Anda di halaman 1dari 25

BAB I

STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. U

Umur

: 50 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Bandar Agung

Tanggal Pemeriksaan : 16 Desember 2014


ANAMNESA
Keluhan utama

: Penglihatan mata kiri berangsur kabur

Anamnesa khusus

Pasien seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik mata RSUD


Lahat dengan keluhan mata sebelah kiri buram kurang lebih sejak 6 bulan yang
lalu. Keluhan tersebut dirasakan seperti melihat asap atau kabut pada mata kiri
yang semakin lama semakin berat disertai dengan silau. Pasien mengaku selama
ini belum pernah memakai kacamata dan belum pernah mengalami penurunan
penglihatan. Keluhan mata merah, gatal pernah dirasakan oleh pasien sejak lama,
namun keadaan tersebut dihiraukan oleh pasien karena menganggap sakit mata
biasa. Riwayat trauma pada mata yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur
atau buram disangkal. Riwayat kencing manis disangkal, riwayat hipertensi diakui
dengan range tekanan darah (140/), riwayat melihat seperti pelangi disangkal.
Anamnesa keluarga

: tidak ada anggota keluarga yang menderita


penyakit yang sama dengan pasien.

Riwayat penyakit dahulu

: OS belum pernah merasakan keluhan penyakit


yang sama sebelumnya.

Riwayat Sos Ek

: Cukup

Riwayat gizi

: Cukup

PEMERIKSAAN
1. Keadaan Umum
Kesan sakit

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital

: Tensi : 140/90mmHg
Nadi : 80x/m
Respirasi : 22x/m
Suhu : 36,50C

2. Status Oftalmologi
Pemeriksaan Subjektif
Visus
SC
Adde
Gerakan bola mata

OD
4 / 60
Baik ke segala arah

OS
1 / 60
Baik ke segala arah

Palpebra superior
Palpebra inferior
Silia
Ap. Lakrimalis
Konjungtiva tarsalis

OD
T.a.k
T.a.k
Tumbuh teratur
T.a.k
Tenang

OS
T.a.k
T.a.k
Tumbuh teratur
T.a.k
Tenang

Superior
Konjungtiva tarsalis

Tenang

Tenang

Inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea

Injeksi konjungtiva (-)


Jernih

Injeksi konjungtiva (-)


Jernih

Pemeriksaan Eksternal

Bilik mata depan


Pupil
Diameter pupil
Reflek cahaya
Direct
Indirect
Iris
Shadow test
Lensa

Sedang
Bulat, letak tengah
Bulat, sentral

Sedang
Bulat, letak tengah
Bulat, sentral

+
+
Coklat, sinekia (-)
+
Jernih

+
+
Coklat, sinekia (-)
Keruh

PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)


Silia
Konjungtiva superior
Konjungtiva inferior
Kornea
Kamar depan
Pupil
Iris
Lensa

OD
T.a.k
T.a.k
T.a.k
Jernih
Sedang
Bulat
T.a.k
Jernih

OS
T.a.k
T.a.k
T.a.k
Jernih
Sel dan Flare (+)
Bulat
T.a.k
Keruh

FUNDUSKOPI
Funduskopi
Lensa
Vitreus
Fundus
Papil
CDR
A/V retina sentralis
Retina

OD
OS
Jernih
Keruh seluruhnya
Jernih
Sulit dinilai
Reflek fundus (+)
Reflek Fundus (-)
Bulat berbatas tegas
0,3
2:3
Eksudat (-), Pendarahan

Makula

(-)
Reflek fovea (+)

USG : Gambar

Foto pra bedah


DIAGNOSIS KLINIS
Katarak Senil Matur OS + Uveitis OS + Hipertensi gr I
DIAGNOSIS BANDING
Katarak traumatik
TERAPI

Operasi Katarak dengan Teknik ECCE OS + Intraokuler Lens

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Foto Post ECCE

Hasil Laboratorium
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit

13,6 g/dL
30,4 %
11.300 / mm3

Trombosit
Eritrosit
Bleeding Time
Clotting time

210.000 / mm3
4,79 juta/ mm3
2
4

NILAI NORMAL
13,0 18,0
31 - 55
3.800 10.600
150.000 440.000
4.76 6.95 juta/ mm3

Laporan operasi
Operator

: dr. Nuzulul A, SpM

Asisten

: Br. Tini

Jenis anastesi

: Lokal anastesi

Macam operasi

: ECCE OS + IOL

Tanggal operasi

: 16 Desember 2014

Mata

: Kiri aseptic dan antiseptik

Anastesi

: Subkonjungtiva, lidocain 2%

Flep konjungtiva

: Basis forniks

Insisi

: 6 mm, limbus 2 mm

Alat diseksi lameler

: Disc blade, Side port

Kapsulotomi anterior

: C.C.C

EKEK espresi nukleus

: Vitrektomi anterior

Cairan irigasi

: RL

Cairan viskoelastik

: Healon

Komplikasi

: Prolaps vitrous

Diagnosis pra bedah

: KSM OS + Uveitis sinistra

Diganosis post bedah

: Post Op Katarak OS + VP

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
Pengertian
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan
jelas karenadengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayanganyang kabur pada retina.
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.
Epidemiologi
Tingkat kebutaan di Indonesia sendiri merupakan yang tertinggi di Asia
Tenggara yaitu sebesar 1,5%. Sedang dalam catatan WHO, tingkat kebutaan di
Indonesia berada dalam urutan ketiga dunia sebesar 1,47%. Dari catatan WHO
75% kebutaan di dunia sebenarnya dapat di cegah dan di obati, sebab sebagian
besar kebutaan itu disebabkan oleh katarak.
Sebagian

besar

katarak

terjadi

karena

proses

degeneratif

atau

bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data
statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75- 85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan
penyebab utama kebutaan di dunia.
Etiologi
Etiologi katarak antara lain :
a. degeneratif (usia)
b. kongenital

c. penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme)


d. penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll)
e. trauma
f. bahan toksik (kimia & fisik)
g. keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, ergot, dll)

Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif

Katarak kongenital, juvenvil, dan senil.

Katarak komplikata

Katarak traumatik.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun

Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di
bawah 40 tahun

Katarak presenil, katarak sesudah usia30 - 40 tahun

Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun

KATARAK SENIL
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti. Katarak senil secara klinik dikenal dalam 5 stadium yaitu insipien,
imatur, intumesen, matur, hipermatur (Morgagni).

Katarak insipien

Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut : Kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol
8

mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior,kekeruhan mulai


terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensadan
korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refaksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.

Katarak intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif


menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan
dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada
katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan
ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya
akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slit lamp terlihat
vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak imatur

Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaucoma sekunder.

Katarak matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini
bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa
kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
9

kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak matur bila dibiarkan saja akan menjadi katarak intumesen (katarak
dengan kandungan air maksimal), yang dapat memblok pupil dan menyebabkan
tekanan bola mata meningkat (glaucoma). Atau lama kelamaan bahan lensa akan
keluar dari lensa yang katarak ke bilik mata depan dan menyebabkan reaksi
radang. Sel-sel radang ini akan menumpuk di trabekulum dan akhirnya juga dapat
meningkatkan tekanan bola mata (glaucoma). Bila tekan bola mata yang tinggi ini
tidak segera diturunkan, maka sel-sel syaraf mata yang terdapat pada dinding
belakang bola mata akan tertekan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian sel-sel syaraf tersebut, yang mengakibatkan kebutaan.

Katarak hipermatur

Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat


menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.
Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadangkadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn
menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang
tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks
akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus
yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut
sebagai
katarak Morgagni.

Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya
diketahui. Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan
dalam terjadinya katarak senilis dan belum sepenuhnya diketahui. Komponen
terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya seseorang
10

maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan
menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat
benda dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal
yang baru pada lensa yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras
(sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu
terbentukanya

protein

dengan

berat

molekul

yang

tinggi

dan

mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar


masuk dan mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikuti
dengan pembentukan pigmen pada nuklear lensa.
Pada

keadaan

normal

lensa

mata

bersifat

bening.

Seiring

dengan pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi
kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan
penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang. Kekeruhan lensa
mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih dan abu-abu.
Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti
korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan
semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali.
Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan paparan sinar UV yang
tinggi menjadi faktor risiko perembangan katarak sinilis.
Gejala Klinis
Gejala umum gangguan katarak meliputi :

Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek

Peka terhadap sinar atau cahaya

Dapat melihat dobel pada satu mata

Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca

Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

11

Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :

Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa

Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa

Komplikasi penyakit lokal ataupun umum

Terapi
Indikasi pembedahan pada katarak:
Pengobatan terhadap katarak terutama adalah pembedahan. Adapun indikasi
pembedahan pada katarak:
1. Indikasi optik
Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan telah menurun
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini
menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis.
2. Indikasi medik
a. Katarak hipermatur
b. Lens-Induced Glaucoma
c. Lens-Induced Uveitis
d. Dislokasi atau subluksasi lensa
e. Benda asing intra-lentikuler
f. Diabetik retinopati untuk dilakukannya fotokoagulasi laser
g. Ablasio retina
3. Indikasi kosmetik
Persiapan Pre Operasi
Pada penderita yang akan dilakukan pembedahan lensa maka dilakukan
pemeriksaan persepsi sinar, tes Anel, tonometri, dan ada atau tidaknya infeksi di
sekitar mata. Pemeriksaan keadaan umum penderita sebaiknya sudah terkontrol
darah gulanya, tekanan darahnya selain penderita sudah diperiksa parunya. Pasien
sebaiknya masuk rumah sakit semalam sebelum dilakukannya operasi dan diminta

12

informed consent. Bulu mata digunting, diberikan antibiotik tetes setiap 6 jam,
pupil didilatasi, dan berikan pula obat-obat lainnya.
Ekstraksi Katarak
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang
katarak. Dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE) atau Ekstraksi Katarak EkstraKapsular (EKEK) dengan implantasi Posterior Chamber Lens (PCL)
Dilakukan dengan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek
kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui
robekan tersebut. Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi, dan
irigasi. Dilakukan pada:

Pasien katarak muda

Pasien dengan kelainan endotel

Bersamaan dengan keratoplasti

Implantasi lensa intra okular posterior

Perencanaan implantasi sekunder lensa intra okular

Kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma

Mata dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca

Sebelumnya mengalami ablasi retina

Mata dengan sitoid makular edema

Pasca bedah ablasi

Mencegah penyulit saat pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca

Kontraindikasi:

Lensa dislokasi

Subluksasi lensa

13

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya
katarak sekunder.
2. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE) atau Ekstraksi Katarak IntraKapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah
diputus. Tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama populer. Dilakukan dengan mempergunakan
mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti
sebelumnya. Tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Indikasi dilakukannya ICCE:

Lensa dislokasi

Lensa subluksasi (>1/3 zonula pecah)

Chronic Lens Induced Uvitis

Hypermature Shrunken Cataract

Benda asing di intraokuler


Kontraindikasi dilakukannya ICCE adalah pasien muda (<36 tahun).
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini yaitu astigmatisma,

glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.


3. Pars Plana Lensectomy
Suatu teknik khusus yang digunakan pada anak-anak yang masih sangat
muda. Lensa dan bagian anterior viterus dikeluarkan dengan menggunakan
Vitrectomy Probe atau Vitreous Irrigation Suction Cutting (VISC).
4. Phacoemulsification dengan Foldable Intra-ocular Lens (IOL)
Nukleus diemulsifikasi dengan menggunakan gelombang suara frekuensi
tinggi (40.000 MHz) dan kemudian diisap keluar mata lewat insisi kecil. Setelah
itu dimasukkan IOL yang dapat dilipat. Merupakan operasi pilihan untuk katarak.
Hasil tindakan pembedahan tergantung pada umur penderita, bentuk
katarak apakah mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai
14

kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media
penglihatan menambah kemungkinan ambliopianya penderita.
Pada katarak dengan komplikasi glaukoma, lensa dapat diekstraksi apabila
tekanan intraokuler telah terkontrol. Pilihan lainnya adalah dengan trabekulektomi
diikuti nantinya oleh ekstraksi katarak atau kombinasi.
5.

SICE (small incicion Catarac Extraction)

Tindakan ECCE dengan insisi yang lebih kecil.


Perawatan Post Operasi:

Bed rest

Mata dibersihkan secara rutin

Mata diperiksa visus, penyembuhan luka, kejernihan kornea, kedalaman COA,


pupil, IOL, kapsula posterior, dan tekanan intraokuler.

Antibiotika steroid topikal setiap 4 6 minggu


Komplikasi
Komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak, yaitu:

Kamera okuli anterior dangkal atau datar

Ruptur kapsul

Edem kornea

Perdarahan atau efusi suprakoroid

Perdarahan koroid yang ekspulsif

Tertahannya material lensa

Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka

Iridodialisis

Komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama operasi katarak,
yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi, yaitu :

15

Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek

Terlepasnya koroid

Hambatan pupil

Hambatan korpus siliar

Perdarahan suprakoroid

Edema stroma dan epitel

Hipotoni

Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral


jernih sangat sering terlihat mengikuti ICCE)

Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten

Perdarahan koroid yang lambat

Hifema

Tekanan

intraokuler

yang

meningkat

(sering

karena

tertahannya

viskoelastis)

Edema makular kistoid

Terlepasnya retina

Endoptalmitis akut

Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)

Komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa minggu atau
bulan setelah operasi katarak :

Jahitan yang menginduksi astigmatismus

Desentrasi dan dislokasi IOL

Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia

Uveitis kronis

Endoptalmitis kronis

Kesalahan penggunaan kekuatan IOL

16

Prognosis
Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara
definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sisanya
(10% pasien) mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit
pasca bedah yang serius, misalnya glaukoma, ablasio retina, perdarahan corpus
vitreum, dan sebagainya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis bilateral yang tidak
lengkap lebih baik dibandingkan dengan unilateral. Hal ini terjadi karena
perbedaan visus yang terjadi setelah operasi sangat besar sehingga dapat
mengakibatkan diplopia.

17

UVEITIS
Pengertian
Uveitis merupakanproses peradangan intraokular yang kompleks dan
melibatkan jaringan uvea, yaitu iris, korpus silier, dan koroid. Dari klasifikasi
uveitis, yaittu uveitis anterior dan posterior, uveitis anterior paling sering terjadi.
Uveitis anterior terbagi menjadi :
1. Iritis : peradangan yang terutama melibatkan iris
2. Iridosiklitis : peradangan yang terutama melibatkan iris dan pars plicata
dari korpus silier.
Patogenesis
Berbagai faktor dapat mencetuskan terjadinya uveitis, seperti trauma,
infeksi, penyakit autoimun, neoplasma, dan idiopatik. Trauma mengakibatkan
terlepasnya antigen yang tersekuestrasi dalam uvea, kontaminasi mikroba, dan
akumulasi produk nekrotik. Mikroba memiliki sifat mimikri molekular dan
kemampun menstimulasi respon imun tidak spesifik antigen. Dari empat macam
reaksi hipersensitivitas, hipersensitifitas tipe IV merupakan tipe yang paling
sering terlibat dalam uveitis.
Manifestasi Klinis
-

Keratik presipitat ditemukan di endotel kornea

Sel dan flare di biliki mata depan

Hipopion ditemukan terutama pada penyakit Bechet, namun juga dapat


ditemukan pada penyakit lain

Penrunan sensibilitas kornea dapat terjadi pada uveitis anterior yang


disebabkan oleh herpes simpleks, herpes zoster, atau kusta

Dapat terjadi perubahan tekanan intraokular

18

Uveitis Anterior Akut


Uveitis anterior akut merupakan bentuk uveitis yang paling umum. Uveitis
anterior akut sendiri memiliki batasan durasi 3 bulan atau kurang dengan awitan
yang mendadak.
Gejala klinis yang muncul pada uveitis anterior akut, antara lain :
1. Mata merah, nyeri unilateral, fotofobia, dan mungkin disertai lakrimasi
2. Tajam penglihatan menurun
3. Injeksi silier
4. Non reactive pupil / miosis karena spasme sfingter yang mempredisposisi
terbentuknya sinekia posterior
5. Keratik presipitat
6. Sel pada aqueos atau bilik mata depan yang menunjukkan beratnya
penyakit
7. Sel pada vitreous anterior yang menujukkan iridosiklitis
8. Aqueous flare
9. Eksudat fibrin pada aqueous
10. Hipopion
11. Sinekia posterior
12. Tekanan intraokular yang rendah, normal, atau tinggi
Uveitis Anterior Kronik
Ditandai dengan peradangan persisten yang kambuh kurang dari tiga bulan
setelah diberhentikannya terapi. Perdangan dapat bersifat granulomatosa atau nongranulomatosa. Lebih sering bilateral dibandingkan uveitis akut.
Gejala klinis yang muncul pada uveitis anterior kronik, antara lain :
1. Gejala biasanya muncul perlahan sebagian besar asimptomatisdan datang
dengan komplikasi katarak atau keratopati
2. Pemeriksaan eksternal mata menujukkan sklera putih, terkadang merah
muda karena eksaserbasi berat dari aktifitas peradangan

19

3. Sel dan flare pada aqueous di bilik mata depan dengan jumlah yang
bervariasi tergantung aktifitas penyakit
4. Presipitat keratik yang merupakan kumpulan deposit selular pada endotel
epitel yang terdiri dari sel-sel epiteloid, limfosit, dan polimorfik
5. Pembuluh darah iris yang terdilatasi
6. Nodul iris
7. Atrofi iris

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak diindikasikan pada keadaan
1. Uveitis anterior akut episode tunggal/tidak berulang tanpa adanya
kemungkinan penyakit yang mendasari
2. Uveitis yang khas seperti simpatetik oftalmitis dan siklitis Fuchs
3. Penyakit sistemik yang sudah sesuai dengan uveitis, seperti penyakit
Bechet atau sarkoidosis
Pemeriksaan penunjang diindikasikan pada keadaan
1. Peradangan granulomatosa
2. Uveitis berulang
3. Penyakit yang melibatkan mata bilateral
4. Manifestasi sistemik tanpa diagnosis spesifik
Beberapa pemeriksaan penujang yang dapat dikerjakan pada kecurigaan
uveitis anterior, yaitu :
1. Skin test, dapat berupa
a. Uji tuberkulin
b. Uji pathergy (peningkatan sensitivitas kulit terhadap trauma jarum)
sebagai bagian dari kriteria diagnosis sindroma Bechet
c. Uji lepromin pada kasus yang dicurigai kusta

20

2.

Pemeriksaan serologi
a. Pemeriksaan serologi sifilis uji terponemal (RPR, VDRL), uji antibodi
treponema (FTA-ABS, MHA TP1, dan pemeriksaan mikroskopis
ruangan gelap)
b. Toksoplasmosis, uji pewarnaan antibodi immunofluoresen, ELISA
c. Pemeriksaan enzim-enzim ACE untuk mendeteksi sarkoidosis

3. Radiologi
a. Rontgen Thorax
b. Rontgen sendi sakroiliaka untuk mendiagnosis spondiloartropati
c. CT scan dan MRI otak dan thorax untuk pemeriksaan sarkoidosis dan
multipel sklerosis
Tatalaksana
1. Steroid topikal
Sebelum steroid topikal digunakan pastikan tidak ada defek epitel ruptur
bola mata saat riwayat trauma ditemukan dan periksa sensasi kornea serta
tekanan intraokular (TIO) untuk mengeksklusi herpes simpleks atau herpes
zoster. Indikasi steroid topikal.
a. Terapi uveitis anterior akut, digunakan setiap jam pada awalnya,
setelah peradangan terkontrol diturunkan menjadi setiap dua jam,
kemudian setiap tiga jam empat kali sehari dan terakhir satu tetes per
minggu
b. Terapi uveitis anterior kronis eksaserbasi diterapi sama dengan uveitis
anterior akut. Kontrol peradangan ditandai dengan hitung sel kurang
dari +1. Setelah terapi diberhentikan pasien harus diperiksa dalam
waktu dekat untuk memastikan bahwa uveitis tidak kambuh lagi.
Komplikasi pemberian steroid topikal :
-

Peningkatan TIO terutama pada penggunaan yang panjang

Katarak

Komplikasi kornea akibat fungi, herpes simpleks, dan luluh kornea

21

Selain sediaan topikal, steroid juga tersedia dalam sediaan periokular,


intraokular, dan sistemik.
2. Midriatikum
Pilihan midriatikum yang dapat digunakan :
a. Kerja pendek : tropikamid (0,5% dan 1%) durasi 6 jam. Siklopentolat
(0,5% dan 1%) durasi 24 jam atau filiefrin (2,5% dan 10%) durasi 3 jam
tanpa siklopegik
b. Kerja panjang : homatropin 2% durasi 2 hari. Atropin 1% sikloplegik dan
midriatik kuat dengan durasi sampai dengan 2 minggu.
Indikasi midriatikum antara lain :
-

Memberikan rasa nyaman, atropin digunakan 1-2 minggu hingga


peradangan mereda, kemudian diganti dengan agen dengan kerja pendek

Melepaskan sinekia posterior yang baru

Mencegah terbentuknya sinekia posterior

3. Terapi antimetabolit
Termasuk di dalamnya : azatioprin, metrotreksat, dan mikofenolat mofetil.
Indkasi antimetabolit topikal adalah :
-

Uveitis yang mengancam penglihatan, biasanya bilateral, non infeksi, dan


gagal memberikan respon pada pemberian steroid yang adekuat

Terapi steroid sparing pada pasien dengan efek samping steroid sistemik
yang tidak tertahankan atau penyakit kronis yang kambuh dan
membutuhkan dosis prednisolon lebih dari 10mg/hari

4. Penyekat kalsineurin
Pilihan penyekat kalsineurin yang dapat digunakan antara lain :
a. Siklosporin merupakan obat pilihan pada sindrom Bechet
b. Takrolimus merupakan obat alternatif siklosporin untuk pasien yang tidak
dapat mentoleransi atau tidak berespon terhadap siklosporia

22

BAB III
PEMBAHASAN
Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup:
1.

Apakah diagnosis pada penyakit ini sudah benar?

2.

Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini?

3.

Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini?

4.

Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

1. Apakah diagnosis pada penyakit ini sudah benar?


Pada pasien ini, katarak terjadi pada usia lanjut sehingga jenis katarak
pada pasien ini adalah katarak senil. Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa
yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai
sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4
stadium yaitu insipien, imatur, matur, hipermatur. Pada pemeriksaan fisik mata
pada pasien ini ditemukan tanda-tanda katarak matur yaitu kekeruhan telah
mengenai seluruh masa lensa, kedalaman bilik mata depan berukuran normal,
tidak terdapat bayangan iris pada lensa, sehingga uji bayangan iris negatif. Hasil
pemeriksaan

visus

pada

mata

kiri

pasien

adalah

1/300.

Hal

ini

menunjukkan bahwa tajam penglihatan pasien berkurang.


Pada keterangan anamnesa pasien pernah menceritakan bahwa mata
kirinya dulu pernah sering terjadi kemerahan yang dirasakan sering. Namun hal
tersebut dihiraukan oleh pasien karena menganggap hanya iritasi mata biasa. Pada
pemeriksaan dengan slit lamp pada bilik mata depan ditemukan cirri yang khas
pada uveitis yaitu sel dan flare (+)
Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan range tekanan darah (140-150/
) dan saat pemeriksaan tekanan darah pasien yaitu 140/90 mmHg. Berdasakan
JNC VII tergolong dalam Hipertensi gr I.

23

2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini?


Etiologi dari katarak yang diderita pasien ini adalah akibat usia pasien
(degeneratif) dimana usia pasien ini sudah beranjak 50 tahun dan juga pengaruh
dari uveitis kronik.
3. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien ini?
Karena pada pasien ini sudah terjadi penurunan visus yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari, sehingga pada pasien ini perlu dilakukan tindakan operasi
ekstraksi lensa. Operasi dengan metode ECCE + IOL.
Pasien dikonsultasikan dengan bagian penyakit dalam untuk terapi hipertensi
yang merupakan penyulit saat operasi. Pasien diberikan obat golongan ace
inhibitor untuk hipertensinya sehingga operasi dapat dilakukan dengan komplikasi
yang lebih minimal.

4. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?


Jika dilakukan pembedahan, ekstraksi lensa akan memperbaiki tajam
penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Maka pada pasien ini prognosis yang
diharapkan adalah ad bonam.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. R.K. Tamin Radjamin, Prof., dr. Dkk. Bab XIII Lensa Mata. Dalam Ilmu
Penyakit Mata. Airlangga University Press: Surabaya. 1993.
2. Sidarta Ilyas, Prof., dr., SpM. Bab Mata Tenang Penglihatan Menurun.
Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2001
3. Sidarta Ilyas, Prof., SpM., dr. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata
Merah. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta. 2005.
4. Shock J.P. dan Harper R.A.. Bab 8 Lensa. Dalam Vaughan D.G. et al., Y. Joko
Su, dr. (editor). Oftalmologi Umum Edisi 14. Widya Medika: Jakarta.
1996.yono
5.

Graham

RH.

Opthalmology.

traumatic

cataract.

Dari

http://emedicine.medscape.com/article/1211083-overview

25

Anda mungkin juga menyukai