Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Keracunan adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan fungsi organ tubuh yang
terjadi karena kontak dengan bahan kimia atau masuknya zat racun kedalam tubuh baik
melalui saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan
gejala klinis sesuai dengan macam, dosis dan cara pemberiannya.
Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui, meskipun
banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan dibeberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak
menggambarkan kejadian yang sebenarnya didalam masyarakat. Lebih kurang 60% dari
paparan keracunan yang dilaporkan terjadi pada anak berumur < 6 tahun, dengan kematian <
4%.Di RSCM Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan setiap
tahunnya, sedang di RS dr. Soetomo Surabaya 15 - 30 penderita anak yang datang untuk
mendapatkan pengobatan karena keracunan setiap tahun,yang sebagian besar karena
keracunan hidrokarbon ( 45 - 60%), keracunan makanan, keracunan obat-obatan, detergen dan
bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran
cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau parenteral tetapi yang terbanyak racun masuk
melalui saluran cerna ( 75 % ) dan inhalasi ( 14% ).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

AnatomidanFisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan terdiri dari atas saluran pencernaan dan organ aksesori. Secara
anatomis saluran pencernaan terbagi atas dua bagian yaitu saluran pencernaan atas yang
dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, dan organ aksesori yang terdiri atas
hati,kandung empedu,dan pancreas.
1. Mulut

Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian luar
yang sempit ( vestibula ) yaitu ruang diantara gusi dan gigi dengan bibir dan pipi,serta bagian
dalam yang terdiri atas rongga mulut. Pada mulut ini terdapat palatum anterior dan posterior
yang terdiri atas membran mukosa ( palatum mole ). Pada saat fetus terdapat saluran dari
mulut dan hidung adalah satu dan kemudian terpisah oleh prosesus palatinus yang akan
bertemu digaris tengah, dan apabila menetap palatum yang terpisah dapat terjadi sumbing.
Dimulut, makanan mengalami proses mekanis yang pertama disebut proses mengunyah
dengan cara menghancurkan makanan sehingga tidak melukai dinding saluran pencernaan dan
memungkinkan makanan sampai merata dengan bahan yang terdapat dalam saliva ( liur )
yang mengandung enzim pencernaan pati amilase selama 3 bulan pertama, khususnya enzim
amilase akan memecah amilium menjadi maltose.
Proses menghisap, menggigit dan menelan merupakan aktivitaspada mulutbayi akan
mampu membentuk segel disekeliling puting susu atau dot sehinggamudah lebih kuat lidah
dalam berlawanan dengan palatum.Dalam proses pengeluaran ( sekresi ) saliva dipengaruhi
oleh beberapa faktor,diantaranya faktor mekanis adanya benda ( bolus ) dalam mulut, fackor
psikis bila mencium atau mengingat makanan yang enak dan factor kimiawi bila makanan
terasa asam atau asin.
2. Faring dan Esophagus
Bagian saluran pencernaan yang terletak dibelakang hidung,mulut,dan laring. Faring
berbentuk kerucut dengan bagian terlebar dibagian atas,yang berjalan hingga vertebra servikal
ke enam,kemudian faring langsung berhubungan dengan esophagus,sebuah tabung yang
2

memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm,yang terletak dibelakangtrakea dan
didepan tulang punggung kemudian masuk melalui torax menembus di diafragma yang
berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.
Kemudian bagian esophagus berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju
lambung. Bentuknya seperti silinder yang berongga dengan panjang kurang lebih 2 cm. kedua
ujungnya dilindungi oleh sfingter bagian atas dalam keadaan normal selalu tertutup kecuali
bila makanan akan masuk kedalam lambung atau muntah,keadaan ini dimaksud untuk
mencegah gerakan balikan kesisi organ bagian atas yaitu esophagus. Proses penghantaran
makanan dilakukan dengan kerja peristaltic.
3. Lambung

Bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas disebut fundus,bagian utama dan
bagian bawah yang horizontal yakni antrum pilorik. Lambung berhubungan langsung dengan
esophagus melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium
pilorik,lambung ini terletak dibawah diafragma dan didepan pancreas,limfa menempel pada
sebelah kiri fundus.
Lambung memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi motorik,yakni sebagai reservoir yaitu
menampung makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit,dan sebagai pencampur yakni
memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil dan campur dengan asam lambung. Kedua,
fungsi sekresi dan pencernaan yakni untuk mensekresi pepsin dan HCL yang akan memecah
protein menjadi pepton,sedang amilase memecah amilum menjadi maltose,lipase memecah
lemak menjadi asam lemak dan gliserol,untuk membantuk sekresi gastrin,mensekresi faktor
intrinsic yang memungkinkan mengabsorbsi vitamin B12 usus halus yaitu di ileum dan
mensekresi mucus yang bersifat protektif.
4. Usus Halus
Tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian
akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal akibat
relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya yang terletak didaerah umbilicus dan dikelilingi
oleh usus besar yang memanjang dari lambung sampai katup ileo kolika.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsi chime dari
lambung. Sebagai tempat absorbsi makanan. Zat-zat makanan yang telah halus akan di
3

absorbsi didalam usus halus yaitu pada duodenum. Disini terjadi absorbsi besi,kalsium
dengan bantuan vitamin D,vitamin A,D,E,K dengan bantuan empedu dan asam folat,serta
sejumlah tempat untuk mengabsorbsi gula,asam amino dan lemak.

5. Usus Besar
Usus besar atau juga disebut sebagai kolon merupakan sambungan dari usus halus yang
dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan.
Fungsi

utama

usus

besar

adalah

mengabsorbsi

air

kurang

lebih

90% ),elektrolit,vitamin,dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih 5000cc per
hari. Flora yang terdapat dalam usus berfungsi untuk mensintesis vitamin K dan B serta
memungkinkan pembusukan ampas makanan.

Perkembangan saluran gastrointestinal


Perkembangan saluran gastrointestinal dimulai dari mulut hingga anus. Perkembangan ini
dapat melalui beberapa tahap mulai dari konsepsi hingga lahir dalam saluran gastrointestinal
ini organ yang mengalami perkembangan antara lain : esophagus, organ ini sudah dapat
diidentifikasi pada usia minggu keempat masa gestasi. Setelah minggu keempat atau minggu
terakhir panjangnya diperkirakan mencapai 10 cm. kemudian perkembangan organ lambung
dapat diidentifikasi seperti esophagus akan tetapi secara terus menerus dapat mengalami
perkembangan hingga trimester kedua. Selain itu bentuk dari lambung pada umumnya lebih
horizontal dan bundar hingga usia 2 tahun, dengan berangsur-angsur memanjang sampai usia
7 tahun. Kemudian pada masa trimester ke 3 panjang usus halus dapat mencapai 250-300 cm,
dengan luasnya 20-30 cm. usus halus ini dapat mengalami perkembangan hingga 4 m pada
masa anak atau dewasa.

Keracunan pada anak


A. Definisi
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung,
suntikan dan absorbsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan
dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati
atau lebih organ atau jaringan.
(Mc Graw-Hill Nursing Dictionary)
Racun adalah zat-zat yang dapat menyebabkan penyakit luka atau kematian.
Keracunan bahan kimia dalam makanan merupakan akibat dari memakan tanaman
atau hewan yang mengandung racun.
Keracunanpadaanakadalahmasuknyaracunkedalamtubuhanak

yang

akanmerusakkehidupanataumengganggudenganseriusjaringanbahkan organ tubuh.

B. SumberRacun
Sumber racun bermacam-macam seperti polusi limbah industri yang mengandung logam
berat, bahan makanan yang terkontaminasi oleh kuman seperti salmonella, sthapilococcus
clos
tridium botulinum, jamur beracun. Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan
melampaui dosis normal tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan efek
samping yang merupakan racun bagi tubuh.

Keracunan singkong
Banyak ditanam varietas singkong dengan kadar sianida tinggi, memang bukan singkong
untuk di konsumsi melainkan di ambil tepungnya untuk di ekspor keluar negeri sebagai bahan
pengeras tekstil. Singkong demikian banyak dicuri dari perkebunan dan dijual pada pedagang
makanan atau pada konsumen langsung.
Gejala
Biasanya gejala-gejala sudah timbul beberapa jam setelah anak makan singkong beracun atau
makanan yang dibuatnya seperti peyem dengan:
1. Mual dan muntah.
2. Pernafasan cepat.
3. Sianosis.
5

4. Kesadaran menurun hingga koma.


Pengobatan
1. Jika memakan singkong beracun belum lama dapat dilakukan dengan menguras
lambungnya atau memberi obat penyebab muntah.
2. Berikan secepat mungkin antidotum berupa Na tiosulfat 25% secara intra vena, jika sukar
mendapatkan venanya antidotum dapat diberikan secara intramuskulus.
Banyaknya tiosulfas natrikus yang diberikan tergantung dari kembalinya kesadaran, pada
umumnya cukup dengan 10-30 ml adakalanya sampai 70 ml.
Keracunan jengkol
Yang menyebabkan gejala keracunan ini ialah asam amino tertentu (asam jengkol) yang
dikandungnya. Tidak semua orang yang makan jengkol menderita gejala keracunan.
Sensitifitas terhadap asam jengkol ini merupakan faktor yang menentukan.
Gejala
Gejala keracunan disebabkan oleh tersumbatnya saluran kencing oleh kristal asam jengkol
hingga menimbulkan:
1. Rasa mual dan muntah.
2. Nyeri perut yang sangat dan hilang datang oleh kolik ureter.
3. Merasa sakit jika mencoba buang air kecil.
4. Hematuria, oliguri, anuri.
5. Nafas dan kencingnya berbau jengkol.
Pengobatan
Jika gejala ringan:
Banyak minum air.
Berikan bikarbonat natrikus secara oral 4x2 g sehari.
Jika ada anuri:
Rawat dirumah sakit dan diberi infus bikarbonas natrikus dalam cairan glukosa selama
4-8 jam dengan dosis 2-5 meq/kg berat badan.
Keracunan jamur beracun
Keracunan setelah macam jamur yang disebut belakangan ini dapat saja terjadi. Ada jamur
yang mengandung racun amanitin dan muskarin.
Gejala
Racun tersebut bekerja sangat cepat dan menyebabkan
1. Rasa mual
2. Muntah
3. Sakit perut
4. Mengeluarkan banyak ludah dan keringat,
5. Miosis,
6. Diplopia,
7. Bradikardi sampai konvulsif.
8. Manitin dapat menyebabkan disfungsi hepatoseluler dan ginjal.
6

Pengobatan
Pemberian cairan secara oral atau intra vena dapat diberikan secara intravena antropin
sebanyak 0,02 mg/kg.
Keracunan bahan makanan yang terkontaminasi
Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh kuman, parasit, virus,
maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat menyebabkan keracunan bahan makanan
ialah staphilococcus, salmonella, clostridium botulinum, E. Coli, proteus, klebsiella,
enterobacter, dll. Tercemarnya makanan biasanya melalui lalat, udara, kotoran rumah tangga,
dan terutama melalui juru masak yang menjadi pembawa kuman. Kuman yang masuk
kedalam makanan cepat memperbanyak diri dan memproduksi toksin. Akibat keracunan
tergantung dari virulensi, banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak tahan panas.

Gejala
Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri dari mual
muntah, diare, sakit perut, disertai pusing dan lemas.
Pengobatan
Diberi cairan cukup secara oral atau intra vena. Jika perlu penderita dapat diberikan
pengobatan tambahan terhadap sakit perutnya dengan analgesia atau sedatif dan jika muntah
terus-menerus suntikkan anti emetik. Bilamana demam dapat dianjurkan pemberian
antibiotik.
Keracunan kerangdan ikan laut
Jarang-jarang juga terjadi kasus keracunan setelah makan kerangatau ikan laut.
Gejala
Gejala timbul 30 menit atau kurang setelah makan bahan makanan tersebut, berupa
kemerah-merahan pada muka, dada, dan lengan, gatal-gatal, urtikaria, angiodema, edema,
takikardi, palpitasi, sakit perut, diare.
Pada keadaan yang berat terdapat gangguan pernafasan.
Pengobatan
Jika penderita tidak muntah dan berak-berak dapat diberikan emetika dan obat cuci perut.
Obat-obat antihistamin dapat mengurangi penderitanya.
Keracunan insektisida
Walaupun tujuan pemakaian insektisida itu untuk membasmi berbagai macam serangga
seperti kecoa dan sebagainya, bahan-bahan kimia demikian dapat pula membunuh manusia.
7

Dengan demikian jika barang tersebut tidak disimpan di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak, maka kejadian keracunan baik melalui kontak maupun inhalasi dan minum
tidak dapat dihindarkan. Untuk menanggulangi kejadian keracunan insektisida tidak mudah
karena bahan kimia yang dipergunakan oleh tiap produsen tidak sama.
Gejala
Yang sensitif ialah sistem saraf pusat sehingga terdapat:
Tremor
Kejang
Koma
Paralisis
Tindakan
Bilas lambung untuk mengeluarkan racun yang belum diserap
Beri luminal atau diazepam
Kirim secepatnya ke rumah sakit untuk dimonitor dan pengobatan selanjutnya
Keracunan arsen
Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang yunani maupun roma untuk
pengobatan maupun sebagai racun. Pada saat ini tidak banyak obat mengandung arsen, akan
tetapi kadang-kadang dipakai pada pembuatan beberapa herbisida dan peptisida. Arsen dapat
juga ditemukan sebagai hasil sampingan dari peleburan timah, seng, dan logam lainnya.
Gejala klinis keracunan akut:
Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah timbul:
Rasa tidak enak dalam perut
bibir terasa terbakar
sukar menelan
kemudian disusul dengan;

Sakit lambung dengan muntah-muntah dan diare berat,


adakalanya terdapat pula : Oliguria sampai anuria, kejang otot dan rasa haus.

Gejala klinis keracunan kronis:


Tanda-tanda dini keracunan arsen ialah:
Otot-otot lemah
gatal-gatal
pigmentasi
keratosis kulit dan edema
Pengobatan:
a. Mencegah berlanjutnya masukan dan penyerapan arsen,
b. Infus cairan jika ada tanda-tanda renjatan hipovolemik,
8

c. Pemberian antidotum seperti dimercarpol(3 mg/kg i.m setiap 4 jam sampai sakit perut
hilang dan fesesnya hitam karena norit

Keracunan asam atau basa kuat


Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa kuat seperti kalium
hidroksida, natrium hidroksida banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah
tangga, seperti pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga,
maupun untuk memasak seperti cuka bibit.
Gejala
Zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut bahan
korosif(corrosive=memakan perlahan-lahan). Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian
tubuh yang terkena.

seperti kulit dan mata jika tersiram,


saluran pernafasan jika terhirup,
saluran pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum.
Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi yang
akan menyebabkan stiktura dan stenosis, sehingga menimbulkan kesukaran menelan.
Untuk menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan demikian tindakan cepat dan
tepat sangat penting.

Pengobatan
Pada kulit atau mata: siram sebanyak mungkin air:
Pada rongga mulut: cepat-cepat mencuci mulut dengan air sebanyak dan selama mungkin
Pada esofagusdan lambung.
a. Beri susu. Membilas lambungnya dan menyebabkan anak muntah tidak dibenarkan,
sebab dapat menyebabkan asfiksia
b. Jika terdapat renjatan, perbaiki dengan memberi infus.
c. Pemberian makanan harus parenteral. Sedapatnya kebutuhan minimal terpenuhi
Jika terdapat tanda-tanda obstruksi secepatnya dioperasi
C. PIDMIOLOGI

1. Kecelakaan (termasuk keracunan) merupakan penyebab utama kematian pada anak


yang berusia 1-4 tahun
2. Sebagian besar kasus keracunan terjadi di rumah; tempat paling sering adalah tempat
tinggal anak sendiri,dan yang kedua adalah tempat kakek nenek
3. Insiden puncak terjadi di waktu makan ahkir pekan,dan hari libur
4. Usia insiden puncak adalah antara 1 dan 3 tahun,saat seorang anak mulai mandiri dan
ingin tahu segalanya.
5. Seorang anak yang pernah mengalami periode keracunan lebih mungkin mengalami
episode kedua dari pada yang dijaga tidak terkena.
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari keracunan bergantung pada agen yg teringesti. Berikut ini adalah
beberapa contoh :
1. Mual
2. Takikardi/bradikardi
3. Salifasi
4. Pupil berdilatasi
5. Diare
6. Asidosis metabolic
7. Hipertermi/hipotermia
8. Kejang
9. Letargi
10. Mulut kering
11. Stupor
12. delirium
13. koma

E. Komplikasi
1. henti nafas
2. henti jantung
3. korosi esophagus/trakea jika substansi penyebabnya teringesti
4. syok,sindrom gawat pernafasan akut
5. edema serebral,konvulsi
F. Uji lab dan diagnostik
1. scrinning/penapisan toksikologi darah
2. scrining toksikologi urine
3. analisa gas darah
4. kadar elektrolit

10

5. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum


(termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
6. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
7. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi,
takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi
elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan
adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia,
gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.

G. Penatalaksanaan terhadap keracunansecaraumum


1)Tindakan emergensi
a. Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
b. Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernapasan tidak adekuat.
c. Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.

2) Identifikasi penyebab keracunan.


Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari
penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang
harus segera dilakukan.

3) Eliminasi racun.
1. Racun yang ditelan
11

a) Rangsang muntah
Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan bahan
beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang muntah kecuali bila bahan
beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat motilitas (memperpanjang pengosongan)
lambung. Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum
mole atau dinding belakang faring, atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan:
Sirup Ipecac. Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan. Pada anak usia 6 - 12 bulan
10 ml, 1 12 tahun 15 ml > 12 tahun 30 ml. Pemberian sirup ipecac diikuti dengan
pemberian 200 ml air putih. Bila sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada anak
diatas 1 tahun pemberian ipecac dapat diulangi.
Apomorphine. Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%, dapat
menyebabkan muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg
BB secara subkutan.

Kontraindikasi rangsang muntah:


Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandung bahan-bahan
yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandung halogenat atau
aromatik, logam berat dan pestisida.
Keracunan bahan korossif
Keracunan bahan-2 perangsang CNS (CNS stimulant, seperti strichnin)
Penderita kejang
Penderita dengan gangguan kesadaran
b) Kumbah lambung
Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan bahan
beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosongan lambung.
Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada:
Keracunan bahan korosif
12

Keracunan hidrokarbon
Kejang
c) Pemberian Norit ( activated charcoal )
Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 60 menit sesudah emesis. Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan,
diberikan per oral atau melalui pipa nasogastrik

.Indikasi pemberian norit untuk keracunan:


Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat, antiinflamasi non steroid,
morphine, propoxyphene.
Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine, chlordiazepoxide, diazepam phenytoin,
sodium valproate.
Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis, quinine, theophylline, cyclic
anti depressants Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan
alcohol.
d) Diuretika paksa ( Forced diuretic )
Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine ). Tujuan adalah
untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hati jangan sampai terjadi overload
cairan. Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa.
Kontraindikasi : edema otak dan gagal ginjal.

e) Dialysis
Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil. Bermanfaat hanya
pada bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis ( dialysa ble toxin ) seperti
phenobarbital, salisilat, theophylline, methanol, ethylene glycol dan lithium. Dialysis
dilakukan bila :
Asidosis berat
13

Gagal ginjal
Ada gejala gangguan visus
Tidak ada respon terhadap tindakan pengobatan.

f) Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang digunakan.


1. Racun yang disuntikkan atau sengatan
a) Immobilisasi
b) Pemasangan torniquet diproksimal dari suntikan
c) Berikan antidotum bila ada

2. Racun pada kulit dan mata


Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan dengan sabun dan siram dengan air
yang mengalir selama 15 menit. Jangan diberi antidotum.
3. Racun yang dihisap melalui saluran nafas
Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung gas racun. Berikan oksigen. Kalau
perlu lakukan pernafasan buatan.
4) Pengobatan Supportif
1. Pemberian cairan dan elektrolit
2. Perhatikan nutrisi penderita
3. Pengobatan simtomatik ( kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit dsb.)

HASIL YG DIHARAPKAN
1. Cedera yang dialami anak yang berhubungan dengan keracunan menjadi minimal
2. Orang tua akan mengeksperisakan rasa takut dan kehawatirannya
3. Oran tua akan memahami tingkat perkembangan anak karena berhubungan dengan
keadaan rumah yang memepengaruhi anak dan mengawasi anak dengan benar

14

Daftar pustaka

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu


Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit IDAI.
Depkes, R. I. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen
Ppm Dan Pl; 2005
Arief, dkk 2000, Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2, Medika
Aesculapius, Jakarta.
Pudijiadi, solihin. 2000. Ilmu gizi klinis pada anak Ed.4. Jakarta; Gaya
baru
Sartono, Drs. 2002. Racun dan keracunan cetakan1. Jakarta. Widya
medika.

15

Anda mungkin juga menyukai