TUGAS
INDIVIDU
NURUL HASANAH
3613100509
I. IDENTITAS JURNAL
Judul Jurnal
PENDAHULUAN
Kota Baubau merupakan suatu kota yang terletak di Pulau Buton, bagian
Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota Baubau mempunyai wilayah daratan seluas
221,00 Km2 dengan jumlah penduduk 145.427 jiwa yang tersebar dalam 4 Kecamatan
dan 38 Kelurahan. Berikut adalah batas-batas administrasi Kota Baubau:
Sebelah Utara
: Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton
Sebelah Timur
: Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton
Sebelah Selatan : Kecamtan Batauga Kabupaten Buton
Sebelah Barat
: Selat Buton
Karakteristik wilayah Kota Baubau bagian utara yang meliputi wilayah
Kecamatan Bungi, Sorawolio, sebagian Kecamatan Wolio dan Betoambari cenderung
subur sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah pertanian dalam
arti luas. Sedangkan wilayah selatan cenderung kurang subur sehingga lebih
diperuntukan bagi pengembangan perumahan dan fasilitas pemerintahan. Sementara
wilayah pesisir difokuskan untuk pengembangan sosial ekonomi masyarakat.
Pada dasarnya pertumbuhan penduduk di Kota Baubau selain dipengaruhi oleh
masuknya pendatang yang berasal dari daerah sekitar Baubau, juga dipengaruhi oleh
masuknya pengungsi kerusuhan Ambon tahun 1999. Para pengungsi masuk ke kota
secara bertahap dan ditempatkan di beberapa tempat penampungan sementara yang
disediakan di Kota Baubau.
Perkembangan Kota Baubau sendiri diinisiasi oleh terbentuknya kawasankawasan permukiman baru di dalam kota. Salah satu dari kawasan permukiman
tersebut adalah lokasi tempat penampungan pengungsi kerusuhan Ambon, yaitu
permukiman
pengungsi,
dan
mengintegrasikan
permukiman
konsentris
(Burgess,
1925).
Teori
ini
menjelaskan
bahwa
dalam
FAKTOR-FAKTOR LOKASI
1. Integrasi Permukiman
Dalam pembangunan
kota
diperlukan
adanya
integrasi
lingkungan
permukiman yang sudah ada ke dalam lingkungan baru berskala besar agar
mencegah terjadinya lingkungan yang tidak serasi. Permukiman baru harus
diintegrasikan ke dalam jaringan jalan dan transportasi kota agar dapat
berkembang secara baik dan tidak menjadi permukiman yang terisolasi.
2. Pendekatan Faktor Kawasan yang Terintegrasi
Ada beberapa teori yang mendasari kawasan kota yang terintegrasi, teoriteori tersebut adalah Place Theory, Linkage Theory, dan Figure Ground Theory
(Trancik,
1986:98).
Place
Theory
berfokus
pada
nilai,
peraturan,
dan
Kebudayaan
Bentuk Kota
Ruang Kota
(Koentjaraningrat,
(Lynch,
(Trancik,
1981)
Pelaku
Ideal
Fungsi kegiatan
Sosial
Penghubung:
Sarana/prasarana
Material
1992)
Imageable/
Visible
Coherent
Structure
Clear/
Legible
1986)
Faktor-faktor
Pengintegrasian
Place
1. Norma
2. Fungsi
3. Fisik
Linkage
Figure
Ground
juga
dilengkapi
komponen-komponen
nilai
budaya,
peraturan
dan
kelembagaan.
Faktor fungsi menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan yang ada dalam
kawasan kota. Sehingga apabila terjadi perubahan kegiatan, maka fungsi kawasan
tersebut akan berubah juga. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan sosial,
ekonomi, maupun politik dengan dilengkapi komponen-komponen esensi kegiatan,
keterkaitan kegiatan, dan tingkat kegunaan.
Faktor fisik merupakan hasil penyesuain dari norma masyarakat dan kegiatan
yang terjadi di dalamnya. Faktor fisik akan menghasilkan struktur kota atau wujud
fisik kawasan kota dengan dilengkapi komponen-komponen spasial, visual, dan
detail.
3. Perumahan dan Permukiman
Permukiman adalah perumahan atau kumpulan tempat tinggal dengan segala
unsur serta kegaiatan yang berkaitan dan yang ada di dalamnya. Yang
membedakan perumahan dan permukiman adalah, perumahan merupakan
wadah fisik, sedangkan permukiman merupakan wadah fisik beserta isinya, yaitu
manusia yang hidup bermasyarakatdan berbudaya (Kuswartojo dkk, 2005).
Lingkungan permukiman merupakan ruang yang terluas digunakan dalam
sebuah kota, sehingga sangat penting perannya dalam membentuk tata ruang
kota. Penggunaan lahan untuk perumahan merupakan faktor utama dalam
pertumbuhan dan perluasan kota. Unsur-unsur yang mempengaruhi permukiman
sehingga eksistensinya berperan dalam pembangunan kota, yaitu hunian,
prasarana, dan sarana.
memicu
meningkatnya
kebutuhan
terhadap
perumahan.
Tetapi
kebutuhan perumahan ini tidak ditanggapi dengan segera oleh pihak penyedia
(Pemerintah), yang pada akhirnya pembangunan perumahan dilaksanakan secara
informal dan cenderung tidak terkendali serta kurang memperhatikan daya
dukung lingkungan. Kejadian ini dapat menimbulkan berbagai dampak, terutama
pada lingkungan seperti pencemaran dan banjir. Selain itu permukiman yang tidak
disertai sarana dan prasarana yang baik cenderung menjadi kumuh. Masalah
lainnya adalah pada kepemilikan lahan yang seringkali sangat kompleks.
4. Prasarana dan Sarana
Prasarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang keberlangsungan
berbagai aktivitas masyarakat. Prasarana lingkungan merupakan kelengkapan
dasar fiisk lingkungan dimana kondisi dan kinerjanya akan beprngaruh pada
kelancaran aktivitas dari masyarakat sebagai pengguna atau pemanfaat
prasarana. Sementara itu upaya-upaya perbaikan lingkungan dapat dilakukan
dengan menjaga keseimbangan antara penyediaan prasarana dengan kebutuhan
masyarakat.
5. Permukiman Pengungsi
Proses pemindahan penduduk dari lokasi tempat tinggal ke lokasi tempat
tinggal baru yang telah ditetapkan pemerintah dan sesuai dengan pengembangan
perumahan. Pada proses pemindahan penduduk ini tak lepas dari penyesuaian
kondisi
sosial,
ekonomi
dan
budaya
penduduk
pengungsi.
Pendekatan
bahkan politik di suatu kota dapat mempengaruhi bentuk dan struktur kota yang
ada dan sudah lama terbentuk.
7. Bentuk Morfologi Kota
Morfologi kota merupakan kesatuan organik elemen-elemen pembentuk kota.
Morfologi kota terbentuk melalui proses yang panjang, setiap perubahan bentuk
kawasan secara morfologis dapat memberikan arti serta manfaat yang sangat
berharga bagi penanganan perkembangan suatu kawasan kota.
VI.
LESSON LEARNED
Perkembangan kota dengan pola struktur kota konsentris mempunyai satu pusat
kota dengan beberapa sub pusat kota dan cenderung membentuk pusat-pusat
pertumbuhan baru atau kota satelit di daerah pinggiran kota. Pembentukan pusatpusat baru pertumbuhan kota tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis,
tapak wilayah, fungsi kota, sejarah dan kebudayaan yang mempengaruhi karakteristik
masyarakat, serta unsur-unsur umum seperti pembangunan jalan, kebutuhan
masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana. Struktur kota konsentris tidak selalu
se-ideal teori konsentrik E.W.Burgess. Karena dalam proses perkembangan kota
banyak variabel-variabel yang berpengaruh serta adanya tuntutan kebutuhan ruang
yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan.
Daftar Pustaka
Cahyadi, M. I., Silas, J., & Purwadio, H. (2010). Model Integrasi Permukiman
Pengungsi Ke Dalam Sistem Permukiman Kota. Surabaya: Jurusan
Arsitektur ITS .
Santoso, J. (2006). Kota Tanpa Warga. Jakarta: Penerbit KPG dan Centropolis.
Sihono, T. (2003). Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Prasarana Pasca
Peremajaan Lingkungan Permukiman di Mojosongo Surakarta. Semarang:
Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Kota - Undip.
Tria, K. (2010, Juni 08). www.scribd.com. Dipetik Maret 13, 2015, dari Analisis
Perumahan dan Permukiman: www.scribd.com
Yunus, H. S. (2000). Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.