Sejarah demokrasi
Sebelum istilah demokrasi ditemukan oleh penduduk Yunani, bentuk sederhana
dari demokrasi telah ditemukan sejak 4000 SM di Mesopotamia.[9] Ketika itu,
bangsa Sumeria memiliki beberapa negara kota yang independen.[9] Di setiap
negara kota tersebut para rakyat seringkali berkumpul untuk mendiskusikan
Secara umum terdapat dua bentuk demokrasi yaitu demokrasi langsung dan
demokrasi perwakilan.[5]
[sunting]Demokrasi langsung
Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap rakyat
memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan.[5]
Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu
kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan
politik yang terjadi.[5] Sistem demokrasi langsung digunakan pada masa awal
terbentuknya demokrasi di Athena dimana ketika terdapat suatu permasalahan
yang harus diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul untuk membahasnya.[5] Di
era modern sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya populasi suatu
negara cukup besar dan mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum
merupakan hal yang sulit.[5] Selain itu, sistem ini menuntut partisipasi yang
tinggi dari rakyat sedangkan rakyat modern cenderung tidak memiliki waktu
untuk mempelajari semua permasalahan politik negara.[5]
Demokrasi perwakilan
Prinsip-prinsip demokrasi
Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan politik
dan sosial.
Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah
terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.[15] Prinsipprinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal
dengan "soko guru demokrasi".[16] Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi
adalah:[16]
Kedaulatan rakyat;
Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
Kekuasaan mayoritas;
Hak-hak minoritas;
Jaminan hak asasi manusia;
Pemilihan yang bebas, adil dan jujur;
Persamaan di depan hukum;
Proses hukum yang wajar;
Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
Jalak Putih
peralihan di ujung Jawa Timur (tricolor). Kulit tanpa bulu di sekitar mata berwarna
kuning. Iris coklat tua, paruh kekuningan, kaki kuning.
Penyebaran :
Endemik di Jawa, Bali dan Lombok
Kebiasaan :
Hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Mencari makan di tempat
terbuka, seperti lapangan rumput. Beristirahat di pepohonan atau kadangkadang di rumah-rumah di kota.
Berukuran kecil (50 cm), berwarna putih. Pada waktu berbiak : putih dengan
kepala, leher, dan dada jingga pupus; iris, kaki, dan kekang merah terang. Pada
waktu tidak berbiak : putih, kecuali sapuan jingga pada dahi sebagian burung.
Kepala lebih bulat, serta paruh lebih pendek dan tebal. Iris kuning, kaki hitam.
Penyebaran :
Tersebar sangat luas di seluruh dunia. Di Indonesia : Sumatera dan Jawa,
Kalimantan pada musim dingin sebaga pengunjung. Umum di daerah rawa-rawa
dan padang rumput.
Kebiasaan :
Suka bergabung di padang rumput dengan sapi, kerbau atau banteng, tempat
mereka menangkap lalat. Setiap sore, kelompok kecil terbang rendah dalam
barisan di atas perairan, menuju tempat istirahat. Bersarang dalam koloni dalam
jumlah besar.
Panjang tubuh 100-140 cm, panjang tungkai 18-21 cm dan panjang ekor 3-7 cm,
serta berat badan 50-65 kg. Tubuhnya tampak kokok dan lebar, kepala panjang,
leher pendek, telinga bulat dan mata relatif kecil. Daya pembaunya tajam, kaki
berotot dengan lima jari yang berkuku meruncing. Tubuhnya tertutup mantel
berwarna hitam, rambut lebat, bagian muka berwarna grey dan bagian leher
depab nampak rambut-rambut membentuk sepertin kalung warna putih.
Perilaku :
Beruang madu biasa hidup di atas pohon, membuat sarang dari potongan
ranting dan daun-daunan. Hidup soliter kadang berkelompok dalam jumlah kecil,
mencari makan pada waktu malam hari, bergerak bersama pasangannya dan
tidur pada siang hari. Beruang madu adalah pemakan segala, gigi geraham yang
datar memudahkan untuk mengunyah tumbuh-tumbuhan dan taring yang
runcing sebagai alat penyobek daging.
Reproduksi :
Beruang madu tidak mempunyai musim kawin tetapi perkawinan dilakukan
sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Lama
bunting 95-96 hari, anak yang dilahirkan biasanya berjumlah dua ekor. Anak
disusui selama 18 bulan.
Habitat :
Di Hutan primer atau daerah perkebunan, hutan tropik dan hutan kayu; di
wilayah Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaysia, Indocina, Cina Selatan,
dan Myanmar.
Kantung semar
tumbuhan ini sangat diminati oleh orang-orang di penjuru dunia karena keunikan
dan kecantikannya. Tumbuhan ini di Indonesia disebut dengan nama "Kantong
Semar"
atau "Periuk Monyet", dan di kampung kami namanya "Tahul-tahul".
Di Taman Eden 100, Tobasa, tumbuhan langka ini tumbuh subur dan terdiri dari
bermacam-macam jenis, bentuk dan warna. Ada yang berwarna hijau muda,
merah, ungu, kuning, dan loreng. Bentuk batang juga ada berbagai jenis antara
lain ada yang menempel di tanah dan ada juga yang menjalar pada pohon-pohon
rimba.
Teringat waktu dulu semasa kanak-kanak di lokasi taman Eden 100 ini hampir
setiap hari kami dan teman-teman berpetualang ke hutan, dan dikala haus dan
dahaga mulai terasa di tenggorokan kami mencari "kantong semar" yang muda
dan masih tertutup. Kantong ini berisi air yang sangat bening dan sejuk, sangat
baik untuk diminum.
Bagi yang hobby tanaman yang satu ini, ada baiknya anda mengunjungi
langsung habitat aslinya di "Taman Eden 100", tapi jangan coba-coba untuk
merusaknya demi kelestariannya. Masih banyak jenis-jenis tanaman yang
bernilai jual tinggi di lokasi taman ini, dan akan kami coba untuk
memperkenalkannya kepada anda dikemudian waktu.