STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. U
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Bandar Agung
Anamnesa khusus
Riwayat Sos Ek
: Cukup
Riwayat gizi
: Cukup
PEMERIKSAAN
1. Keadaan Umum
Kesan sakit
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
: Tensi : 140/90mmHg
Nadi : 80x/m
Respirasi : 22x/m
Suhu : 36,50C
2. Status Oftalmologi
Pemeriksaan Subjektif
Visus
SC
Adde
Gerakan bola mata
OD
4 / 60
Baik ke segala arah
OS
1 / 60
Baik ke segala arah
Palpebra superior
Palpebra inferior
Silia
Ap. Lakrimalis
Konjungtiva tarsalis
OD
T.a.k
T.a.k
Tumbuh teratur
T.a.k
Tenang
OS
T.a.k
T.a.k
Tumbuh teratur
T.a.k
Tenang
Superior
Konjungtiva tarsalis
Tenang
Tenang
Inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea
Pemeriksaan Eksternal
Sedang
Bulat, letak tengah
Bulat, sentral
Sedang
Bulat, letak tengah
Bulat, sentral
+
+
Coklat, sinekia (-)
+
Jernih
+
+
Coklat, sinekia (-)
Keruh
OD
T.a.k
T.a.k
T.a.k
Jernih
Sedang
Bulat
T.a.k
Jernih
OS
T.a.k
T.a.k
T.a.k
Jernih
Sel dan Flare (+)
Bulat
T.a.k
Keruh
FUNDUSKOPI
Funduskopi
Lensa
Vitreus
Fundus
Papil
CDR
A/V retina sentralis
Retina
OD
OS
Jernih
Keruh seluruhnya
Jernih
Sulit dinilai
Reflek fundus (+)
Reflek Fundus (-)
Bulat berbatas tegas
0,3
2:3
Eksudat (-), Pendarahan
Makula
(-)
Reflek fovea (+)
USG : Gambar
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Hasil Laboratorium
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
13,6 g/dL
30,4 %
11.300 / mm3
Trombosit
Eritrosit
Bleeding Time
Clotting time
210.000 / mm3
4,79 juta/ mm3
2
4
NILAI NORMAL
13,0 18,0
31 - 55
3.800 10.600
150.000 440.000
4.76 6.95 juta/ mm3
Laporan operasi
Operator
Asisten
: Br. Tini
Jenis anastesi
: Lokal anastesi
Macam operasi
: ECCE OS + IOL
Tanggal operasi
: 16 Desember 2014
Mata
Anastesi
: Subkonjungtiva, lidocain 2%
Flep konjungtiva
: Basis forniks
Insisi
: 6 mm, limbus 2 mm
Kapsulotomi anterior
: C.C.C
: Vitrektomi anterior
Cairan irigasi
: RL
Cairan viskoelastik
: Healon
Komplikasi
: Prolaps vitrous
: Post Op Katarak OS + VP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
Pengertian
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan
jelas karenadengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayanganyang kabur pada retina.
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.
Epidemiologi
Tingkat kebutaan di Indonesia sendiri merupakan yang tertinggi di Asia
Tenggara yaitu sebesar 1,5%. Sedang dalam catatan WHO, tingkat kebutaan di
Indonesia berada dalam urutan ketiga dunia sebesar 1,47%. Dari catatan WHO
75% kebutaan di dunia sebenarnya dapat di cegah dan di obati, sebab sebagian
besar kebutaan itu disebabkan oleh katarak.
Sebagian
besar
katarak
terjadi
karena
proses
degeneratif
atau
bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data
statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75- 85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan
penyebab utama kebutaan di dunia.
Etiologi
Etiologi katarak antara lain :
a. degeneratif (usia)
b. kongenital
Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
Katarak komplikata
Katarak traumatik.
Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di
bawah 40 tahun
Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
KATARAK SENIL
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti. Katarak senil secara klinik dikenal dalam 5 stadium yaitu insipien,
imatur, intumesen, matur, hipermatur (Morgagni).
Katarak insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut : Kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol
8
Katarak intumesen
Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaucoma sekunder.
Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini
bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa
kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
9
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak matur bila dibiarkan saja akan menjadi katarak intumesen (katarak
dengan kandungan air maksimal), yang dapat memblok pupil dan menyebabkan
tekanan bola mata meningkat (glaucoma). Atau lama kelamaan bahan lensa akan
keluar dari lensa yang katarak ke bilik mata depan dan menyebabkan reaksi
radang. Sel-sel radang ini akan menumpuk di trabekulum dan akhirnya juga dapat
meningkatkan tekanan bola mata (glaucoma). Bila tekan bola mata yang tinggi ini
tidak segera diturunkan, maka sel-sel syaraf mata yang terdapat pada dinding
belakang bola mata akan tertekan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian sel-sel syaraf tersebut, yang mengakibatkan kebutaan.
Katarak hipermatur
Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya
diketahui. Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan
dalam terjadinya katarak senilis dan belum sepenuhnya diketahui. Komponen
terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya seseorang
10
maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan
menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat
benda dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal
yang baru pada lensa yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras
(sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu
terbentukanya
protein
dengan
berat
molekul
yang
tinggi
dan
keadaan
normal
lensa
mata
bersifat
bening.
Seiring
dengan pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi
kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan
penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang. Kekeruhan lensa
mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih dan abu-abu.
Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti
korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan
semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali.
Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan paparan sinar UV yang
tinggi menjadi faktor risiko perembangan katarak sinilis.
Gejala Klinis
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
11
Terapi
Indikasi pembedahan pada katarak:
Pengobatan terhadap katarak terutama adalah pembedahan. Adapun indikasi
pembedahan pada katarak:
1. Indikasi optik
Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan telah menurun
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini
menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis.
2. Indikasi medik
a. Katarak hipermatur
b. Lens-Induced Glaucoma
c. Lens-Induced Uveitis
d. Dislokasi atau subluksasi lensa
e. Benda asing intra-lentikuler
f. Diabetik retinopati untuk dilakukannya fotokoagulasi laser
g. Ablasio retina
3. Indikasi kosmetik
Persiapan Pre Operasi
Pada penderita yang akan dilakukan pembedahan lensa maka dilakukan
pemeriksaan persepsi sinar, tes Anel, tonometri, dan ada atau tidaknya infeksi di
sekitar mata. Pemeriksaan keadaan umum penderita sebaiknya sudah terkontrol
darah gulanya, tekanan darahnya selain penderita sudah diperiksa parunya. Pasien
sebaiknya masuk rumah sakit semalam sebelum dilakukannya operasi dan diminta
12
informed consent. Bulu mata digunting, diberikan antibiotik tetes setiap 6 jam,
pupil didilatasi, dan berikan pula obat-obat lainnya.
Ekstraksi Katarak
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang
katarak. Dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE) atau Ekstraksi Katarak EkstraKapsular (EKEK) dengan implantasi Posterior Chamber Lens (PCL)
Dilakukan dengan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek
kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui
robekan tersebut. Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi, dan
irigasi. Dilakukan pada:
Kontraindikasi:
Lensa dislokasi
Subluksasi lensa
13
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya
katarak sekunder.
2. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE) atau Ekstraksi Katarak IntraKapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah
diputus. Tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama populer. Dilakukan dengan mempergunakan
mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti
sebelumnya. Tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Indikasi dilakukannya ICCE:
Lensa dislokasi
kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media
penglihatan menambah kemungkinan ambliopianya penderita.
Pada katarak dengan komplikasi glaukoma, lensa dapat diekstraksi apabila
tekanan intraokuler telah terkontrol. Pilihan lainnya adalah dengan trabekulektomi
diikuti nantinya oleh ekstraksi katarak atau kombinasi.
5.
Bed rest
Ruptur kapsul
Edem kornea
Iridodialisis
Komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama operasi katarak,
yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi, yaitu :
15
Terlepasnya koroid
Hambatan pupil
Perdarahan suprakoroid
Hipotoni
Hifema
Tekanan
intraokuler
yang
meningkat
(sering
karena
tertahannya
viskoelastis)
Terlepasnya retina
Endoptalmitis akut
Komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa minggu atau
bulan setelah operasi katarak :
Uveitis kronis
Endoptalmitis kronis
16
Prognosis
Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara
definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sisanya
(10% pasien) mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit
pasca bedah yang serius, misalnya glaukoma, ablasio retina, perdarahan corpus
vitreum, dan sebagainya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis bilateral yang tidak
lengkap lebih baik dibandingkan dengan unilateral. Hal ini terjadi karena
perbedaan visus yang terjadi setelah operasi sangat besar sehingga dapat
mengakibatkan diplopia.
17
UVEITIS
Pengertian
Uveitis merupakanproses peradangan intraokular yang kompleks dan
melibatkan jaringan uvea, yaitu iris, korpus silier, dan koroid. Dari klasifikasi
uveitis, yaittu uveitis anterior dan posterior, uveitis anterior paling sering terjadi.
Uveitis anterior terbagi menjadi :
1. Iritis : peradangan yang terutama melibatkan iris
2. Iridosiklitis : peradangan yang terutama melibatkan iris dan pars plicata
dari korpus silier.
Patogenesis
Berbagai faktor dapat mencetuskan terjadinya uveitis, seperti trauma,
infeksi, penyakit autoimun, neoplasma, dan idiopatik. Trauma mengakibatkan
terlepasnya antigen yang tersekuestrasi dalam uvea, kontaminasi mikroba, dan
akumulasi produk nekrotik. Mikroba memiliki sifat mimikri molekular dan
kemampun menstimulasi respon imun tidak spesifik antigen. Dari empat macam
reaksi hipersensitivitas, hipersensitifitas tipe IV merupakan tipe yang paling
sering terlibat dalam uveitis.
Manifestasi Klinis
-
18
19
3. Sel dan flare pada aqueous di bilik mata depan dengan jumlah yang
bervariasi tergantung aktifitas penyakit
4. Presipitat keratik yang merupakan kumpulan deposit selular pada endotel
epitel yang terdiri dari sel-sel epiteloid, limfosit, dan polimorfik
5. Pembuluh darah iris yang terdilatasi
6. Nodul iris
7. Atrofi iris
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak diindikasikan pada keadaan
1. Uveitis anterior akut episode tunggal/tidak berulang tanpa adanya
kemungkinan penyakit yang mendasari
2. Uveitis yang khas seperti simpatetik oftalmitis dan siklitis Fuchs
3. Penyakit sistemik yang sudah sesuai dengan uveitis, seperti penyakit
Bechet atau sarkoidosis
Pemeriksaan penunjang diindikasikan pada keadaan
1. Peradangan granulomatosa
2. Uveitis berulang
3. Penyakit yang melibatkan mata bilateral
4. Manifestasi sistemik tanpa diagnosis spesifik
Beberapa pemeriksaan penujang yang dapat dikerjakan pada kecurigaan
uveitis anterior, yaitu :
1. Skin test, dapat berupa
a. Uji tuberkulin
b. Uji pathergy (peningkatan sensitivitas kulit terhadap trauma jarum)
sebagai bagian dari kriteria diagnosis sindroma Bechet
c. Uji lepromin pada kasus yang dicurigai kusta
20
2.
Pemeriksaan serologi
a. Pemeriksaan serologi sifilis uji terponemal (RPR, VDRL), uji antibodi
treponema (FTA-ABS, MHA TP1, dan pemeriksaan mikroskopis
ruangan gelap)
b. Toksoplasmosis, uji pewarnaan antibodi immunofluoresen, ELISA
c. Pemeriksaan enzim-enzim ACE untuk mendeteksi sarkoidosis
3. Radiologi
a. Rontgen Thorax
b. Rontgen sendi sakroiliaka untuk mendiagnosis spondiloartropati
c. CT scan dan MRI otak dan thorax untuk pemeriksaan sarkoidosis dan
multipel sklerosis
Tatalaksana
1. Steroid topikal
Sebelum steroid topikal digunakan pastikan tidak ada defek epitel ruptur
bola mata saat riwayat trauma ditemukan dan periksa sensasi kornea serta
tekanan intraokular (TIO) untuk mengeksklusi herpes simpleks atau herpes
zoster. Indikasi steroid topikal.
a. Terapi uveitis anterior akut, digunakan setiap jam pada awalnya,
setelah peradangan terkontrol diturunkan menjadi setiap dua jam,
kemudian setiap tiga jam empat kali sehari dan terakhir satu tetes per
minggu
b. Terapi uveitis anterior kronis eksaserbasi diterapi sama dengan uveitis
anterior akut. Kontrol peradangan ditandai dengan hitung sel kurang
dari +1. Setelah terapi diberhentikan pasien harus diperiksa dalam
waktu dekat untuk memastikan bahwa uveitis tidak kambuh lagi.
Komplikasi pemberian steroid topikal :
-
Katarak
21
3. Terapi antimetabolit
Termasuk di dalamnya : azatioprin, metrotreksat, dan mikofenolat mofetil.
Indkasi antimetabolit topikal adalah :
-
Terapi steroid sparing pada pasien dengan efek samping steroid sistemik
yang tidak tertahankan atau penyakit kronis yang kambuh dan
membutuhkan dosis prednisolon lebih dari 10mg/hari
4. Penyekat kalsineurin
Pilihan penyekat kalsineurin yang dapat digunakan antara lain :
a. Siklosporin merupakan obat pilihan pada sindrom Bechet
b. Takrolimus merupakan obat alternatif siklosporin untuk pasien yang tidak
dapat mentoleransi atau tidak berespon terhadap siklosporia
22
BAB III
PEMBAHASAN
Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup:
1.
2.
3.
4.
visus
pada
mata
kiri
pasien
adalah
1/300.
Hal
ini
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. R.K. Tamin Radjamin, Prof., dr. Dkk. Bab XIII Lensa Mata. Dalam Ilmu
Penyakit Mata. Airlangga University Press: Surabaya. 1993.
2. Sidarta Ilyas, Prof., dr., SpM. Bab Mata Tenang Penglihatan Menurun.
Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2001
3. Sidarta Ilyas, Prof., SpM., dr. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata
Merah. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta. 2005.
4. Shock J.P. dan Harper R.A.. Bab 8 Lensa. Dalam Vaughan D.G. et al., Y. Joko
Su, dr. (editor). Oftalmologi Umum Edisi 14. Widya Medika: Jakarta.
1996.yono
5.
Graham
RH.
Opthalmology.
traumatic
cataract.
Dari
http://emedicine.medscape.com/article/1211083-overview
25