PENGKAJIAN
BRIKET
2011
RINGKASAN EKSEKUTIF
untuk tahun 2025. Namun demikian, dampak penggunaan briket batubara harus
diwaspadai mengingat batubara mengandung komponen yang potensial untuk
memberikan dampak terhadap manusia dan lingkungan setelah mengalami proses
pembakaran.
Oleh
karena
itu
Kementerian
Negara
Lingkungan
Hidup
cq.
ini
dengan
diawali
melakukan
pemantauan
untuk
mendapatkan
data
bagian
kajian
dari
yang
komprehensif tentang
penggunaan
briket
batubara
dalam
mengantisipasi
dampak
negatifnya
terhadap lingkungan.
Pelaksanaan
kajian
2011
No
Bahan Bakar
Non-karbonisasi
496
105
586
0,20
Karbonisasi
160
65
445
1,5
Minyak Tanah
930
272
70
130
140
726
Lampiran V
Permen ESDM No. 47
tahun 2006
SO2
(mg/NM3)
NOx
(mg/NM3)
CO
(mg/NM3)
PAH
(g Teq/NM3)
Seluruh jenis bahan bakar (briket batubara karbonasi dan non karbonasi serta
minyak tanah) melebihi baku mutu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 47 tahun 2006 untuk parameter SO2; Briket batubara non karbonisasi
dan karbonisasi memenuhi Baku Mutu baik untuk parameter NOx maupun CO, tetapi
tidak untuk bahan bakar minyak tanah. Nilai PAH tertinggi didapatkan untuk bahan
bakar minyak tanah diikuti briket batubara karbonisasi dan non karbonisasi.
ii
2011
ABSTRAK
(>12%).
Dari uji coba pengukuran emisi dari pembakaran briket batubara menggunakan
cerobong simulator pembakaran tungku briket, didapatkan hasil bahwa seluruh
jenis bahan bakar (briket batubara karbonasi dan non karbonasi serta minyak
tanah) melebihi baku mutu emisi briket batubara Lampiran I Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral No. 47 tahun 2006
Adapun untuk parameter NOx maupun CO, briket batubara karbonisasi dan non
karbonisasi memenuhi Baku Mutu Permen No. 47 tahun 2006, tetapi tidak untuk
bahan bakar minyak tanah. Bahan bakar minyak tanah mengemisikan PAH dalam
jumlah yang jauh lebih besar dari briket batubara karbonisasi dan non
karbonisasi.
Hasil pengujian Bottom Ash untuk parameter PAH terdeteksi untuk briket
batubara Non Karbonisasi.
iii
2011
KATA PENGANTAR
uji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya,
Laporan Kegiatan Pengkajian Briket Batubara Tahun 2011 yang
dilaksanakan
oleh
Sub
Bidang
Laboratorium
Rujukan,
Bidang
Hydrocarbon
(PAH)
dari
emisi
sumber
tidak
bergerak,
iv
2011
DAFTAR ISI
Ringkasan Eksekutif ..................................................................................................
Abstrak .......................................................................................................................
iii
iv
Bab I
PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1.
1.2.
1.3.
BAB II
2.1.
2.2.
3.1.
Metodologi .............................................................................................
3.2.
3.3.
10
3.4.
11
11
13
14
14
15
BAB IV
18
18
18
20
4.1.
2011
21
23
4.2.
24
4.3.
Hasil Uji Coba Pengukuran Emisi Sumber Tidak Bergerak dari Cerobong
25
26
4.5.
26
27
5.1.
Kesimpulan .............................................................................................
27
5.2.
Saran .....................................................................................................
28
29
LAMPIRAN ........................................................................................................................
30
BAB V
vi
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
riket batubara merupakan salah satu alternatif bahan bakar yang murah dan
efisien sebagai pengganti minyak tanah yang harganya meningkat tinggi
akibat pengurangan subsidi pemerintah. Briket batu bara telah digunakan
sejak awal tahun 80-an di beberapa negara, seperti China dan Korea Selatan.
Indonesia sendiri mulai mengenal briket batu bara pada tahun 1993. Namun
dikarenakan harga minyak tanah masih rendah sebagai dampak subsidi pemerintah,
kebijakan tersebut tidak bertahan lama. Masyarakat harus berpaling pada bahan
bakar alternatif yang murah sebagai akibat dari kenaikan harga BBM pada 1 Oktober
2005, sehingga ide penggunaan briket batu bara di tanah air muncul kembali. Briket
batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah seperti untuk
pengolahan makanan (memasak), pengeringan, pembakaran dan pemanasan
(penghangat).
Briket batubara adalah
bahan
bakar
yang
terbuat
batubara
padat
dari
dengan
sedikit
bahan
campuran
seperti
baku
utama
yang
sumbernya berlimpah
di
Indonesia
dan
mempunyai cadangan
untuk
selama
lebih
kurang 150 tahun. Bahan baku briket batubara terdiri dari : 82% batubara, 15%
tanah liat dan 4% tapioka. Tanah liat selain berfungsi sebagai penguat briket juga
2011
ke
dalam
campuran
mengurangi
mempercepat
emisi
pembakaran.
dan
Bio-masa
1.2.
2011
2.
2.
Mendapatkan nilai konsentrasi parameter SO2, NOx, CO dan PAH dalam Emisi
Gas Buang dari pembakaran Briket Batubara karbonisasi dan non karbonisasi
serta minyak tanah menggunakan simulator cerobong tungku briket batubara di
Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) Badan Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi (BPPT);
Mendapatkan nilai konsentrasi parameter PAH pada bottom ash yang dihasilkan
3.
Ruang Lingkup
2011
2011
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
(HC), logam berat, dan senyawa organik seperti PAH (Poly Aromatic Hydrocarbon).
Jenis dan komposisi bahan pembuat briket batubara sangat mempengaruhi kualitas
emisi hasil pembakaran. Briket batubara mentah akan menghasilkan kadar CO, NOx,
SOx, HC dan TSP lebih tinggi daripada briket batubara yang telah dikarbonisasi.
Sedangkan briket bio-batubara memiliki emisi pembakaran yang paling sedikit.
Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit emisi yang ditimbulkan. Emisi
berbahaya, seperti gas SOx dan NOx, pada dasarnya ditimbulkan dari batubara
dengan kadar pengotor yang tinggi. Diagram dampak penggunaan briket batubara
pada proses pembakaran, ditunjukkan pada Gambar 1.4. berikut ini:
INDOOR
INDOOR
C, H, O, N
S, Al, Si
Ca, Mg, Fe, Na,
K, P, Cl
Trace metal:
Hg, Pb, As, Sb,
Se, Tl, Zn
Clay
BAHAN
BAKU
PROSES
3. PEMBAKARAN
EMISI
BOTTOM ASH
Partikulat (PAH)
CO
CO2
HC
NOx
SO2
logam
Dari diagram tersebut, dapat dipahami bahwa bahan baku batubara berkualitas
tinggi dan /atau standar akan memberikan kontribusi limbah yang lebih kecil.
Sebagai contoh, batubara dengan kadar sulfur tinggi akan memberikan emisi sulfur
dioksida lebih tinggi. Sehingga pengendalian yang akan dilakukan harus disesuaikan
dengan pemanfaatan batubara itu sendiri, apakah pengaturan dilakukan terhadap
2011
bahan baku, proses atau pemanfaatan sisa bottom ash, dll. Oleh sebab itu,
penggunaan briket batubara untuk memasak tidak disarankan untuk digunakan pada
skala rumah tangga; penggunaan skala UKM/IKM perlu dicermati untuk menghindari
masalah-masalah terhadap kesehatan.
2.2.
2011
Meskipun harga briket batubara lebih murah daripada minyak tanah, tetapi 1 kg.
briket batubara hanya mengandung 60% energi (5.500 kcal) daripada yang
dikandung minyak tanah (8.900 kcal). Selain itu energi briket batubara hanya
separoh dari 1 kg gas elpiji (11.900 kcal) meskipun cadangan cukup tinggi.
Kebijaksanaan menggunakan bahan bakar pengganti minyak tanah tersebut
seharusnya lebih dulu dilakukan kajian secara komprehensif dan melalui hasil
penelitian (berbasis penelitian) yang melibatkan berbagai pihak terkait termasuk
perguruan
tinggi,
tidak
hanya
sekadar
keputusan
ekonomi
yang
hanya
2011
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1.
Metodologi
bergerak
dilakukan
pada
fasilitas
metoda
5G
USEPA:
ambien
dan
emisi
sumber
tidak
Pusarpedal,
Gedung
210,
Kawasan
di
laboratorium
B2TE.
Metode
2011
3.2.
Parameter, metoda dan peralatan yang digunakan untuk pemantauan kualitas udara
ambien ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 4.2. Parameter pemantauan kualitas
udara ambien mengacu kepada peraturan pemerintah PP No. 41 tahun 1999 sebagai
berikut:
Tabel 3.2.1. Parameter Pemantauan Kualitas Udara Ambien
No
Parameter
Acuan Metoda
Baku
Mutu
(g/NM3)
SO2
900
NO2
400
TSP
230
CO
30000
Parameter bahan baku briket mengacu ke peraturan menteri ESDM Permen No. 47
tahun 2006 sebagai berikut:
Tabel 3.2.2. Parameter Emisi Tungku Briket Batubara
No
Parameter
Metoda Analisis
Baku Mutu
ASTM D-5142-09
PROXIMATE ANALYSIS
1
% moisture (ar)
% ash (ar)
By Difference
TOTAL SULFUR
5
% total sulfur
ASTM D-4239
CALORIC VALUE
6
ASTM D-5865
Parameter
Baku
Mutu
(mg/NM3)
Partikulat
250
CO
726
SO2
130
NOx
140
2011
Parameter PAH pada Emisi Tungku Briket Batubara dan Bottom Ash mengacu ke
parameter yang diatur dalam Stockholm Convention dan sesuai metoda 429 sebagai
berikut:
Tabel 3.2.4. Parameter PAH pada Emisi Tungku Briket Batubara dan Bottom Ash
No
Parameter
phenanthrene
anthracene
fluoranthene
pyrene
chrysene
benzo(a)anthracene
benzo(b)fluoranthene
benzo(k)fluoranthene
benzo(a)pyrene
10
dibenz(a,h)anthracene
11
benzo(g,h,i)perylene
12
indeno(1,2,3-cd)pyrene
HPLC
Metoda 429 CEPA
Air Resource Board
Adapun peralatan sampling yang digunakan dalam pengukuran udara ambien dan
emisi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2.4. Peralatan Ambien
No
Peralatan
No
Peralatan
HVAS 1000
Impinger
Pompa portable
Spektrofotometer
Gas Meter
Teddlar bag
10
Tripod
Peralatan
XAD Ttap
Condenser
Submerged Pump
3.3.
10
2011
Waktu
Pelaksanaan
Lokasi Kegiatan
Jenis Briket
Bogor
6-8 April
8-10 April
Batubara curah
-
Malang
15-17 Juni
17-19 Juni
Pabrik Abon
Pesantren Perumahan
Kecamatan Sukun
Briket NonKarbonisasi
-
Demak
19-21 Juli
21-22 Juli
Kawasan Pabrik
Pemukiman
Batubara curah
-
SAMPEL
1 sampel
3 sampel
1/11/2011
3.4.
1 sampel
PARAMETER
ALAT
APEX,
Partikulat USEPA, SO2
Impinger SO2,
dan NOx JIS, PAH
NO2, Train MUSEPA (M-429), CO
23, Testo
PAH (16 senyawa)
HPLC
Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan dibagi menjadi dua kategori: lokasi kontrol /background dan
lokasi kegiatan. Adapun lokasi kontrol merupakan lokasi jauh dari kegiatan yang
terkait dengan penggunaan briket batubara.
3.4.1. Pengukuran Kualitas Udara ambien di lokasi kegiatan Peternakan
Ayam di kota Bogor Jawa Barat
Pengukuran kualitas udara ambien dilaksanakan pada tanggal 6-10 April 2011 di kota
Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi pemantauan didasarkan kepada banyaknya
pengguna bahan bakar batubara di daerah peternakan ayam di daerah Bogor,
sehingga pengukuran kualitas udara ambien dilakukan di lokasi peternakan ayam
Cibentang pada tanggal 6-8 April 2011. Adapun pengukuran terhadap lokasi kontrol
11
2011
pada tanggal 8-10 April 2011 dilakukan pada tempat yang diasumsikan tidak ada
kegiatan yang menggunakan briket batubara di sekitarnya yaitu di Pondok Pesantren
Cidokom. Bahan bakar yang digunakan hampir di seluruh peternakan ayam di daerah
Bogor merupakan jenis Batubara curah bukan briket batubara.
Gb. 3.4.1.1
Lokasi Sampling Peternakan Ayam
Cibentang Bogor
Gb. 3.4.1.2
Lokasi Kontrol Pondok Pesantren Bogor
12
Gb. 3.4.2.1
Lokasi Sampling Pabrik Abon Malang
2011
Gb. 3.4.2.2
Lokasi Kontrol Pondok Pesantren Malang
Gb. 3.4.3.1
Lokasi Sampling Kawasan Industri Demak
Gb. 3.4.3.2
Lokasi Kontrol Pemukiman Demak
13
3.5.
2011
14
2011
Di Surabaya dan sekitarnya ada beberapa produsen briket batubara. Salah satu
produsen yang cukup besar adalah PTBA. Akan tetapi keberadaan produsen serta
pemanfaatan briket batubara di Surabaya dan sekitarnya tidak diketahui oleh BLH
setempat. Infromasi briket batubara hanya bisa diperoleh di Dinas Mineral Batubara.
Padahal pemanfaatan briket batubara sudah disosialisasikan sejak tahun 2006 di
berbagai kota, melibatkan Kementrian Peranan Wanita, ESDM, Kementerian
Koperasi, Kementerian ESDM, BPPT, dan KLH. Hal ini menunjukkan betapa
koordinasi antar instansi dan departemen masih sangat lemah.
3.5.2. Survey ke Bandar Lampung
Produsen briket batubara di Lampung cukup banyak jumlahnya, antara lain dari
BUMN yaitu PTBA (Bukit Asam), dan beberapa
perusahaan swasta seperti PT Tansho, PT Kendi
Arindo dll. Akan tetapi survey hanya dilakukan
terhadap PTBA.
PTBA Lampung memproduksi briket batubara non
karbonisasi dengan produksi 1000 ton per bulan.
Pengguna briket tersebar di berbagai kota di
Indonesia. Pengguna briket batubara mayoritas
adalah
dari
peternak
ayam,
pengeringan
15
2011
16
Briket batubara
2011
17
2011
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1.
Parameter CO
Kualitas udara ambien untuk parameter CO di daerah Bogor, Malang dan Demak
teridentifikasi berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar 30.000
g/M3 , di semua lokasi arah mata angin, sebagai berikut:
1
2
3
Lokasi
pemantauan
Bogor
Malang
Demak
2005-2897
Kontrol
1951-2269
Sampling
1800-3831
Kontrol
1733-3193
Sampling
1741-2611
Kontrol
1752-2016
Baku mutu
PP41/1999
g/M3
30.000
18
2011
4000
3000
2000
1000
Selatan
Barat
Timur
Utara
Selatan
Utara
Barat
0
Timur
KONSENTRASI
(g/M3)
CO - BOGOR
LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.1.A. Hasil pengukuran CO di daerah Bogor Tahun 2011
CO-MALANG
KONSENTRASI
(g/M3)
4000
3000
2000
1000
Timur
Selatan
Utara
Barat
Barat
Selatan
Utara
Timur
LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.1.B. Hasil pengukuran CO di daerah Malang Tahun 2011
Kontrol
Barat
Selatan
Utara
4000
3000
2000
1000
0
Timur
KONSENTRASI
(g/M3)
CO - DEMAK
LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.1.C. Hasil pengukuran CO di daerah Demak Tahun 2011
19
2011
4.1.2.
Parameter SO2
Kualitas udara ambien untuk parameter SO2 di daerah Bogor, Malang dan Demak
teridentifikasi berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan sebesar 900 g/M3 ,
di semua lokasi arah mata angin, sebagai berikut:
Tabel 4.1.2. Kisaran konsentrasi SO2 pada pemantauan kualitas udara
ambien di sekitar lokasi pemanfaatan briket dan /atau bahan bakar batu
bara tahun 2011
No
Demak
Sampling
<10-120
Kontrol
<10-16
Sampling
<10-246
Kontrol
<10-18
Sampling
13-37
Kontrol
13-31
Baku mutu
PP41/1999
g/M3
900
SO2 - BOGOR
LOKASI SAMPLING
Selatan
Barat
Timur
Utara
Selatan
Utara
Barat
Timur
250
200
150
100
50
0
LOKASI KONTROL
SO2 - MALANG
LOKASI SAMPLING
Timur
Selatan
Utara
Barat
Barat
Selatan
Utara
250
200
150
100
50
0
Timur
Malang
KONSENTRASI
(g/M3)
Bogor
KONSENTRASI
(g/M3)
Lokasi
pemantauan
LOKASI KONTROL
20
2011
Kontrol
Barat
Selatan
Utara
250
200
150
100
50
0
Timur
KONSENTRASI
(g/M3)
SO2 - DEMAK
LOKASI SAMPLING
KONTROL
Gb. 4.1.2.C. Hasil pengukuran SO2 di daerah Demak Tahun 2011
4.1.3.
Parameter NO2
Kualitas udara ambien untuk parameter NO2 di daerah Bogor, Malang dan Demak
teridentifikasi berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan sebesar 400 g/M3 ,
di semua lokasi arah mata angin, sebagai berikut:
Lokasi
pemantauan
Bogor
Malang
Demak
<13-42
Kontrol
<13-16
Sampling
<13-53
Kontrol
<13-16
Sampling
<13-30
Kontrol
<13-13
Baku mutu
PP41/1999
g/M3
400
21
2011
LOKASI SAMPLING
Selatan
Barat
Timur
Utara
Selatan
Utara
Barat
100
80
60
40
20
0
Timur
KONSENTRASI
(g/M3)
NO2 - BOGOR
LOKASI KONTROL
NO2 - MALANG
KONSENTRASI
(g/M3)
100
80
60
40
20
LOKASI SAMPLING
Timur
Selatan
Utara
Barat
Barat
Selatan
Utara
Timur
LOKASI KONTROL
LOKASI SAMPLING
Kontrol
Barat
Selatan
Utara
100
80
60
40
20
0
Timur
KONSENTRASI
(g/M3)
NO2 - DEMAK
KONTROL
22
2011
4.1.4.
Parameter TSP
Kualitas udara ambien untuk parameter TSP di daerah Bogor, Malang dan Demak
teridentifikasi berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar 230
g/M3, di semua lokasi arah mata angin, sebagai berikut:
Demak
90-205
Kontrol
80-116
Sampling
100-194
Kontrol
86-136
Sampling
73-140
Kontrol
Baku mutu
PP41/1999
g/M3
230
68
TSP-BOGOR
Selatan
Barat
Timur
Utara
Selatan
Utara
250
200
150
100
50
0
Barat
Malang
Timur
Bogor
KONSENTRASI
(g/M3)
Lokasi
pemantauan
LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.4.A. Hasil pengukuranTSP di daerah Bogor Tahun 2011
23
2011
Timur
Selatan
Utara
Barat
Barat
Selatan
Utara
300
200
100
0
Timur
KONSENTRASI
(g/M3)
TSP-MALANG
LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.4.B. Hasil pengukuranTSP di daerah Malang Tahun 2011
Backgrou
Barat
Selatan
Utara
250
200
150
100
50
0
Timur
KONSENTRASI
(g/M3)
TSP-DEMAK
LOKASI SAMPLING
LOKASI
KONTROL
Gb. 4.1.4.C. Hasil pengukuran TSP di daerah Demak Tahun 2011
4.2.
Parameter
Metoda Analisis
Hasil
Briket
Karbonisasi
Briket Non
Karbonisasi
7,04
17,14
16,35
13,03
PROXIMATE ANALYSIS
1
% moisture (ar)
% ash (ar)
ASTM D-5142-09
22,86
35,26
By Difference
53,76
34,57
ASTM D-4239
0,36
0,75
5589
4825
TOTAL SULFUR
5
% total sulfur
CALORIC VALUE
ASTM D-5865
24
2011
matter (>15%).
2. Briket batubara non karbonisasi tidak
(>12%).
4.3.
Hasil pengukuran Emisi Sumber Tidak Bergerak dari Cerobong Simulator Tungku
Briket Batubara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3. Hasil Uji Coba Pengukuran Emisi STB dari Cerobong Simulator
menggunakan kompor standar Industri-B2TE
No
Bahan Bakar
Non-karbonisasi
496
105
586
0,20
Karbonisasi
160
65
445
1,5
Minyak Tanah
930
272
70
130
140
726
SO2
(mg/NM3)
NOx
(mg/NM3)
CO
(mg/NM3)
PAH
(g Teq/NM3)
Catatan:
1. warna merah /arsir menunjukkan nilai di atas Baku Mutu
2. PAH dianalisa di PT Organo Science Laboratory
25
4.4.
2011
Bahan Bakar
PAH
(g Teq/g)
Briket Non-karbonisasi
0,65
Briket Karbonisasi
<0,1
4.5.
Data Pendukung
Lokasi
Bogor
Malang
Demak
Waktu
Pengukuran
Kategori
Lokasi
Data Meteorologi
Temp
(oC)
Kelembaban
(%)
Arah
Angin
Kecepatan
Angin
(m/detik)
6-8
2011
April
Sampling
28
82
0,3
8-10
2011
April
Kontrol
26
85
NW
0,4
15-17
2011
Juni
Sampling
23
70
WNW
0,2
17-19
2011
Juni
Kontrol
22
82
SSW
0,8
19-21
2011
Juli
Sampling
28
77
0,2
21-22
2011
Juli
Kontrol
28
78
SSE
0,5
26
2011
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
2.
Dari pengujian bahan briket batubara didapatkan hasil bahwa kedua jenis
briket (karbonisasi dan non karbonisasi) memenuhi standar kualitas
briket batubara sesuai Lampiran I Permen ESDM No. 47 tahun 2006;
kecuali untuk briket batubara karbonisasi tidak
memenuhi standar
27
4.
2011
Hasil pengujian Bottom Ash untuk parameter PAH terdeteksi untuk briket
batubara Non Karbonisasi.
5.2.
SARAN
1. Perlu dilakukan kajian terkait lingkungan kerja dan /atau indoor dari aktivitas
kerja para pengguna briket, mengingat paparan briket kepada manusia yang
bekerja atau beraktivitas di dekatnya mempunyai resiko terpapar secara
langsung. Sehingga pemilihan jenis briket dan disain dapur atau ruang
pembakaran dan sekitarnya harus diperhatikan, sesuai dengan Lampiran I
Permen ESDM No. 47 tahun 2006.
2. Sosialisasi dan koordinasi dengan Badan atau Dinas Lingkungan Hidup
setempat perlu ditingkatkan, sehingga kegiatan pemantauan kualitas udara
ambien di daerah pengguna briket batubara juga mendapat perhatian dan
bahkan bisa dimasukkan dalam program daerah.
3. Perlu dilakukan tindakan koordinatif dari pemda lintas sektor terkait
penanganan bottom ash dari sisa pembakaran briket batubara, sehingga
masyarakat pengguna dapat dengan mudah melakukan pengumpulan secara
kolektif di masing-masing lokasi kegiatannya.
28
2011
DAFTAR PUSTAKA
1. PT Bukit Asam Lampung, Peranan PT Bukit Asam sebagai produsen briket
batubara dalam produksi, pengembangan dan pemasaran briket di Lampung,
Temu Bisnis, paparan presentasi di Bandar Lampung, 2011.
2. B2TE-BPPT, PUSARPEDAL-KLH, Laporan Kegiatan Pemantauan pengguanaan
briket batubara menggunakan Mobile Monitoring System, 2006.
3. Perlack, Stevenson, Shelton, Prospects for coal briquettes as a substitute fuel
for wood and charcok, US Agency for International Development Asissted
Countries, Oak Ridge National Laboratory, 1986.
4. Tim teknis koordinasi program aksi penyediaan dan pemanfaatan energi
alternatif, Kebijakan penyediaan dan pemanfaatan energi alternatif berbasis
batubara kementerian koordinator bidang perekonomian, paparan presentasi
di Bandar Lampung, 2011.
5. http://toni-komara.blogspot.com/2009/02/waspada-terhadap-asap-hasilpembakaran.html.
6. Parivesh, A news letter from ENVIS Centre Central Pollution Control Board,
http://cpcbenvis.nic.in/newsletter/ph
29
2011
LAMPIRAN
Galeri Foto
30