Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM PERBENGKELAN PERTANIAN

PEMOTONGAN LOGAM

OLEH :
KELOMPOK 1

AGUNG RIZKI WIDODO


DESI WIJAYANTI

05021281320007

KHAIRUNNISYAH
NURHASYIFAH AGRIANI
PELLY DORY
SATRIA ADITAMA

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


PRODI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pemotongan logam merupakan salah satu proses penting dalam industri
manufaktur, bahkan proses pemesinan telah menjadi inti dari industri manufaktur
sejak revolusi industri. Salah satu proses pemesinan yang sering digunakan di industri
manufaktur adalah proses freis (milling).
Proses freis adalah proses penyayatan benda kerja menggunakan alat potong
dengan mata potong jamak yang berputar (Rochim, 1993). Berdasarkan jenis
pahatnya, freis dapat diklasifikasikan atas freis datar (slab milling) dan freis tegak
(face milling).Face mill merupakan alat potong yang digunakan untuk melakukan
proses freis muka,dan biasanya terbuat dari bahan karbida. Mata potong yang
digunakan merupakan pahat sisipan yang dipasang pada pemegang face mill sehingga
apabila terjadi keausan,penggantian mata potong dapat dilakukan dengan mudah
Pada zaman modernisasi seperti sekarang ini telah banyak ditemukan berbagai
macam teknologi, dengan teknologi dapat meringankan tugas manusiadalam
membuat ataupun membentuk sesuatu, misalnya teknik pembentukan dan pengerjaan
logam .benda kerja logam yang telahcukup lama dikenal. Permesinan konvensional
banyak dilakukan sebelum paraahli mesin menemukan mesin-mesin otomatis nonkonvensional dalam proses pembentukan dan pengerjaan logam.Proses pemotongan logam
merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengubah bentuk suatu produk
(komponen mesin) dari logam dengan cara memotong. Proses permesinan dengan
menggunakan prinsip pemotongan logamdapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok dasar,
yaitu proses pemotongandengan mesin pres, proses pemotongan konvensional dengan mesin
perkakas, dan proses pemotongan non konvensional. Proses pemotongan dengan
menggunakanmesin pres meliputi pengguntingan dan penarikan. Proses pemotongan
konvensional dengan mesin perkakas meliputi proses bubut, proses frais dan

sekrapdan wire cutting bandingkan permesinan non-konvensional. Sederhana


bermakna pemakaian peralatan-peralatan yang digunakan dalam permesinan
dibandingkan peralatan yang digunakan dalam permesinan non-konvensional.
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam permesinan antara lain:
1.Mesin Bubut,
2.Mesin Frais,
3.Perkakas Permesinan.
Wlaupun saat ini sudah banyak ditemukan teknik pembentukan logam yang modern
dan canggih tetapi kita tetap perlu untuk mempraktekan teknik permesinan
konvensional agar kita lebih mengetahui dan memahami permesinan konvensional.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pemotongan logam adalah agar praktikan
mengetahui bagaimana cara pemotongan logam yang baik dan bener .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mekanika proses pemotongan logam membutuhkan parameter yang melibatkan
kondisi pemotongan dan geometri serta kemampuan pahat potong. Semakin besar
kecepatan potong semakin besar pula konsumsi tenaga mesinnya. Besarnya
penampang geram dalam proses pemotongan tergantung kepada laju suapan (laju
pemakanan) (mm/put) atau dalam/tebalnya kedalaman potong (mm). Dalam proses
pemesinan, untuk mencapai kondisi pemotongan yang optimal dan stabil sangat perlu
diperhatikan adanya kombinasi besaran kecepatan potong, laju pemakanan, dan tebal
atau kedalaman pemotongan yang sangat erat kaitannya terhadap umur pahat serta
kualitas permukaan bahan termesin.
II.1

Keutuhan Permukaan
Karaterisktik keutuhan permukaan(surface integrity) suatu produk tergantung

pada proses pemesinan yang dilakukan pada produk tersebut, maka setiap kemasan
permukaan produk akan berbeda pada setiap proses pemesinan yang dilakukan.
Berbagai metode dilakukan untuk menjelaskan karakteristik keutuhan permukaan
yang dihasilkan oleh suatu proses pemesinan, dimana proses pemesinan tersebut
dapat menyebabkan ketidakteraturan karakteristik keutuhan permukaan produk.
Ketidakteraturan karakteristik keutuhan permukaan ini terbagi atas empat jenis yaitu :
1. Defect atau Flaws (kecacatan)
Maksudnya adalah cacat permukaan produk yang terjadi pada proses pemesinan
contohnya lubang, retak, koyakan pada permukaan produk.
2.

Lay (keberarahan)

Yang dimaksud dengan lay adalah jejak arah pemotongan dari mata pahat pada
permukaan produk karena proses pemesinan.
3.

Waviness (keberombakan)

Waviness adalah ketidakteraturan periodik pada permukaan produk dengan panjang


gelombang yang jelas lebih besar dari kedalamannya (amplitudonya). Waviness ini
dapat disebabkan oleh getaran yang terjadi pada proses pemesinan, dan juga
disebabkan adanya defleksi pada pahat potong yang digunakan.
4.

Roughness (kekasaran)

Roughness hampir sama dengan waviness tetapi roughness dalam jarak yang lebih
kecil. Untuk lebih jelasnya mengenai ketidakteraturan karakteristik kemasan
permukaan (Taufik Rochim, 2007)
II.2. Kondisi pemesinan
Salah satu karakteristik tekstur permukaan adalah kekasaran permukaan. Sifat ini
menjadi sangat penting pada komponen-komponen mesin untuk menjamin kualitas
suaian dengan ketahanannya terhadap faktor gesekan.
Tingkat kekasaran permukaan benda kerja pada proses pembubutan ditentukan
oleh kondisi pemesinan yaitu kecepatan potong (cutting speed) dengan notasi v,
kedalaman potong (depth of cut) dengan notasi a, gerak makan (feeding) dengan
notasi f.langkah-langkah menentukan kondisi pemesinan ini sebagai berikut (Taufiq
Rochim, 2007):
1. Kedalaman potongan (a)
Kedalaman potongan ditentukan dengan cara memperhatikan dimensi
produk, kekakuan sistem dan geometri pahat. Kedalaman potong dibagi atas dua
bagian yaitu :
-

Kedalaman potong minimum

Kedalaman potongan maksimum


2. Penentuan gerak makan (f)
Gerak makan ditentukan tergantung gaya pemotongan maksimum yang

diizinkan serta tingkat kehalusan yang dibutuhkan, dalam hubungannya dengan


kekasaran permukaan dan radius pojok pahat

3. Penentuan kecepatan potong(V)


Kecepatan potong ditentukan dengan pertimbangan daya potong tidak melebihi
daya yang tersedia pada mesin bubut. (Anton ,2009)
prinsip memotong logam dipahami dengan baik agar dapat diterapkan secara
ekonomis. Prinsip yang digunakan adalah operasi semacam ini seperti membubut,
menyerut, memfris dan menggurdi, seperti juga proses yang lain dilakukan mesin
perkakas.Pilihan dari perkakas, kecepatan dan hantaran yang sesuai adalah
dikopromikan, karena makin cepat mesin dioperasikan akan makin tinggi efisiensi
dari operator dan mesin.(Cahyo ,Utomo 2009)
Gaya Potong

Dalam menganalisa proses pemotongan, dianggap bahwa serpihan disobek


dari benda kerja dengan gerakan menggeser melintang bidang AB

Gaya geser dan sudut bidang geser dipengaruhi oleh gaya gesek dari serpihan
terhadap permukaan pahat. Selanjutnya gaya gesek tergantung pada sejumlah
factor, termasuk kehalusan dan ketajaman pahat, bahan pahat, kecepatan
potong dan bentuk pahat.

Suatu gaya gesek yang besar menghasilkan serpihan tebal yang mempunyai
sudut geser kecil, sedangkan kebalikannya terjadi kalau gaya geseknya
rendah.

Gaya,-gaya yang bekerja pada perkakas yaitu gaya longitudinal, tangensial


dan radial.

II.3 Kemampu Mesinan (Machinability)


Kemampu mesinan atau kemudahan suatu bahan untuk dipotong (machinability)
sangat dipengaruhi oleh jenis dan bentuk pahat yang digunakan.Pengujian kemampu

mesinan harus diadakan dalam kondisi standar kalau hasilnya ingin dapat
diperbandingkan. Pengujian semacam itu menunjukkan tahanan bahan yang akan
dipotong, dan hasilnya ditentukan oleh komposisi, kekerasan ,ukuran butiran, struktur
mikro, karakteristik pengerasan kerja dan ukurannya.(Yunus ,Ahmad 2008)
Pencekaman benda kerja pada meja mesin untuk gerinda permukaan, biasanya
dilakukan dengan magnit penarik. Letak benda kerja diusahakan sejajar memanjang
meja mesin. Pencekaman benda kerja silinder dilakukan dengan chuck atau kepala
tetap seperti pada mesin bubut. Sedangkan untuk benda silinder panjang,
menggunakan dua senter Jarak pergeseran pemakanan setiap langkahnya ditentukan
berdasarkan ketebalan roda gerindanya yaitu antara 2/3 tebal roda gerinda untuk
kerja kasar, - 1/3 untuk kerja menghaluskan, dan 1/10 1/5 untuk kerja halus
sekali. Kedalaman pemotongan tiap langkah berkisar antara 0,0025 0,03 mm untuk
pemotongan kasar, dan 0,002 0,005 mm
Pada proses gerinda permukaan sebagian besar panas mengalir masuk ke
benda kerja dan akan menaikkan temperatur di benda kerja. Kekasaran permukaan
proses gerinda dilihat dari suhu tinggi di sepanjang busur api dari perpotongan di
seputar permukaan suatu benda kerja. Dengan melihat suhu lokal yang tertinggi dapat
diketahui titik mana saja yang menyebabkan terjadinya pendistribusian panas
tertinggi, yang terjadi pada permukaan benda kerja yang mengalami pengerjaan
gerindapermukaan.(Wikipedia,2010).
Menggerinda permukaan adalah mengerjakan penggerindaan pada permukaan
yang lurus. Jenis gerinda permukaan antara lain: Memotong atau menipiskan
permukaan yang panjang dan gerinda bentuk. Benda kerja diletakkan pada meja
mesin yang diikat dengan magnit. Roda gerinda dipasang pada poros yang letaknya
horizontal. Pamakanannya bergerak menurun dan diatur antara 1/1000 sampai 5/100
mm setiap gerak pemakanannya. Gerinda permukaan lainnya adalah menggerinda
benda kerja yang dipasang pada kepala tetap (cekam), dan diantara dua senter. Untuk
benda kerja yang dijepit antara dua senter, dapat menggunakan permukaan depan

roda gerinda. Agar permukaan benda kerja rata, permukaan depan roda gerinda di
truing minimum 1 derajat kearah pusat sumbu .
BAB III
METODELOGI
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa , 17 Maret 2015. Tempat ruang
perbengkelan Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sriwijaya.

III.2 Alat dan Bahan


Alat : Gerinda Tangan ,Ragum
Bahan : Mata Gerinda permukaan dan pemotongan,Keping Logam
III.3 Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1. Siapkan semua alat dan bahan yang digunakan
2. Siapkan ragum beserta besi /logam yang akan dipotong lalu dijepit pada
ragum.
3. Pasang mata gerinda sesuai keperluan untuk penghalusan atau
pemotongan dan pastikan bahwa tombol dalam keadaan off
4. Kunci mata gerinda agar tidak lepas
5. Sambungkan pada srus listrik dan tekan tombol ON
6. Lakukan pemotongan

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad ,Yunus .2008 .Laporan pemotongan Logam .Diakses pada Tanggal 20


Maret 2015 .Online http://ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2008/04/bab3-pp2.pdf
Anonim .2014.Pemotongan Logam .Diakses pada tanggal 20 Maret 2015.
Online http://galuh.blogspot.com/2014/10/bab-4-pemotongan-logam.html
Anton .2009.Pemotongan Pada Logam .Diakses Pada Tanggal 20 Maret
2015 .Online http://yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id/files/2012/10/modul-3Pemotongan-Plat.pdf
Taufik .2007.Pemotongan Logam .diakses Pada Tanggal 20 Maret 2015
.Online . http://tek-enginering.blogspot.com/2012/12/alat-potong-logam.html
Rochim ,Taufik .2007 .Karakteristik Pemotongan Logam .Diakses Pada
Tanggal 20Maret 2015.Online . https://yefrichan.wordpress.com/2011/05/18/prinsipdasar-pemotongan-logam/
Wikipedia .2010.Pemotongan Pada Logam .Diakses pada Tanggal 20 Maret
2015 .Online http://wahidjamet.blogspot.com/2011/05/mesin-gerinda.html

Anda mungkin juga menyukai