibuprofen (600
mg/hari), seng sulfat (2 x 200 mg/hari).3
Terapi topikal.

22

Terapi topikal terdiri atas agens-agens pembersih ("cleansing agents"),


adstringensia serta obat-obat yang mengandung sulfur praecipitatum, resorcinol,
acidum salicylicum, benzyl peroxida dan "retinoid acid".5
a; Agens-agens pembersih ("cleansing agents") ialah sabun biasa dan sabun yang

mengandung obat ("medicated"). Ada pula sabun yang tercampur detergens dan agens
abrasif.
b; Adstringensia biasanya mengandung campuran alkohol dan aseton.
c; Obat

yang mengandung sulfur praecipitatum, resorcinol dan acidu


salicylicum biasanya berbentuk lotio, cream, "cake" atau talk. Persentase
bahan aktif harus demikian, sehingga menimbulkan eritema dan deskwamasi,
tetapi jangan menginduksi dermatitis kontak. Bila ada infeksi sekunder, maka
di dalamnya dapat ditambah antibiotika yang tidak memberi sensitisasi
(misalnya tetrasildin atau kloramfenikol).
d; Benzyl peroxida topikal menimbulkan deskwamasi dan menghambat
pertumbuhan Corynebacterium acnes di dalam folikel. Pada akne yang
obstruktif sebaiknya benzyl peroxida dikombinasikan dengan "retinoid acid".
e; 'Retinoid acid" topikal bekerja mengelupas ("peeling") dan terutama berguna
pada akne komedo-papular. Obat harus dipakai selama kurang lebih enam
pekan. Penderita harus diberitahu, bahwa selama pakai obat tersebut dapat
terjadi eksaserbasi-eksaserbasi pustuler yang temporer. Selain itu ada
penurunan toleransi terhadap sinar matahari dan zat-zat pengering.
f; "Cryo slush therapy" diberikan dengan menggunakan "solid carbon dioxide"
dicampur dengan sedikit aseton, yang dioleskan sekali sepekan.5
2.10.3 Terapi Pembedahan
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki
jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan
jaringan parut , baik yang hipertrofik maupun yang hipotrofik.
Jenis bedah kulit yng dipilih disesuaikan dengan macam dan kondisi jaringan parut
yang terjadi. Tindakan dilakukan setelah akne vulgarisnya sembuh.3

23

1; Bedah skalpel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang menonjol atau

melakukan eksisi elips pada jarinagn parut hipotrofik yang dalam.


2; Bedah listrik dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah
pengeluaran sebum atau pada nodulo-kistik untuk drainase cairan isi yang
dapat mempercepat penyembuhan.
3; Bedah kimia dengan asam triklor asetat atau fenol untuk meratakan jaringan
parut yang berbenjol.
4; Bedah beku dengan bubur CO2 beku atau N2 cair untuk mempercepat
penyembuhan radang.
5; Dermabrasi untuk meratakan jaringan parut hipo dan hipertrofi pasca akne

yang luas.3
2.10.4 Modalitas lainnya.
a. Kortikosteroid intralesi
Kortikosteroid intralesi paling efektif untuk mengurangi inflamasi pada acne
vulgaris tipe noduler. Dosis yang direkomendasikan adalah injeksi suspensi
Triamsinolon asetat 2,5-10 mg/mL sebanyak 0,05- 0,25 mL per lesi. Kadang
memerlukan dosis ulangan dalam interval 2 hingga 3 minggu.10
b. Fototerapi dan laser.
Penggunaan terapi fotodinamik dan berbagai jenis laser masih dalam tahap
penyelidikann. Walaupun terapi ini dapat menghancurkan kelenjar sebasea dan
membunuh P.acnes, namun metode ini masih dianggap kurang efektif.10
2.11 Pencegahan3
Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan
isi sebum dengan cara diet rendah lemak dan karbohidrat.

Meskipun hal ini

diperdebatkan efektifitasnya, namun bila pada anamnesis menunjang, hal ini dapat
dilakukan. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari
kotoran dan jasad renik yang mempunyai peran pada etiopatogenesis akne vulgaris.
Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne, misalnya hidup
teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres.
24

Penggunaan kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun lamanya. Menjauhi


terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, lingkungan yang
tidak sehat dan sebagainya. Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak
lege artis, yang dapat memperberat erupsi yang telah terjadi.
Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab
penyakit, pencegahan, dan cara maupun lama pengobatannya, serta prognosisnya.
Hal ini penting agar penderita tidak underestimate atau overestimate terhadap usaha
penatalaksanaan yang dilakukan yang akan membuatnya putus asa atau kecewa.

2.12 Rekomendasi11
The National Institute for Health and Clinical Evidence (NICE)
merekomendasi bahwa :
1; Pasien dengan varian akne yang berat seperti Fulminan Acne atau Folikulitis

Gram Negatif harus dianggap urgensi untuk diobservasi dalam 2 minggu.


2; Pasien dengan akne yang berat yang disertai rasa nyeri, nodul yang dalam,
kista (akne nodulokistik) harus dianggap sebagai serius.
3; Beberapa kasus yang ringan dengan kemungkinan pembentukan scar atau
gagal mendapat respon yang adekuat memerlukan evaluasi rutin.
2.13 Prognosis
Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris biasanya hilang secara
spontan sebelum usia 30 tahun namun sebagian berlanjut sampai usia dewasa muda.
Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat
berat sehingga perlu di rawat-inap di rumah sakit.3,11
2.14 Komplikasi
Semua tipe akne berpotensi meninggalkan sekuele. Hampir semua lesi acne
akan meninggalkan makula eritema yang bersifat sementara setelah lesi sembuh.
Pada warna kulit yang lebih gelap, hiperpigmentasi post inflamasi dapat bertahan
berbulan bulan setelah lesi akne sembuh. Acne juga dapat menyebabkan terjadinya

25

scar pada beberapa individu. Selain itu, adanya acne juga menyebabkan dampak
psikologis. Dikatakan 30 50% penderita acne mengalami gangguan psikiatrik
karena adanya acne (Zaenglein dkk., 2008).12

BAB IV
ANALISA KASUS
Pengamatan Rumah :
Rumah terbuat dari semen (permanen) dengan ukuran 10x6 m2. Didalam
rumah tersebut terdapat ruang tamu dengan 3 buah jendela berukuran 60x80 cm2, 4
buah ventilasi dengan satu buah ventilasi diatas pintu masuk menuju rumah,masingmasing berukuran 60x30m2. Terdapat 3 buah kamar tidur dengan kamarnya berukuran
antara 3x3m2.
Lantai rumah os terbuat dari semen, penataan alat atau perabot rumah tangga
tertata dengan rapi. Dapur tempat ibu os memasak tidak begitu luas, keluarga pasien
memasak dengan menggunakan minyak tanah. Di belakang dapur terdapat kamar
mandi, tempat penampungan air dan tempat mencuci piring. Tidak ada sumur di
rumah os, sumber air berasal dari PAM dan air hujan yang di gunakan untuk mencuci
dan memasak namun untuk air minum, pasien menggunakan fasilitas air minum isi
ulang.
Pengamatan Lingkungan:
Keluarga os hidup dilingkungan tempat tinggal yang padat penghuni..
Keadaan rumah disekitar rumah kurang bersih. Pembuangan sampah dan limbah di
nilai kurang baik.

26

Berdasarkan Hasil wawancara /pengamatan Keluarga /hubungan keluarga:


Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya.
a; Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah pasien, dapat
disimpulkan bahwa keadaan/ kondisi rumah pasien tidak

berhubungan

mempengaruhi atau memperberat penyakit yang diderita oleh pasien saat ini.
b; Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan keluarga dan hubungan
keluarga, dapat disimpulkan bahwa keadaan/ kondisi rumah pasien tidak
berhubungan dan tidak mempengaruhi atau memperberat penyakit yang diderita
oleh pasien saat ini.

c; Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar.
Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa pasien sering berpergian dengan motor dan
os juga baru mnyelesaikan ujian nasional dengan stress yng tinggi serta sering
memakai pemutih muka dimana semua faktor tersebut memicu timbulnya akne
Analisis pasien secara holistik
d; Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit

27

Akne memiliki tempat predileksi di muka, leher, lengan atas, dada dan
punggung, akne bisa dijumpai saat masih bayi (akne neonatal), anak, remaja, dan
orangtua. Penyakit ini dapat sembuh sendiri tanpa bantuan obat atau kosmetik,
sebaliknya ada juga yang sulit diatasi.2
Penyakit ini tidak fatal, akne yang ringan sering dianggap sebagai proses
fiiologis, namun sering merisaukan karena dapat mengurangi kepercayaan diri.
Masalah psikologis pasien menunjukkan adanya disability (ketidakmampuan), yang
sering muncul berupa anxietas, depresi, kehilangan lingkungan sosial dan tidak bisa
bergabung dalam kelompoknya. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14-17
tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria. Pada seorang gadis akne vulgaris dapat
terjadi pada premenarke. Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang.
Namun kadang-kadang, terutama pada wanita, akne vulgaris menetap sampai dekade
umur 30-an atau bahkan lebih.1,3
Sesuai dengan teori diatas,pada kasus ini didapatkan pasien Nn. T, Perempuan, 17 th,
seorang pelajar, suku melayu datang dengan keluhan timbul bintil- bintil merah terasa
nyeri dan gatal di daerah wajah sejak 3 minggu ini.
Pada gejala klinis didapatkan Penderita datang datang dengan keluhan estetis,
kadang kadang disertai dengan rasa gatal. Predileksi biasanya pada wajah, bahu,
dada bagian atas, punggung bagian atas. Lokasi kulit lain: leher, lengan atas dan
glutea kadang kadang terkena1,2,3. Gejala klinis diatas sesuai dengan keluhan pasien
dimana pasien datang karena wajahnya terasa nyeri dan gatal, dimana pasien juga
mengeluh tidak nyaman dengan bekas kehitaman di wajahnya akibat sering
memecahkan bintil-bintil diwajahnya.
Untuk akne vulgaris ringan itu terdapat beberapa lesi tak beradang pada 1
predileksi, sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi dan sedikit lesi
beradang pada 1 predileksi. Pada akne vulgaris sedang didapatkan banyak lesi tak
beradang pada ssatu predileksi, beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1
predileksi, beberapa lesi beradang pada 1 predileksi dan sedikit lesi beradang pada

28

lebih dari 1 predileksi. Untuk akne vulgaris berat didapatkan banyak lesi tak beradang
pada lebih dari 1 predileksi dan banyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksi.
(sedikit < 5, beberapa 5-10, banyak > 10 lesi ). 1 Pada kasus pasien ini didapat
diagnosa akne vulgaris berat dimana pada pemeriksaan fisik didapatkan banyak lesi
beradang pada 1 predileksi yaitu pada daerah dahi didapatkan pustul 0,1-0,2 cm,
berjumlah 14 buah,didapatkan juga komedo hitam, multiple,diskret. Pada beberapa
predileksi seperti didaerah pipi kiri,hidung,pipi kanan dan dagu ditemukan banyak
lesi tak beradang seperti komedo hitam, komedo putih dan papul.
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada beberapa
faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit.4,5
1; Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel yang
biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas
dari saluran folikel tersebut.
2; Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur
komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.
3; Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi
folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting dalam patogenesis
penyakit.
4; Peningkatan jumlah flora folikel ( propionibacterium acnes, dulu:
Corynebacterium

acnes,

Pityrosporum

ovale,

dan

Staphylococcus

epidermidis ) yang berperan dalam proses kemotaktik inflamasi serta


pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.
5; Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang
memperberat akne.
6; Peningkatan kadar hormon androgen, anabolic, kortikosteroid, gonadotropin
serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada aktivitas kelenjar
sebacea.

29

7; Terjadinya stress yang dapat memicu aktivitas kelenjar sebacea, baik secara
langsung ataupun melalui rangsangan kelenjar hipofisis.
8; Faktor lain : usia, ras, familial, makanan, cuaca / musim yang secara tidak
langsung dapat memacu peningkatan proses patogenesis tersebut.

Kelainan yang terjadi pada Akne vulgaris berupa erupsi kulit polimorfi,
dengan gejala predominan : komedo, papul yang tidak beradang dan pustule, nodus
dan kista yang beradang. Komedo adalah gambaran patognomonik bagi akne, berupa
papul milier, yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum. Bila berwarna hitam
mengandung melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo,
open comedo). Sedangkan bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga
tidak mengandung melanin, disebut komedo putih atau komedo tertutup.1,3

e.Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor risiko atau etiologi


Rencana Promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada
keluarga:
-

Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa penyakit ini merupakan


penyakit yang disebabkan banyak faktor seperti makanan, obat-obatan, stress dan
higienitas muka serta lain-lain.
Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit,
pencegahan, dan cara maupun lama pengobatannya, serta prognosisnya. Hal ini
penting agar penderita tidak underestimate atau overestimate terhadap usaha
penatalaksanaan yang dilakukan yang akan membuatnya putus asa atau kecewa.

Rencana Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga:

30

Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan isi


sebum dengan cara diet rendah lemak dan karbohidrat. Meskipun hal ini
diperdebatkan efektifitasnya, namun bila pada anamnesis menunjang, hal ini
dapat dilakukan. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan
kulit dari kotoran dan jasad renik yang mempunyai peran pada etiopatogenesis
akne vulgaris.
Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne, misalnya hidup teratur
dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres.
Penggunaan kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun lamanya. Menjauhi
terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, lingkungan
yang tidak sehat dan sebagainya. Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang
tidak lege artis, yang dapat memperberat erupsi yang telah terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

31

1; Handoko, R. 2007. Skabies, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima

Cetakan Kedua Hal. 122-125. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.


2; Mansyur, M, dkk. 2007. Pendekatan Kedokteran Keluarga pada
Penatalaksanaan Skabies Anak Usia Pra-Sekolah. Diunduh dari :
indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/.../488/489 (11 maret
2015).
3; Djuanda A et al, 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI, Cetakan
pertama. Jakarta.
4; Setyaningrum T, dkk kadar immunoglobulin e-spesifik terhadap tungau debu

5;
6;
7;
8;
9;
10;

11;
12;

rumah pada penderita skabies non atopi anak.Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin; 2007
Skabies pada manusia. Diunduh dari : http://www.smallcrab.com/kulit/703penyakit-skabies-pada-manusia
Akne vulgaris. Diunduh dari http://www.e-bookspdf.org (diakses pada
tanggal 11 Maret 2015).
Ramona. Perbedaan Syringoma, Millium, dan acne vulgaris. Diunduh dari
http://www.repository.usu.ac.id (diakses pada tanggal 11 Maret 2015).
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2009. Jakarta : FK UI.
Acne.
2008.
Diunduh dari http://www.medicalreferat.wordpress.com
(diakses pada tanggal 11 Maret 2015).
Djuanda, Suria. Pengobatan Beberapa penyakit Kulit dan Kelamin. Diunduh
dari http://www.Islamicandmedicalupdates.blogspot.com (diakses pada
tanggal 11 Maret 2015).
Antiandrogen therapy. 2014. Diunduh dari http://www.dermnetnz.org
(diakses pada tanggal 11 Maret 2015).
Tetracycline. 2014. Diunduh dari http://www.dermnetnz.org (diakses pada
tanggal 11 Maret 2015).

32

33

Anda mungkin juga menyukai