Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
3.
4.
5.
Industri otomotif ; 0,45% dari DPP PPN penjualan kendaraan bermotor roda dua
atau lebih
Industri farmasi ; 0,3% dari DPP PPN penjualan semua jenis obat
Dalam melakukan pemungutan PPh pasal 22, pemungut wajib menerbitkan bukti
pemungutan PPh pasal 22 dalam rangkap 3 yang peruntukannya adalah sebagai
berikut;
1.
lembar kesatu untuk wajib pajak yang dipungut
2.
3.
lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan SPT masa PPh 22 ke KPP tempat
terdaftarnya pemungut.
lembar ketiga untuk arsip wajib pajak pemungut.
Hasil pemungutan PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu tersebut
disetorkan ke Kas negara melalui Bank persepsi yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
atau melaui kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) paling lambat
tanggal 10 masa pajak berikutnya. Dan melaporkan hasil pungutannya dengan
menggunakan SPT masa ke KPP tempat pemungut terdaftar paling lambat tanggal 20
masa pajak berikutnya. Sedangkan bagi distributor dalam negeri yang dipungut dapat
memperihungkan sebagai pembayaran pajak penghasilan dalam tahun berjalan (kredit
pajak dalam negeri).
PPH Pasal 22
Pengertian
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:
1.
Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembagalembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang;
Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan
di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
2.
3.
Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari
belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada
angka 4;
3.
Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Badan Urusan Logistik
(BULOG), PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT.
Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT. Krakatau Steel, Pertamina dan bank-bank BUMN yang
melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun dari non APBN;
4.
Badan usaha yang bergerak dalam bidang industri semen, industri rokok, industri kertas,
industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas
penjualan hasil produksinya di dalam negeri;
5.
Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar
minyak, gas, dan pelumas.
6.
Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan
perikanan, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.
7.
8.
Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
yang tidak menggunakan API, 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai impor;
c.
yang tidak dikuasai, 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang.
Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 5)
ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:
3.
a.
b.
c.
d.
Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan
bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
Catatan:
Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak
final
2
Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 7) ditetapkan sebesar 2,5 % dari
harga pembelian tidak termasuk PPN.
3
Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API
sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai impor.
4
5
Atas Penjualan
a.
b.
Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp10.000.000.000,00
Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari
Rp10.000.000.000,00 dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
c.
Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya
dengan harga jual lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan dengan kapasitas
silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
e.
Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22
Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali,
dan dilaksanakan oleh Dirjen BC.
3.
Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang lainnya yang jumlahnya
paling banyak Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecahpecah.
4.
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, bendabenda pos.
5.
Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas
untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB.
6.
Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah
diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang memenuhi syarat yang
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
8.
9.
Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 5) terutang
dan dipungut pada saat penjualan;
3.
Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 6)
dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order);
4.
Atas pembelian bahan-bahan (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 7) terutang
dan dipungut pada saat pembelian.
5.
PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2)
disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak rekanan ke bank persepsi atau Kantor
Pos pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang. Pemungut
menerbitkan bukti pungutan rangkap tiga, yaitu :
3.
a.
b.
lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan, dan dilaporkan ke
KPP paling lambat 14 (empat belas ) hari setelah masa pajak berakhir.
c.
PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 3)
disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor
Pos paling lama tanggal 10 sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dilaporkan
ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.
4.
PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 4 )
disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor
Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir
SSP dan menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak
berakhir.
5.
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 5, dan 7 ) dan hasil penjualan barang sangat mewah (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal
22 butir 8) disetor oleh pemungut atas nama wajib pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP.
Pemungut menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa
pajak berakhir.
6.
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 6) disetor oleh pemungut ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10(sepuluh)
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Pemungut wajib menerbitkan bukti pemungutan
PPh Ps. 22 rangkap 3 yaitu:
7.
a.
b.
lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak;
c.
Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP setempat paling lambat 20
(dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22 bertepatan dengan
hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
CONTOH PERHITUNGAN :
CONTOH 1---Menghitung PPh pasal 22 atas impor barang
PT Pasaribu Motors mengimpor barang dari Korea. PT Pasaribu Motors adalah importir mobil
yang telah memiliki Angka Pengenal Impor. PT KIA mengimpor unit 50 mobil, dengan harga
faktur $ 10.000 per unit. Biaya asuransi dan biaya angkut yang berkaitan dengan impor mobil
tersebut masing-masing adalah 2% dan 3%. Bea masuk yang dibayar oleh PT KIA Motors
sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs pada saat itu
ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar $1 = Rp 9.000. Berapa PPh pasal 22 yang harus
dibayar?
Harga faktur : 50 unit x $10.000
$500.000
Biaya asuransi(2%)
$ 10.000
Biaya angkut(3%)
$ 15.000
-------------CIF
$525.000
Bea masuk: 5% x $525.000
$ 26.250
Bea masuk tambahan:20% x $525.000
$105.000
------------Nilai Impor
$ 656.250
Nilai Impor dalam rupiah:
$656.250 x Rp 9.000 = Rp 5.906.250.000,PPh 22 yang harus dipungut (memiliki API)
2,5% x Rp 5.906.250.000 = Rp 147.656.250,CONTOH 2---Menghitung PPh Pasal 22 ataspembelian barang oleh bendahara Instansi
Pemerintahan
Pada tanggal 1 April 2011, Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Yogyakarta Membeli mebel
dan peralatan kantor lainnya dari Perdana Furniture senilai RP 220.000.000,- ( termasuk PPn
10% )
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Yogyakarta
dihitung sebagai berikut:
DPP : ( 100 : 110 ) X Rp 220.000.000,Rp 200.000.000,PPh Pasal 22 : ( 1,5% X Rp 200.000.000,- )
Rp 3.000.000,CONTOH 3---Menghitung PPh Pasal 22 atas Pembayaran Olehbendahara pengeluaran
Bendahara pengeluaran pada Dinas Pertanian Kabupaten Sleman pada tanggal 10 juli 2011
membayarsejumlah Rp 7.150.000,- ( termasuk PPN ). Pembayaran dilakukan menggunakan uang
persediaan.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran Dinas Pertanian Kab. Sleman
dihitung sebagai berikut:
DPP : ( 100 : 110 ) X Rp 7.150.000,Rp 6.500.000,PPh Pasal 22 : 1,5% X Rp 6.500.000,Rp
97.500,CONTOH 4---Menghitung PPh Pasal 22 atas pembayaran dengan mekanisme langsung oleh
Kuasa Pengguna Anggran
Pada tanggal 20 Juli 2011, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Selaman membeli alat berat senilai Rp
962.500.000,- ( termasuk PPN ) dari PT Nagata. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
wilayah tersebut, untuk pembelian senilai di atas Rp 100.000.000,- dilakukan dengan cara
mekanisme langsung yaitu pembayaran dilakukan oleh bendahara umum daerah dalam hal ini
DPPKD Kab sleman langsung kepada PT Nagata.
PPh pasal 22 dihitung sebagai berikut:
DPP atau harga di luar PPN adalah:
( 100 : 110 ) X Rp 962.500.000
Rp 875.000.000,PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DPPKD Kab. Sleman:
1,5% X Rp 875.00.000,Rp 13.125.000,CONTOH 5---Menghitung PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu
a. PT Indah Kiat Paper dalam bulan Mei 2011 menjual beberapa jenis kertas hasil produksinya
dengan total harga sebesar Rp 88.000.000,- kepada Penerbit Perdana Putra di Yogyakarta. Harga
tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
( 100 ; 110 ) X Rp 88.000.000,Rp 80.000.000,PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Indah Kiat Paper adalah:
0,10% X Rp 80.000.000,RP
80.000,b. PT Semen Gresik dalam bulan Juni 2011 menjual hasil produksinya senilai Rp 165.000.000,kepada Pt Karya Jaya. Harga tersebut termasuk PPN.
Besarnya DPP PPN adalah:
( 100 : 110 ) X Rp 165.000.000
Rp 150.000.000,PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Semen Gresik adalah:
0,25% X Rp 150.000.000,Rp
375.000,c. PT Baja Perkasa merupakan produsen baja, pada bulan juli 2011 menjual hasil produksinya
kepada PT Adi Karya senilai Rp 825.000.000,- (termasuk PPN).
Besarnya DPP PPN adalah:
( 100 : 110 ) X Rp 825.000.000,Rp 750.000.000,PPh Pasal 22 yang dipungut oleh PT Baja Perkasa adalah:
0,3% X Rp 750.000.000,Rp 2.250.000,-
CONTOH 6---Menghitung PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh produse atas
importer bahan bakar dan pelumas
PT Pertamina adalah produsen dan importer bahan bakar minyak,gas,dan pelumas . Pada bulan
agustus 2011 melakukan penyerahan sebagai berikut ;
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
CONTOH 7---Menghitung PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk industri atau ekspor
oleh badan usaha sektor tertentu.
PT Dua Saudara merupakan perusahaan yang pengolahan hasil-hasil pertanian. Pada bulan Juli
2011, membeli bahan-bahan untuk keperluan industri tersebut dari UD Petani sebagai pedagang
pengumpul . Nilai pembelian sebesar Rp.326.000.000,00
Besarnya PPh Pasal 22 atas pembelian tersebut adalah :
0,25% X Rp326.000.000,00
Rp.815.000,00
PAJAK DAERAH
Pajak Daerah, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009)
Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
(Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009)
Saat
anda mengunjungi restoran lalu melakukan pembayaran, dan terlihat dalam struk/nota
pembayaran terdapat tambahan pengenaan Pajak Restoran sebesar 10%, maka anda telah berkontribusi
dalam pembayaran Pajak Daerah untuk Kabupaten/Kota di mana restoran itu berusaha. Pembayaran
yang anda lakukan akan dihimpun oleh pengusaha restoran yang berposisi sebagai Wajib Pajak, lalu
pengusaha restoran tersebut akan menyetor pajak restoran yang telah dikutip dari pelanggan restoran
ke rekening Kas Daerah Pemerintah Daerah.Pelanggan restoran sebagai pihak yang telah dikutip
pembayaran pajak daerah tidak akan mendapat jasa atau kontraprestasi secara langsung dari
Pemerintah Daerah. Nominal pembayaran yang disetor ke Kas Daerah akan dihimpun dan selanjutnya
digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah.
Sedangkan ketika anda melakukan pembayaran Retribusi Daerah, maka pembayaran yang dilakukan
merupakan kompensasi atas sebuah jasa/layanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Apabila ada
sebuah pungutan yang dinamakan Retribusi namun tidak terdapat jasa/layanan yang diberikan kepada
pembayar Retribusi, maka pada hakikatnya pembayaran tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai
Retribusi.
Kapan kabupaten/kota dapat mulai mengelola PBB sektor perdesaan dan perkotaan (PBB-P2)?
Paling lambat tanggal 1 Januari 2014 PBB-P2 akan dikelola oleh kabupaten/kota dan dalam hal sebelum tahun
2014 terdapat kabupaten/kota sudah siap untuk mengelola PBB-P2, yang dibuktikan dengan telah disahkannya
Perda, maka kabupaten/kota dimaksud dapat mengelola PBB-P2 mulai tahun tersebut.
Apa tujuan dari pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak daerah sesuai UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD)?
Untuk meningkatkan local taxing power pada kabupaten/kota, seperti:
1.
2.
3.
4.
Terkait PBB-P2, kewenangan apa saja yang akan dialihkan oleh pemerintah pusat kepada kabupaten/kota?
Pemerintah pusat akan mengalihkan semua kewenangan terkait pengelolaan PBB-P2 kepada
kabupaten/kota. Kewenangan tersebut antara lain: proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian,
pemungutan/penagihan dan pelayanan.
Apakah sama antara subjek pajak PBB-P2 saat dikelola oleh pemerintah pusat (Ditjen Pajak) dan saat
dikelola oleh kabupaten/kota?
Subjek pajaknya sama, yaitu Orang atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi,
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan. (Pasal 4 Ayat 1 UU PBB sama dengan Pasal 78 ayat (1) dan (2) UU PDRD)
Untuk objek pajak PBB-P2 sesuai UU PDRD apakah ada perbedaan dengan saat dikelola oleh Pusat?
Objek PBB sesuai:
Hal-hal apa saja yang bisa diadopsi oleh kabupaten/kota dari Pusat?
Banyak hal yang bisa diadopsi oleh pemda dari DJP, antara lain:
1.
2.
3.
4.
Apa saja yang perlu diperhatikan oleh kabupaten/kota dalam mengelola PBB-P2?
1.
2.
3.
4.
Kebijakan NJOP agar memperhatikan konsistensi, kesinambungan dan keseimbangan antar wilayah
Kebijakan tarif PBB, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat
Menjaga kualitas pelayanan kepada WP
Akurasi data subjek dan objek pajak dalam SPPT tetap terjaga
Peluang apa saja yang dapat diperoleh oleh kabupaten/kota dengan pengalihan PBB-P2 ini?
1.
2.
3.
4.
Penyeimbangan kepentingan budgeter dan reguler karena diskresi kebijakan ada di kabupaten/kota.
Penggalian potensi penerimaan yang lebih optimal karena jaringan birokrasi yang lebih luas
Peningkatan kualitas pelayanan kepada WP
Peningkatan akuntabilitas penggunaan penerimaan PBB
Dalam setiap kegiatan pasti ada tantangan, dalam pengalihan PBB-P2 ini apa saja tantangannya?
Tantangan dalam pengalihan PBB-P2, antara lain:
1.
2.
3.
4.
Kesiapan kabupaten/kota pada masa awal pengalihan yang belum optimal, sehingga dapat berdampak
pada penurunan pelayanan, penerimaan, dll.
Kesenjangan (disparitas) kebijakan PBB-P2 antar kabupaten/kota
Hilangnya potensi penerimaan bagi provinsi (16,2%) dan hilangnya potensi penerimaan insentif PBB
khususnya bagi kabupaten/kota yang potensi PBB-P2nya rendah
Beban biaya pemungutan PBB-P2 yang cukup besar
1. A.
Pengertian Pajak
1. B.
Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah oleh pemerintah daerah (baik pemerintah
daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil di pergunakan untuk
membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD).
Menurut Mardiasmo, (2002:5) : Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di
paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk
membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
1. C.
Pajak Hotel.
b)
Pajak Restoran
c)
Pajak Hiburan
d)
Pajak Reklame
e)
f)
g)
Pajak Parkir
1. D.
1. Pajak Hotel
Menurut peraturan daerah No. 26 tentang Pajak Hotel (2002:1) :
pajak hotel di sebut pajak daerah pungutan daerah atas penyelenggaraan hotel.
Hotel adalah : Bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/istirahat, memperoleh pelayanan atau fasilitas lainnya dengan di pungut
bayaran, termasuk bangunan yang lainnya yang mengatur,di kelolah dan dimiliki oleh
pihak yang sama kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
Pengusaha hotel ialah : Perorangan atau badan yang menyelenggarakan usaha hotel
untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi
tanggungannya.
Objek pajak adalah : Setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel,
Objek pajak berupa
1)
rumah penginapan termasuk rumah kost dengan jumlah kamar 15 atau lebih
menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.
2)
Pelayanan penunjang antara lain : Telepon, faksimilie, teleks, foto copy, layanan
cuci, setrika, taksi dan pengangkut lainnya disediakan atau dikelolah hotel
3)
Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas
pelayanan hotel. Wajib pajak hotel adalah : Pengusaha hotel. Dasar pengenaan
adalah : Jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel dan tarif pajak ditetapkan
sebesar 10%, Masa pajak I (satu) bulan takwim, jangka waktu lamanya pajak terutang
dalam masa pajak pada saat pelayanan di hotel.
2. Pajak Restoran
Menurut Peraturan Daerah No. 29 tentang Pajak Restoran (2002:1) : pajak restoran
yang di sebut pajak adalah pungutan daerah atas pelayanan restoran. Restoran atau
rumah makan adalah : Tempat menyantap makanan dan atau minuman yang
disediakan dengan dipungut bayaran,tidak termasuk usaha jasa boga atau catering.
Objek Pajak yaitu setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran.
Subjek pajak orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan
restoran, Wajib pajak rastoran yaitu Pengusaha restoran dan tarif pajak di tetapkan
sebesar 10% (sepuluh persen).
3. Pajak Hiburan
Menurut Peraturan Daerah No.28 tentang Pajak Hiburan (2002:1) : Pajak Hiburan
atau di sebut pajak adalah pajak hiburan di Kabupaten Musi Banyuasin. Hiburan ialah
semua jenis pertunjukan permainan dengan nama dan bentuk apapun yang di tonton
atau di nikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran di Kabupaten Musi
Banyuasin.
Objek Pajak Semua Penyelenggaraan Hiburan berupa :
1)
2)
4)
5)
6)
Subjek pajak hiburan orang pribadi atau badan yang menonton atau menikmati
hiburan, Wajib pakak hiburan orang pribadi atau badan penyelenggara hiburan
4. Pajak Reklame
Menurut Peraturan Daerah No.27 Tentang Pajak Reklame (2002:1) : Pajak reklame
yang selanjutnya disebut pajak adalah pungutan daerah atas penyelenggaraan reklame.
Reklame yaitu benda, alat, media yang menurut bentuk susunan dan corak raganya
untuk tujuan komersial di pergunakan untuk memperkenalkan,mengajukan atau
memujikan suatu barang, jasa atau orang yang di tempatkan atau di dengar dari suatu
tempat oleh umum kecuali yang di lakukan oleh pemerintah.
Reklame Kain
2)
3)
4)
Reklame Udara
5)
Reklame Suara
6)
Reklame Film/Slide
7)
Reklame Peragaan
Subjek Pajak Reklame adalah : Orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau
memesan reklame.Tarif pajak ditetapkan sebesar 25%.
1. E.
1)
Dasar Hukum
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 Ayat (2) : Segala Pajak Untuk Keperluan Negara
Berdasarkan Undang-Undang.
Dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah : Undang-Undang
No.18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah sebagaimana telah di
ubah terakhir dengan Undang-Undang No.34 Tahun 2000.
1. F.
Pedoman tata cara pemungutan pajak daerah diatur Keputusan Menteri Dalam Negeri
No.170 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999
Pendaftaran
b)
Pendataan
c)
A 1.Kegiatan Pendaftaran Dengan Cara Dibayar Sendiri (Self Assesment) terdiri dari
a)
b)
Menerima dan memeriksa kelengkapan formulir pendaftaran yang telah di isi oleh
A 2.Kegiatan pendataan dengan cara dibayar sendiri (Self Assesment) untuk wajib pajak
yang sudah memiliki NPWPD terdiri dari
a)
b)
Mencatat data pajak daerah dalam kartu data ke dalam daftar SPTPD (Surat
v Penetapan
Dari
a)
dicatat
Membuat nota perhitungan pajak atas dasar kartu data dan hasil pemeriksaan
atau keterangan lain, Dengan cara menghitung jumlah pajak terutang dan jumlah kredit
pajak yang diperhitungkan dalam kartu data
c)
Jika pajak terutang kurang atau tidak dibayar maka di terbitkan surat
jika tidak terdapat selisih antara kurang dan kredit, Maka diterbitkan surat
Jika terdapat tambahan objek pajak yang sama selesai akibat di temukannya
data baru, Maka diterbitkan surat ketetapan pajak daerah kurang bayar tambahan
(SKPDKBT)
f)
g)
j)
b)
a)
.Kegiatan Penyetoran
Kegitan penyetoran melalui bendaharawan khusus penerima (BKP) terdiri dari
a)
BKP menerima setoran disertai surat ketetapan pajak daerah dengan media SSPD
.Setelah SSPD tersebut di cap, Aslinya disertai SKPD dikembalikan ke wajib pajak
yang bersangkutan
c)
.Berdasarkan SSPD yang telah di cap, Dicatat dan dijumlahkan dalam buku
pembantu penerimaan sejenis melalui BKP dan selanjutnya dibukukan dalam buku kas
umum.
d)
BKP menyetor uang ke kas daerah secara harian yang disertai bukti setoran Bank.
e)
mendistribusikan
b)
a)
Kas daerah menerima uang dari wajib pajak disertai dengan media surat ketetapan
Selanjutnya setelah SSPD ditandatangani dan di cap oleh pejabat kas daerah,
Maka lembar pertama dari SSPD dan bukti setoran Bank diserahkan kembali ke wajib
pajak
c)
2 (Dua) lembar tembusan SSPD diberikan oleh kas daerah ke BKP Dipenda yang
BKP setelah menerima media penyetoran yang di cap oleh kas daerah dicatat dan
dijumlahkan dalam buku pembantu penerimaan sejenis melalui kas daerah dan
selanjutnya dibukukan dalam buku kas umum
e)
f)
Mendistribusikan
1. Angsuran pembayaran
2. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari
Formulir SSPD
Buku / Daftar
1.
Buku / Daftar
1. Buku registrasi
2. Daftar persetujuan penundaan pembayaran
3. Pelaporan
4. Kegiatan yang dilaksanakan
1.
Penagihan
ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi wajib pajak setelah
dilakukan penelitian dan bila perlu dilakukan pemeriksaan, Dibuat laporan hasil
penelitian.
Formulir Dan Buku Yang Diperlukan
Tahapan Kegiatan
a)
pembayaran pajak kurang / sama dengan hutang pajak lainnya tersebut maka wajib
pajak menerima bukti pemindahbukuan sebagai bukti pembayaran / kompensasi
dengan pajak terutang dimaksud, Karenanya SKPDLB tidak diterbitkan.
e)
pembayaran pajak ternyata lebih, Maka wajib pajak akan menerima bukti
pemindahbukuan dan sebagai bukti pembayaran / kompensasi dari SKPDLB harus di
terbitkan
f)
Setelah menerima SKPDLB dari unit kerja penetapan dan di proses untuk
penerbitan
Pajak dan retribusi Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, Daerah
mempunyai kewenangan untuk mengelola dan mengaturnya sendiri.
Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintah Daerah dan
Pembangunan
Daerah.
Dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan tersebut diatas, jenis-jenis Pajak Daerah
yang
1.
berlaku
di
Kabupaten
Pajak
Bogor
terdiri
dari
:
Hotel
2.
Pajak
Restoran
3.
Pajak
Hiburan
4.
Pajak
Reklame
5.
Pajak
6.
Pajak
Penerangan
Mineral
7.
Logam
dan
Batuan
Pajak
8.
9.
Bukan
Jalan
Pajak
Pajak
Bumi
dan
Parkir
Air
Bangunan
Perdesaan
Tanah
dan
Perkotaan
(PBB
P2)
Pajak Hiburan
PAJAK HIBURAN
A. Dasar Hukum
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan
B. Pengertian
1. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan/atau keramaian yang dinikmati
dengan dipungut bayaran.
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati
dengan dipungut bayaran. Pajak Hiburan adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan hiburan.
Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan
Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib pajak
untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak terutang.
Dalam upaya meningkatkan peran penyelenggara hiburan terhadap penerimaan pendapatan asli
daerah serta sesuai ketentuan Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UndangUndang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, telah diterapkan pajak atas
penyelenggaraan hiburan dengan pembayaran sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Bogor No.17 Tahun 2002 tentang Pajak Hiburan.
Pajak Hotel
PAJAK HOTEL
A. Dasar
Hukum
Subyek
dan
Wajib Pajak
1. Objek Pajak adalah Pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa
penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olahraga olahraga dan hiburan. Jasa penunjang : fasilatas telepon, faksimile,
teleteks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang
disediakan atau dikelola hotel.
2. Dikecualikan dari objek Pajak Hotel adalah :
a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;
b. jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya;
c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial
lainnya yang sejenis;
Pajak Reklame
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk
tujuan komersial memperkenalkan, meganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian
umum terhadap barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,
dan/atau dinikmati oleh umum.
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Tahun Pajak lamanya 1 (satu) tahun
kalender, kecuali bila Wajib Pajakmenggunakan tahun buku yang tidak sama dengan kalender.
Dalam upaya meningkatkan peran penyelenggaraan reklame terhadap pendapatan asli daerah, serta
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang
No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, telah diterapkan pajak atas
penyelenggaraan reklame sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No.18 Tahun
2002 tentang Pajak Reklame.
Pajak Restoran
PAJAK RESTORAN
A. Dasar Hukum
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pajak Restoran.
B. Pengertian
1. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/catering.
2. Pajak Restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
B. Obyek, Subyek dan Wajib Pajak
1. Pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran baik untuk dikonsumsi ditempat
pelayanan maupun ditempat lain.
2. Dikecualikan dari objek pajak adalah Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah
makanyang nilai penjualannyatidak melebihi Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) perbulan.
3. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari
Restoran.
4. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran.
5. Jenis pemungutan untuk Pajak Hotel ini adalah SELF ASSESMENT (WP menghitung, melaporkan,
dan menyetorkan pajaknya sendiri).