Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KONSEP DASAR
A. Definisi
Cerebrovasculer diseases (CVD) adalah awitan deficit neurologist yang
berhubungan dengan penurunan aliran darah serebral yang disebabkan oleh oklusi
atau stenosis pembuluh darah karena adanya embolisme, trombosis atau hemoragi
yang mengakibatkan ischemia otak (Tucker, S.M, 1997 : 488). CVD merupakan
deficit neurologist yang mempunyai awitan mendadak dan berlangsung 24 jam
(Hudak & Gallo, 1996 : 254). CVD merupakan kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Smeltzer, S.C & Bare,
B.G, 2002 : 2131; Baughman, D.C & Hackley, J.C, 2000 : 94). CVD adalah
penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun global yang akut dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena yang sebelumnya tanpa peringatan dan
dapat sembuh secara sempurna atau sembuh dengan cacat atau bahkan kematian
akibat gangguan aliran darah ke otak yang disebabkan karena perdarahan ataupun
non perdarahan (Iskandar, J, 2004 : 4).
Menurut Iskandar, J (2004 : 4) stroke dibagi dalam 2 golongan yaitu stroke
perdarahan dan stroke non perdarahan (infark/iskemik). Berdasarkan perjalanan
klinisnya stroke iskemik (non hemoragik) dikelompokkan menjadi:
1. Transient ischemic Attack (TIA) yaitu serangan stroke sementara yang
berlengsung kurang dari 24 jam
perfusi
akan
menyebabkan
hipoksia
dan
anoksia.
Hipoksia
paling sering terkena adalah kedua arteria cerebral internal, kedua arteria carotis
internal (Long, C.B, 1995 : 177-178).
Gambar 1. Suplai Arteri Ke Area-Area Di Otak (Hudak & Gallo, 1997 : 254-255
CVD disebabkan karena beberapa kelainan otak fungsional maupun
struktural yang diakibatkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral
atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak, keadaan patologis ini menyebabkan
perdarahan akibat sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh darah atau
kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh
darah dengan pengaruh ischemia atau infark otak yang bersifat sementara maupun
permanent (Doenges, M.E, 2000 : 290). Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan lesi dalam korteks motorik atau jaras kortikospinal, hal ini karena
suplai darah otak yang berkurang akibat trombosis, akibat adanya infark otak
yang disertai dengan edema otak menyebabkan supresi ke arah batang otak
sehingga batang otak yang berfungsi sebagai mengatur pernafasan, mengatur
C. Etiologi
Cerebrovasculer diseases (CVD) biasanya disebabkan karena trombosis
(bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral
(bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh lain),
ischemia (penurunan aliran darah ke area otak), hemoragi serebral (pecahnya
pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang
sekitar otak) (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002 : 2131-2132; Baughman, D.C &
Hackley, J.C, 2000 : 94 ; Long, C.B, 1995 : 176).
Menurut Smeltzer, S.C & Bare, B.G (2002: 2133) & Iskandar, J (2004 : 9)
yang menjadi faktor resiko dari CVD antara lain :
1. Faktor resiko yang dapat dikontrol antara lain : hipertensi, diabetes militus,
serangan lumpuh sementara, fibrilasi atrial, post stroke, abnormalitas
lipoprotein, Fibrinogen tinggi, perokok, peminum alkohol, infeksi virus atau
bakteri, obat kontrasepsi oral, obat-obata lain, obesitas / kegemukan, kurang
aktifitas fisik, hiperkolesterolemia dan stres fisik dan mental.
2. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol : umur (makin tua kejadian stroke
makin tinggi), ras (bangsa afrika, jepang, cina lebih sering terkena stroke),
jenis kelamin (laki-laki lebih beresiko dibanding wanita), riwayat keluarga
(orangtua, saudara yang pernah mengalami stroke pada usia muda, maka yang
bersangkutan beresiko tinggi terkena stroke)
D. Manifestasi Klinik
Menurut Stein, L.J (2001 : 702) manifestasi klinik yang ditemukan pada
pasien CVD antara lain :
1. Sistem karotid : kelemahan unilateral yang biasanya hemiparesis, keluhan
sensorik unilateral misalnya baal dan parestesia, afasia yaitu pemahaman
bahasa, keluarga atau keduanya, dan kehilangan visual monocular (amourosis
fugaks)
2. Sistem Vertebrobasiler : deficit motorik terutama kalau bilateral, keluhan
sensorik terutama kalau bilateral, keluhan visual bilateral secara serentak,
diplopia, vertigo, disartria, ataksia tanpa kelemahan dan disfagia.
3. Karotid atau vertebra : disartria hebat dan keluhan visual homonim.
4. Gejala terisolasi yang sering tidak disebabkan oleh penyakit serevaskuler :
vertigo, pusing, diplopia, hilangnya kesadaran, kebingungan, kelemahan kaki
bilateral dan serangan jatuh.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges, M.E (2000 : 292) pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan pada pasien dengan CVD antara lain :
1. Angiografi : membantau menentukan penyebab stroke
2. Skan CT : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iscemia dan infark
F. Pathways
trombosis
Embolis serebral
Edema otak
Progressing stroke
Penurunan kemampuan
mengikuti instruksi
Mk. Perubahan
proses pikir
Kerusakan otak
Paralisis/hemiparalisis,
gangguan kesimbangan &
koordinasi
Asupan nutrisi
Perubahan biofisik,
psikososial &
perceptual kognotif
Mk. Kerusakan
mobilitas fisik
Mk. Kerusakan
komunikasi verbal
Mk. Gangguan Harga diri
Gambar 2. Patways Cerebral Vasculer Disease (dikembangkan dari Stein L.H, 2001 :
701; Guyton & Hall, 1997 : 876-878, Doenges, M.E, 2000 : 290)
G. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges, M.E (2000 : 290-291); Tucker, S.M, (1997: 488);
Smeltzer, S.C & Bare, B.G, (2002: 2137) pengkajian pola fungsional pasien
dengan CVD antara lain :
1. Aktivitas /istirahat
Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisis, merasa mudah lelah, susah untuk istirahat, gangguan
tonus otot (flacid, spastis), paralitik dan terjadi kelemahan umum, gangguan
pengelihatan
(kehilangan
penglihatan
parsial,
penglihatan
ganda),
kehilangan kesadaran.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, hipertensi, polisitemia, riwayat hipotensi
postural, hipertensi arterial, denyut nadi dapat berfariasi, ada perubahan
EKG dan denyut jantung tidak teratur / disritmia, terdengar desiran pada
karotis, femoralis atau arteri iliaka
3. Integritas ego
Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa, emosi yang labil, mudah marah,
sedih dan gembira, kadang kesulitan untuk mengekspresikan diri
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin sampai anuria, distensia
abdomen, bising usus negatif ( ileus paralitik)
5. Makanan / cairan
Nafsu makan hilang, mual, muntah selama fase akut akibat peningkatan
tekanan intra cranial, kehilangan sensasi kecap pada lidah, pipi dan
10
11
H. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran
darah sekunder terhadap gangguan oclusive embolisme atau trombosis,
hemoragi, dan vasospasme serebral (Doenges, M.E ,2000 : 293; Hudak &
Gallo, 1996 : 265)
a. Definisi
Perubahan perfusi jaringan serebral adalah keadaan dimana individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan
pernafasan pada tingkat seluler perifer serebral yang disebabkan karena
sutu penurunan dalam suplai darah kapiler serebral (Carpenito, L.J,
1998: 397).
b. Karakteristik
Menurut Carpenito , L.J (1998 : 398) karakteristik dari diagnosa
keperawatan perubahan perfusi jaringan serebral meliputi klaudikasi
arteri, nyeri saat istirahat, penurunan atau tidak adanya denyut nadi
arteri, perubahan warna kulit (pucat, sianosis dan hiperemia reaktif,
perubahan suhu kulit (arteri lebih dingin dan vena lebih hangat),
penurunan tekanan darah, pengisian kapiler lebih dari 3 detik, edema
vena, perubahan dalam fungsi sensori dan motorik.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paralisis
hipotonik atau paralisis / hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi sekunder terhadap kerusakan funsi neurofisologis (Doenges,
12
M.E, 2000 : 295; Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002: 2137; Tucker,
S.M,1997: 489; Hudak & Gallo, 1996 : 264)
a. Definisi
Kerusakan mobilitas fisik adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik, tetapi
bukan imobil (carpenito, L.J, 1998 : 240)
b. Karakteristik
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 240) karakteristik dari diagnosa
keperawatan kerusakan mobilitas fisik adalah perlemahan kemampuan
untuk bergerak dengan maksud tertentu dalam lingkungan misalnya
mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi, keterbatasan rentang
gerak, pembatasan rentang gerak yang dipaksakan, enggan untuk
bergerak.
3. Kerusakan
komunikasi
neuromuskuler,
verbal
kehilangan
berhubungan
tonus/control
dengan
otot
kerusakan
facial/oral,
13
b. Karakteristik
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 69) karakteristik dari diangnosa
keperawatan kerusakan komunikasi verbal adalah ketidakmampuan
untuk mengucapkan kata-kata tetapi dapat mengerti orang lain, deficit
artikulasi atau perencanaan motorik, nafas pendek,
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi sensori,
transmisi, integrasi sekunder terhadap trauma neurologist atau deficit
(Doenges, M.E,2000 : 300)
a. Definisi
Perubahan persepsi sensori adalah keadaan dimana individu / kelompok
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah,
pola, atau interpretasi stimulus yang dating (Carpenito, L.J, 1998 : 365).
Menurut Mi Ja Kim (1997 : 56) perubahan persepsi sensori diartikan
sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam
jumlah, pola dari dari penerimaan rangsangan disertai dengan
diminished, eksagregasi, distorsi, atau gangguan berespon terhadap
rangsangan tersebut.
b. Karakteristik
Menurut
Carpenito,L.J
(1998:366)
karakteristik
dari
diagnosa
disorientasi
menganai
orang,
perubahan
kemampuan
14
15
16
17
a. Definisi
Perubahan proses pikir adalah keadaan dimana individu mengalami
suatu gangguan dalam aktivitas-aktivitas mental seperti sadar, orientasi
realitas,
pemecahan
masalah,
penilaian
dan
pemahaman
yang
memori,
kecurigaan,
delusi,
halusinasi,
fobia,
obesitas,
18
a. Definisi
Bersihan jalan nafas inefektif adalah ketidakefektifan atau suatu keadaan
dimana seseorang individu mengalami sutu ancaman yang nyata atau
potensial apada status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan
untuk batuk secara efektif (Carpenito,L.J, 1998 : 318)
b. Karakteristik
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 319) karakteristik dari diagnosa
keperawatan bersihan jalan nafas adalah Batuk tidsk efektif atau
ketidakmampuan untuk batuk,ktidakmampuan untuk mengeluarkan
sekresi jalan nafas, bunyi nafas abnormal, frekuensi, irama dan
kedalamam pernafasan abnormal .
I. Fokus Intervensi
1.
19
11).
Berikan
obat
antikoagulasi,
antifibrilasi,
serum
13).
2. Kerusakan mobilitas fisik (Doenges, M.E,2000 : 296; Smeltzer, S.C & Bare,
B.G, 2002: 2139; Tucker, S.M,1997: 489 ; Hudak & Gallo, 1996 : 266)
a. Tujuan
20
12).
13).
14).
3.
21
Klien
dapa
mengatasi
hambatan
komunikasi
dengan
criteria
menggunakan metode komunikasi yang tepat, menggunakan sumbersumber komunikasi yang tepat, klien dapat mengekspresikan perasaan
dengan bahasa lisan, tertulis atau bahasa isyarat, pasien memahami apa
yang djelas kan oleh perawat
b. Intervensi
1).
2).
Kaji
kemampuan
pasien
dalammembaca,
4).
Berbicara
dengan
perlahan
menggunakan
6).
7).
Beri
alternative
pasien
dengan
metode
9).
4.
22
a. Tujuan
Klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran dan meningkatkan
fungsi perseptual dengan kriteria : mengakui adanya perubahan
kemampuan, pasien dapat menerima rangsang
b. Intervensi
1). Kaji adanya gangguan pengelihatan
2). Dekati pasien dari arah daerah pengelihatan yang normal, berikan
lampu yang menyala, letakkan benda dalam jangkauan lapang
pandang pengelihatan
3). Tutp mata yang sakit kalau perlu
4). Ciptakan lingkungan yangsederhana, pindahkan perabot yang
membahayakan
5). Kaji kesadaran sensorik (membedakan panas dan dingin)
6). Beri stimulasi terhadap sentuhan dan rabaan
7). Lindungi pasien dari suhu yang berlebihan
8). Amati respons perilaku pasien seperti mudah marah, bermusuhan
9). Hindari kebisingan
10).
Bicara
dengan
tenang,
perlahan
dengan
disekitarnya.
5. Kurang perawatan diri Doenges, M.E,2000 : 301; Smeltzer, S.C & Bare,
B.G, 2002: 2137; Tucker, S.M,1997: 490)
23
a. Tujuan
Klien mampu mendemontrasikan adanya tehnik perubahan gaya hidup
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan krtiteria : melakukan
aktivitas perawatan diri sesuai batas kemampuan klien, mampu
mengidentifikasi sumber bantuan yang dapatmemberikan bantuan
b. Intervensi
1). Kaji tingkat kemampuan dan ketidakmampuan dalam ADLS (skala
0-4)
2). Hindari melakukan sesuatu yang dapat dilakukan pasien sendiri
3). Pertahankan dukungan, sikap yang tegas serta berikan waktu pada
klien untuk menyelesaikan tugasnya
4). Berikan umpan balik yang positif atas keberhasilanmelakukan
perawatan diri
5). Lakukan perawatan kulit setiap 4-5 jsm gunakan losion yang
mengandung minyak
6). Inspeksi bagian atas tulang yang menonjol setiap hari
7). Lakukan oral hygiene tiap 4-8 jam, keramas satu kali seminggu
8). Identifikasi kebiasaan defekasi sebelum dan kembalikan pada
kebiasaan normal, anjurkan makanan yang berserat dan minum yang
banyak
6. Gangguan harga diri rendah (Doenges, M.E,2000 : 303-304)
a. Tujuan
24
pekerjaan
sendiri
dan
beri
reinforcement
atas
keberhasilan klien
7.
25
2).
3).
4).
Berikan
makan
melalui
selang,
mutrisi
6).
7).
8).
9).
8. Perubahan proses pikir (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002: 2138 ; Hudak &
Gallo, 1996 : 264)
a. Tujuan
26
kalau memungkinkan
9.
27