Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PENGKAJIAN
BRIKET

Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan


(PUSARPEDAL)
Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan
dan Peningkatan Kapasitas

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP


Tahun 2011

2011

Pengkajian Briket Batubara

RINGKASAN EKSEKUTIF

emerintah telah mencanangkan penggunaan briket batubara sebagai energi


alternatif pengganti minyak tanah di industri kecil-menengah dan rumah
tangga pada tahun 2005, sesuai dengan sasaran kebijakan energi nasional

untuk tahun 2025. Namun demikian, dampak penggunaan briket batubara harus
diwaspadai mengingat batubara mengandung komponen yang potensial untuk
memberikan dampak terhadap manusia dan lingkungan setelah mengalami proses
pembakaran.

Oleh

karena

itu

Kementerian

Negara

Lingkungan

Hidup

cq.

PUSARPEDAL perlu berkewajiban menyediakan data-data yang komprehensif untuk


mengantisipasi dampak penggunaan briket batubara ini terhadap lingkungan,
sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pengendalian penggunaan briket
batubara.
Kajian

ini

dengan

diawali

melakukan

pemantauan

untuk

mendapatkan

data

kualitas udara ambien


sebagai

bagian

kajian

dari
yang

komprehensif tentang

Sasaran Kebijakan Energi Nasional 2025


(Sumber: Menko Perekonomian 2011)

penggunaan

briket

batubara

dalam

mengantisipasi
dampak

negatifnya

terhadap lingkungan.
Pelaksanaan

kajian

komprehensif ini dilakukan bersama-sama tim teknis terpadu dari instansi-instansi


lain antara lain BPP Teknologi dengan ruang lingkup pengukuran emisi kompor,
Pusat Penelitian Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira) bersama Balai Hiperkes
memantau indoor air quality dan kualitas bahan baku, Departemen Kesehatan

Pengkajian Briket Batubara

2011

memantau dampaknya terhadap penggunan, sedangkan PUSARPEDAL memantau


kualitas udara ambien.
Pengukuran tahun 2011 dilakukan di tiga lokasi kegiatan yaitu di daerah peternakan
ayam Cibentang Bogor, pabrik abon Malang dan kawasan industri Demak; yang
masing-masing menggunakan briket batubara dan batubara curah sebagai bahan
bakar.
Hasil pengukuran terhadap parameter kualitas udara ambien TSP, SO2, NO2, dan CO
berada di bawah Baku Mutu sesuai Lampiran Peraturan Pemerintah No. 41 tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Adapun untuk hasil uji coba
pengukuran parameter emisi sumber tidak bergerak dari cerobong simulator tungku
briket batubara, didapatkan hasil sebagai berikut:

No

Bahan Bakar

Non-karbonisasi

496

105

586

0,20

Karbonisasi

160

65

445

1,5

Minyak Tanah

930

272

70

130

140

726

Lampiran V
Permen ESDM No. 47
tahun 2006

SO2
(mg/NM3)

NOx
(mg/NM3)

CO
(mg/NM3)

PAH
(g Teq/NM3)

Seluruh jenis bahan bakar (briket batubara karbonasi dan non karbonasi serta
minyak tanah) melebihi baku mutu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 47 tahun 2006 untuk parameter SO2; Briket batubara non karbonisasi
dan karbonisasi memenuhi Baku Mutu baik untuk parameter NOx maupun CO, tetapi
tidak untuk bahan bakar minyak tanah. Nilai PAH tertinggi didapatkan untuk bahan
bakar minyak tanah diikuti briket batubara karbonisasi dan non karbonisasi.

ii

Pengkajian Briket Batubara

2011

ABSTRAK

ualitas udara ambien di sekitar kegiatan pengguna briket dan bahan


bakar dari batubara di lokasi pemantauan di daerah Bogor, Malang dan
Demak masih berada di bawah Baku Mutu kualitas udara ambien sesuai

Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran


Udara untuk parameter CO, SO2, NO2, dan TSP, baik untuk lokasi kegiatan
maupun lokasi kontrol.
Dari pengujian bahan briket batubara didapatkan hasil bahwa kedua jenis briket
(karbonisasi dan non karbonisasi) memenuhi standar kualitas briket batubara
sesuai Lampiran I Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 47
tahun 2006 mengenai Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Briket Batubara
dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara; kecuali untuk briket batubara
karbonisasi tidak

memenuhi standar kandungan volatile matter (>15%) dan

briket batubara non karbonisasi tidak

memenuhi standar kandungan air

(>12%).
Dari uji coba pengukuran emisi dari pembakaran briket batubara menggunakan
cerobong simulator pembakaran tungku briket, didapatkan hasil bahwa seluruh
jenis bahan bakar (briket batubara karbonasi dan non karbonasi serta minyak
tanah) melebihi baku mutu emisi briket batubara Lampiran I Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral No. 47 tahun 2006

untuk parameter SO2.

Adapun untuk parameter NOx maupun CO, briket batubara karbonisasi dan non
karbonisasi memenuhi Baku Mutu Permen No. 47 tahun 2006, tetapi tidak untuk
bahan bakar minyak tanah. Bahan bakar minyak tanah mengemisikan PAH dalam
jumlah yang jauh lebih besar dari briket batubara karbonisasi dan non
karbonisasi.
Hasil pengujian Bottom Ash untuk parameter PAH terdeteksi untuk briket
batubara Non Karbonisasi.

iii

Pengkajian Briket Batubara

2011

KATA PENGANTAR

uji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya,
Laporan Kegiatan Pengkajian Briket Batubara Tahun 2011 yang
dilaksanakan

oleh

Sub

Bidang

Laboratorium

Rujukan,

Bidang

Laboratorium Rujukan dan Pengujian, Pusarpedal-KLH, dapat diselesaikan.


Sesuai dengan salah satu tugas dan fungsi PUSARPEDAL sebagai laboratorium
rujukan nasional yaitu melakukan pengkajian metode, maka kegiatan pengkajian
briket batubara dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat
terkait keamanan penggunaan briket batubara terhadap lingkungan dan
kesehatan. Pengkajian di tahun 2011 ditekankan pada kegiatan uji coba sampling
Polyaromatic

Hydrocarbon

(PAH)

dari

emisi

sumber

tidak

bergerak,

menggunakan simulator cerobong tungku briket batubara yang terdapat di Balai


Besar Teknologi Energi (B2TE). Adapun pengkajian yang dilakukan dengan
sampel uji petik ini perlu ditindak lanjuti dengan pengkajian yang lebih
komprehensif dan memenuhi kaidah statistik; terutama untuk lingkup lingkungan
kerja.
Penulis berharap pengkajian briket batubara tahun 2011 ini bisa melengkapi
pengkajian-pengkajian sebelumnya yang telah dilakukan. Kritik dan saran sangat
kami harapkan.

iv

Pengkajian Briket Batubara

2011

DAFTAR ISI
Ringkasan Eksekutif ..................................................................................................

Abstrak .......................................................................................................................

iii

Kata Pengantar ..........................................................................................................

iv

Daftar Isi ....................................................................................................................

Bab I

PENDAHULUAN ....................................................................................

1.1.

Latar Belakang ........................................................................................

1.2.

Tujuan dan Sasaran..................................................................................

1.3.

Ruang Lingkup ........................................................................................

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

2.1.

Dampak Pencemaran akibat Pembakaran Briket Batubara ..........................

2.2.

Dampak kesehatan akibat Pembakaran Briket Batubara .............................

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN ..................................................................

3.1.

Metodologi .............................................................................................

3.2.

Parameter dan Peralatan .........................................................................

3.3.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan .................................................

10

3.4.

Lokasi Pemantauan .................................................................................

11

3.4.1. Pengukuran Kualitas Udara ambien di lokasi kegiatan Peternakan Ayam di

11

kota Bogor Jawa Barat .............................................................................


3.4.2. Pengukuran Kualitas Udara ambien di lokasi kegiatan Pembuatan Abon di kota 12
Malang Jawa Timur ..........................................................................
3.4.3. Pemantauan Kualitas Udara ambien di lokasi kegiatan kawasan Industi di kota

13

Demak Jawa Tengah ........................................................................


3.5.

Survey pengguna dan produsen ...............................................................

14

3.5.1. Survey ke Surabaya ................................................................................

14

3.5.2. Survey ke Bandar Lampung .....................................................................

15

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN ...................................................................

18

Pengukuran Kualitas Udara Ambien ..........................................................

18

4.1.1. Parameter CO .........................................................................................

18

4.1.2 Parameter SO2 .......................................................................................

20

4.1.

Pengkajian Briket Batubara

2011

4.1.3. Parameter NO2 .......................................................................................

21

4.1.4 Parameter TSP ........................................................................................

23

4.2.

Hasil Analisa Proximat Bahan Baku Briket Batubara ...................................

24

4.3.

Hasil Uji Coba Pengukuran Emisi Sumber Tidak Bergerak dari Cerobong

25

Simulator Tungku Briket Batubara .............................................................


4.4.

Hasil Pengukuran PAH di Bottom Ash ........................................................

26

4.5.

Data Pendukung ......................................................................................

26

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................

27

5.1.

Kesimpulan .............................................................................................

27

5.2.

Saran .....................................................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................

29

LAMPIRAN ........................................................................................................................

30

BAB V

vi

Pengkajian Briket Batubara

2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

riket batubara merupakan salah satu alternatif bahan bakar yang murah dan
efisien sebagai pengganti minyak tanah yang harganya meningkat tinggi
akibat pengurangan subsidi pemerintah. Briket batu bara telah digunakan

sejak awal tahun 80-an di beberapa negara, seperti China dan Korea Selatan.
Indonesia sendiri mulai mengenal briket batu bara pada tahun 1993. Namun
dikarenakan harga minyak tanah masih rendah sebagai dampak subsidi pemerintah,
kebijakan tersebut tidak bertahan lama. Masyarakat harus berpaling pada bahan
bakar alternatif yang murah sebagai akibat dari kenaikan harga BBM pada 1 Oktober
2005, sehingga ide penggunaan briket batu bara di tanah air muncul kembali. Briket
batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah seperti untuk
pengolahan makanan (memasak), pengeringan, pembakaran dan pemanasan
(penghangat).
Briket batubara adalah
bahan

bakar

yang

terbuat

batubara

padat
dari

dengan

sedikit

bahan

campuran

seperti

tanah liat dan tapioka.


Bahan

baku

utama

briket batubara adalah


batubara
Gb.1.1. 1. Sasaran Kebijakan Energi Nasional 2025
(Sumber: Menko Perekonomian 2011)

yang

sumbernya berlimpah
di

Indonesia

dan

mempunyai cadangan
untuk

selama

lebih

kurang 150 tahun. Bahan baku briket batubara terdiri dari : 82% batubara, 15%
tanah liat dan 4% tapioka. Tanah liat selain berfungsi sebagai penguat briket juga

Pengkajian Briket Batubara

2011

berfungsi sebagai stabilisator panas. Sedangkan tapioka berfungsi sebagai perekat


untuk memudahkan pencetakan.
Ada tiga jenis briket batubara yang berbeda-beda komposisinya, yaitu :
1. Briket batubara biasa, merupakan campuran batu bara mentah dan zat
perekat (biasanya lempung), sangat sederhana dan biasanya berkualitas
rendah.
2. Briket batubara terkarbonisasi, batu bara yang digunakan dikarbonisasi
(carbonised) terlebih dulu dengan cara membakarnya pada suhu tertentu
sehingga sebagian besar zat pengotor, terutama zat terbang (volatile
matters) hilang. Dengan bahan perekat yang baik, briket batu bara yang
dihasilkan akan menjadi sangat baik dan rendah emisinya.
3. Briket bio-batu bara, atau dikenal
dengan bio-briket, selain kapur dan zat
perekat,

ke

dalam

campuran

ditambahkan bio-masa sebagai substansi


untuk

mengurangi

mempercepat

emisi

pembakaran.

dan

Bio-masa

yang biasanya digunakan berasal dari


ampas industri agro (seperti bagas tebu,
Gb. 1.1.2. Kompor Briket Batubara
untuk penggunaan skala kecil
UKM/IKM

ampas kelapa sawit, sekam padi, dan


lain-lain) atau serbuk gergaji.

(Sumber: PT Bukit Asam Lampung 2011)

Data konsumsi briket terbaru masih


mempunyai pola yang sama dengan data
konsumsi briket tahun 2002, dengan peningkatan penggunaan briket batubara
pemanas anak ayam dari 65% menjadi 70%, bahan bakar di rumah makan 7%,
pondok pesantren, pembakaran gamping dan pengering tembakau masing-masing
5%, pembakar batu bata 3%, pengering karet 2% dan lain-lain 3% (PT Bukit Asam
Lampung, 2011). Berdasarkan informasi tersebut, PUSARPEDAL Kementerian
Lingkungan Hidup melakukan kegiatan pemantauan untuk melihat dampak kegiatan
pemanfaatan briket batubara di masyarakat terhadap kualitas udara ambien,
melakukan uji coba pengukuran emisi sumber tidak bergerak dari simulator cerobong
tungku briket batubara dan bottom ash dari sisa pembakaran briket batubara.

Pengkajian Briket Batubara

1.2.

2011

Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari kegiatan ini adalah:


1.

Mendapatkan gambaran dampak kegiatan pembakaran briket batubara dan


/atau bahan bakar batubara terhadap kualitas udara ambien di sekitarnya;

2.

Mendapatkan gambaran tentang potensi pencemar emisi tungku briket batubara


untuk jenis briket batubara non-karbonisasi dan karbonisasi yang beredar di
lapangan serta bahan bakar minyak tanah.

Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah:


1.

Mengetahui kualitas udara ambien di lokasi sekitar kegiatan pengguna briket


batubara dan batubara curah dengan cara melakukan pengukuran parameter
TSP, SO2, NO2, dan CO di daerah Bogor, Malang dan Demak;

2.

Mendapatkan nilai konsentrasi parameter SO2, NOx, CO dan PAH dalam Emisi
Gas Buang dari pembakaran Briket Batubara karbonisasi dan non karbonisasi
serta minyak tanah menggunakan simulator cerobong tungku briket batubara di
Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) Badan Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi (BPPT);
Mendapatkan nilai konsentrasi parameter PAH pada bottom ash yang dihasilkan

3.

dari pembakaran briket batubara karbonisasi dan non karbonisasi.


1.3.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan meliputi:


1. Studi pustaka;
2. Koordinasi dengan tim B2TE-BPPT;
3. Pengumpulan data-data sekunder yang diperlukan;
4. Pertemuan Teknis;
5. Pengadaan bahan kimia dan peralatan;
6. Survey laboratorium analisa organik PAH;
7. Survey penentuan lokasi dan titik sampling udara ambien;
8. Survey pengguna dan produsen briket batubara di kota Malang dan Bandar
Lampung;
9. Pelaksanaan sampling dan pengujian kualitas udara ambien di sekitar kegiatan
yang menggunakan kompor briket batubara: TSP, CO, NO2, dan SO2;
10. Sampling dari cerobong simulator untuk parameter emisi sumber tidak bergerak:
SO2, NOx, CO dan PAH total;

Pengkajian Briket Batubara

2011

11. Verifikasi dan validasi data sampling dan pengujian;


12. Pengolahan data;
13. Rapat evaluasi;
14. Pelaporan.

Pengkajian Briket Batubara

2011

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Dampak Pencemaran akibat Pembakaran Briket Batubara

embakaran briket batubara dapat meningkatkan pencemaran udara ambien.


Zat pencemar tersebut seperti Total Suspended Particulate (TSP), Nitrogen
Dioksida (NO2), Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon

(HC), logam berat, dan senyawa organik seperti PAH (Poly Aromatic Hydrocarbon).
Jenis dan komposisi bahan pembuat briket batubara sangat mempengaruhi kualitas
emisi hasil pembakaran. Briket batubara mentah akan menghasilkan kadar CO, NOx,
SOx, HC dan TSP lebih tinggi daripada briket batubara yang telah dikarbonisasi.
Sedangkan briket bio-batubara memiliki emisi pembakaran yang paling sedikit.
Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit emisi yang ditimbulkan. Emisi
berbahaya, seperti gas SOx dan NOx, pada dasarnya ditimbulkan dari batubara
dengan kadar pengotor yang tinggi. Diagram dampak penggunaan briket batubara
pada proses pembakaran, ditunjukkan pada Gambar 1.4. berikut ini:

INDOOR

INDOOR
C, H, O, N
S, Al, Si
Ca, Mg, Fe, Na,
K, P, Cl
Trace metal:
Hg, Pb, As, Sb,
Se, Tl, Zn
Clay

BAHAN
BAKU

PROSES
3. PEMBAKARAN

EMISI

BOTTOM ASH

Partikulat (PAH)
CO
CO2
HC
NOx
SO2
logam

Bottom Ash: PAH, logam

Gb.2.1. Diagram Proses Pembakaran Batubara

(Sumber: Laporan Kegiatan Pemantauan Briket Batubara B2TE-BPPT tahun 2006)

Dari diagram tersebut, dapat dipahami bahwa bahan baku batubara berkualitas
tinggi dan /atau standar akan memberikan kontribusi limbah yang lebih kecil.
Sebagai contoh, batubara dengan kadar sulfur tinggi akan memberikan emisi sulfur
dioksida lebih tinggi. Sehingga pengendalian yang akan dilakukan harus disesuaikan
dengan pemanfaatan batubara itu sendiri, apakah pengaturan dilakukan terhadap

Pengkajian Briket Batubara

2011

bahan baku, proses atau pemanfaatan sisa bottom ash, dll. Oleh sebab itu,
penggunaan briket batubara untuk memasak tidak disarankan untuk digunakan pada
skala rumah tangga; penggunaan skala UKM/IKM perlu dicermati untuk menghindari
masalah-masalah terhadap kesehatan.
2.2.

Dampak kesehatan akibat Pembakaran Briket Batubara

Pada pertemuan dunia Sustainable Development (pembangunan berkelanjutan) di


Bali tahun 2002, dikemukakan oleh Partnership for Clean Indoor Air (Kemitraan
untuk udara bersih di dalam ruangan) bahwa penggunaan bahan bakar padat di
dalam ruangan sangat bertentangan dengan inisiatif untuk kesehatan masyarakat.
Salah satunya yang dibahas adalah risiko kesehatan yang bakal diterima jutaan
penduduk negara berkembang jika briket batubara digunakan untuk memasak. Saat
ini diperkirakan lebih dari 1,6 juta orang telah meninggal setiap tahunnya akibat
terkena infeksi pernapasan dan dampak pembakaran bahan bakar padat (Sumber
WHO). Di antaranya yang paling banyak meninggal adalah perempuan termasuk ibuibu dan anak-anak.
Hasil penelitian yang dimuat American Journal of Epidemiology menyatakan bahwa
memasak di dalam ruangan dengan bahan bakar padat, termasuk batubara, tanpa
cerobong asap, akan meningkatkan risiko kanker paru secara signifikan. Lain halnya
memasak dengan cara modern menggunakan bahan bakar cair akan menurunkan
risiko tersebut.
Batubara dan perangkatnya yang dibakar untuk memasak dapat menghasilkan zatzat racun seperti sulfur, merkuri, arsenik, selenium dan fluorida. Selama
pembakaran, batubara juga menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons yang
dapat menyebabkan kanker tenggorokan dan kanker paru. Di samping itu zat-zat
tersebut dapat meningkatkan risiko infeksi pernapasan kronis seperti bronchitis dan
emfisema.
Para peneliti dari US Geological Survey and the Institute of Geochemistry, Guizhou,
juga memperkirakan paling sedikit 3.000 penduduk di Provinsi Guizhou di barat daya
China telah keracunan arsen kronis yang disebabkan mengkonsumsi makanan yang
dimasak di atas api batubara.
Disamping itu bahan perekat bubuk batubara dari tanah liat untuk membuat briket,
dapat meningkatkan kandungan fluorida pada batubara tersebut. Hal ini telah
menimbulkan 10 juta penduduk China menderita penumpukan fluoride pada gigi dan
tulang yang menyebabkan perubahan bentuk tulang.

Pengkajian Briket Batubara

2011

Meskipun harga briket batubara lebih murah daripada minyak tanah, tetapi 1 kg.
briket batubara hanya mengandung 60% energi (5.500 kcal) daripada yang
dikandung minyak tanah (8.900 kcal). Selain itu energi briket batubara hanya
separoh dari 1 kg gas elpiji (11.900 kcal) meskipun cadangan cukup tinggi.
Kebijaksanaan menggunakan bahan bakar pengganti minyak tanah tersebut
seharusnya lebih dulu dilakukan kajian secara komprehensif dan melalui hasil
penelitian (berbasis penelitian) yang melibatkan berbagai pihak terkait termasuk
perguruan

tinggi,

tidak

hanya

sekadar

keputusan

ekonomi

yang

hanya

disosialisasikan lewat siaran pers saja.

Pengkajian Briket Batubara

2011

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1.

Metodologi

egiatan pengukuran yang dilaksanakan oleh Tim Pemantauan Briket Batu


Bara Pusarpedal-KLH terdiri atas tiga kegiatan utama, sebagai berikut:
1. Pengambilan contoh uji kualitas udara ambien dilakukan sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7119.6-2005 Lokasi
sampling Ambien);
2. Pengambilan contoh uji emisi sumber
tidak

bergerak

dilakukan

pada

fasilitas

cerobong dan tungku simulator B2TE-BPPT


menggunakan

metoda

5G

USEPA:

Determination of Particulate Matter Emissions


from Wood Heaters (Dilution Tunnel Sampling
Location) dan metoda 10 USEPA: Modified
Method 5 Sampling Train dan metoda 429 Air
Resources Board: Determination of Polycyclic

Aromatic Hydrocarbon (PAH) Emissions from


Stationary Sources;
3. Analisa contoh uji parameter kualitas
udara

ambien

dan

emisi

sumber

tidak

bergerak parameter anorganik dilakukan di


Laboratorium Udara Pusarpedal, yang terletak
di

Pusarpedal,

Gedung

210,

Kawasan

Puspiptek, Serpong, Banten. Adapun untuk


Gb.3.1. Cerobong Simulator
dan Tungku Briket
Batubara

analisa PAH di emisi cerobong simulator dan


bottom ash disubkontrak ke laboratorium
Organo Science, serta untuk analisa proximate
dilakukan

di

laboratorium

B2TE.

Metode

analisis laboratorium tercantum pada Tabel 4.2.1. dan 4.2.2.

2011

Pengkajian Briket Batubara

3.2.

Parameter dan Peralatan Pemantauan

Parameter, metoda dan peralatan yang digunakan untuk pemantauan kualitas udara
ambien ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 4.2. Parameter pemantauan kualitas
udara ambien mengacu kepada peraturan pemerintah PP No. 41 tahun 1999 sebagai
berikut:
Tabel 3.2.1. Parameter Pemantauan Kualitas Udara Ambien
No

Parameter

Acuan Metoda

Baku
Mutu
(g/NM3)

SO2

SNI 19-7119.7-2005 (SO2 pararosanilin - Ambien)

900

NO2

SNI 19-7119.2-2005 (NO2 Saltzman - Ambien)

400

TSP

SNI 19-7119.3-2005 (TSP gravimetri - Ambien)

230

CO

SNI 19-7117.10-2005 (CO Analyzer)

30000

Sumber: Lampiran PP No. 41 tahun 1999

Parameter bahan baku briket mengacu ke peraturan menteri ESDM Permen No. 47
tahun 2006 sebagai berikut:
Tabel 3.2.2. Parameter Emisi Tungku Briket Batubara
No

Parameter

Metoda Analisis

Baku Mutu

ASTM D-5142-09

Mengacu ke Permen ESDM


No. 47 tahun 2006
Tabel 4 Standar Kualitas
Briket Batubara
Untuk masing-masing jenis
briket batubara

PROXIMATE ANALYSIS
1

% moisture (ar)

% ash (ar)

% volatile matter (ar)

% fixed carbon (by diff)

By Difference

TOTAL SULFUR
5

% total sulfur

ASTM D-4239

CALORIC VALUE
6

caloric value cal/gr

ASTM D-5865

Sumber: Lampiran I Permen ESDM No. 47 tahun 2006

Parameter emisi sumber tidak bergerak dari cerobong simulator mengacu ke


peraturan menteri ESDM Permen No. 47 tahun 2006 sebagai berikut:
Tabel 3.2.3. Parameter Emisi Tungku Briket Batubara
No

Parameter

Alat dan Metoda Analisis

Baku
Mutu
(mg/NM3)

Partikulat

SNI 7117.13-2009 (Sampling Partikulat)

250

CO

SNI 19-7117.10-2005 (Komposisi Gas Emisi)

726

SO2

SNI 7117.18-2009 (SO2 Turbidimetri Emisi)

130

NOx

SNI 19-7117.5-2005 (NOx PDS Emisi)

140

Sumber: Lampiran V Permen ESDM No. 47 tahun 2006


Catatan: Koreksi oksigen sebesar 10%

Pengkajian Briket Batubara

2011

Parameter PAH pada Emisi Tungku Briket Batubara dan Bottom Ash mengacu ke
parameter yang diatur dalam Stockholm Convention dan sesuai metoda 429 sebagai
berikut:
Tabel 3.2.4. Parameter PAH pada Emisi Tungku Briket Batubara dan Bottom Ash
No

Parameter

phenanthrene

anthracene

fluoranthene

pyrene

chrysene

benzo(a)anthracene

benzo(b)fluoranthene

benzo(k)fluoranthene

benzo(a)pyrene

10

dibenz(a,h)anthracene

11

benzo(g,h,i)perylene

12

indeno(1,2,3-cd)pyrene

Alat dan Metoda Analisis

HPLC
Metoda 429 CEPA
Air Resource Board

Adapun peralatan sampling yang digunakan dalam pengukuran udara ambien dan
emisi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2.4. Peralatan Ambien
No

Peralatan

No

Peralatan

HVAS 1000

Seperangkat Peralatan meteorologi

Impinger

Alat pengukur Otomatik CO

Pompa portable

Spektrofotometer

Gas Meter

Teddlar bag

Filter untuk HVAS

10

Tripod

Tabel 3.2.5. Peralatan Emisi


No

Peralatan

Rangkaian alat metoda 5 USEPA

Gas composition analyzer

SVOC sampling train

XAD Ttap

Condenser

Container with Tefflon Seal

Submerged Pump

3.3.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Pemantauan kualitas udara ambien di sekitar pengguna briket batubara dilaksanakan


di kota Bogor, Malang dan Demak dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

10

Pengkajian Briket Batubara

2011

Tabel 3.3.1. Tempat dan Waktu Pengukuran Udara Ambien


Daerah

Waktu
Pelaksanaan

Lokasi Kegiatan

Jenis Briket

Bogor

6-8 April
8-10 April

Peternakan ayam Cibentang


Ponpes Cidokom

Batubara curah
-

Malang

15-17 Juni
17-19 Juni

Pabrik Abon
Pesantren Perumahan
Kecamatan Sukun

Briket NonKarbonisasi
-

Demak

19-21 Juli
21-22 Juli

Kawasan Pabrik
Pemukiman

Batubara curah
-

Tabel 3.3.1. Jadual Pengukuran Emisi Cerobong Simulator di B2TE-BPPT


NO
TANGGAL
KEGIATAN
1
27/07/2011 Persiapan alat dan setting di simulator
B2TE
2
28/07/2011 Uji Emisi Briket Batubara NonKarbonisasi #1, Analisa Kualitas briket
(proximate), %H2O,
3
4

2-4/08/2011 Analisa Sampel #1 plus Magang di


Organo Science
20/10/2011 Persiapan pengukuran: koordinasi dg
B2TE terkait pengukuran, Pembelian
briket, dll

SAMPEL

1 sampel

3 sampel

24/10/2011 Uji Emisi Briket Batubara Non1 sampel


Karbonisasi #2
31/10/2011 Uji Emisi Briket Batubara Karbonisasi #3 1 sampel

1/11/2011

07/11/2011 Analisa Sampel #2, #3, #4 plus Magang 5 sampel


di Organo Science dan Analisa Bottom
Ash (Briket karbonisasi dan Nonkarbonisasi)

3.4.

Uji Emisi Minyak Tanah #4

1 sampel

PARAMETER

ALAT

APEX,
Partikulat USEPA, SO2
Impinger SO2,
dan NOx JIS, PAH
NO2, Train MUSEPA (M-429), CO
23, Testo
PAH (16 senyawa)

HPLC

APEX, Train M23: PAH, Train


Partikulat USEPA, SO2
Impinger:
dan NOx JIS, PAH
SO2, NO2,
USEPA (M-429)
Testo: CO, O2
dan CO2
PAH (16 senyawa)
HPLC

Lokasi Pemantauan

Lokasi pemantauan dibagi menjadi dua kategori: lokasi kontrol /background dan
lokasi kegiatan. Adapun lokasi kontrol merupakan lokasi jauh dari kegiatan yang
terkait dengan penggunaan briket batubara.
3.4.1. Pengukuran Kualitas Udara ambien di lokasi kegiatan Peternakan
Ayam di kota Bogor Jawa Barat
Pengukuran kualitas udara ambien dilaksanakan pada tanggal 6-10 April 2011 di kota
Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi pemantauan didasarkan kepada banyaknya
pengguna bahan bakar batubara di daerah peternakan ayam di daerah Bogor,
sehingga pengukuran kualitas udara ambien dilakukan di lokasi peternakan ayam
Cibentang pada tanggal 6-8 April 2011. Adapun pengukuran terhadap lokasi kontrol

11

Pengkajian Briket Batubara

2011

pada tanggal 8-10 April 2011 dilakukan pada tempat yang diasumsikan tidak ada
kegiatan yang menggunakan briket batubara di sekitarnya yaitu di Pondok Pesantren
Cidokom. Bahan bakar yang digunakan hampir di seluruh peternakan ayam di daerah
Bogor merupakan jenis Batubara curah bukan briket batubara.

Gb. 3.4.1.1
Lokasi Sampling Peternakan Ayam
Cibentang Bogor

Gb. 3.4.1.2
Lokasi Kontrol Pondok Pesantren Bogor

3.4.2. Pengukuran Kualitas Udara ambien di lokasi kegiatan Pembuatan


Abon di kota Malang Jawa Timur
Pengukuran kualitas udara ambien dilaksanakan pada tanggal 15-19 Juni 2011 di
kota Malang Jawa Timur. Pemilihan lokasi pemantauan didasarkan kepada adanya
pengguna briket batubara Non-karbonisasi untuk Usaha /Kegiatan Masyarakat
berupa Pabrik Abon di Malang, sehingga pengukuran kualitas udara ambien
dilakukan di lokasi tersebut pada tanggal 15-17 Juni 2011. Adapun pengukuran
terhadap lokasi kontrol pada tanggal 17-19 Juni 2011 dilakukan pada tempat yang
diasumsikan tidak ada kegiatan yang menggunakan briket batubara di sekitarnya
yaitu di Pondok Pesantren Kecamatan Sukun.

12

Pengkajian Briket Batubara

Gb. 3.4.2.1
Lokasi Sampling Pabrik Abon Malang

2011

Gb. 3.4.2.2
Lokasi Kontrol Pondok Pesantren Malang

3.4.3. Pemantauan Kualitas Udara ambien di lokasi kegiatan kawasan


Industi di kota Demak Jawa Tengah
Pemantauan kualitas udara ambien dilaksanakan pada tanggal 19-22 Juli 2011 di
kota Demak Jawa Tengah. Pemilihan lokasi pemantauan didasarkan kepada
informasi dari BLH setempat bahwa ada pabrik pengguna bahan bakar batubara di
daerah kawasan industri di Demak, sehingga pengukuran kualitas udara ambien
dilakukan di lokasi sekitar pabrik PT Buana Box pada tanggal 19-21 Juli 2011.
Adapun pengukuran terhadap lokasi kontrol pada tanggal 21-22 Juli 2011 dilakukan
pada tempat yang diasumsikan tidak ada kegiatan yang menggunakan briket
batubara di sekitarnya yaitu di daerah pemukiman.

Gb. 3.4.3.1
Lokasi Sampling Kawasan Industri Demak

Gb. 3.4.3.2
Lokasi Kontrol Pemukiman Demak

13

Pengkajian Briket Batubara

3.5.

2011

Survey pengguna dan produsen

Survey pengguna dan produsen dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait


penggunaan briket batubara di masyarakat serta kendalanya. Adapun survey
terhadap produsen dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah ketersediaan briket
batubara sesuai dengan kebutuhan penggunaan briket batubara di masyarakat.
Survey dilakukan di dua lokasi yaitu Surabaya dan Bandar Lampung.
3.5.1. Survey ke Surabaya
Produsen briket batubara di Jawa Timur, khususnya PTBA (Bukit Asam) yang semula
ada di Malang, Mojokerto, Sidoarjo dan Surabaya saat ini dipusatkan di Gresik.
Pengguna briket tersebar di berbagai kota di Indonesia. Pengguna briket batubara
mayoritas adalah dari peternak ayam, pengeringan tembakau, dan rumah makanrumah makan. Sedangkan sebagian perusahaan besar seperti industry mie instan
dan PLN menggunakan batubara curah; dikarenakan mereka mampu memasang alat
pengendali pencemaran degan teknologi yang cukup mahal.
Jenis Briket batubara dan Kompor yang Biasa Digunakan

Briket batubara jenis ini


digunakan sebagai bahan bakar
alternatif untuk tungku
peleburan, smelting, penghangat
ruangan, penghangat penetasan
telur, tungku pemanas boiler.
Gb.3.5.1.1. Briket batubara
Tipe bundar

Gb.3.5.1.2. Briket batubara


tipe bantal

Gb.3.5.1.3. Briket batubara


tipe telur

14

Pengkajian Briket Batubara

2011

Di Surabaya dan sekitarnya ada beberapa produsen briket batubara. Salah satu
produsen yang cukup besar adalah PTBA. Akan tetapi keberadaan produsen serta
pemanfaatan briket batubara di Surabaya dan sekitarnya tidak diketahui oleh BLH
setempat. Infromasi briket batubara hanya bisa diperoleh di Dinas Mineral Batubara.
Padahal pemanfaatan briket batubara sudah disosialisasikan sejak tahun 2006 di
berbagai kota, melibatkan Kementrian Peranan Wanita, ESDM, Kementerian
Koperasi, Kementerian ESDM, BPPT, dan KLH. Hal ini menunjukkan betapa
koordinasi antar instansi dan departemen masih sangat lemah.
3.5.2. Survey ke Bandar Lampung
Produsen briket batubara di Lampung cukup banyak jumlahnya, antara lain dari
BUMN yaitu PTBA (Bukit Asam), dan beberapa
perusahaan swasta seperti PT Tansho, PT Kendi
Arindo dll. Akan tetapi survey hanya dilakukan
terhadap PTBA.
PTBA Lampung memproduksi briket batubara non
karbonisasi dengan produksi 1000 ton per bulan.
Pengguna briket tersebar di berbagai kota di
Indonesia. Pengguna briket batubara mayoritas
adalah

dari

peternak

ayam,

pengeringan

tembakau, dan rumah makan-rumah makan.

Gb. 3.5.2.1. Kompor Briket


batubara dan briket tipe sarang
tawon

15

Pengkajian Briket Batubara

2011

Gb. 3.5.2.2. Diagram Alir Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi

Gb. 3.5.2.3..Contoh Pemasaran Briket Batubara di


Malang (Sumber: Malang Post)

16

Pengkajian Briket Batubara

Bahan baku briket batubara

Briket batubara

2011

Mesin pengolah batubara menjadi


briketbatubara

Contoh briket yang sudah dipak

Gb. 3.5.2.4. Produsen Briket Batubara di Bandar Lampung

17

Pengkajian Briket Batubara

2011

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

emantauan kualitas udara ambien untuk mengantisipasi dampak penggunaan


bahan bakar briket batubara terhadap lingkungan dilaksanakan di kota Bogor,
Malang dan Demak. Kualitas parameter udara ambien yang berpengaruh

dievaluasi berdasarkan Baku Mutu Lampiran PP No.41/1999 tentang Pengendalian


Pencemaran (Tabel 4.1) dan semua hasil pemantauan untuk parameter ambien TSP,
SO2, NO2, CO berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan. Adapun untuk
parameter emisi sumber tidak bergerak dari cerobong simulator tungku briket
batubara dievaluasi berdasarkan Baku Mutu Permen ESDM No. 47 tahun 2006.
4.1.

Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien

4.1.1.

Parameter CO

Kualitas udara ambien untuk parameter CO di daerah Bogor, Malang dan Demak
teridentifikasi berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar 30.000
g/M3 , di semua lokasi arah mata angin, sebagai berikut:

Tabel 4.1.1. Kisaran konsentrasi CO pada pemantauan kualitas udara


ambien di sekitar lokasi pemanfaatan briket dan /atau bahan bakar batu
bara tahun 2011
No

1
2
3

Lokasi
pemantauan
Bogor
Malang
Demak

Kisaran konsentrasi CO (g/M3)


pada titik pemantauan
Sampling

2005-2897

Kontrol

1951-2269

Sampling

1800-3831

Kontrol

1733-3193

Sampling

1741-2611

Kontrol

1752-2016

Baku mutu
PP41/1999
g/M3

30.000

18

Pengkajian Briket Batubara

2011

4000
3000
2000
1000
Selatan

Barat

Timur

Utara

Selatan

Utara

Barat

0
Timur

KONSENTRASI
(g/M3)

CO - BOGOR

LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.1.A. Hasil pengukuran CO di daerah Bogor Tahun 2011

CO-MALANG
KONSENTRASI
(g/M3)

4000
3000
2000
1000
Timur

Selatan

Utara

Barat

Barat

Selatan

Utara

Timur

LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.1.B. Hasil pengukuran CO di daerah Malang Tahun 2011

Kontrol

Barat

Selatan

Utara

4000
3000
2000
1000
0
Timur

KONSENTRASI
(g/M3)

CO - DEMAK

LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.1.C. Hasil pengukuran CO di daerah Demak Tahun 2011

19

2011

Pengkajian Briket Batubara

4.1.2.

Parameter SO2

Kualitas udara ambien untuk parameter SO2 di daerah Bogor, Malang dan Demak
teridentifikasi berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan sebesar 900 g/M3 ,
di semua lokasi arah mata angin, sebagai berikut:
Tabel 4.1.2. Kisaran konsentrasi SO2 pada pemantauan kualitas udara
ambien di sekitar lokasi pemanfaatan briket dan /atau bahan bakar batu
bara tahun 2011
No

Demak

Sampling

<10-120

Kontrol

<10-16

Sampling

<10-246

Kontrol

<10-18

Sampling

13-37

Kontrol

13-31

Baku mutu
PP41/1999
g/M3

900

SO2 - BOGOR

LOKASI SAMPLING

Selatan

Barat

Timur

Utara

Selatan

Utara

Barat

Timur

250
200
150
100
50
0

LOKASI KONTROL

Gb. 4.1.2.A. Hasil pengukuran SO2 di daerah Bogor Tahun 2011

SO2 - MALANG

LOKASI SAMPLING

Timur

Selatan

Utara

Barat

Barat

Selatan

Utara

250
200
150
100
50
0
Timur

Malang

KONSENTRASI
(g/M3)

Bogor

KONSENTRASI
(g/M3)

Kisaran konsentrasi SO2 (g/M3)


pada titik pemantauan

Lokasi
pemantauan

LOKASI KONTROL

Gb. 4.1.2.B. Hasil pengukuran SO2 di daerah Malang Tahun 2011

20

2011

Pengkajian Briket Batubara

Kontrol

Barat

Selatan

Utara

250
200
150
100
50
0
Timur

KONSENTRASI
(g/M3)

SO2 - DEMAK

LOKASI SAMPLING
KONTROL
Gb. 4.1.2.C. Hasil pengukuran SO2 di daerah Demak Tahun 2011

4.1.3.

Parameter NO2

Kualitas udara ambien untuk parameter NO2 di daerah Bogor, Malang dan Demak
teridentifikasi berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan sebesar 400 g/M3 ,
di semua lokasi arah mata angin, sebagai berikut:

Tabel 4.1.3. Kisaran konsentrasi NO2 pada pemantauan kualitas udara


ambien di sekitar lokasi pemanfaatan briket dan /atau bahan bakar batu
bara tahun 2011
No

Lokasi
pemantauan

Bogor

Malang

Demak

Kisaran konsentrasi NO2 (g/M3)


pada titik pemantauan
Sampling

<13-42

Kontrol

<13-16

Sampling

<13-53

Kontrol

<13-16

Sampling

<13-30

Kontrol

<13-13

Baku mutu
PP41/1999
g/M3

400

21

Pengkajian Briket Batubara

2011

LOKASI SAMPLING

Selatan

Barat

Timur

Utara

Selatan

Utara

Barat

100
80
60
40
20
0
Timur

KONSENTRASI
(g/M3)

NO2 - BOGOR

LOKASI KONTROL

Gb. 4.1.3.A. Hasil pengukuran NO2 di daerah Bogor Tahun 2011

NO2 - MALANG
KONSENTRASI
(g/M3)

100
80
60
40
20

LOKASI SAMPLING

Timur

Selatan

Utara

Barat

Barat

Selatan

Utara

Timur

LOKASI KONTROL

Gb. 4.1.3.B. Hasil pengukuran NO2 di daerah Malang Tahun 2011

LOKASI SAMPLING

Kontrol

Barat

Selatan

Utara

100
80
60
40
20
0
Timur

KONSENTRASI
(g/M3)

NO2 - DEMAK

KONTROL

Gb. 4.1.3.C. Hasil pengukuran NO2 di daerah Demak Tahun 2011

22

2011

Pengkajian Briket Batubara

4.1.4.

Parameter TSP

Kualitas udara ambien untuk parameter TSP di daerah Bogor, Malang dan Demak
teridentifikasi berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar 230
g/M3, di semua lokasi arah mata angin, sebagai berikut:

Tabel 4.1.4. Kisaran konsentrasi TSP pada pemantauan kualitas udara


ambien di sekitar lokasi pemanfaatan briket dan /atau bahan bakar batu
bara tahun anggaran 2011
No

Demak

Kisaran konsentrasi TSP (g/M3)


pada titik pemantauan
Sampling

90-205

Kontrol

80-116

Sampling

100-194

Kontrol

86-136

Sampling

73-140

Kontrol

Baku mutu
PP41/1999
g/M3

230

68

TSP-BOGOR

Selatan

Barat

Timur

Utara

Selatan

Utara

250
200
150
100
50
0
Barat

Malang

Timur

Bogor

KONSENTRASI
(g/M3)

Lokasi
pemantauan

LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.4.A. Hasil pengukuranTSP di daerah Bogor Tahun 2011

23

2011

Pengkajian Briket Batubara

Timur

Selatan

Utara

Barat

Barat

Selatan

Utara

300
200
100
0
Timur

KONSENTRASI
(g/M3)

TSP-MALANG

LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.4.B. Hasil pengukuranTSP di daerah Malang Tahun 2011

Backgrou

Barat

Selatan

Utara

250
200
150
100
50
0
Timur

KONSENTRASI
(g/M3)

TSP-DEMAK

LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.4.C. Hasil pengukuran TSP di daerah Demak Tahun 2011

4.2.

Hasil Analisa Proximat Bahan Baku Briket Batubara


Tabel 4.2. Kualitas Briket Batubara
No

Parameter

Metoda Analisis

Hasil
Briket
Karbonisasi

Briket Non
Karbonisasi

7,04

17,14

16,35

13,03

PROXIMATE ANALYSIS
1

% moisture (ar)

% ash (ar)

% volatile matter (ar)

% fixed carbon (by diff)

ASTM D-5142-09

22,86

35,26

By Difference

53,76

34,57

ASTM D-4239

0,36

0,75

5589

4825

TOTAL SULFUR
5

% total sulfur

caloric value cal/gr

CALORIC VALUE
ASTM D-5865

Catatan: Analisa dilakukan di Balai Besar Teknologi Energi (B2TE)-BPPT

24

Pengkajian Briket Batubara

2011

Hasil pengujian bahan briket batubara dibandingkan dengan Lampiran I Permen


ESDM No. 47 tahun 2006, didapatkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Briket batubara karbonisasi tidak

memenuhi standar kandungan volatile

matter (>15%).
2. Briket batubara non karbonisasi tidak

memenuhi standar kandungan air

(>12%).
4.3.

Hasil Uji Coba Pengukuran Emisi Sumber Tidak Bergerak dari


Cerobong Simulator Tungku Briket Batubara

Hasil pengukuran Emisi Sumber Tidak Bergerak dari Cerobong Simulator Tungku
Briket Batubara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3. Hasil Uji Coba Pengukuran Emisi STB dari Cerobong Simulator
menggunakan kompor standar Industri-B2TE
No

Bahan Bakar

Non-karbonisasi

496

105

586

0,20

Karbonisasi

160

65

445

1,5

Minyak Tanah

930

272

70

130

140

726

Permen ESDM No. 47


tahun 2006

SO2
(mg/NM3)

NOx
(mg/NM3)

CO
(mg/NM3)

PAH
(g Teq/NM3)

Catatan:
1. warna merah /arsir menunjukkan nilai di atas Baku Mutu
2. PAH dianalisa di PT Organo Science Laboratory

Dari hasil uji coba yang dilakukan, didapatkan bahwa :


Seluruh jenis bahan bakar (briket batubara karbonasi dan non karbonasi serta
minyak tanah) melebihi baku mutu Permen No. 47 tahun 2006 untuk
parameter SO2;
Briket batubara non karbonisasi dan karbonisasi memenuhi Baku Mutu
Permen No. 47 tahun 2006 baik untuk parameter NOx maupun CO, tetapi
tidak untuk bahan bakar minyak tanah;
Nilai PAH tertinggi didapatkan untuk bahan bakar minyak tanah diikuti briket
batubara karbonisasi dan non karbonisasi.

25

Pengkajian Briket Batubara

4.4.

2011

Hasil Pengukuran PAH di Bottom Ash


Tabel 4.4. Hasil Pengukuran PAH di Bottom Ash
No

Bahan Bakar

PAH
(g Teq/g)

Briket Non-karbonisasi

0,65

Briket Karbonisasi

<0,1

Catatan: PAH dianalisa di PT Organo Science Laboratory

4.5.

Data Pendukung

Tabel 4.5. Data Meteorologi selama pengukuran


No

Lokasi

Bogor

Malang

Demak

Waktu
Pengukuran

Kategori
Lokasi

Data Meteorologi
Temp
(oC)

Kelembaban
(%)

Arah
Angin

Kecepatan
Angin
(m/detik)

6-8
2011

April

Sampling

28

82

0,3

8-10
2011

April

Kontrol

26

85

NW

0,4

15-17
2011

Juni

Sampling

23

70

WNW

0,2

17-19
2011

Juni

Kontrol

22

82

SSW

0,8

19-21
2011

Juli

Sampling

28

77

0,2

21-22
2011

Juli

Kontrol

28

78

SSE

0,5

Kondisi meteorologi tidak signifikan mendeteksi arah datangnya bahan pencemar


dikarenakan kondisi CALM yaitu kecepatan angin yang rendah (rata-rata dibawab 0,5
m/detik) dan konsentrasi bahan pencemar rendah.
KENDALA
Sulit mendapatkan usaha/kegiatan (UKM) yang menggunakan briket batubara
(dibandingkan dengan batubara curah);
Waktu pengukuran sesaat (1 jam) untuk parameter gas sulit mewakili kondisi
ambien pada beberapa jenis usaha/kegiatan;
Data kualitas udara ambien di sekitar usaha/kegiatan berasal dari banyak sumber.
Data meteorologi kecepatan dan arah angin tidak memberikan kontribusi yang
signifikan dikarenakan kondisi CALM, sehingga sulit diprediksi sumber utamanya.

26

Pengkajian Briket Batubara

2011

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Kesimpulan

Kegiatan pengkajian briket batubara yang meliputi kegiatan pemantauan kualitas


udara ambien di sekitar pengguna briket batubara, kegiatan uji coba pengukuran
emisi cerobong simulator tungku briket batubara dan pengujian bahan briket
batubara serta bottom ash sisa pembakaran; dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1.

Kualitas udara ambien di sekitar kegiatan pengguna briket dan bahan


bakar dari batubara di lokasi pemantauan di daerah Bogor, Malang dan
Demak masih berada di bawah Baku Mutu kualitas udara ambien sesuai
PP No. 41 tahun 1999 untuk parameter CO, SO2, NO2, dan TSP, baik
untuk lokasi kegiatan maupun lokasi kontrol.

2.

Dari pengujian bahan briket batubara didapatkan hasil bahwa kedua jenis
briket (karbonisasi dan non karbonisasi) memenuhi standar kualitas
briket batubara sesuai Lampiran I Permen ESDM No. 47 tahun 2006;
kecuali untuk briket batubara karbonisasi tidak

memenuhi standar

kandungan volatile matter (>15%) dan briket batubara non karbonisasi


tidak memenuhi standar kandungan air (>12%).
3.

Dari uji coba pengukuran emisi dari pembakaran briket batubara


menggunakan cerobong simulator pembakaran tungku briket, didapatkan
hasil bahwa :
i. Seluruh jenis bahan bakar (briket batubara karbonasi dan non
karbonasi serta minyak tanah) melebihi baku mutu Permen No. 47
tahun 2006 untuk parameter SO2;
ii. Briket batubara karbonisasi dan non karbonisasi memenuhi Baku Mutu
Permen No. 47 tahun 2006 baik untuk parameter NOx maupun CO,
tetapi tidak untuk bahan bakar minyak tanah.
iii. Bahan bakar minyak tanah mengemisikan PAH dalam jumlah yang
jauh lebih besar dari briket batubara karbonisasi dan non karbonisasi

27

Pengkajian Briket Batubara

4.

2011

Hasil pengujian Bottom Ash untuk parameter PAH terdeteksi untuk briket
batubara Non Karbonisasi.

5.2.

SARAN

1. Perlu dilakukan kajian terkait lingkungan kerja dan /atau indoor dari aktivitas
kerja para pengguna briket, mengingat paparan briket kepada manusia yang
bekerja atau beraktivitas di dekatnya mempunyai resiko terpapar secara
langsung. Sehingga pemilihan jenis briket dan disain dapur atau ruang
pembakaran dan sekitarnya harus diperhatikan, sesuai dengan Lampiran I
Permen ESDM No. 47 tahun 2006.
2. Sosialisasi dan koordinasi dengan Badan atau Dinas Lingkungan Hidup
setempat perlu ditingkatkan, sehingga kegiatan pemantauan kualitas udara
ambien di daerah pengguna briket batubara juga mendapat perhatian dan
bahkan bisa dimasukkan dalam program daerah.
3. Perlu dilakukan tindakan koordinatif dari pemda lintas sektor terkait
penanganan bottom ash dari sisa pembakaran briket batubara, sehingga
masyarakat pengguna dapat dengan mudah melakukan pengumpulan secara
kolektif di masing-masing lokasi kegiatannya.

28

Pengkajian Briket Batubara

2011

DAFTAR PUSTAKA
1. PT Bukit Asam Lampung, Peranan PT Bukit Asam sebagai produsen briket
batubara dalam produksi, pengembangan dan pemasaran briket di Lampung,
Temu Bisnis, paparan presentasi di Bandar Lampung, 2011.
2. B2TE-BPPT, PUSARPEDAL-KLH, Laporan Kegiatan Pemantauan pengguanaan
briket batubara menggunakan Mobile Monitoring System, 2006.
3. Perlack, Stevenson, Shelton, Prospects for coal briquettes as a substitute fuel
for wood and charcok, US Agency for International Development Asissted
Countries, Oak Ridge National Laboratory, 1986.
4. Tim teknis koordinasi program aksi penyediaan dan pemanfaatan energi
alternatif, Kebijakan penyediaan dan pemanfaatan energi alternatif berbasis
batubara kementerian koordinator bidang perekonomian, paparan presentasi
di Bandar Lampung, 2011.
5. http://toni-komara.blogspot.com/2009/02/waspada-terhadap-asap-hasilpembakaran.html.
6. Parivesh, A news letter from ENVIS Centre Central Pollution Control Board,
http://cpcbenvis.nic.in/newsletter/ph

29

Pengkajian Briket Batubara

2011

LAMPIRAN
Galeri Foto

30

Anda mungkin juga menyukai