S DENGAN TETANUS
DI RUANG ICU RUMAH SAKIT DR MOEWARDI SURAKARTA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan Gawat Darurat
Disusun Oleh :
1. Novadilla Arifia
2. Nur Hidayati
3. Prapti Rahayuningsih
22020114210109
22020114210096
22020114210094
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh
neurotoksin yang dihasilkan oleh clostridium tetani ditandai dengan
spasme otot yang periodik dan berat. 1 Insiden tetanus 500.0001.000.000 kasus per tahun diseluruh dunia.4,5 mayoritas kasus
tetanus terjadi dinegara-negara berkembang yang melibatkan 50%
dari neonates. Kebanyakan kasus di Negara maju terjadi pada orang
dewasa yang lebih tua, dimana laki-laki lebih sering daripada
wanita.6,7
Tetanus biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastic yang
disebabkan tetanospasmin. Tetanospasmin merupakan neurotoksin
yang diproduksi oleh clostridium tetani.2,3 Biasanya toksin tersebut
dihasilkan oleh bentuk vegetative organisme tersebut pada tempat
terjadinya perlukaan selanjutnya diangkut serta difiksasi didalam
susunan saraf pusat, ditandai dengan peningkatan kekakuan umum
dan kejang-kejang otot rangka tanpa gangguan kesadaran.
Gambaran klinis tetanus awalnya timbul kejang otot sekitar
luka, gelisah, lemah, cemas, mudah tersinggung dan sakit kepala.
Kemudian kaku pada rahang, perut dan punggung mengeras dan
kesukaran untuk menelan. Diagnosis tetanus adalah berdasarkan
riwayat/anamnesis dan tanda klinis saja, tidak ada tes laboratorium
yang spesifik untuk penyakit ini, namun basil tetanus ditemukan
hanya pada sekitar 30% pada kultur anaerob dari luka yang
dicurigai.8,9,10
Tn. S dengan diagnosa medis tetanus 3 hari sebelum masuk
rumah sakit berobat ke dokter dengan keluhan mulut kaku tidak
dapat dibuat bicara dan terdapat luka tertusuk paku pada kaki
kanan, dibawa ke IGD rumah sakit Moewardi dan dirawat di ruang
ICU, dengan kondisi KU lemah,
tersebut.
Untuk
kami
ingin
mengetahui
asuhan
tetanus
Untuk mengetahui
intervensi
keperawatan
pada
klien
dengan tetanus
Untuk mengetahui implementasi dan evaluasi keperawatan
pada klien dengan tetanus
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Tenanus adalah penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat
yang
disebabkan
oleh
racun
tetanospasmin
yang
dihasilkan
tetanospasmin.
Tetanus
sering
juga
dijumpai
pada
C.
Patofisiologi/Pathways
organism anaerob Clostridium tetani berpoliferasi karena luka
tusuk dalam dan kotor serta belum terimunisasi, luka karena lalu
lintas, luka bakar, luka tembak
Eksotoksin
4
Pengangkutan toksin
melewati saraf motorik
Otak
Menempel
pada cerebral
gangliosides
Tonus otot
meningkat
Menjadi
kaku
Saraf otonom
Mengenai saraf
simpatis
Kekakuan otot
Hilangnya keseimbangan tonus otot
Keringat berlebih
Hipertermi
Hipotermi
Aritmia
Takikardi
Hipoksia berat
-Gangguan
eliminasi
-Gangguan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
System pencernaan
D.
Kesadaran menurun
Hipoksemia
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan pertukaran gas
yang
khas
berupa
opistotonus, tungkai
8. Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran
tetap baik
9. Karena kontraksi otot yang sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan
sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna
E.
F.
serta
dijumpai myoglobinuria
3. Pemeriksaan EKG dapat terlihat aritmia ventrikuler
Pengkajian Primer
Pengkajian primer dilakukan dengan menilai ABCD dan harus
selesesai dlaam 2-5 menit, penilaian yang dilakukan pada pasien
dengan tetanus yaitu :
a.
Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan
bernafas dengan bebas. Jika ada obstruksi maka lakukan :
b.
Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
Suction / hisap (jika alat tersedia)
Guedel airway / nasopharyngeal airway
Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada
posisi netral
Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah
jalan nafas bebas.
Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :
c.
d.
G)
Berikan infus cairan
Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya
respons terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak
dianjurkan mengukur Glasgow Coma Scale
AWAKE
=A
e.
RESPONS NYERI
=P
=U
Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari
semua cedera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera
leher atau tulang belakang, maka imobilisasi in-line harus
dikerjakan.
G.
Pengkajian Sekunder
a.
Dapat ditemukan: kekakuan otot setempat, trismus sampai
kejang yang hebat. Pada tetanus lokal ditemukan kekakuan
b.
c.
disfungsi nervus
Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan
leher, kekakuan dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi
lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum yang dapat
terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan
sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
d.
posisi
tubuh
klasik:
trismus,
kekakuan
pada
otot
lordosis lumbal.
Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku
dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi,
jari
H.
mengepal,
ekstremitas
bawah
hiperekstensi
dengan
I.
mencegah
spasme
otot
dan
memberikan
bantuan
c.
J.
N
o
1
Diagnosa
Keperawa
tan
Bersihan
Jalan nafas
tidak efektif
berhubung
an dengan
penumpuka
n
sputum
pada trakea
dan
spasme
otot
pernafasan
Tujuan
Intervensi
Keperawatan
NOC
NOC:
NIC
Respiratory
status : Ventilation
Respiratory
status : Airway patency
Aspiration
Control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama pasien
menunjukkan
keefektifan
jalan
nafas
dibuktikan
dengan kriteria hasil :
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada
sianosis
dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed
lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas,
frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
Mampu
mengidentifikasikan
dan
mencegah faktor yang
penyebab.
Saturasi O2 dalam batas
normal
Foto thorak dalam batas
normal
Pastikan
kebutuhan
oral
/
tracheal suctioning.
Berikan O2
Anjurkan pasien
untuk istirahat dan
napas dalam
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Lakukan
fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Berikan
bronkodilator :
Monitor
status
hemodinamik
Berikan
pelembab
udara
Kassa
basah
NaCl
Lembab
Berikan
antibiotik :
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
Pertahankan
hidrasi yang adekuat
untuk mengencerkan
9
sekret
Jelaskan
pada
pasien dan keluarga
tentang penggunaan
peralatan :
O2,
Suction, Inhalasi.
2
Resiko
infeksi
berhubung
an
tinggi
terpaparny
a luka
NOC :
Immune Status
Knowledge
:
Infection
control
Risk control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jampasien tidak mengalami
infeksi dengan kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya infeksi
Jumlahleukositdalambatas
normal
Menunjukkanperilakuhidu
psehat
Status
imun,
gastrointestinal,
genitourinaria
dalam
batas normal
NIC :
Pertahankanteknikas
eptif
Batasipengunjung
bila perlu
Cucitangansetiapseb
elum
dan
sesudahtindakankep
erawatan
Gunakan
baju,
sarung
tangan
sebagai
alat
pelindung
Ganti letak IV perifer
dan dressing sesuai
dengan
petunjuk
umum
Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan
intake
nutrisi
Berikan
terapi
antibiotik
Monitor tanda dan
gejala
infeksi
sistemik dan lokal
Pertahankan
teknik
isolasi k/p
Inspeksi kulit dan
membran
mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Monitor adanya luka
10
Respiratory
berhubung
status : Ventilation
an dengan
Respiratory
jalan nafas
status : Airway patency
terganggu
Vital
sign
akibat
Status
spasme
otot-otot
Setelah dilakukan tindakan
pernafasan keperawatan
selama
..pasien menunjukkan
keefektifan
pola
nafas,
dibuktikan dengan kriteria
hasil:
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dg mudah, tidakada pursed
lips)
Menunjukkan
jalan
nafas yang paten (klien
tidak
merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
Dorong
masukan
cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada
pasien
neutropenia
setiap 4 jam
NIC:
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Pasang
mayo bila perlu
Lakukan
fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan
sekret dengan batuk
atau suction
Auskultasi
suara nafas, catat
adanya
suara
tambahan
Berikan
bronkodilator :
-..
.
Berikan
pelembab
udara
Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor
respirasi dan status
O2
Bersi
hkan mulut, hidung
11
Perta
hankan jalan nafas
yang paten
Obse
rvasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monit
or
adanya
kecemasan
pasien
terhadap oksigenasi
Monit
or vital sign
Infor
masikan pada pasien
dan keluarga tentang
tehnik
relaksasi
untuk
memperbaiki
pola nafas.
Ajark
an bagaimana batuk
efektif
Monit
or pola nafas
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A PENGKAJIAN
Tanggal Masuk ICU
: 21 Februari 2015
Tanggal Pengkajian
: 02 Maret 2015/ 15.00 WIB
Identitas Pasien
1 Nama
: Tn. S
2 Usia
: 78 tahun
3 Jenis Kelamin : Laki-laki
4 Agama
: Islam
5 Alamat
: Mojogedang, Karanganyar jawa tengah
6 Diagnosa Medis
: Tetanus, Gagal Nafas
7 No Registrasi : 01-29-05-44
Identitas Penanggungjawab
Nama
: Ny. R
Usia
: 50 tahun
Hubungan dengan Klien : Anak
1. Pengkajian Primer
a Airway
Terdapat sumbatan pada jalan nafas klien berupa sekret dan
lendir
pada
ETT
dan
mulut,
terdengar
suara
gurgling,
30
kali/menit,
terpasang
ventilator
dengan
mode
1) Symptom
Klien merasakan sesak nafas ditandai dengan ketika
produksi sekret berlebih, klien memberi isyarat untuk
disuction (GCS E4VxM6)
2) Alergi
Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki alergi baik
terhadap obat-obatan maupun makanan yang dikonsumsi
3) Medication
Keluarga
klien
mengatakan
klien
tidak
pernah
mengkonsumsi obat-obatan sebelum sakit ini
4) Past Medical History
Keluarga klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki
riwayat jantung , asma atau penyakit menular lainnya,
keluarga tidak mengetahui tentang penyakit DM yang
dialami klien
5) Last Oral Intake
Sebelum sakit klien makan nasi, lauk dan sayur, selama
sakit diberikan makanan berupa susu cair
6) Event leading Up to illness or Injury
Keluarga klien mengatakan klien mengalami kaku pada
mulut dan rahang sampai tidak bisa bicara, sebelumnya
klien tertusuk paku
Vital Sign
1. Keadaan Umum : KU klien lemah
2. Tanda-tanda vital tanggal 02 Maret 2015
Jam
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
TD (mmHg)
145/80
140/76
152/79
127/80
160/74
140/92
137/80
140/99
HR (x/menit)
80
100
82
76
83
80
74
70
RR (x/menit)
24
22
32
28
30
21
20
24
SPO2 (%)
95
97
97
97
98
98
99
97
14
Suhu (0C)
37
36,8
36,8
36,7
37
36,5
36
37
nyeri tekan
2 Mata
Inspeksi : konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, tidak
ada lesi disekitar mata
Palpasi : tidak ada benjolan disekitar mata, tidak ada
nyeri tekan
3 Telinga
Inspeksi : telinga simetris kanan-kiri, tidak ada lesi,
telinga
kotor,
tidak
ada
pembengkakan,
pendengaran baik
Palpasi : tidak ada benjolan dan ttidak ada nyeri tekan
4 Hidung
Inspeksi : tidak ada lesi pada area sekitar hidung, lubang
hidung simetris kanan dan kiri, tidak ada nafas
cuping hidung, terpasang selang NGT
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan di
sekitar hidung
5 Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, mulut simetris, tidak ada
trismus (-), tidak ada lesi, ETT dengan ventilator,
terdapat
sekret
pada
ETT,
terdapat
kumis
berwarna putih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan diarea sekitar mulut
6 Leher
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
7 Dada
a Paru-paru
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri simetris,
tidak ada lesi, warna kulit sawo matang, tidak
Palpasi
Perkusi
kiri
pada
garis
medio-klavikularis
(LMCS)
Perkusi : terdengar bunyi pekak pada
Batas atas : IC II
Batas bawah : IC V
Bagian kiri : media clacicularis sinistra
Bagaian
kanan
:
mediaclavicularis
paraternalis dextra
Auskultasi : BJ I & BJ II normal, tidak ada suara murmur
8 Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar, tidak ada lesi, tidak ada
jaringan parut, perut papan (-)
Auskultasi : peristaltic usus 6 kali/menit
Perkusi : terdengar bunyi timpani
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
9 Ekstremitas
a Ekstremitas atas
Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada
jaringan parut, kekuatan otot kanan/kiri 5/5
b Ekstremitas bawah
Warna kulit sawo matang, kekuatan otot kaki kanan kiri
5/5, terdapat luka kaki sebelah kanan dengan ukuran
1x1x1/2 tidak ada pus, tidak ada kemerahan dan
kering
10 Genitalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak ada lesi, terpasang kateter,
d
b Biokimia
Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit
klien makan dengan nasi, sayur dan lauk sehari 3 kali
Nilai Hb : 10,2 g/dL
Nilai Hematokrit : 30,7 g/dL
c Clinical
- KU : lemah
- Kesadaran : compos mentis, GCS : E4VETTM6
- Mukosa bibir kering
- Konjungtiva anemis
d Diit
Selama sakit : klien mendapatkan diit cair tinggi kalori
tinggi protein melalui NGT
Kalori : BBx30 kalori = 55 x 30 = 1650 kalori
Balance Cairan dalam 7 jam
Input
Obat
Aminofluid 500
14.00 : 200 cc
15.00 : 50 cc
17.00 : 100 cc
18.00 : 50 cc
19.00 : 150 cc
Paracetamol
16.00 : 100 cc
Infus
Asering
21.00 : 100 cc
Sonde
16.00 : 200 cc
20.00 : 200 cc
Total 1050
Balance cairan
3 Eliminasi
Pada klien terpasang
Output
Urine
15.00 : 50 cc
19.00 : 150 cc
IWL
240
Total 440
: 1050 440 = +610
DC, urin berwarna kuning pekat.
17
BARTEL INDEKS
Sk
FEEDING
0
0 = Tidak mampu
5 = Dengan bantuan memotong, mengoleskan selai, meminta
diet
10 = Mandiri
BATHING
0
0 = Tergantung
5 = Mandiri (atau dengan shower)
GROOMING
0 = Butuh bantuan
5 = Mandiri dandan, menyisir rambut, memotong kuku, dll
DRESSING
0 = Tergantung
5 = Butuh bantuan tetapi dapat melakukan sebagian sendiri
10 = Mandiri (termasuk memasukan kancing, hak,dll.)
BOWELS
0 = Tidak mampu/inkontinen (butuh pemberian enema)
5 = Butuh bantuan
10 = Dapat/kontinen/mandiri
BLADDER
0 = inkontinen, atau dikateter dan tidak dapat mengatur sendiri
5 = Butuh bantuan
10 = Dapat melakukan sendiri
TOILET USE
0 = Tergantung
5 = Butuh bantuan, tetapi kadang dapat melakukan sendiri
10 = Mandiri (memakai dan melepas pakaian)
TRANSFERS (BED TO CHAIR AND BACK)
0 = Tidak mampu, tidak ada keseimbangan saat duduk
5 = mayoritas dengan bantuan (1 atau 2 orang), dapat duduk
10 = sedikit bantuan (verbal dan fisik)
15 = mandiri
MOBILITY (ON LEVEL SURFACES)
0 = Tidak mampu atau < 50 yards
5 = Tergantung kursi roda, > 50 yards
10 = Berjalan dengan dibantu 1 orang (verbal atau fisik) > 50
yards
15 = Mandiri (tapi menggunakan batuan seperti tongkat) > 50
yards
STAIRS (NAIK TANGGA)
0 = Tidak mampu
5 = Butuh bantuan(verbal, fisik, membawa tongkat)
10 = Mandiri
TOTAL SKOR
Klasifikasi penilaian:
18
0
0
Nilai Rujukan
12,00 - 15,00
g/dl
35 - 47 %
4,4 - 5,9 10/uL
27,00 - 32,00
pg
76 - 96 fL
29,00 - 36,00
g/dL
3,6 - 11 103
150
400
3
10 /uL
11,60 - 14,80
%
4,00 - 11,00 fL
02/03/20
14
01/03/201
4
10,2 (L)
30,7 (L)
3,47 (L)
10,0 (L)
29,7 (L)
3,50 (L)
29,3
88,6
28,7
85,5
33,1
9,28
33,6
8,5 (L)
171
149,1 (H)
15,3
6,92
16,5
9
19
Asam laktat
Nb
Magnesium
Calcium
Elektrolit
0,4
mmol/L
3,4 - 5,0
0,74
mmol
2,1
mmol/L
2,0
13,4 (H)
3,1 (L)
17,2 (H)
2,6 (L)
0,68 (L)
48 (L)
2,0 (L)
0,68
0,99
2,5
136
145
mmol/L
143
3,5 5,1 mmol/L 3,2 (L)
98 104
101
Natrium
Kalium
Chlorida
KIMIA KLINIK
Analisa Gas
Darah
Ph
7,37 7,45
BE
-2 - +3
27,0
41,0
pCO
mmHg
70,0
pO
108,0mmHg
Hematokrit
37-50 %
HCO
21 26 mmol/L
19,0
-24,0
TCO
mmol/L
7,433
- 0,4
139
2,9 (L)
100
7,47 (H)
35,9
96,0
34
24
86
7,48 (H)
29,1 (H)
21,3
30,3
4. Terapi Medis
Nama
Indikasi
Kontraindikasi
Efek samping
obat,
dosis,
cara
pemberia
n
Salbutamol
3 x tab
Oral
Bronkitis
kronis Penderita
dan emphysema
yang Tremor
halus
hipersensitif
(biasanya tangan)
Kejang otot
Takikardi,
Candesarta
Hipertensi,
Pasien
kepala
yang Infeksi
sakit
saluran
pernafasan
20
jam
Oral
pasien
jantung
gagal dengan
bagian atas
Nyeri punggung
Pusing
dengan candesartan,
ventrikel menyusui,
ketika
ACE
obat gangguan
hati
ditoleransi
Tamoliv 50 Demam
Hipersensitifitas
Nyeri
derajat
mg/ 8 jam
terhadap obat ini,
Jika T > sedang, ringan
Gangguan
hati
0
37,5 C
berat
Malaise
Kadar
transaminase
naik
Hepatotoksik
Cefixime 2 Bronkitis
akut Penderita dengan Syok
Hematologic
gr/ 8 jam
dan
kronis riwayat syok atau
Nyeri lambung
IV
eksaserbasi akut hipersensitif
Diare
yang disebabkan terhadap obat ini
oleh
streptococcus
pneumoniae
ISK
tanpa
komplikasi
yang
disebabkan
Escherichia
dan
Ca
coli
proteus
mirabilis
Kekurangan
Kelebihan
gluconas 1 kalsium
dalam
Alergi,
gr/ 12 jam
urin
IV
haemoptysis
Keracunan
oleh
timbal
Infus RL 20 Resusitasi
Suplai
tpm (1300
bikarbonat
cc/ 24 jam)
Asidosis
IV
metabolik
kalsium Gangguan
darah
Hipernatremia
ion Kelainan ginjal
Asidosis laktat
dan pencernaan
Nadi lemah
Aritmia
Panas
Flebitis
Exstravasasi
21
Nebulizer
Berotec : terapi Kardiomiopati, taki Gemetar,
(berotec :
sintomatic, asma aritmia
takikardi, pusing,
pulmicort)
bronkial,
mual, muntah
1:1
penyempitan
saluran
hipersensitifitas
pernafasan
(bronkitis,
tenggorokan,
Kronis)
Pulmicort : asma
Fentanyl
Syringe
pump
1.5 cc/jam
lidah,
mulut,
kandidasis oral
broncial
Suplemen
Depresi
analgesic
narkotik
Kekakuan
pada kepala,
otot,
serangan menggigil
atau generalisasi
Untuk
pasien Hipersensitif
m 1gr/8jam dengan
terhadap
pneumoni
meropenem
nosokomial,
ISK,
infeksi
intraabdominal,
infeksi
ginekologi,
pengobatan
empiric
pasien
pada
dengan
febrile
OMZ
neutropenia
Terapi
jangka Kontraindikasi
400mg/12j
pendek
am
duodenal
ulkus ada
ol
gastrointestinal,
ruam kulit
esofagitis
Diinkasikan untuk Parasetamol
kepala,
keganasan gangguan
lambung, refluks
Paracetam
jika Sakit
tidak Efeksamping
diberikan parasetamol
22
jam
ringan
sampai pada
sedang
seperti alergi
sakit
kepala, obat
sakit
gigi
orang
terhadap ditemukan,
antiinflamasi samping
serta non
menurunkan
yang jarang
dapat
streroid, berupa
menderita
efek
gejala
ringan
seperti
pusing
sampai
antiradang
ginjaldan
gangguan
ginjal,
alkoholisme
gangguan
hati,
Livofloxaci
Untuk
Penderita
pengobatan
hipersensitif
infeksi
yang terhadap
disebabkan
bakteri
peka
yang
terjadi
oleh levofloxacin,
mual,
yang antimikroba
terhadap golongan
levofloxacin
seperti,
diare,
kembung,
konstipasi,
kuinolon perut,
nyeri
sakit
maxilaris
dapat
agitasi, anorexia,
akut,
ansietas
eksaserbasi akut
bronchitis kronik,
community
acquired
Metronidaz
pneumonia
Pengobatan
ol
pencegahan
500mg/8ja
m
dan Hipersensitifitas
Gangguan
terhadap
intestinal,
infeksi
jika metronidazole,
somnolen,
diduga
kehamilan
disebabkan
oleh trimester 1
Amiodaron
bakteri anaerob
Indikasi
untuk Sinus
3x1
gangguan
sinoatrial
kardiovaskuler
block,
vertigo,
sakit
kepala
bradikardi, Mual,
heart mulut
kecuali rasa,
muntah,
berubah
gangguan
23
pacemaker
cegah
pada fototoksitas,
disfungsi tiroid
batuk Hindari
Bisolvon
Obat
3x1
pengencer dahak
Bisolvon
penggunaan
pada
umumnya
dapat
kehamilan
pada
dan samping
masa mual,
menyusui
diare,
muntah,
Kalmetaso
Digunakan
n 1 gr/8jam terutama
lainnya
persiapan Dapat
Seperti
pengobatan
inflamasi
boleh
dan pada
pasien arthralgia,
herpes malaise
penyakit
okuler.
yang
lain simpleks
responsive Tidak
dan
boleh
terhadap
digunakan
glucocorticoid
tanpa
sendiri
bersamaan
pemberian
terapi
pasien
piogenik
24
B. ANALISA DATA
N
O
1
HARI/TANGGA
L
Senin, 2 Maret
2015
Senin, 2 Maret
2015
DATA
DS: DO:
a SpO2 : 98%
b Terdapat sumbatan pada jalan nafas klien berupa sekret
pada ETT dan mulut
c Terdengar suara gurgling
d Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan, warna putih
kental
MASALAH
ETIOLOGI
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan nafas
penumpukan
sputum
Ketidakefektifan
pola nafas
Spasme
otototot pernafasan
Risiko infeksi
Adanya tindakan
prosedur invasif
25
kering
C. RENCANA KEPERAWATAN
TANGGA
L
03/03/20
15
NO DX
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
prosedur suction
4 Monitor status oksigenasi dan status hemodinamik
segera, sebelum dan sesudah suction
Aspiration Precautions
1 Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, muntah
dan kemampuan menelan.
2 Posisikan klien semi-fowler untuk mengurangi
dyspnea
03/03/20
15
Berikan bronkodilator :
a Tanda-tanda vital dalam
Observasi
adanya
tanda
tanda
b Irama jantung : sinus
hipoventilasi\
rhythm
Monitor
adanya
kecemasan
pasien
c Menunjukkan
ventilasi
terhadap oksigenasi
adekuat (RR normal 16
Monitor vital sign
nafas.
pemeriksaan
No.
Dx
Waktu Implementasi
Evaluasi
3/3/15
21.30
S:O :
1. Memonitor TTV
TD
TTD
161/80
mmHg,
RR
Novadilah
: Nur Hidayati
29
22.00
1,2,3
23.00
1,2
23.05
1,2,3
01.00
1,2,3
04.00
1,2,3
06.10
2. Melakukan suction
3. Memberikan
terapi
injeksi
- Neropenem
1gr
- Tomaliv : 100
cc
pasien
Prapti
tidak
4. Memberikan
nebulizer
- Atrovent : 16
S: tts
- Birotec : 16 tts O: clinimix 200cc masuk
- NaCl : 1ml
S :O : TD : 116/56 mmHg, Nadi :
72x/menit,
RR
:
20x/menit
5. Memberi diit yang
E4VETM5,
sesuai dengan klien
S :O:
INPUT
- Tamoliv : 100 cc
6. Monitor vital sign
- Asering : 150 cc
- Sonde : 200 cc
7. Menghitung balance OUTPUT
cairan
- Urine :400 cc
Balance cairan : Input-Output = -50
30
cc
5-03-15
14.10
1,2
14..15
2. Mempertahankan
patensi jalan nafas
14.16
14.17
14.18
15.00
3. Mengatur
dan S:mengelola peralatan O:
Ventilator
terpasang,Mode
oksigenasi
Ventilator SimV-PC nilai VT: 375,
PEEP: 5, FiO2 50%
4. Melakukan suction
S:O: sekret keluar, Sp02 97%, RR
5. Memposisikan pasien 21x/mnt
untuk
memaksimalkan
S:ventilasi
O: posisi semifowler
6. Memberikan
nebulizer
1,2,3
1,2,3
16.30
16.00
7. Memonitor
TTV
Novadilah
Prapti
Nurhidayati
KU
1,2,3
17.00
1,2,3
17.10
1,2
1,2,3
8. Memberikan
terapi
injeksi IV
- Neropenem
1gr
- Tamoliv 100cc
Memberikan
obat
oral
S: - Amidoron
O: clinimix 200 cc masuk, residu
- Bisolvon
berisi cairan putih bening
- Kalmetason
9. Memberikan diit
17.20
10.
11.
S:
O : kesadaran composmentis, GCS
E4M6VET TD 138/73 mmHg, HR 65
x/mnt, RR 27 x/mnt, T: 36,50C
S:O : PH : 7.433
BE : -0.4 (N)
PCO2 : 35.9 mmHg
PO2 : 96.0 mmHg
Hematokrit : 34 %
HCO3 : 24.0 mmol/L
Total CO2 : 21.3 mmol/L
O2 Saturasi : 97.6 %
18.00
S:
O : sekret keluar, SpO2 98 %
19.00
32
12.
Melakukan
suction
S:
INPUT
- Aminofluid : 250cc
- Sonde : 400 cc
- Tamoliv : 100 cc
13.
Mencatat intake OUTPUT
dan output cairan
- 200 cc
BALANCE CAIRAN : Input-Output =
750-200 = 550 cc
6-032015
14.00
14.10
1. Membantu
S:Novadilah
kebutuhan
dasar O : Klien terlihat badannya bersih, Nur
manusia
(personal linen bersih dan sudah dilakukan Prapti
hygene)
penggantian pampers
2. Memonitor RR
14.30
3. Memonitor
adanya S: penggunaan
otot O: tidak ada otot bantu pernafasan
bantu pernafasan
15.00
4. Melakukan suction
1,2
15.10
5. Mengatur
dan
mengelola peralatan S:oksigenasi
O: ventilator terpasang, VT 270, PEEP
33
1,2
1,2
3
1,2,3
15.15
5 FiO2 50%
6. Memonitor hasil AGD
7. Mengobservasi
sianosis
15.16
16.00
16.10
8. Memberikan
makanan
membran
16.20
1,2
17.00
1,2,3
17.10
9. Memberikan
injeksi IV
- Neropenem
1gr
- Tamoliv 100cc
Memberikan
obat
oral
S:
- Amidoron
O : Telah dimotivasi kepada keluarga
- Bisolvon
untuk dilakukan tracheostomy
- Kalmetason
S: O: HR 105 x/mnt, TD 156/86 mmHg,
10.
Melakukan
perawatan
luka RR: 21 x/mnt, T: 36,5
aseptic pada klien
34
11.
Memonitor TTV
12.
Memberikan
nebulizer
35
E. EVALUASI SUMATIF
TGL
DX.
KEPERAWATAN
07/03/1 Ketidakefektifan
5
bersihan
jalan
14.00
nafas
berhubungan
dengan
penumpukan
sputum
pada
endotrachealtub
e
EVALUASI SUMATIF
TTD
S:-
Novadilah
Prapti
Nur
Hidayati
O:
RR : 21 kali/menit
Produksi sekret berkurang
Ronkhi(+)
Terpasang
mekanika
ventilator mode simV-PC
dengan volume tidal 375,
PEEP 5, FiO2 50%
A:
Masalah
ketidakbersihan
jalan
napas
teratasi
sebagian ditandai dengan
RR dalam batas normal dan
produksi sekret berkurang
07/03/1
5
14.00
P:
Lanjutkan intervensi dengan
tetap
melakukan
pemantauan RR dan bunyi
napas tambahan. Lakukan
terapi
nebulizer
sesuai
program dan suction jika
perlu
Ketidakefektifan S :Novadilah
Prapti
pola
nafas
O:
Nur
berhubugan
Tidak
ada
tanda-tanda Hidayati
dengan spasme
sianosis
otot-otot
Mulut terlihat kering
pernafasan
Klien tidak terlihat sesak
TD : 150/86 mmHg
HR : 105 kali/mnt
RR : 17 kali/mnt
Sp02 : 97%
pH : 7,449 (H)
PO2 : 162.5 (H)
BE : -2.1 mmHg (L)
PCO2 : 31.4 mmHg (N)
36
37
kolaborasi
pemberian
antibiotik setiap hari
BAB IV
PEMBAHASAN
38
39
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah keperawatan yang dialami Tn. S adalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, dan resiko infeksi. Masalah
keperawatan ketidakefektidan jalan nafas dan ketidakefektifan pola nafas
diberikan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
memberikan posisi semifowler, memberikan inhalasi dengan nebulizer dan
memberikan tindakan suction pada ETT dan mulut jika produksi mukus
banyak, dari hasil tindakan terasi sebagian yang ditandai dengan Masalah
ketidakbersihan jalan napas teratasi sebagian ditandai dengan
RR dalam batas normal dan produksi sekret berkurang
pemantauan RR dan bunyi napas tambahan. Lakukan terapi
nebulizer sesuai program dan suction jika perlu.
Masalah keperawatan yang ketiga yaitu resiko infeksi, tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah dengan merawat dan menjaga kebersihan
alat-alat yang ada pada pasien seperti pemasangan kateter, NGT, ETT dan juga
kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antibiotik. Evaluasi dari
40
B.
Saran
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan agar mahasiswa mempunyai motivasi untuk mengetahui lebih
banyak tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan tetanus beserta
cara penanganannya
2. Saran Untuk Rumah sakit
Perawatan untuk tetanus sudah baik, dan diharapkan semua pelayan medis
di rumah sakit dapat meningkatkan tindakan perawatan pada pasien
dengan tetanus
3. Bagi pasien dan Keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala tetanus
dan penanganannya sehingga tidak lagi terjadi komplikasi
41
Daftar Pustaka
1. Gilroy, John MD, et al. Tetanus in : Basic Neurology, ed.1.982,
229-230
2. Harrison. Tetanus in :Principles of lnternal Medicine. volume 2,
ed. 13 th, McGrawHill. Inc,New York, 1994, .577-579.
3. Hendarwanto: llmu Penyakit Dalam, jilid 1. Balai Penerbit FK
UI, Jakarta, 1987, 49- 51.
4. Farrar J, Yen l, Cook T, Fairweather N, Binh N, Parry J. Tetanus. J
Neurol Neurosurg Psychiatry 2000;69:292301.
5. Ataro P, Mushatt D, Ahsan S. Tetanus: a review. South Med. J.
2011;104: 613-617.
6. Samuel S, Groleau G. Tetanus in the emergency department:
A current review. The journal of emergency Medline 2001;20:
7.
357-365.
Thwaites L, Farrar J.Preventing and treating tetanus. BMJ
2003;326, 117118.
8. Putu, Ngurah Puja Astawa. Tetanus geralisata dengan jaringan
nekrotik digiti III Pedis Sinistra: Sebuah Laporan Kasus.
Jurusan Pendidikan dokter, fakultas kedokteran Universitas
Udayana.
9. Ritarwan,
Kiking.
Tetanus.
Bagian
Neurologi
Fakultas
42
43