RESPIRASI
Professional invaders: menyerang saluran nafas yang sehat (flu umum, virus influenza,
dll)
Flora Normal:
nafas bawah
Pharyngitis
Kebanyakan
oleh
virus:
Adenovirus
Bakteri:
Streptococcus
pyogenes
(grup
A-
hemolytic
streptococci).
Jarang:
Corynebacterium
diphteriae, grup C dan G
hemolitik streptococci
Candida (jamur)
Ciri: pasien demam, nyeri
tenggorok, dapat terlihat
adanya pus
Epiglotitis Akut
Emergency infektif: krn
haemophilus influenza
capsular tipe B
Skrg sudah jarang krn ada
HIB vaksin
S. pyogenes pada dewasa
Bisa disebebkan obstruksi
respirasi akut edema &
inflamasi
Gejala: nyeri tenggorok,
demam tinggi, hipersalivasi
STREPTOCOCCI
Diphteria
Penyakit krn toxin dari
Corynebacterium diphteriae
Inkubasi: 2-5 hari
Biasanya faring dan tonsil:
pseudomembran obstruksi
respirasi
Efek toksin: myocarditis,
neurophaty
Serology (Lanciefield Classification): berdasarkan antigen dinding bakteri CMORFOLOGI: gram (+), rantai/pasangan, biasanya berkapsul, non motil, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, butuh CO 2, katalase
Carbohydrate antigen
(-)
Grup A: S. pyogenes
Kebutuhan
- Anaerob (Peptostreptococcus)
- Aerob/fakultatif anaerob
GrupOksigen:
B: S. agalactiae
(streptococcus)
Grup D: Enterococcus
Grup C: S. equisimitis
Grup G-F
KLASIFIKASI
Hemolisis
Sebagian
Warna hijau sekitar
koloni
Non grup: S.
pneumonia, S. viridans
Sensitif Optochin: S.
pneumonia
Resisten Optochin: S.
dan grup D
Streptococcus pyogenes
Aderens thd sel epitel (> 10 adesi
molekul)
Invasi ke sel epitel (dibantu oleh protein
peptidase)
Hasilkan enzim dan toxin, c/ streptolisin,
streptokinase, dll
Factor virulensi:
- Protein M, F dan as.
Lipoteichoidaderens
fagositosis
- Menghasilkan enzim dan hemolysin
untuk Invasi dan destruksi seperti
Hemolisis
Sempurna
Zona bening sekitar
koloni
Grup A & B: S.
pyogenes dan S.
agalactiae
Hemolisis
Tidak lisis
Grup D:
Enterococcus spp
Streptococcus viridans
hemolytic / hemolytic, termasuk
nongrup
berkoloni di orofaring, sal. GI, sal. Urin,
permukaan kulit
produksi complex polisakarida
ekstraseluler untuk menempel di
permukaan sel host, contoh: glucan dan
dextran. Missal: pada sel endotel dan
permukaan gigi (caries gigi)
penyakit:
- SBE
- Infeksi intra abdominal
- Caries dentist
Komplikasi: penyebaran ke organ lain
sinusitis, meningitis, endocarditis
streptokinase, streptodornase,
sickle cell anemia, hiposplenisme,
hyduronidase, streptolysin
splenectomy, anak kecil, manula
- Exotoxin spt pyrogenicsebabkan
Gejala: demam, menggigil, sakit tajam
demam scarlet dan sindrom shock toxic
pada dada. Sputum coklat/darah,
Komplikasi:
emphyema (pengumpulan pus diruang
- Demam reumatik
antar paru dan permukaan dalam dinding
- Glomerulonephritis : deposisi complex,
dada (ruang pleura)
antigen streptococcus dgn antibody di
ginjal glomeruli rusak
Diagnosis Lab:
- Sputum: pewarnaan, tes quelling
Diagnosis Lab:
- Kultur sputum, aspirasi sinus/kuping
- Metode deteksi Ag: antigen
tengah di agar darah dengan CO2 5-10%
streptokokus grup A dari swab
- Identifikasi: empedu, sensitivitas optokin
tenggorok
- Deteksi Ag: kapsul polisakarida di cairan
- Serologi: titrasi ASO utk infeksi
tubuh
pernafasan, anti DNAase B, dll
- Kultur: diagar darah di udara
- Identifikasi
Morfologi
Virulensi
Pathogenesis
Corynebacterium diphteriae
Habitat: nasofaring manusia, tp bukan flora normal
Mode transmisi: Orang ke orang ( droplet, kontak langsung dengan yang terinfeksi, terkena objek langsung
Aerobic, gram(+), non kapsul, koloni abu hitam pada media tellurite, granuloma metachromatic (granula
babes-ernest)
Exotoxin
Polipeptida yang tidak tahan panas
pH alkaline 7,8-8, aerobic, kadar besi rendahesensial untuk produksi toxin
toxin hambat sinspro oleh ADP ribosilating
toxin masuk ke reseptor endositasisasidifikasi endositik vesikel memudahkan A untuk pisah dari BA masuk
ke sitoplasmadisitplasma A ganggu kerja sinsprokematian seltenggorokan sakit, bull neck, shock
tahap awal: sakit tenggorok, demam ringan, kel.leher bengkak
Diagnosis
Control
Haemophilus
Morfologi: Kecil, gram(-), pleomorfik,
kokobasil, nonmotil
Tumbuh di kultur agar coklat dan butuh
hemin exogenous dan atau NAD (V factor)
Habitat: saluran nafas atas, GI, genital
(kecuali H. ducreyi krn bukan flora
normal)
Ex:
- H. influenzae (tipe B sangat pathogen
pada manusia)
- H. ducreyi (transmisi sexual)
- H. parainfluenzae, H. aphropilus, H.
aegyptiuss (FN)
Mode infeksi:
- strain kapsul H. influenza lewat orang
ke orang (inhalasi droplet).
- Tipe B (banyak utk vaksin)
Moraxella
Morfologi: gram(-), diplokokus, biasanya
muncul dalam PMN neutrophil
Kultur M. catarrhalis di agar darah domba
dan agar coklat dengan CO2 3-7%
Mode infeksi: strain endogenous orofaring
menyebar ke daerah steril oada batang
trakeobronkial, telinga tengah, sinus
Tipe penyakit infeksius:
- Akut purulent exoserbasi bronchitis
kronik
- Sebabkan 10-15% otitis media &
sinusitis
- Jarang sebabkan infeksi sistemik
Fusobacterium
Morfologi: anaerob, tidak membentuk
spora, basil gram(-)
Infeksi pada manusia biasanya oleh F.
necrophorum subspecies furduliforme.
Tapi bisa F. nucleatum, F. gonidiaformans,
F. noviforme, F. mortiferum, F. varium
Infeksi paling banyak dikalangan dewasa
dan dewasa muda, tapi penyakit lemierre
(fatal) pada bayi dan anak kecil
Diagnosis: kultur darah anaerob
(asplenia, imunokompremise)
Kalau vaksin dari kapsul PRP(plg
virulen) saja kurang efektif
Vaksin=kapsul PRP+protein titer Ab
lbh banyak daripada kapsul PRP saja
Mycoplasma
Legionella
Morfologi:
Morfologi:
Morfologi:
- Kokobasil, gram (-), obligat aerob, nonmotil - Family: Mycoplasmataceae, organisme yg
- Family:
Legionellacpae,
batang
o
- Tumbuh pada suhu 35-37 C, fermentasi
hidup bebas terkecil
gram(-)
KH, mengoksidasi asam amino
- Tumbuh
lambat,
fakultatif
anaerob,
- Motil dengan flagella polar, obligat
- Secara
umum
positif
katalase
(B.
fastidious
aerob, facultative intrasel
pertusisvariatif)
- Membrannya mengandung kolesterol
- B. pertussis pertussis (whooping cough) - dinding sel pleumorfik, susah diwarnai
dimanusia
gram, resisten thd antibiotic aktif dinding
- B. parapertussis whooping cough ringan
sel (penisilin, sefalosporin)
- B. bronchiseptica opportunistic pada - Pd media tbtk koloni spt telur mata sapi
respiratory tract dan luka infeksi pada
dan bergranular
manusia, batuk kemel pada anjing
- B. avium coryza burung
Bordetella pertussis
Mycoplasma pneumonia
Legionella pneumophila
Fastidious (L-sistein&Fe, media: BCYE)
Sebabkan
pertussis/whooping
cough PPLO (pleuropneumoniae like organism)
pneumonia
atypical
atau Infeksi: lwt tempat air hangat (hottubes),
(parah/tidak dapat control batukyang Sebabkan
system AC, system keran
dapat menyebabkan muntah dan aspirasi/
pneumonia berjalan (gejala)
sesak nafas)
Banyak pd anak, dws muda, populasi padat Gejala: sama dengan flu berat & bisa
Transmisi: sangat menular lwt droplet
demam, menggigil, nafsumakan(-), sakit
kepala, letargi
atau sekresi respirasi. Paling menular saat PATOGENESIS
transmisi orangorang
fase catharal & 2mg setelah onset
1. Penempelan
Factor virulensi:
- P1 adesin berikatan di as. Sialik pada Factor resiko: rokok, alcohol, usia tua,
- Filamentous hemaglutinin (FHA): untuk
sel epitel host
penyakit (limfoma, pulmo, emfisema),
- Kolonisasi di sal. Nafas sessasi
nempel di epitel bersilia sal. Nafas
imunokompremis
- Fimbriae: untuk membantu pengikatan
gerakan silia
- Pertactin: untuk penempelan bakteri
- Mekanisme berhenti kontaminasi
Komplikasi:
- Pada anak: pneumonia, komplikasi
neurologis (kejang, enselopati), apnea,
kematian
- Dewasa: pneumonia, BB, hilang kendali
BAK, fraktur iga (usia lanjut)
LAB:
1. Isolasi dan kultur
- Sampel
nasofaring
posterior:
Dacron/swab alginate calcium
- Fastidious MO: butuh nutrisi yg khusus
utk tumbuh agar charcoal, bordet
gengou agar, Tegan lowe agar
2. PCR:
sensitifitas
optimumambil
sample 3mg 1
3. Ab flouresen direct: utk screening
4. Serologi: + jika igA terdeteksi dgn
whole cell B pertussis
PENCEGAHAN
1. Vaksin whole cell pertussis
- Mengandung suspense sel B pertussis
yang diinaktifasi dengan formalin
- Dikenal sbg DTwP (difteri, tetanus,
whole cell pertussis) jarang
- Efisiensi
80-90%,
perlindungan
menurun 5-10 tahun setelah booster
terakhir
- Rx local: merah, bengkak, sakit saat
penyuntikan, demam
2. Vaksin pertussis aselular
- Mengandung komponen yang aktif
(FHA, PT, pertactin, fimbriae)
- Dikenal sbg DTaP (utk anak-anak usia
6mg-6thn) atau Tdap (utk dws 1064thn)
- Efikasi 80-85%
- Rx local: <DTwP
Treatment: antibiotic
- Makrolida: eritromisin, azithromisin,
TREATMENT
- Eritromisin
Makrolida dosis
- Azithromycin
tinggi I/V
- Rifampicin
- Floroquinolon
- Terapi suportif (ventilasi, dialysis ginjal,
rehidrasi, koreksi ketidakseimbangan
elektrolit
- Mengontrol (klomasi air dgn suhu 60oC
10
-
kloritramisin
Tetrasiklin: doxyciline
Floroquinolone:
merifloxacin
levofloxacin,
SIKLUS HIDUP
EB: menginfeksi tapi
tidak bereplikasi
RB: replikasi tp tidak
menginfeksi
Chlamydophila pneumonia
Obligat intraseluler, dikenal sbg agen respiratori akut Taiwan
C. psittrasi dan C. pneumonia infeksi sal. Nafas
jarang sebabkan penyakit, tp bisa sebabkan menigoencepalitis, arthritis, myocarditis, sindrom gullain barre
tidak ada vaksin
Elementary
body (EB)
nempel di
reseptor sel
Lisis sel dan
pengeluaran
EB (48jam)
EB berubah jadi
Reticulate body
(RB) (8jam)
Infektifit
as naik
(30jam)
Lanjut
membel
RB jadi EB
lagi
(infektifitas
rendah)
RB membelah
secara biner
(12 Jam)
Histoplasmosis capsulatum
Coccidioides immitis
Blastomycosis
Pneumocystis pneumonia
sebabkan infeksi subklinik
lewat inhalasi arthrospora
karena
Blastomyces karena pneumocystis jiroveci
lewat inhalasi konidia
biasanya subklinis tapi factor
dermatitidis
(carinni)
infeksi
dimulai
di
paru
dan
pneumocystis
jiroveci
isolasi jamur/identifikasi jamur
prediposisi (lemah, krg gizi) bisa
memperparah
menyebar
utk
opportunistic pathogen yang
perlu untuk diagnosis (dari
gejala:
sakit
dada,
demam,
batuk,
menyebabkan
abses
menyerang
pasien
sample jaringan)
extensive
kanker/imunosupresan
keluar masuk gua
BB
jk tdk ditangani fatal
siklus hidup:
arthrospora bentuk hifa tubular
hifa mulai bersegmen
arthrospora misah dr hifa
bbrp bisa terbang lwt udara
11
PENYAKIT DALAM
PNEUMONIA
Definisi
Peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme: bakteri, virus, Jamur, parasite
Pneumonitis: Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh zat iritan, radiasi, bahan korosif
Faktor yang Mekanisme pertahanan paru
mempengaruhi Kolonisasi bakteri di saluran napas, saluran nafas bawah steril tdk memiliki flora normal
Pembersihan saluran napas terhadap bahan infeksius
Patogenesis Masuknya mikroorganisme ke saluran napas bawah
- Inhalasi langsung dari udara
- Aspirasi bahan-bahan di nosofaring dan orofaring, contoh: tersedak
- Perluasan langsung dari tempat-tempat lain: penyakit infeksi di organ lain
- Penyebaran hematogen
Klasifikasi,
Community Acquired Pneumonia (CAP), di masyarakat
berdasarkan
Definisi: pneumonia yang didapat diluar Rumah Sakit
Etiologi: banyak disebabkan oleh kuman gram positif. Akhir-akhir ini banyak gram negatif
tempat
Hospital Acquired pneumonia (HAP), di rumah sakit
Ventilator Associated Pneumonia (VAP), karna pemakaian ventilator
Health Care Associated Pneumonia (HCAP), missal: org yang di panti jompo
Cara
Dahak, kurang efektif karena mudah terkontaminasi oleh kuman di sal. Atas
pengambilan Darah, kalau orang bakterimia tidak akan ketemu kumannya
specimen
Cairan pleura, kadang bisa temukan kuman di pleura tp jarang
Bronkoskopi, bisa menggunakan sikatan di bronkus, bisa dengan bilasan, atau di kuras dgn BAL (bronco alveolar
lavas)
Transtorakal aspirasi: menusuk melalui dinding dada
Transtrakeal aspirasi: menusuk di trakea
Gambaran
Tanda-tanda infeksi saluran napas akut
klinis
Demam, suhu tubuh meninggi
Nyeri otot, sendi
Batuk, sputum purulen/mukoid kadang-kadang ada darah
12
Pemeriksaan
Fisik
Foto Ro
Terdapat konsolidasi
Jumlah
lekosit
meninggi
(> Procalcitonin (PCT)
C-Reactive Protein (CRP)
- PCT meningkat terutama pada
- Nilai normal CRP adalah 3
10.000/ul)
infeksi
bakterial
berat,
sepsis,
mg/L.
LED meninggi
- Kadar CRP 10 mg/L merupakan
syok
septik
dan
sindrom
Hitung jenis lekosit bergeser ke kiri
indikasi
inflamasi
yang
disfungsi
multiorgan
(MODS).
Kultur darah (+) : 20-25% penderita
- Kadar PCT > 2 ng/mL menjadi
signifikan.
Ureum meninggi, kreatinin normal
- Kadar CRP di atas 100mg/L
prediktor bakteremia, sepsis,
dapat
digunakan
untuk
syok septik dan MODS.
- PCT
sebagai
panduan
menentukan prognosis dan
pemberian antibiotik intensif
kebutuhan ventilasi mekanis
(PCT 0.25 atau 0.5 ng/L).
pada pasien pneumonia
- Menghentikan antibiotik bila
kadar PCT menurun tajam.
Perbedaan
Gambaran Klinis
Atipik (mycoplasma, legionella,
Tipik (S. pneumonia)
gambaran klinis
chlamydia)
Onset
Gradual(bertahap)
Akut
pneumonia
Kurang tinggi
Tinggi, mengigil
atipik dan tipik Suhu
Batuk
Non produktif
Produktif
Dahak
Mukoid
Purulent(ada pus)
Gejala lain
Nyeri
kepala,
myalgia,
sakit
Jarang
tenggorokan
Gejala diluar paru
Sering
Lebih jarang
LAB
13
Penilaian berat
penyakit
Kokus (+)/(-)
Konsolidasi lobar
Kadang lebih tinggi
Jarang
CURB 65
C: Confusion yaitu tingkat kesadaran ditentukan berdasarkan
uji mental
U: Urea
R: Respiratory rate atau frekuensi napas
B: Blood pressure atau tekanan darah
65: Umur 65 tahun
Confusion
Uji mental nilai 8 skor 1
Uji mental > nilai 8 skor 0
Urea
Urea > 19 mg/dL skor 1
Urea < 19 mg/dL skor 0
Respiratory Rate (RR)
RR > 30x/menit skor 1
RR < 30x/menit skor 0
Blood pressure (BP)
BP < 90/60 mmHg skor 1
BP > 90/60 mmHg skor 0
Umur
Umur > 65 tahun skor 1
Umur < 65 tahun skor 0
Skor 0 1
: risiko kematian rendah, pasien dapat
berobat jalan
Skor 2
:
risiko
kematian
sedang,
dapat
dipertimbangkan untuk dirawat
Skor > 3
: risiko kematian tinggi, harus ditatalaksana
sebagai pneumonia berat
Skor 4 atau 5 : harus dipertimbangkan perawatan intensif.
14
Kriteria Rawat
di ICU
1 atau 2 gejala
mayor dan 2
dari 3 gejala
minor
Penatalaksanaa
Indikasi rawat:
Skor 70 bila salah satu dari :
Frekuensi napas > 30/ menit
PaO2/FiO2 < 250 mmHg
Foto toraks kelainan bilateral
Foto toraks melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHG
Tekanan diastolik > 60 mmHg
Pneumonia NAPZA
Kriteria Minor
Kriteria Mayor
b
Frekuensi napas > 30/menit
Membutuhkan ventilasi mekanis
PaO2/FiO2 b < 250 mmHg
Syok
septik
yang
membutuhkan
vasopresor
Foto toraks menunjukkan infiltrat multilobus
(meningkatkan tekanan darah)
Kesadaran menurun/disorientasi
Uremia (BUN > 20 mg/dl)
Leukopeniac (leukosit < 4000 sel/mm3)
Trombositopenia (trombosit < 100.000 sel/mm3)
Hipotermia (suhu < 360C)
Hipotensi yang memerlukan resusitasi cairan
agresif
Pasien Rawat jalan
Pasien Rawat Inap
Pasien Rawat ICU
Pengobatan
suportif
/ Pengobatan suportif / simptomatik Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemberian terapi oksigen
simptomatik
- Pemasangan
infus
untuk
- Pemasangan
infus
untuk
- Istirahat di tempat tidur
- Minum
secukupnya
untuk
rehidrasi dan koreksi kalori dan
rehidrasi dan koreksi kalori dan
mengatasi dehidrasi
elektrolit
elektrolit
- Bila
panas
tinggi
perlu
- Pemberian obat simptomatik
- Pemberian obat simptomatik
15
Bila
ada indikasi pasien dipasang
mukolitik dan ekspektoran
Terapi Empirik
Pemberian
antibiotik harus
ventilasi mekanis
- Fluorokuinolon
respirasi
diberikan sesegera mungkin
levofloksasin
750
mg, Terapi Empirik
- Tidak ada faktor risiko infeksi
Terapi Empirik
moksifloksasin 400 mg)
- Pasien tanpa faktor modifikasi
pseudomonas:
- laktam ditambah makrolid
laktam
(sefotaksim,
(belum mendapatkan antibiotic
sebelumnya):
seftriakson atau ampisilin
Golongan laktam
sulbaktam)
laktam ditambah anti
Ditambah
Makrolid
baru
laktamase
atau Fluorokuinolon respirasi
Makrolid
baru
intravena (IV)
Bila
ada faktor risiko infeksi
(klaritromisin, azitromisin)
pseudomonas:
- Pasien
dengan
faktor
Antipneumokokal,
modifikasi:
Fluorokuinolon
antipseudomonas laktam
Golongan
laktam
(piperacilin-tazobaktam,
sefepime, imipenem atau
ditambah anti laktamase
meropenem)
ditambah
laktam
ditambah
levofloksasin 750 mg ATAU
makrolid
laktam seperti tersebut di
atas ditambah aminoglikosida
dan azitromisin ATAU
laktam seperti tersebut di
atas ditambah aminoglikosida
dan
antipneumokokal
fluorokuinolon (untuk pasien
yang alergi penisilin, laktam
daiganti dengan aztreonam)
Bila curiga ada infeksi MRSA
(metysilin
resisten
staphilococus)
tambahkan
vankomisin atau linezolid
Terapi Empirik Pneumonia
Terapi Sulih (pengganti)
Indikasi :
Atipik
16
levofloksasin, moksifloksasin
Jenis-jenis
- Sequential (obat sama, potensi sama)
- Switch over (obat berbeda, potensi sama)
- Step down (obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah)
17
BRONKITIS AKUT
Definisi: Infeksi purulen trakea dan bronkus sebagai komplikasi infeksi saluran napas oleh virus. Perbedaan dengan kronik: bukan
karena infeksi
Etiologi
Gejala klinis
Gambaran klinis
Diagnosis
Pengobatan
Komplikasi
banding
Pneumococc
Biasanya
Batuk kering
Karsinoma
Antitusif
Pneumonia
us
didahului
ISNA
bronkus
Nyeri
Antipiretik
Pleuritis
beberapa
hari
Haemophilu
TB paru
restrostenal
Antibiotik
Efusi pleura empiema
Demam,
s influenza
Sesak napas
Bronkodilato Sinusitis
menggigil, nyeri
Staphylococ
Mengi
r,
bila
ada Hemoptisis
tenggorok, nyeri
cus pyogenes
bronkospasme
Demam
Abses otak
otot, nyeri sendi
Bila perlu
Gejala: ringan
Batuk,
berikan steroid
sampai berat
sputum mukoid /
Gejala berat
purulen kadangpada orang muda
kadang berdarah
dan orang tua
Sesak napas
Radiologis
Normal
Corakanbronk
ovaskular kasar
Definisi
Faktor resiko
Diagnosis
PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) penyakit kronik saluran napas yang dapat dicegah dan diobati
Ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel dan bersifat progresif yang berhubungan
dengan inflamasi ronik sebagai respons tehadap partikel atau gas yang berbahaya
Eksaserbasi dan ko-morbiditas berkontribusi terhadap beratnya penyakit
Pajanan (Exposures)
Faktor Host
- Kebiasaan merokok
- Gen
- Debu & bahan kimia dari lingkungan kerja
Defisiensi 1 antitripsin
- Polusi udara
18
Hyperinflas
ion
Sprirometri
19
PATOFISIOLOGI
Tripsin:
menghancurkan polutan.
DEFINISI
TB
meningkatkan
kejadian
penyakit HIV
DIAGNOSIS
Tidak dapat
TB
mengacu pada gejala umum Batuk bukan merupakan gejala Lebih banyak TB ekstra
umum
paru dan diseminasi
20
Demam dan berat badan merupakan gejala Banyak variasi pada gambaran Diagnosis
yg penting
foto toraks
lbh luas
diferensial
FOTO RO
CD4 :
50
ALUR DIAGNOSIS
Hasil klinis/Foto
RO MENGARAH
TB
Biakan negative
Biakan
BUKAN
PERTIBANGKAN
DIAGNOSIS LAIN
TB
PERBAIKAN
ULANG EVALUASI
KLINIS
FOTO RO
BIAKAN DAHAK
Hasil klinis/Foto
RO TIDAK
MENGARAH TB
Biakan negative
OAT
BUKAN
BUKA
N TB
Hasil klinis/Foto
RO MENGARAH
TB
Biakan
TB
OBATI
21
ETIOLOGI
GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS
EPIGLOTITIS
CROUP (LARINGOTRAKEOBRONKITIS AKUT)
Infeksi sangat serius epiglotis & struktur Penyakit yang mengenai laring, infra/subglotis, trakea,
supraglotis menyebabkan obstruksi napas akut
bronchus
Karakteristik :
kematian
Insidens : usia 2-7 tahun, puncak usia 3,5 tahun
batuk menggonggong
suara serak
stridor inspirasi
dengan atau tanpa obstruksi jalan napas (obstruksi
perlahan)
Haemophilus influenzae tipe B (terbanyak)
Human parainfluenzae virus (HPIV) 1-4 (60%)
S.aureus
Virus Influensa A & B
S.pneumonia
Adenovirus
C.albicans
RSV
Virus
Virus campak
Trauma
Demam ringan mendadak & berat
Demam tidak tinggi 12 72 jam, hidung berair, nyeri
Nyeri tenggorok
menelan, batuk ringan
Batuk nyaring, suara parau dan kasar
Sesak napas
Gejala obstruksi sal.respiratori progresif (dalam Sesak,stridor inspirasi, retraksi, gelisah, bertambah berat
pada malam hari
bbrp jam dapat menjadi obstruksi total)
Pada anak besar : sniffing position (badan bungkuk Gejala puncak 24 48 jam pertama
Perbaikan : 1 minggu
ke depan, mulut terbuka & leher ekstensi)
Epiglotis besar, bengkak, warna merah ceri terlihat PEMBAGIAN
VIRAL CROUP
dengan pemeriksaan langsung atau dg laringoskop
- gejala prodromal infeksi respiratori selama 3-5 hari
(hati2 menggunakan krn bisa menyebabkan laring
SPASMODIC CROUP
spasme)
- terdapat faktor atopi
Radiologis : gambaran thumb sign
- tanpa gejala prodromal
- tiba-tiba obstruksi, biasa menjelang malam
- serangan sebentar normal kembali
BERDASARKAN DERAJAT KEGAWATAN
RINGAN
SEDANG
BERAT
GAGAL
22
ringan
dinding
dada
Jangan
periksa
dengan
spatula
karena
menyebabkan laringospasme & obstruksi total
akut, aspirasi sekret, henti kardiorespirasi
batuk
menggongg
ong sering
timbul
stridor (+)
retraksi
dinding
dada sedikit
tidak ada
gawat
napas
gejala
ditambah
dg stridor
ekspirasi
retraksi
dinding
dada
tidak ada
gawat
napas
NAFAS
batuk tidak
jelas
stridor
gangguan
kesadaran,
letargi
KARAKTERISTIK
VIRAL CROUP
SPASMODIC
CROUP
USIA
6 bl 6 th
6 bln-6 thn
G. PRODROMAL
Ada
Tidak jelas
STRIDOR
Ada
Ada
BATUK
Sepanjang waktu
Terutama malam
hari
DEMAM
Ada (tinggi)
LAMA SAKIT
2-7 hari
2-4 jam
RW KELUARGA
Tidak ada
Ada
PREDISP. ASMA
Tidak ada
Khas
LABORATORIUM :
Tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan dengan gejala
23
klinis
RADIOLOGIS :
Gambaran steeple sign (seperti menara) penyempitan
columna subglotis
TATALAKSANA
DIAGNOSIS
BANDING
Indikasi rawat :
- usia < 6 bulan
- stridor progresif
- stridor pada saat
istirahat
- gejala gawat napas
- hipoksemia
- gelisah, sianosis
- gangguan kesadaran
- demam tinggi, tampak
toksik
- tidak respons terhadap
terapi
Inhalasi
- Racemic epineprin
nebulisasi 20 menit
- L-epineprin
Kortikosteroid
mengurangi edema
Intubasi endotrakeal
Antibiotika
- bila ada infeksi
sekunder oleh bakteri
- Sefalosporin generasi
II atau III
KARAKTERISTIK
EPIGLOTITIS
CROUP
USIA
Semua usia
6 bln-6 thn
AWITAN
Mendadak
Perlahan
LOKASI
Supraglotis
Subglotis
SUHU TUBUH
Demam tinggi
DISFAGIA (sulit
menelan)
Berat
Ringan / (-)
24
Ada
Ada
DROOLING
Ada
Ada
BATUK
Jarang
Khas
RONTGEN
Thumb sign
Steeple sign
BRONKITIS AKUT
BRONKIOLITIS
DEFINISI
Infeksi mengenai trakea, bronkus utama & menengah Penyakit IRA bawah yang ditandai dengan inflamasi pada
yang menimbulkan gejala batuk
bronkiolus
Dapat membaik tanpa terapi selama 2 minggu
Paling sering usia 2-24 bulan puncak usia 2-8 bulan
Faktor predisposisi :
- strain virus
- tempat penitipan anak
ETIOLOGI
Virus (terbanyak)
M pneumoniae
RSV (95%)
Rhinovirus
Bordetella pertusis Adenovirus
RSV
C. diptheriae
Virus influenza
Virus influenza
Virus Parainfluenza
Adenovirus
Rhinovirus
Virus rubeola
Mikoplasma
Paramyxovirus
Zat iritan
GEJALA KLINIS
BRONKITIS
AKUT BRONKITIS
AKUT Gejala awal seperti IRA atas akibat virus seperti : pilek
VIRUS
BAKTERI
ringan, batuk, demam
Disertai
rinitis
dan Lebih jarang
1-2 hari kemudian batuk disertai sesak napas
faringitis
Etiologi : S aureus, S Dapat ditemukan wheezing (bedakan dengan ASMA),
Batuk muncul 3-4 hari
pneumoniae,
H
sianosis, merintih (grunting), napas berbunyi, muntah
setelah rinitis
influenzae,
M
setelah batuk, rewel, penurunan napsu makan
Auskultasi dada tidak
pneumoniae
khas, bisa terdapat Gejala batuk
PEMERIKSAAN FISIK:
ronki dan wheezing
Laboratorium
terdapat Takipnea, takikardi
Gambaran
radiologis
infiltrasi
limfosit
dan Suhu > 38,50C
normal atau corakan
leukosit PMN
Konjungtivitis ringan
bronkial meningkat
Diagnosis pasti ; kultur Faringitis
Gejala hilang 10 14
sekresi mucus
Obstruksi sal.napas bawah akibat respons inflamasi
25
hari
TATALAKSANA
Terapi suportif
Dapat
sembuh
tanpa terapi
Antibiotika : bila
ada infeksi sekunder
oleh bakteri
Obat
penekan
batuk tidak perlu
DEFINISI
ETIOLOGI
PATOLOGI
GEJALA KLINIS
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEDOMAN
DIAGNOSIS WHO
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Pem darah rutin kurang bermakna(hasil normal)
Foto rontgen toraks ; gambaran hiperinflasi dan infiltrat,
dapat ditemukan gambaran atelectasis
Terapi suportif : pemberian oksigen, kecukupan cairan,
tunjangangan respirasi bila perlu (ventilator, dll)
Bronkodilator : masih kontroversi, kombinasi adrenergik
dan agonis adrenergik
Kortikosteroid
Ribavirin
PNEUMONIA
Merupakan inflamasi yang mengenai parenkim paru
Neonatus & bayi kecil : Step grup B, E coli, psudomonas, Klebsiella
Bayi besar dan balita : S pneumoniae, H influenzae tipe B, S aureus
Anak besar dan remaja : bisa juga ditemukan M pneumoniae
STADIUM HEPATISASI MERAH: konsolidasi jaringan paru serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema,
kuman di alveoli
STADIUM HEPATISASI KELABU: terjadi fagositosis cepat oleh lekosit PMN
STADIUM RESOLUSI: Degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang
Gejala infeksi umum : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, mual muntah, diare
Gejala gangguan respiratori : batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air
hunger, merintih, sianosis
Darah perifer lengkap : leukositosis predominan PMN
CRP (+)
Uji serologis tidak rutin dilakukan
Pemeriksaan mikrobiologis dilakukan pada pneumonia berat
Toraks foto : bercak infiltrate
BAYI <2 BULAN:
BAYI DAN ANAK 2 BULAN-5TAHUN
PEUMONIA
PEUMONIA BERAT
- napas cepat >60x/menit atau sesak napas
- sesak napas
26
TATALAKSANA
ETIOLOGI
PENULARAN
GEJALA KLINIS
27
Faringitis
Batuk kering, sesak napas
Virus A/H7N7 gejala utamanya konjungtivitis dan atau penyakit serupa influenza
Virus A/H5N1 bermanifestasi sebagai pneumonia berat yang sering mengalami perburukan menjadi ARDS
(Acute Respiratory distress syndrome)
- Waktu dari awitan gejala hingga mencari pertolongan rerata 4 hari
KASUS SUSPEK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATALAKSANA
KASUS PROBABEL
KASUS TERKONFIRM
Bukti
pneumonia
pada
berikut positif :
Isolasi virus A/H5N1
1 pajanan berikut dalam 7 hari
gambaran foto toraks (kalau
sebelum timbulnya gejala :
pneumoni dalam bbrp minggu,
Positif untuk H5 deng
Kontak dekat dengan penderita
kalau flu burung baru demam 3
Peningkatan 4 ka
probabel atau terkonfirmasi
hari, infiltrate penuh dikedua
netralisasi dibanding
lapang paru) dan bukti gagal
Pajanan dengan unggas yang
fase akut dan fase
napas
dicurigai dlm wilayah
minimal 1 :80
Memakan produk unggas yang
28
ETIOLOGI
PATOGENESIS
DIPHTERI
PERTUSIS
Corynebacterium diphteriae
Bordetella pertussis, Bordetella parapertussis
Bakteria aerob, tak berkapsul, tidak membentuk Gram negatif, coccobacilli,aerob
spora,
sebagian besar tidak motile, pleomorfik, gram
poisitif
C diphteriae toksigenik maupun non toksigenik
dapat menginfeksi kulit dan mukosa dan kadang
organ lain setelah terjadi bakteriemia.
Bakteri hidup pada permukaan kulit atau selaput
mukosa saluran napas, menyebabkan reaksi
inflamasi lokal.
Memproduksi eksotoksin polipeptida 62 kD yang
dapat
menghambat
sintesis
protein
dan
menyebabkan nekrosis jaringan.
Membentukl koagulum terdiri atas bakteri mati, sel
epitel, fibrin, leukosit, eritrosit, yang semakin tebal
sehingga
terbentuk pseudomembran berwarna
coklat kelabu yang melekat ke jaringan di
bawahnya.
DEFINISI KLINIS:
Paralisis palatum molle dan hipofaring.
Batuk 14 hari atau lebih, dengan paling sedikit
Absorpsi toksin dapat menyebabkan nekrosis tubuli
satu gejala: paroksism, whoop, atau muntah
ginjal,
trombositopenia,
kardiomiopati
dan
setelah batuk.
demyelinisasi serabut saraf
Kardiomiopati dan demyelinisasi serabut saraf
29
MANIFESTASI
KLINIS
30
31
DIAGNOSIS
NEUROPATI TOKSIK
Komplikasi neurologis paralel dengan luasnya
infeksi dengan onset yang multifasik.
2-3 minggu setelah onset (kadang terjadi akut)
terjadi hipestesia dan paralisis lokal palatum
molle,
diikuti
kelemahan
nervi
facialis,
pharyngeal
posterior
dan
laryngeus,
menyebabkan suara sengau, sulit menelan, dan
risiko kematian karena aspirasi.
Neuropati kranial biasanya terjadi pada minggu
ke 5, terjadi paralisis nervi oculomotorius dan
ciliaris yang menyebabkan strabismus dan
gangguan akomodasi.
Onset polineuropati simetris terjadi 10 hari - 3
bulan
setelah
onset
infeksi
orofaring.
Menyebabkan
deficit
neurologis
dengan
hilangnya refleks tendon dalam.
Terjadi kelemahan otot mulai dari distal berjalan
ke proksimal (lebih sering) atau sebaliknya.
Dapat disertai paralisis diafragma. Dapat terjadi
kepulihan spontan.
Temuan cairan serebrospinal mirip dengan
sindroma Guillan-Barre.
Disfungsi pusat vasomotor jarang terjadi dan
dapat menyebabkan hipotensi atau gagal
jantung. Umumnya terjadi 2-3 minggu setelah
onset penyakit.
Gejala klinis:
Kultur dengan sampel hasil swab lesi. Sebagian kecil
membran harus diambil dengan eksudat di Batuk tanpa demam, maleise atau mialgia, eksantema
atau enantema, nyeri tenggorokan, serak, takipnea,
bawahnya.
mengi atau ronchi.
C. diphteriae tahan pengeringan. Sampel dapat
Pada
bayi yang menderita pertussis, pemeriksaan fisik
dikirim dari tempat jauh untuk dikultur.
diantara
serangan
batuk
termasuk
frekuensi
Harus dilakukan uji sensitivitas terhadap antibiotika
respirasiumumnya
normal,
kecuali
ada
pneumonia
dan penentuan toksisitas.
sekunder.
LAB
32
TERAPI
33
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
Sumbatan
jalan
napas
oleh
edema
pseudomembran.
Pemberian kortikosteroid untuk miokarditis
neuritis
tidak bermanfaat.
Tergantung virulensi organisme (subspecies gravis Lebih buruk pada bayi < 6 bulan karena sering terjadi
paling virulen).
komplikasi
Case
fatality
rate
untuk
diphteria
traktus
respiratorius
adalah 10%.
Obstruksi jalan napas dan miokarditis merupakan
penyebab kematian yang paling sering.
KONTAK ASIMPTOMATIK (sudah kontak tp blm timbul
gejala)
- Profilaksis:
erythromycin po selama 7-14 hari
benzathine penicillin im 600.000 U
(<30 kg) 1.200.000 U (>30 kg)
- Vaksinasi DT: bila belum mendapat booster 5
thn terakhir/
mendapat <3x vaksinasi dengan
diphteria
toxoid/anak
yg
blm
mendapat
vaksinasi dg
diphteria toxoid ke 4
- Monitor munculnya gejala dalam 7 hari masa
inkubasi
- Kultur swab hidung, faring, lesi kulit.
KARIER ASIMPTOMATIK
- Antibiotika profilaksis 7-10 hari
- DT (bila belum diberikan booster 1 tahun
terakhir)
- Isolasi (respirasi atau kontak) sampai 2 x
kultur negative berturut dalam jangka waktu
24 jam
34
-
DEFINISI
ETIOLOGI
PENYEBARAN
PATOGENESIS
ALVEOLI
menyeb
ar
Makrofa
Destruk
REPLIKASI
Lymphangi
HEMATOGENIC
Lymphadeni
35
C/ TB milier
KENAPA ANAK TIDAK BATUK karena alveolus TIDAK
UJI TUBERKULIN
(rx hipersensitifitas
tipe lambat)
1. Infeksi TB:
Tidak ada infeksi TB
infeksi tanpa sakit /
Anergi
infeksi TB laten
Dalam masa inkubasi
infeksi DAN sakit
sakit, pasca terapi
MEMPUNYAI REFLEK
BATUK beda dgn bronkus.
2. Imunisasi BCG
3. Infeksi Mycobacterium
atypic
PPD S
Strength
PPD RT23
Seibert
first
1 TU
1 TU
5-10 TU
2-5 TU
(+)
(-)
intermediate
(standard dose)
second
250 TU
100 TU
Diameter indurasi :
0 - 5 mm : negatif
5 - 9 mm : meragukan, ulang 2 mg
> 10 mm : positif
> 15 mm : positif pd balita dg BCG (+)
KLASIFIKASI
Kelas
Kontak
Infeksi
Sakit
Tatalaks
ana
proph I
proph II?
Terapi
Pleuritis TB
TB paru progresif: pneumonia, TB
endobronkial
Ekstra paru:
Kelenjar limfe
Otak dan selaput otak
36
TATALAKSANA
Evaluasi klinis :
Panambahan BB
DOSIS OBAT TB:
Perbaikan nafsu makan
Hilang/membaiknya gejala klinis (demam, batuk, dll)
2RHZ(1xhari)
Tidak perlu mantoux test, cukup foto ro
+4RH(3x1minggu)
Pemeriksaan penunjang :
Foto toraks : 2 / 6 bl
Darah : LED
Tuberculin test : SEKALI(+) SELAMANYA (+)
PRIMER
SEKUNDER
Mencegah infeksi TB pd TB kelas I
Untuk mencegah sakit TB pada TB kelas 2
Paparan (+), infeksi (-) uji tuberkulin (-)
(paparan (+), infeksi (+), sakit (-)
Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hr
Anak dg konversi uji tuberkulin
Sumber penularan harus diterapi
Populasi beresiko
Paling sedikit 3 bulan
Kurang 5 th, pubertas
Ulang uji tuberkulin:
Penggunaan steroid jangka panjang
negatif: berhasil, stop INH
Keganasan
positif: gagal, TB kelas 2 lanjutkan dg
Infeksi tertentu: morbili, pertusis
profilaksis sekunder
Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hr
Selama: 6-12 bulan
PROFILAKSIS
37
38
DEFINISI
ASMA ANAK
KNAA: diduga asma bila: batuk dan atau mengi bersifat episodik, nokturnal, reversibel, musiman, aktifitas,
atopi(+)
Serangan asma: Episode perburukan yang progresif dari gejala.
39
PATOFISIOLOGI
(nelson)
Kontak
allergen
(debu, virus,
Merangsang sel
mast sintesis
mediator kimia
6-8jam
Respon imun
Hiperresponsif jalan
Respon imun
Kromolin/nedokro
bronkokonstrik
Obstruksi jalan
Atelektak
Ketidakseimban
gan ventilasi
dan perfusi
Hipoksi
Menggangu
perubahan asam
basa menjadi H2O
dan CO2
hiperinfl
Hipoventil
asi
kelenturan
karena
kerja
Tekanan
intrapulomo
ner
pneumothor
Hiperkapn
Asam
karbonat
Mencederai
sel alveolar
KLASIFIKASI
PARAMETER
Surfaktan
RINGAN
Mengganggu
aliran balik
vena, <<
curah
jantung
Pulsus
paradoksu
s
Asidosis
VASOKONTRIK
Tekanan
intrathorax
Asidosis
respiratori
k
SEDANG
BERAT
ANCAMAN GGL
NAFAS
40
Berjalan(menangis
keras)
Kalimat
Bisa baring
Berbicara(menangisl
emah)
Penggalan kalimat.
Lebih suka duduk
Kesadaran
Sianosis
Mengi
Mungkin teragitasi
Tidak ada
Sedang, akhir eksp.
Biasanya teragitasi
Tidak ada
Nyaring, eksp. +
insp.
Sedang
Biasanya ya
Sedang, +
ret.sup.stern
Takipnu
Takikardi
Ada 10-20 mmHg
Sesak napas
Otot bantu napas
Retraksi
PENATALAKSANAA
N
Istirahat(berhentim
akan)
Kata-kata
Duduk ber-topang
lgn.
Biasanya teragitasi
Ada
Terdengar tanpa
steto.
Berat
Ya
Dalam, +
nps.cpg.hdg
Takipnu
Takikardi
Ada >20 mmHg
Bingung
Sulit / tidak
terdengar
Minimal
Biasanya tidak
Gerakan paradok
Dangkal, ret.
Dangkal / hilang
interkostal
Laju napas
Takipnu
Menurun
Laju nadi
Normal
Bradikardi
Pulsus
Tidak ada (<10
Tidak ada (Otot
paradoksus
mmHg)
lelah)
PEF / FEV1
(% nilaiduga
/ % nilai terbaik)
-pra b.dilat.
>60%
40-60%
<40%
-pasca b.dil
>80%
60-80%
<60%
SaO2
>95%
91-95%
<90%
PaO2
Normal
>60 mmHg
<60 mmHg
PaCO2
<45 mmHg
<45 mmHg
>45 mmHg
`TUJUAN TATALAKSANA UMUM:
TUJUAN TATALAKSANA SERANGAN:
Menghilangkan dan mengendalikan asma
meredakan
penyempitan
jalan
napas
secepatnya
Mencegah serangan akut
mengurangi hipoksemia
Meningkatkan fungsi paru dan mencegah
mengembalikan faal paru normal secepatnya
gangguan menetap
Melakukan aktivitas secara normal
reevaluasi
tatalaksana
untuk
mencegah
kekambuhan
Meminimalisasi penggunaan obat
Menghindari efek samping obat
Mencegah kematian
Nilai prediksi derajat serangan
Nebulisasi -agonis, selang 20 menit
Nebulisasi ketiga: tambahkan antikolinergik
Serangan berat: langsung tambah antikolinergik
41
IGD
Nilai derajat
TATALAKSANA AWAL: nebulisasi -agonis 3x, selang 20 menit. Nebulisasi ke 3
Bila belum ada alatnya, nebulisasi awal dapat diganti dgn adrenalin sk. 0,01 ml/kgBB/kali, maksimal 0,3
ml/kali.
Untuk serangan sedang dan terutama berat, O2 2-4L/mnt diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi
Parameter
klinis,
kebutuhan obat
dan faal paru
Asma episodik
jarang
Asma episodik
sering
Asma persisten
42
< 1x/bulan
> 1x/bulan
Lama serangan
< 1 minggu
1 minggu
Intensitas
serangan
Biasanya ringan
Biasanya sedang
Biasanya berat
Di antara
serangan
Tanpa gejala
Sering terganggu
Sangat terganggu
Pemeriksaan fisis
diluar serangan
Normal (tidak
ditemukan
kelainan)
Mungkin
terganggu
(ditemukan
kelainan)
Tidak perlu
Perlu
PEF/FEV1 60-80%
Obat pengendali
(anti inflamasi)
Uji faal paru
(di luar serangan)
Variabilitas faal
paru (bila ada
serangan)
Sering
Hampir
sepanjang tahun,
tidak ada remisi
Tidak pernah
normal
Perlu
PEF/FEV1 < 60%
Variabilitas 2030%
Variabilitas >
15%
Variabilitas >
30%
Variabilitas >
50%
43
OBAT ASMA
ADRENERGIK
XANTIN
1. EPINEFRIN
Efek bronkodilatasi bekerja melalui
Sangat
bermanfaat
untuk
status penghambatan fosfodiesterase
1. TEOFILIN
asmatikus dan asma akut
Farmakologi:
F.kinetik:
Abs
cepat:
oral,
- mempunyai
aktifitas
terhadap
parenteral, rektal
reseptor
,
1
dan
2
dosis
jd separuh
Aritmia
Efeksamping
Angina pectoris
Sakit kepala, gugup,
Indikasi
mual,
muntah,
nyeri
- Bronkospasme
epigastrium
- Shock anafilaktik
IV: aritmia, hipotensi,
- Vasokonstriksi local
- Henti jantung
henti jantung
2. EFEDRIN
Anak: perangsang ssp,
Masih banyak dipakai karena murah
diuresis
Interaksi
obat:
met
pd
dan dapat per oral
F. kinetic:
pemberian
bersama
- Merupakan adrenergic yang bekerja
PENGHAMBAT MEDIATOR
BRONKOKONSTRIKSI
1. KORTIKOSTEROID
Merupakan anti asma yang kuat, sangat
bermanfaat pada status asmatikus dan
asma berat
Merupakan obat dan pencegahan asma
Menghambat proses radang di sal nafas
Penggunaan dibatasi oleh efek samping
sistemik
Penghentian harus bertahap (tapering off)
Berikan pagi hari, agar tdk mempengaruhi
aksis hipofisis adrenal
Efeksamping:
Penghentian
tiba-tiba:
insuf
adrenal, gejala mirip reaktivasi artitis
rematoid
Penggunaan jangka panjang:
SINDROMA
CUSHING:
moon
face,
miopati,
osteoporosis,
hipertensi, gangguan met. KH
dan lipid
Resiko infeksi
Hambatan pertumbuhan
KORTIKOSTEROID
SELEKTIF
BEKLOMETASON AEROSOL
Bekerja local pada mukosa sal nafas utk
mengurangi inflamasi
Tersedia aerosol inhalasi dgn dosis terukur
Digunakan
sebagai
substitusi
kortikosteroid oral pada ketergantungan
steroid
Abs sistemik kecil dan met cepat. Tdk
berefek pada asksis hipotalamus hipofisis
adrenal
44
tdk lsg
barbiturate,
feniroin,
dan
Efeksamping:
Efek mirip epinefrin tp lebih lambat
perokok
Efek iritasi: suara parau, sakit
dan lama (10x epi), efek sentral lbh
tenggorokan, mulut kering
kuat
Infeksi candida pada orofaring dan
2. AMINOFILIN
- Efek bronkodilator <epi
laring
Teofilin dalam bentuk garam
- Stimulan ringan
Indikasi:
asma bronkial, copd
Berisi
80%
teofilin,
bila
- Absorbs peroral baik
diberikan dlm btk aminofilin 2. NATRIUM KROMOLIN
- Dapat melawati BBB
Bekerja menghambat degranulasi sel
dosis naik 20%
Efek samping:
mastosit dan pengelepasan histamine dan
Indikasi: asma bronkial, copd
- Takikardi, sakit kepala, tremor, rasa
SRSA
melayang
Tidak
mempunyai
efek
adrenergic,
- TD
bronkodilator,
antiinflamasi
maupun
Indikasi: asma bronkial, COPD
antihistamin
Kontraindikasi:
Hanya digunakan sbg pencegahan
Hipertensi
Manfaat besar pd anak
Penyakit jantung
Efek
samping:
alergi,
dermatitis
makulopapular, gastroenteritis
3. ISOPROTERENOL
-
Nama
lain:
isopropilnorepinefrin
isoprenalin
Farmakologi:
Merupakan agonis paling kuat
Efek thd reseptor hampir tidak
ada
Bronkodilatasi melalu reseptor
2
Selain
bronkodilatasi
juga
mencegah pengelepasan histamine
dan mediator lain
Mula kerjanya cepat tapi lama
kerjanya pendek (1-2jam)
Dipakai scr inhalasi
Indikasi: asma bronkial, copd
Kontraindikasi: penyakit jantung
4. AGONIS 2 SELEKTIF
Salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan
ritodrin
3. KETOTIFEN
Menghambat pengelepasan histamine dan
juga bersifat anti histamine
Digunakan sbg pencegahan
Abs sal cerna. Eks urin dan tinja
Efek samping: sama spt AH-I
4. ANTIKOLINERGIK
IPRATROPIUM
Meniadakan efek bronkokonstriksi dari
perangsangan kolinergik
Oral butuh dosis besar timbul ES
Pemakaian bentuk aerosol
Efek samping: mulut kering, susah BAK,
palpitasi, mata kabur
5. ANTIHISTAMIN
Yang digunakan AH-I
Mekanisme kerja: hambat R. H-I
45
Farmakologi:
- Dosis kecil: mempengaruhi R. 2.
Dosis besar: R. 1 juga
- Perangsangan 2bronkodilatasi
- Selektivitas obat tdk sama, mis:
salbutamol> metaproterenol
Efeksamping: mual muntah, takikardi,
palpitasi, hipertensi, disritmia, sakit
kepala, tremor
Indikasi: asmabronkial, copd
Efek:
- Menghambat bronkokonstriksi oleh
histamine
- Menghambat sekresi kelenjar bronkus
Ada 7 gol AH-I
Sedatif dan non sedative
Efek samping:
Sedasi
Vertigo, tinnitus,lelah, inkoordinasi,
insomnia, tremor
Mulut kering, dysuria
Gangguang
sal
cerna:
mual,
muntah, nyeri epigastrium
OBAT BATUK
Batuk adalah Mekanisme fisiologis utk membersihkan dan melindungi sal napas dari sekret, benda asing,
Mek batuk : rangsangan r/ di mukosa sal napas serat aferen medula oblongata serat eferen
Batuk Ada 2 Jenis : Produktif ( Berdahak ) Dan Non Produktif ( Kering )
ANTITUSIF
EKSPEKTORAN
MUKOLITIK
Mek.kerja : Meningkatkan ambang Obat yg merangsang
Mek Kerja: Mengencerkan sekret
rangsang batuk
pengeluaran dahak
sal
napas
dgn
memecah
mukoprotein
dan
Ada 2 jenis : Bekerja sentral
Mek kerja : Merangsang mukosa mukopolisakarida.
( narkotik dan non narkotik ) dan
lambung N. vagus sekresi
Bekerja perifer
kel sal napas , dahak mudah
dikeluarkan
1. AMONIUM KLORIDA
1. BROMHEKSIN
BEKERJA SENTRAL
A. ANTITUSSIF NARKOTIK
1. KODEIN
EFEK :
- antitusif, analgesik dan sedatif
- potensi adiksi kecil
F. KINETIK:
- absorbsi oral baik, efek timbul 12 jam, durasi 4-6 jam
SIMPATOMIMETIK
1. FENILEFRIN
- Mek Kerja: agonis reseptor
alfa-1 selektif
2. FENILPROPANOLAMIN
- Efeknya mirip efedrin,
kecuali efek SSP (kecil)
3. OKSIMETAZOLIN &
XYLOMETAZOLIN
46
- jml kecil ditemukan dlm asi
- metab t/u di hepar
- eksresi t/u mel urin
ES :
- Dlm ds terapi jarang timbul efek
samping
- Konstipasi timbul pd ds 100-150
mg
- Depresi pernapasan timbul pd ds
60 mg
-Ds fatal 800-1000 mg
INDIKASI : batuk kering
2. DIHIDROKODEIN
Cara kerja dan efek samping
hampir sama dg kodein
3. FOLKODIN
Gejala putus obat lebih ringan dari
kodein
BEKERJA PERIFER
ANESTESI LOKAL :
- Obat : lidokain, lignokain
- mek kerja : anestesi lokal di
mukosa sal napas.
- biasanya digunakan secara
inhalasi
- efektif pd batuk yg bandel
- ES : aspirasi, alergi, aritmia dan
kejang
RINITIS
- Ekspektoran tua
- Menurunkan viskositas mukus
- Kontraindikasi: hamil,
menyusui.
bromheksin
4. EFEDRIN
3. ASETILSISTEIN
- Cara kerja: melepaskan ikatan
disulfida Viskositas
- Sekret encer dlm 1 menit.
ES: spasme bronkus, sekret
berlebihan
5. PSEUDOEFEDRIN
ES:
- Penggunaan sistemik:
takikardia, palpitasi, insomnia,
hipertensi dan gangguan
kardiovaskuler lainnya.
- Penggunaan topikal: rasa
nyeri mukosa hidung, rebound
congestion (rinitis
medikamentosa)
KI :
hipertensi, angina pectoris,
gagal jantung, hipertiroid, dll
47
48
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SMOTHERING
(PEMBEKAPAN)
GAGGING &
CHOKING
PENCEKIKAN
Luka lecet
kecil2 bentuk
bulan sabit di
PENJERATAN
/STRANGULASI
GANTUNG /
HANGING
Jerat--- jejas
Jejas Jerat :
jerat/simpul
- Mengarah
keatas ke
Jejas = luka lecet
TENGGELAM /
DROWNING
Suatu proses yg
dihasilkan oleh
terbenamnya
49
oropharynx.
Luka lecet
Choking
gores/tekan
kukudi hidung,
laryngopharynx.
pipi, bibir, dagu.
Sebab kematian :
Luka
1. Asfiksia.
memarbelakang
2. Vagal reflex.
kepala,
gusi,seb.dlm,
bibir,lidah.
PEMBEKAPAN
1. Suicide
smothering :mental psychosis
2. Accidental
smothering : overlying baby ,
gempa bumi
3. Homicidal
smothering : - bayi
p.a.s. - tua, sakit,
pengaruh alcohol
Kematian : dpt.
- Komplit
Asfiksia / vagal
Akibat tenggelam
hanging
- Inkomplit
atau sudah mati
reflex.
hanging ;
oleh karena
Perbendungan
Duduk/
sebab lain.
muka jelas.
Jenis2 Drowning :
berlutut
Resapan darah
1. Wet Drowning
Berbaring
subcutis/otot
2. Dry Drowning
terlungkup.
leher dibwh. Jejas.
3. Secondary
Letak
Simpul
:
Jejas post mortal
Drowning
- Typical
t. Jelas
4. Immersion
hanging: blk
Syndrome
kepala
- Atypical
TENGGELAM YANG
hanging :
samping leher DI AIR TAWAR :
(Hypotonik) : mati
kiri,kanan
5 menit
depan.
Darah diatrium kiri
SEBAB
KEMATIAN
Hemodilusi
(GANTUNG)
Asfiksia.
Hemolysis
Anoksia jaringan
otak. jerat
Ion k
kecil&keras, letak
simpul, posisi
Fibrilasi ventrikel
gantung
50
Vagal reflex.
Fraktur os cervical.
kasus hukum
gantung.
PEMBUNUHAN &
BUNUH DIRI
KASUS GANTUNG
Alat penjerat :
simpul,lilitan,arah.
Korban : jejas
dileher,perlawanan
, luka lain, jarak dg
lantai.
T.k.p.:
lokasi,kondisi,pakai
an, surat
TUJUAN
PEMERIKSAAN
JENAZAH
1.
2.
3.
4.
5.
TD menurun
Cerebral anoksik
Acute secondary
pulmoner edema
Haemokonsentrasi
Sirkulasi lambat
Payah jantung
51
sokong
diagnosa.
& Kekuatan Orang hidup.
4. Lambung
dapat
sangat 3. Pem. Keracunan (kalau perlu)
2. Luka2 lecet gesekan /
membesar, isi air, lumpur, dll 4. Pem. Mikroskopik jaringan.
benturan dalam air
diusus halus.
Luka2 lecet tempat2 lain
5. Otak, hati, ginjal, limpatanda2
kekerasan pd kasus
perbendungan.
pembunuhan
6. bila ditemukan cairan hemolysis
3. Tanda2 aspirasi/infiltrasi air
di rongga dada > 100 cc
dan asfiksia akut
(beb.hari
stl
mati)
D/kemungkinan
tenggelam
DIAGNOSA KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM
kematian
Pada mayat segar mudah ditegakkan berdasarkan pemeriksaan 2 tersebut diatas.Pada mayat busukpemeriksaan
diatome saja
52
TB
FOTO RO:
Pnemonia lobaris lesi
radioopak
(konsolidasi)
homogen
di
lobus atau
segmen, air bronchogram (+)
Bronchopnemonia opasitas FOTO RO:
noduler, multipel, batas tak Primer Fokus ghon dan
limfadenitis hilus (komplek
tegas, konfluent,
primer)
Interstitial
pnemonia
JAMUR
AIDS
Aspergilosis
Infeksi
virus
Aspergilus
fumigatus,
A.
(cytomegalovirus),
parasit
flavus, A. niger
(pneumocystis carinii), jamur
Radiologi sulit di bedakan dgn
(cryptococcosis),
bakteri,
pnemonia bakterial
mycobakterium
(tbc,
Terpenting
bila
terdapat
mycobacterium avium)
gambaran karakteristik air Neoplasia Sarcoma kaposi,
crescent sign atau Fungus
Limfoma
ball sign
Kel
sistem
limfatik
SARCOMA
KAPOSI
53
EMFISEMA
licin, calsifikasi
Kavitas tb lesi 5 10
cm, dinding tebal Fibrosis,
calsifikasi non aktif
OBSTRUKSI KRONIK
BRONKRITIS
BRONKIEKTASIS
KRONIK
FOTO RO
Barrel chest diameter torak melebar, costae
posterior posisi relatif horisontal, intercostae
FOTO RO
space melebar
Diafragma depresif kubah mendatar, sudut > gambaran
normal,
non
costofrenikus hampir 90 derajat
spesifik
Jantung kesan posisi menggantung dan lebih
Penebalan dinding
kecil
bronchial
Retrosternal space tampak melebar rongga
peribronchial
torak membesar
cuffing
Hilus tampak melebar dan menebal resistensi
Foto torak
Sering non spesifik
Gambaran
fibrosis
peribronchial berupa
bayangan garis tegas
dan kasar
Tramline (bayangan
garis
paralel)
penebalan
dinding
bronchus
dilatasi
silindrik
Honey
comb
appearance suatu
area dimana terdapat
bentuk spt rongga rongga
(kavitas
kecil / sarang tawon)
bronchiectasis
sakular
ASMA BRONKIAL
FOTO RO
Foto
torak
asma
akut
(serangan)
- Hiperaerasi
- Diafragma mendatar
- Peribronchial
cuffing
(edema peribronchial)
- Ruang
retrosteranal
bertambah
Foto torak asma bronchiale
dalam keadaan tidak ada
serangan normal
54
meningkat,
dirty chest
kasar,