UNIVERSITAS INDONESIA
i
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
Nama
NPM
: 0806334552
Tanda Tangan
Tanggal
: 10 Juli 2012
ii
HALAMAN PENGESAHAN
: Widia Sandy
NPM
: 0806334552
Program Studi
Judul Skripsi
DEWAN PENGUJI
Penguji 1
Penguji 2
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 10 Juli 2013
~r)
(AI~
)
,-.
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji
pada Program Pendidikan Ners Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
PembiJ!lbing
iv
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir yang
berjudul Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
pada Pasien Post Operasi Laparatomi Apendiktomi Et Causa Apendisitis Perforasi di
RSUP Fatmawati dalam rangka memenuhi tugas mata ajar Karya Ilmiah Akhir.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam karya ilmiah akhir
ini. Namun, berkat bantuan dan bimbingan semua pihak maka laporan karya ilmiah
akhir ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Nur Agustini, SKp., MSi. Pembimbing akademik yang membimbing
penulis di lahan praktik.
2. Ibu Siti Chodidjah, SKp., MN. Pembimbing akademik yang membimbing
penulis di lahan praktik yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan
semangat selama penulis menjalani praktik di lahan praktik.
3.
Ibu Fajar Tri Waluyanti, SKp., M.Kep., Sp. Kep. An. Koordinator mata ajar
peminatan anak dan pembimbing karya ilmiah akhir yang telah meberikan
motivasi, bimbingan dan doa yang sangat berguna selama proses penulisan
dan penyusunan karya ilmiah ini.
4. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP. Selaku koordinator Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) yang telah memberikan format penulisan KIAN.
5. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
6. Bapak, Ns. Faisal, S.Kep selaku pembimbing klinik di R.S.U.P Fatmawati
7. Mama, Bapak dan Abang penulis yang telah memberikan semangat,
dukungan materil, moril, kasih sayang, dan doa sehingga penulis dapat
v
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
menjalani seluruh rangkaian praktik profesi dan penulisan karya ilmiah akhir
hingga selesai.
8. Sahabat SMA penulis, Khairul Azhar yang tidak bosan memberikan semangat
dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan karya
ilmiah akhir ini.
9. Saudara-saudara baru yang penulis anggap sebagai keluarga kandung, Aki
Ihom, Nenek Titin, Teh Endang, Teh Ade, yang telah menjaga, merawat dan
memotivasi ketika penulis sakit dan mulai kehilangan semangat.
10. Teman-teman penulis yang tinggal bersama di kosan Ketapang, Kak Tina,
Erni, Rhiza, Ochi, Ayu, Aniatul, Okta, Kak Fatel, dan Lina yang telah
menjadi keluarga selama menjalani hari-hari selama 4 tahun terakhir.
11. Teman-teman kelompok peminatan anak yang selama 7 minggu yang telah
berjuang bersama penulis untuk menyelesaikan praktik profesi.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis uraikan satu persatu tanpa
mengurangi rasa terima kasih penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah
akhir ini. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat berarti bagi penulis
untuk menjadi lebih baik di masa mendatang. Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih pada semua pihak. Semoga penulisan karya ilmiah akhir ini dapat
membawa manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan.
Depok, 10 Juli 2013
Penulis
vi
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
( Widia Sandy)
I
I
I,
vii
ABSTRAK
Nama
: Widia Sandy
Program Studi
Judul
bertujuan untuk
viii
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Name
: Widia Sandy
Study Program
Title
The incidence of appendicitis in rich countries, especially at the urban areas increased.
Appendicitis can occur due to low fiber food consumption patterns urban communities that
became their habit. One of complications appendicitis is perforated appendicitis. This
complication cause some effects, one of the effects is increasing child body temperature
above normal. This paper aims to describe the nursing care children laparotomy
appendectomy postoperative day four. This paper is also implementing a complementary
therapy treatment tepid sponge. The conclusion is the child's body temperature dropped to 0.9
C after 60 minutes by applying tepid sponge with antipyretic therapy in children who
experienced an increase in body temperature.
ix
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................
ABSTRAK .......................................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
1. PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1 Latar Belakang...
1.2 Rumusan Masalah..
1.3 Tujuan Penelitian...
1.3.1 Tujuan Umum....
1.3.2 Tujuan Khusus..
1.4 Manfaat Penelitian.
1.4.1 Bagi Masyarakat
1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan...
1.4.3 Bagi Praktik Keperawatan ...
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xii
xiii
xiv
1
1
4
4
4
4
5
5
5
5
2.
6
6
8
8
8
8
9
11
13
14
16
x
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
17
17
17
18
19
20
22
22
24
5. PENUTUP ...................................................................................................
5.1 Kesimpulan........................................
5.2 Saran.
27
27
28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
25
26
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
xii
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
xiii
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Pengkajian
Lampiran 3
Analisa Data
Lampiran 4
Lampiran 5
Catatan Perkembangan
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
xiv
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Apendisitis dapat disebabkan oleh gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari yang
tidak sehat seperti kurangnya mengkonsumsi makanan berserat dalam menu
sehari-hari. Makanan rendah serat memicu terbentuknya fecalith yang dapat
menyebabkan obstruksi pada lumen appendiks (Marianne, Susan & Loren,
2007). Apendisitis dapat disebabkan oleh penyebab lainnya antara lain;
hyperplasia jaringan limfoid, infeksi virus, parasit Enterobius vermicularis
yang dapat menyumbat lumen appendiks (Hockenberry & Wilson, 2007).
UNIVERSITAS INDONESIA
Gejala klasik yang terjadi pada anak yang menderita apendisitis antara lain
nyeri periumbilikal, mual, muntah, demam, dan nyeri tekan pada kuadaran
kanan bawah perut, (Marianne, Susan & Loren, 2007). Beberapa tanda nyeri
yang terjadi pada kasus apendisitis dapat diketahui melalui beberapa tanda
nyeri antara lain; Rovsings sign, Psoas sign, dan Jump Sign, (Lynn, Cynthia
& Jeffery, 2002).
bedah
untuk
mengatasi
masalah
apendisitis
tentunya
dapat
Angka kejadian anak yang dirawat di RS. Fatmawati dengan diagnosis medis
apendisitis dalam 3 bulan terakhir (Maret-Juni 2013) terdapat 15 kasus dari
total pasien yang tercatat 459 pasien. Selama 7 minggu melaksanakan praktik
profesi Ners di RS. Fatmawati, penulis sudah menemukan 6 anak yang
mengalami apendisitis perforasi dengan rentang usia (4-6 tahun), 7 anak
dengan rentang usia (7-12 tahun) dan 2 anak yang mengalami apendisitis akut
dengan rentang usia (13-18 tahun). Penulis menemukan masalah yang terjadi
pada anak yang mengalami post opeasi laparatomi appendiktomi et causa
apendisitis perforasi yaitu adanya demam yang hilang timbul.
UNIVERSITAS INDONESIA
Demam merupakan tanda klinis suatu penyakit pada anak. Menurut American
Academy of Pediatrics (AAP) seorang anak usia lebih dari 3 tahun mengalami
demam jika suhu rectal melebihi 38C. Secara tradisional demam diartikan
sebagai kenaikan suhu tubuh di atas normal. Demam dapat terjadi setelah
tindakan pembedahan. Saat ini pengobatan demam dilakukan dengan cara
pemberian antipiretik, manajemen cairan, pemakaian baju yang tipis dan tepid
sponge.
Tepid sponge merupakan terapi yang diberikan untuk mengatasi demam pada
anak secara non medis dengan menggunakan kompres hangat (Sharber, 1997).
Teknik ini dilakukan dengan memberikan kompres hangat pada anak, dengan
suhu air 30-35C. Sebuah penelitian di India menunjukkan bahwa pemberian
antipiretik yang disertai tindakan tepid sponge menurunkan suhu tubuh lebih
cepat dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja (Thomas, Vijaykumar,
Naik, Moses, & Antonisamy, 2009). Penelitian Tia Setiawati 2009
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada kelompok intervendi
dan kelompok kontrol yang diberikan terapi tepid sponge dan disertai
pemberian antipiretik.
UNIVERSITAS INDONESIA
Apendisitis
menjadi
penyebab
utama
tindakan
bedah
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
(mesenter
pendek
yang melekat
pada
usus
halus).
UNIVERSITAS INDONESIA
Persrafan yang mempersarafi appendiks terdiri dari saraf simpatis dan saraf
parasimpatis. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang
mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikularis. Sedangkan
persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri
viseral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus.
Appendiks bagian dari organ sistem pencernaan tubuh manusia yang tidak
memiliki fungsi yang jelas. Namun appendiks memiliki fungsi sebagai
pelindung
terhadap
infeksi
mikroorganisme
intestinal.
Appendiks
menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Imunoglobulin sekretoar
yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat
disepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah Imunoglobulin A (Ig-A).
Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu
mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi
enterotoksin dan antigen intestinal lainnya.
UNIVERSITAS INDONESIA
2.2 Apendisitis
Apendisitis merupakan peradangan pada appendiks dan menjadi penyebab
umum
terjadinya
tindakan
emergency
bedah
abdomen
pada
anak
Etiologi apendisitis yang terjadi antara lain disebabkan oleh obstruksi lumen
appendiks. Obstruksi lumen pada appendiks yang menyebabkan apendisitis
antara lain karena; material feses yang keras (fecalith), hyperplasia jaringan
limfoid, dan infeksi virus (Hockenberry & Wilson, 2007). Penyebab lainnya
dari apendisitis antara lain; benda asing, infeksi bakteri, parasit, dan tumor
appendiks atau sekum (Lynn, Cynthia, & Jeffery, 2002).
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
10
UNIVERSITAS INDONESIA
11
Tindakan bedah biasanya dilkukan pada kuadran kanan bawah perut dengan
dilakukan insisi (appendiktomi terbuka). Operasi laparoscopic biasanya
dilakukan untuk mengatasi apendisitis akut nonperforasi. Tiga buah kanula
dimasukkan ke dalam perut, satu kanula pada umbilicus, satu kanula pada
kuadran kiri bawah perut, dan satu lagi pada area suprapubic. Telescope kecil
dimasukkan melalui kanula pada kuadran kiri bawah dan stapler endoscopic
dimasukkan melalui kanula umbilicus. Appendiks akan diligasi dengan
menggunakan stapler dan dikeluarkan melalui kanula lewat umbilicus.
Manfaat laparascopi appendiktomi mengurangi waktu operasi dan dibawah
pengaruh anestesi dan juga mengurangi risiko terjadinya infeksi pada luka
postoperasi (Hockenberry & Willson, 2007).
UNIVERSITAS INDONESIA
12
UNIVERSITAS INDONESIA
13
keperawatan:
risiko
Masalah
infeksi
Nyeri pada perut bagian kuadran kanan bawah Gangguan perfursi pada appendiks
Hipersekresi gaster
Mual, muntah
Apendisitis Perforasi
Masalah keperawatan:
Risiko defisit volume
cairan
Intervensi keperawatan:
Pemberian posisi nyaman
Kolaborasi pemberian analgetik
Distraksi dengan terapi bermain
boneka bercerita
demam
Masalah keperawatan:
Ketidak seimbangan thermoregulasi
1.
2.
3.
4.
1.
Intervensi keperawatan:
Pemeberian terapi tepid sponge
Mengganti baju klien dengan baju tipis
Kolaborasi pemberian antipiretik
Kolaborasi pemberian cairan intra vena RL
1500 cc/24 jam (kebutuhan cairan klien
dengan BB 14 Kg,=1200 cc/24 jam
2.
3.
4.
5.
Intervensi keperawatan:
Perawatan luka dengan teknik
steril sesuai indikasi
Mengobservasi kondisi luka dari
tanda-tanda infeksi
Meberikan balutan sesuai kondisi
luka (absorben)
Kolaborasi pemberian antibiotik
Melihat hasil pus kultur untuk
konfirmasi antibiotik yang sesuai
UNIVERSITAS INDONESIA
14
2. Risiko
infeksi
Dengan data
subjektif dan
Objektif:
- Nyeri
abdominal
- Demam
- Mual,
muntah
- Nyeri tekan
menyebar
- Peningkatan
jumlah
leukosit
- Terlihat
Cairan
disekitar
appendiks
melalui USG
abdomen
Hasil yang
diharapkan
Anak tidak
merasakan
nyeri atau
nyeri
berkurang
pada level
yang dapat
diterima
anak
Intervensi keperawatan
Rasional
- Memberikan informasi
yang dibutuhkan untuk
pemberian terapi
analgetik
- Memberikan posisi
senyaman mungkin
untuk anak
- Memberikan
kesempatan anak untuk
memeluk bantal
mengurangi nyeri
- Membantu mengurangi
rasa nyeri berat.
- Menyediakan aktivitas
untuk mendistraksi rasa
nyeri pada anak
- Memberikan informasi
mengenai keefektifan
drainase luka, dan untuk
mencegah pembentukan
dan penyebaran abses
- Menghancurkan agen
infeksius dengan obat
yang sesuai berdasarkan
hasil kultur drainase luka.
-Meningkatkan
kebersihan luka dan
mencegah terkena oleh
pathogen
- membersihkan luka dan
menghancurkan
pathogen
- mencegah transmisi
agen infeksius dari dan
ke anak
- meningkatkan
pemahaman dan
kerjasama dalam
perawatan untuk
mencegah penyebaran
infeksi yang sudah ada.
UNIVERSITAS INDONESIA
15
Diagnosa
keperawatan
3.ketidakseim
bangan
thermoregulas
i
Dengan data
subjektif dan
Objektif:
- Ibu klien
mengatakan
anaknya
teraba panas
- Suhu > 38C
- Kulit klien
teraba hangat
Terdapat luka
post operasi
Hasil yang
diharapkan
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
suhu tubuh
anak dalam
batas normal
(36.5-37.5 C)
Intervensi keperawatan
Rasional
UNIVERSITAS INDONESIA
16
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
17
UNIVERSITAS INDONESIA
18
3.3 Pengkajian
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada An. W ditemukan data; kesadaran klien
compos mentis, klien tampak merintih menangis, dan teraba hangat pada kulit
klien. Klien mengeluhkan nyeri pada perut dank klien saat dilakukan
pengkajian nyeri dengan skala Wong Baker menunjukan skala nyeri yang
dirasa pada skala 4. Status nutrisi An. W dengan berat badan 14 Kg dan tinggi
badan 101 cm menurut grafik growth chart CDC 2000 status nutrisi klien
berada pada persentile 87.5 % tergolong dalam gizi sedang. Klien saat masuk
ruang rawat bedah anak tampak pucat, konjungtiva anemis, kulit dan mukosa
bibir lembab, turgor kulit elastis, capillari refill time (CRT) < 2, terukur suhu
tubuh 38,60C. Hasil observasi tampak balutan luka operasi klien terdapat
rembes. Berdasarkan wawancara didapatkan data bahwa An. W sebelumnya
pernah dirawat selama tiga hari di RS lain sebelum dirujuk ke RSUP
Fatmawati.
UNIVERSITAS INDONESIA
19
Masalah keperawatan nyeri akut pada An. W didukung dengan data, anak
terlihat menangis dan rewel. Klien mengeluhkan nyeri pada perut. Klien
mampu menunjukan skala nyeri yang dirasa pada skala 4 menurut skala Wong
Baker. Terdapat balutan luka operasi laparatomi apendiktomi hari ke 4.
Masalah
keperawatan
ketidakseimbangan
thermoregulasi
pada
An.W
UNIVERSITAS INDONESIA
20
Asuhan
keperawatan
yang
dilakukan
untuk
masalah
keperawatan
UNIVERSITAS INDONESIA
21
teknik
steril
saat
tindakan,
memberikan
antibiotic
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 4
ANALISA SITUASI
Berdasarkan catatan kepegawaian di ruang anak lantai III utara diperoleh data
bahwa pegawai di ruang ini terdiri dari perawat, pekarya, dan Cleaning
Service. Ruangan tersebut dipimpin oleh seorang kepala ruangan yang berlatar
belakang pendidikan S1 Keperawatan dan sedang melanjutkan studi S2 yang
membawahi 22 orang perawat, 2 pekarya, dan 2 Cleaning Service. Pendidikan
perawat di ruang tersebut pun cukup bervariasi. Perawat ruangan memiliki
tingkat pendidikan S1 (61%) dan D3 (37%). Terdapat 1 orang perawat yang
sedang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan S1 dan dua perawat yang
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan S2.
22
UNIVERSITAS INDONESIA
23
UNIVERSITAS INDONESIA
24
Pencegahan agar tidak terjadinya kontaminasi silang pada luka post operasi
klien dan petugas kesehatan diperlukan tindakan pemutusan rantai infeksi.
Pemutusan rantai infeksi juga dapat dilakukan melalui portal keluar (Crisp &
Taylor, 2009). Caranya adalah dengan melaksanakan teknik mencuci tangan
dan penyediaan tempat pembuangan sampah infeksius. Teknik cuci tangan
dengan enam langkah merupakan program rumah sakit yang sudah
disosialisasikan melalui media poster dan melalui penjelasan perawat kepada
anggota keluarga klien. Namun tempat pembuangan sampah infeksius di
ruang rawat belum tersedia.
4.2 Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Kasus
Terkait
Pada praktik di rumah sakit, mahasiswa mengelola satu pasien kelolaan utama
dengan post operasi laparatomi appendiktomi. An. W merupakan pasien
kelolaan utama dengan diagnosa medis apendisitis perforasi. Masalah
keperawatan
yang
muncul
pada
An.
W,
meliputi
nyeri
akut,
Data yang didapat dari hasil wawancara kepada Ibu klien mengenai proses
terjadinya apendisitis pada anak didapat informasi mengenai kebiasaan makan
An. W yang tidak suka mengkonsumsi sayur dan jarang makan buah, sulit
BAB 3-4 hari sekali. Perilaku-perilaku tersebut kemungkinan menjadi
penyebab apendisitis pada klien. Kurangnya konsumsi serat mengakibatkan
konsistensi feses menjadi keras. Feses yang mengeras seperti batu (fecalith)
dapat menyebabkan sumbatan pada lumen appendiks. Sumbatan yang terjadi
pada lumen appendiks akan menimbulkan peradangan pada appendiks.
UNIVERSITAS INDONESIA
25
4.3 Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Aplikasi tesis yang terkait dengan asuhan keperawatan anak dengan post
operasi laparatomi appendiktomi yang mengalami demam, yaitu terapi tepid
sponge untuk menurunkan suhu tubuh anak ke dalam rentang normal. Terapi
tepid sponge ini merupakan terapi dilakukan sejalan dengan penatalaksanaan
medis bagi anak dengan demam.
Mahasiswa tertarik menerapkan terapi tepid sponge ini karena dua alasan.
Pertama, mahasiswa melihat adanya kesempatan di ruangan karena fenomena
klien anak yang mengalami demam di ruang rawat, namun hanya
mendapatkan terapi secara medis saja, sehingga mahasiswa berpeluang untuk
membuktikan aplikasi tindakan keperawatan ini. Kedua, terapi pijat ini dapat
diterapkan dalam upaya penerapan teori family-centered care (FCC). FCC
merupakan suatu filosofi keperawatan yang mengakui pentingnya keluarga
sebagai fokus dasar dalam intervensi perawatan kesehatan (Bowden &
Greenberg, 2012). Model ini menekankan bahwa hubungan kolaborasi antara
keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan untuk mencapai hasil positif bagi
anggota keluarga yang sakit. Terapi tepid sponge ini dapat melibatkan ibu
sebagai pemberi terapi pada anaknya.
UNIVERSITAS INDONESIA
26
Tepid sponge diberikan pada klien kelolaan utama yaitu An. W yang
mengalami demam dengan suhu 38.6C. Setelah dilakukan tepid sponge dan
kolaborasi pemberian antipiretik didapatkan penurunan suhu pada 60 menit
pertama menjadi 37.7C. Suhu turun 0.9C setelah pemberian terapi tepid
sponge dan kolaborasi antipiretik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat penurunan suhu pada anak dengan demam setelah dilakukan
teknik tepid sponge dan kolaborasi antipiretik. Namun An. W pada awal
pemberian mengalami menggigil dan dihentikan sementara.
UNIVERSITAS INDONESIA
27
pelayanan, pasien, dan keluarga. Keluarga yang dimaksud dalam konsep FCC
adalah dua atau lebih orang yang mempunyai kaitan biologis, hukum atau
emosional dengan klien. Klien menetapkan siapa yang dianggap sebagai
keluarga serta tingkat keterlibatan keluarga dalam pemberian pelayanan
kesehatan. FCC menguatkan keluarga dan mendorong keluarga untuk
berpartisipasi aktif dalam perawatan anak. Teknik tepid sponge ini dapat
diajarkan pada Ibu melalui peran perawat sebagai edukator. Ibu sebagai
bagian dari keluarga anak dapat memberikan perawatan saat anaknya
mengalami demam dengan menggunakan tepid sponge. Dengan demikian, Ibu
dapat melanjutkan terapi sendiri, baik di rumah sakit maupun di rumah setelah
keluar dari rumah sakit.
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gambaran umum anak dengan post operasi laparatomi et causa apendisitis
perforasi didapatkan data, anak tampak menangis merintih mengeluhkan
nyeri pada luka operasi. Luka post operasi laparatomi apendiktomi sepanjang
15 cm berisiko mengalami infeksi. Anak mengalami demam naik turun. Dan
anak harus menjalani puasa sebelum pergerakan peristaltic usus anak kembali
normal. Asuhan keperawatan post operasi laparatomi appendiktomi telah
diberikan pada An.W untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut,
ketidakseimbangan thermoregulasi, dan risiko penyebaran infeksi. Masalah
keperawatan terkait nyeri akut dan ketidakseimbangan thermoregulasi telah
teratasi. Penerapan aplikasi terapi tepid sponge terbukti mampu menurunkan
suhu tubuh anak lebih cepat. Suhu sebelum diberi terapi yaitu 38.6C dan
setelah diberi terapi tepid sponge disertai pemberian antipiretik terjadi
penurunan suhu sebanyak 0.9C dalam 60 menit pertama. Namun ada satu
masalah yang tidak terselesaikan yaitu risiko penyebaran infeksi pada luka
post operasi. An. W dipulangkan oleh pihak dokter setelah dirawat selama 7
hari di ruang rawat lantai 3 utara. Kondisi luka post operasi An.W masih
terbuka dan menghasilkan pus. Selama perawatan telah dilakukan perawatan
luka setiaphari dengan menggunakan absorben pada dressing untuk
mengangkat produksi pus. An.W diberikan terapi antibiotik yang dikonsumsi
di rumah dan disarankan untuk menjalani rawat jalan.
27
UNIVERSITAS INDONESIA
28
5.2 Saran
Mengacu pada hasil yang positif, yaitu terjadi penurunan suhu tubuh setelah
diberikan terapi tepid sponge disertai pemberian antipiretik. Oleh karena itu,
diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat memberikan terapi ini kepada
klien anak yang mengalami demam dan disertai pemberian antipiretik untuk
memberikan hasil yang maksimal
Aplikasi terapi tepid sponge ini baru diberikan kepada pasien kelolaan utama
selama mahasiswa praktik di rumah sakit. Keterbatasan jumpah responden dan
waktu mahasiswa ini kurang memberikan hasil yang signifikan bagi
penelitian. Oleh karena itu, diharapkan penerapan aplikasi terapi tepid sponge
ini dapat diberikan dengan jumlah responden yang lebih banyak.
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1
Nama
: Widia Sandy
Alamat
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
1. Program Ners FIK UI Tahun 2012 2013
2. FIK UI Tahun 2008 2012
3. SMAN 1 Tebing Tinggi Tahun 2005 2008
4. SMPN 1 Sei Suka Tahun 2002 2005
5. SDN 016397 Tanjung Gading Tahun 1996 2002
6. TK Mitra Inalum 1995 1996
Lampiran 2
Nama Mahasiswa
: Widia Sandy
Tempat Praktek
Tanggal Praktek
I. IDENTITAS DATA
Nama
: An. W
Tempat/tgl lahir
: Jakarta, 03/08/2008
Usia
:4 Tahun 10 Bulan
Nama Ayah/Ibu
:Tn. G/ Ny. S
Pekerjaan Ayah
: Wiraswasta
Pekerjaan Ibu
Alamat
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan Ayah
:SLTA
Pendidikan Ibu
:SLTA
Lampiran 2
Lampiran 2
Ny. I
68
Thn,
Sehat
Sehat
Tn. M
71
Thn,
Sehat
Sehat
Tn. B
75
Thn,
Sehat
Ny. R
72
Thn,
Sehat
Ny. S
28
Thn,
Sehat
Tn. G
31
Thn,
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
AN.w 4
thn
An W merupakan anak pertama dari pasangan Tn. G dan Ny. S yang saat ini dirawat
setelah tindakan operasi laparatomi appendiktomi.Tn. G dan Ny. S mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit jantung, gula dan asthma di dalam keluarga. Kedua
orangtua Tn.G masih hidup dan sehat. Kedua orangtua Ny. S masih hidup dan sehat.
Saat ini An.W tinggal didalam keluarga inti bersama Tn. G dan Ny.S
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh: kedua orangtua klien
2. Hubungan dengan anggota keluarga: baik
3. Hubungan dengan teman sebaya: baik, klien bermain dengan teman sebaya di
lingkungan rumah
4. Pembawaan secara umum: anak tampak ramah dan ceria saat tidak merasa nyeri
5. Lingkungan rumah: menurut Ibu klien, lingkungan rumah klien di daerah padat
penduduk tidak ada halaman untuk bermain anak.
Lampiran 2
Pola makan/jam
2. Pola tidur
Tidur siang
3. Mandi
4. Aktivitas bermain
: bermain lompat karet, bongkar pasang, masakmasakan bersama teman di depan rumah
5. Eliminasi
Klien menjalani
Lampiran 2
4. Status cairan: turgor kulit elastis, membrane mukosa lembab, CRT < 2 detik,
5. Obat-obatan: cefotaxime IV drip 550 mg/8 jam
Metronidazole IV drip 250 mg/8 jam
Farmadol drip 150 mg/8 jam
RL 500 cc/ 8 jam
6.Aktivitas: terbatas terbaring di tempat tidur
7. Tindakan Keperawatan : perawatan luka post operasi setiap hari
Pemberian tepid sponge untuk mengatasi demam
Pemberian terapi sesuai program
8. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil
14/6/13 15/6/13
Satuan
Rujukan
10.8-15.6
Intepretasi hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin
8.9
13.1
g/dl
Hematokrit
29
42
Leukosit
16.4
19.9
Ribu/ul 5.5-15.5
Leukositosis
Trombosit
1.059
1.076
Ribu/ul 229-553
Trombositopenia
Eritrosit
3.33
4.81
Juta/ul
35-43
3.70-5.70
BB/TB(Persentil)
Lingkar kepala
: 48 cm
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
tanda-
Lampiran 2
Tengkuk
Dada
Jantung
Paru-paru
Perut
Punggung
Genitalia
: bersih, normal
Ekstrimitas
Kulit
Tanda-tanda vital
Lampiran 3
Masalah Keperawatan
DS:
Nyeri Akut
DO:
-
An W tampak lemas
DS:
-
DO:
-
Lampiran 3
Masalah Keperawatan
DS:
-
DO:
-
Konjungtiva anemis
DS:
-
DO:
-
Suhu: 38.6C
Lampiran 4
2. Risiko
penyebaran
infeksi
Hasil yang
diharapkan
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan
1x 24 jam
Anak tidak
merasakan
nyeri atau
nyeri
berkurang
pada level
yang dapat
diterima anak
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan
3 x 24 jam
Anak akan
bebas dari
tanda gejala
peritonitis
- Tanda dari
peritonitis
dapat
diketahui
sedini
mungkin
Intervensi keperawatan
Rasional
- Berikan analgetik
narkotik atau non
narkotik setelah operasi
sesuai dengan resep yang
tertulis
- Sediakan boneka,
permainan yang disukai
anak
- Kaji kondisi luka insisi
terbuka terhadap adanya
drainase dan krakteristk,
dan butuh untuk ganti
balutan/ program ganti
balutan kapan.
- Berikan terapi antibiotic
intravena sesuai program
yang tertulis
- Ganti balutan luka dengan
menggunakan tekniksteril
- Irigasi luka terbuka
dengan cairan antibiotic/
sesuai dengan terapi yang
tertulis
- Inisiasi isolasi
perlindungan luka
- Memberikan informasi
kepadaorang tua dan anak
penyebab infeksi serta
risiko terjadi penyebaran
infeksi.
Lampiran 4
Diagnosa
keperawatan
3. Risiko
ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
4. ketidakseimbangan
termoregulasi
Hasil yang
diharapkan
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam status
nutrisi klien
seimbang
ditandai
dengan:
Intake makan
per oral
adekuat,
Kulit tidak
pucat
Konjungtiva
tidak anemis,
Hb dalam
batas normal
Tidak terjadi
penurunan BB
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan
1x24 jam suhu
tubuh anak
dalam batas
normal (36.547.5 C)
Intervensi keperawatan
Rasional
- Kolaborasi pemberian
tanfusi PRC sesuai
program terapi
- Timbang BB per tiga hari
- Berikan diet sesuai
program secara bertahap
- Motivasi klien dan
keluarga makan sedikit
bertahap
Lampiran 5
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
jam
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi SOAP
14 Juni 2013
Jumat
Nyeri akut
-Memberikan obat
farmadol IV drip 150
mg.
DS:
20.00-21.30
WIB
Dinas malam
14 & 15 Juni
2013
Jumat
22.00-01.00
Dinas malam
-Melakukan terapi
bermain boneka bercerita
untuk mendistraksi nyeri
klien
-,Memberikan posisi
semi fowler
-Mengukur skala nyeri
dengan skala Wong
Baker setelah tindakan
diberikan
- Menjelaskan kondisi
klien dan meminta
persetujuan orangtua
klien untuk tindakan
transfusi PRC
- Memberikan tanfusi
PRC 150 cc sesuai
program terapi.
- Memberikan diet
pregistimil 30 cc/ 4
jam via oral.
- Menjelaskan kepada
ibu klien diet yang
diberikan diet cair per
4 jam dan sebanyak 40
cc
-Memotivasi klien dan
keluarga makan sedikit
bertahap
Lampiran 5
Tanggal
jam
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi SOAP
17 Juni 2013
Senin
-Memberikan perawatan
luka dengan
mempertahankan teknik
steril
-Mengobservasi kondisi
luka
-Mendokumentasikan
kondisi luka
-Memberikan absorben
pada balutan luka untuk
drain pus
-Memberikan antibiotik
cefotaxime 550 mg IV
drip
-Memberikan antibiotic
metronidazole 250 mg
IV drip
DS:
07.00-10.00
WIB
Dinas pagi
Post operasi
hari ke 6
17 Juni 2013
Senin
11.00-12.30
WIB
Dinas pagi
Post operasi
hari ke 6
Ketidak seimbangan
thermoregulasi
DS:
- Ibu klien mengatakan saat
ini anaknya panas
DO:
- Suhu: 38.8C
- HR:108 x/menit, RR:32
x/menit
- Kulit klien teraba hangat
- tampak balutan luka operasi
di perut
lukanya,
O: Klien menangis saat luka dibersihkan
-Luka dibersihkan dengan NaCl 0.9 %
-Tampak luka post operasi sepanjang 15
cm, dengan kondisi luka basah 2cm pada
ujung kiri terdapat pus berwarna kuning
dan bau.
-Diberikan absorben pada luka
-Luka ditutup dengan balutan kasa kering
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan perawatan luka setiap hari
-Lanjutkan pemberian antibiotic sesuai
program/8 jam
-Observasi tanda-tanda infeksi pada luka
-Observasi tanda-tanda vital/8 jam
-Memberikan antipiretik
farmadol drip IV 150 cc
-Memberikan terapi
tepid sponge
-Membantu Ibu klien
untuk mengganti baju
dengan baju tipis
-Memotivasi klien untuk
minum air putih/air
mineral sebanyak 2 gelas
belimbing secara
bertahap
-Mengobservasi tetesan
infus yang didapat
klien:20 tetes/menit
(1500 cc/24 jam)
-Mengukur suhu klien
setelah tindakan.
Lampiran 5
Tanggal
jam
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi SOAP
17 Juni 2013
- Memberikan diet
lunak bubur saring
kepada klien
- Memberikan
penjelasan kepada ibu
bahwa klien saat ini
mendapat diet lunak
bubur saring yang
diberikan 3 x sehari
- Memotivasi klien dan
keluarga makan
sedikit bertahap
- Memberikan perawatan
luka dengan
mempertahankan teknik
steril
Senin
13.00-14.00
WIB
Dinas pagi
Post operasi
hari ke 6
18 Juni 2013
Selasa
07.00-09.00
Dinas pagi
Post operasi
hari ke 8
-Mengobservasi kondisi
luka
-Mendokumentasikan
kondisi luka
-Membersihkan luka
post operasi dengan
NaCl 0.9%
-Memberikan absorben
pada balutan luka untuk
drain pus
-Memberikan antibiotik
cefotaxime 550 mg IV
drip
-Memberikan antibiotik
metronidazole 250 mg
IV drip
Lampiran 5
Tanggal
jam
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi SOAP
18 Juni 2013
Nyeri akut
Selasa
DS:
-Memberikan obat
farmadol IV drip 150
mg.
10.00-11.30
Dinas pagi
DO:
Post operasi
hari ke 7
18 Juni 2013
- An W, menunjukkan skala
nyeri yang dirasa pada skla
4 dengan skala nyeri Wong
Baker.
- An. W tampak merintih
menahan sakit
- An W tampak lemas
- An W tampak memegang
perutnya
-Tampak balutan luka post
operasi laparatomi
appendiktomi hari ke 8
Selasa
11.30-12.30
DS:
Dinas pagi
Post operasi
hari ke 7
DO:
- Post op hari ke 8 diberikan
diet lunak bubur saring 3x
sehari
-Melakukan terapi
bermain boneka bercerita
untuk mendistraksi nyeri
klien
-,Memberikan posisi
semi fowler
Lampiran 5
Tanggal
jam
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi SOAP
19 Juni 2013
-Menanyakan kepada
ketua tim perawat,
apakah balutan luka
diganti ketika ada
rembes
-Memberikan penjelasan
kepada ibu klien, bahwa
obat antibiotic yang
diberikan melaui intra
vena sudah dihentikan
-Melakukan aff infuse
sesuai dengan catatan
integrasi
-Memberikan obat
antibiotik per oral sesuai
dengan program terapi
yang tertulis
Obat yang diberi:
Cefixime 1 sendok takar
obat/12 jam
Metronidazole 1 sendok
takar obat/8 jam
-Menjelaskan kepada
Ibu, bahwa program
ganti balutan pada klien
dilakukan sehari sekali
setiap pagi.
-Menjelaskan kepada Ibu
bahwa obat penurun
suhu tubuh klien diganti
menjadi obat syrup
-Memberikan obat syrup
proris 1 sendok takar
obat dengan interval
waktu/8 jam
-Membantu ibu
melakukan tepid sponge
pada klien
-Memotivasi klien untuk
meningkatkan jumlah
minum air putih
sebanyak 3 gelas
belimbing dari jam
14.30-16.30 karena
sudah tidak mendapat
cairan melalui infuse.
-Mengukur suhu tubuh
klien setelah tindakan.
Rabu
13.00-14.30
Dinas sore
Post operasi
hari ke 8
19 Juni 2013
Ketidakseimbangan suhu
tubuh
Rabu
DS:
14.30-16.30
Dinas sore
Post operasi
hari ke 8
DO:
-klien teraba hangat
-suhu 38.3 C
-klien tidak terpasang infus
Lampiran 5
Tanggal
jam
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi
19 Juni 2013
Rabu
Risiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
17.30-18.00
DS:
Dinas sore
-Memberikan perawatan
luka dengan
mempertahankan teknik
steril
-Membersihkan luka
dengan menggunakan
NaCL 0.9%
-Mengangkat suprasorb
yang berada di dalam
lubang luka
-Melihat kondisi luka
-Mendokumentasikan
kondisi luka
-Mengangkat sisa pus di
dalam lubang luka
dengan kasa yang
dibasahai dengan NaCl
0.9%
-Memasukan suprassorb
ke dalam lubang luka
-Menutup luka dengan
balutan kasa kering
Post operasi
hari ke 8
20 Juni 2013
Kamis
DS:
07.00-09.00
Dinas pagi
Post operasi
hari ke 9
Lampiran 5
Tanggal
jam
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi SOAP
20 Juni 2013
Kamis
Risiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
11.00-12.00
DS:
Dinas pagi
Post operasi
hari ke 9
DO:
-BB klien yang ditimbang
tadi pagi 14.2 Kg. dengan TB
107 cm
-Saat ini klien masih
mendapatkan diet bubur
saring 3 x sehari
21 Juni 2013
Jumat
Dinas pagi
Klien hari ini pulang setelah dirawat 10 hari post operasi, klien mendapatkan persetujuan oleh dokter
untuk pulang dengan kondisi luka post operasi yang masih terbuka dan berisi pus.
Masalah keperawatan risiko penyebaran infeksi belum teratasi
Masalah keperawatan, risiko ketidakseimbangan nutrisi, nyeri akut dan ketidakseimbangan
termoregulasi sudah teratasi.
Klien dan keluarga telah dibeikan edukasi mengenai apa saja yang harus dilakukan di rumah saat
pulang
-Mengedukasi ibu dan klien untuk memberikan obat antibiotic sampai habis dan tuntas
-Mengedukasi ibu dank lien meminum obat penurun suhu tubuh jika anak demam suhu >38 C,
-Mengedukasi ibu untuk memberikan tepid sponge saat anak mengalami demam
-Mengedukasi ibu untuk tidak membuka balutan luka operasi di rumah, dan membawa anak untuk
perawatan luka ke RSFatmawati melalui Poli anak
-Menyampaikan kepada ibu dank lien kapan harus datang kembali ke poli anak untuk kontrol.
Lampiran 5
Lampiran 5
Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan Menurut Berat Badan
dan Umur (WHO-NCHS)
Lampiran 5
Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan Menurut Berat Badan
dan Umur (WHO-NCHS)
Lampiran 5