PENDAHULUAN
Demam typhoid disebut juga dengan typus abdominalis atau typoid
fever. Demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.1
Demam typhoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai
flagella (bergerak dengan rambut getar).2
Secara global, demam typhoid dianggap sebagai penyakit yang
penting dan masih tidak terlaporkan dengan baik namun prevalensinya cukup
tinggi di negara berkembang. Angka insiden dari demam typhoid di dunia
adalah berkisar antara 198 per 100.000 (Vietnam) sampai 980 per 100.000
(India) pada tahun 2000. Insiden yang sma juga ditemukan di Chile, Nepal,
South Africa, dan Indonesia sejak sekitar 15 tahun terakhir. Estimasi insiden
demam typhoid berkisar antara 16-33 juta kasus baru per tahun dengan
216.000-600.000 angka kematian per tahundimana kebanyakan terdapat di
daerah Asia Pasifik. Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian
demam typhoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun
1994 terjadi peningkatan menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Insiden demam
typhoid bervariasi tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi
lingkungan. Di daerah rural (Jawa Barat) terdapat 157 kasus per 100.000
penduduk sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000
penduduk.3
BAB II
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
I. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
1. Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 21 tahun
Status Perkawinan
: Belum menikah
Alamat
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Pendidikan
Pekerjaan
: SMA
: Tidak bekerja
: Tn. Abdul
Jenis Kelamin
: laki-laki
Umur
: 55 tahun
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Alamat
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Pendidikan
Pekerjaan
: SMP
: Pemulung
II.
Nama
Abdul
2
3
Sunarni
Imam
solikhin
Ahmad
Bintoro
Aziz
Subekti
Joni
Abdillah
4
5
6
III.
Kedudukan
dalam Keluarga
Kepala
Keluarga
Istri
Anak
P/
L
L
Umur
(th)
55
Pendidika
n
SMP
Pekerjaan
Pemulung
Keteranga
n
Sehat
P
L
49
29
SMP
Tamat SD
Pedagang warung
Tidak bekerja
Sehat
Sehat
Anak
25
SMA
Buruh karyawan
Sehat
Anak
23
SMK
Buruh
Sehat
Anak
21
SMA
Tidak bekerja
Sakit
Keluhan
: Demam
Keadaan umum
: Sadar, komposmentis
Tanda Vital
RR
Nadi
Suhu : 38oC
: 84x/menit
Kepala
: Mesosefal
Mata
Telinga
: Discharge (-)
Hidung
Mulut
: Sianosis (-)
Leher
Dada
Paru
: In
: 18x/menit
Pa
Pe
Au
Jantung: In
Pa
Pe
Au
Abdomen : In
Au
Pa
Pe
Ekstremitas
Superior
Inferior
Udema
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
masalah
Aspek II
: Suspek Typhoid
- paracetamol 3 x 500 mg
Terapi edukasi
Faktor pendukung
Faktor penghambat
Indikator keberhasilan
IV.
No.
1
Rencana pembinaan
Memberi penjelasan kepada
pasien untuk membersihkan
rumah min. 1 kali sehari.
Memberi penjelasan kepada
pasien dan keluarga untuk
membuang sampah di tempat
pembuangan sampah umum.
Memberikan penjelasan kepada
pasien dan keluarga bahwa
sumber penyebab penyakit yang
dialami karena air sumur yang
terkontaminasi oleh bakteri yang
berasal dari kamar mandi.
Memberikan penjelasan kepada
pasien dan keluarga untuk
membersihkan rak piring,
peralatan masak dan peralatan
makan sebelum digunakan.
Sasaran
Pasien dan
keluarga
Pasien dan
keluarga
Pasien dan
keluarga
Pasien dan
keluarga
dan bekerja sebagai buruh karyawan. Anaknya yang ketiga bekerja sebagai
buruh. .
5. Fungsi Religius
Pasien, keluarga, dan menantu beragama Islam. Setiap hari melakukan ibadah
lebih banyak di masjid. Pasien juga mengikuti pengajian RT di kampung.
6. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien tinggal di kawasan pemukiman penduduk, pasien dapat hidup
bertetangga dengan baik. Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik,
bila ada permasalahan langsung dibicarakan dan dimusyawarahkan secara
kekeluargaan. Pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya
tidak mengakibatkan gangguan kesehatan yang berarti pada dirinya.
VI. POLA KONSUMSI PASIEN
Pola makan pasien tidak teratur. Pasien makan 2 kali sehari. Pasien memiliki riwayat
sakit maag. Pasien kadang makan di rumah dan kadang jajan diluar. Setiap kali
makan, selalu ada nasi, kadang lauk, dan sayur, jarang makan buah. Saat memasak,
pasien masih sering menggunakan moto dan penyedap rasa dalam makanan yang
dimasak.
VII.
IDENTIFIKASI
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
KESEHATAN
1. Faktor Perilaku
Jika ada salah satu anggota keluarga, atau pasien sendiri yang sakit maka
diobati sendiri dulu, jika belum ada perkembangan dibawa ke balai desa /
puskesmas. Pasien memiliki JAMKESMAS untuk biaya pengobatan.
Waktu luang dimanfaatkan untuk bersosialisasi dengan tetangga. Pasien
beristirahat pada sore hari, dan waktu tidur malam rata rata pada jam 9
10
2.
Denah Rumah
dapur
sum
ur
kamar
Tempa
t
sampa
h
terbuk
a
kamar
ranjang
IX.
Warun
g
X.
Ruang
tamu
dan
ruang
TV
teras
ranjang
Sampah
berseraka
n
pekaranga
n
XI.
IX.
Kamar
mandi +
jamban
cemplun
g
b. Fungsi Psikologi
11
c. Fungsi Sosial
Yankes
Balai desa
(POSKESDES)
Puskesmas
Status
Kesehatan
Perilaku
Lingkungan
12
XI.
Tgl.
Keluarga yang
Terlibat
Pasien
01-01-15
01-01-15
Pasien
01-01-15
Pasien
03-01-15
03-01
XII.
Pasien
Pasien
Hasil Kegiatan
Pasien mengetahui bahwa
typhoid dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan terutama
oleh faktor perilaku, serta
merupakan penyakit menular.
Pasien mengerti bahwa dirinya
harus menjaga kebersihan diri
dan lingkungan serta pola
konsumsi makanan
Pasien bersedia untuk
meminum obat penurun panas
jika suhu pasien 38o C
Pasien mendapatkan booklet
mengenai typhoid dan
nemahami tentang typhoid
Pasien mengerti tentang
kemungkinan kekambuhan
typhoid di kemudian hari dan
mengerti upaya yang harus
dilakukan untuk mencegahnya
1. Tingkat pemahaman
2. Faktor pendukung
3. Faktor penyulit
13
4. Indikator keberhasilan
14
BAB III
TYPHOID
3.1 Definisi
Demam typhoid adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi
dari Salmonella enterica subspecies enterica serotype Typhi. Demam typhoid masih
merupakan penyakit endemik di Indonesia.1
3.2 Etiologi
Etiologi dari demam typhoid adalah Salmonella enterica subspecies enterica
serotype
negatif, memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak berspora. Ukuran antara (2-4) x 0,6
m. Suhu optimum untuk tumbuh adalah 370 C dengan PH antara 6-8. Perlu diingat
bahwa basil ini dapat hidup hingga beberapa minggu di dalam air es, sampah dan
debu. Reservoir satu-satunya adalah manusia, yaitu seseorang yang sedang sakit atau
karier.
S.typhi termasuk bacillus anaerobik fakultatif yang dapat memfermentasi
glukosa, mengubah nitrat menjadi nitrit, mensintesis peritrichous flagella ketika
motil, memiliki antigen somatik (O), antigen flagellar (H), antigen amplop (K).
S.typhi juga memiliki lipopolisakarida, sebuah makromolekul kompleks, disebut
endotoksin, yang membentuk bagian luar dari dinding sel.
Endotoksin ini terdiri dari tiga lapisan: sebuah luar (O, oligosakarida), tengah
(R, inti), dan basal (lapisan lipid A). S. Typhi ini juga mampu menghasilkan R
plasmid-transmisi sebagai antimikroba resistan.3
15
3.3 Patogenesis
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. 4
Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman
akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di
lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama
oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah
bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus thoraksikus kuman yang terdapat di
dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia
pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh
terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan
kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke
dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya
dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam,
malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
3.4 Gejala Klinis
Masa tunas demam typhoid berlangsung sekitar 10-14 hari. Gejala-gejala yang
timbul sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai berat, dari asimptomatik
hingga gambaran penyakit khas yang disertai dengan komplikasi hingga kematian.4
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore
hingga malam hari.4,5
16
Pada minggu kedua gejala-gejala lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif
(bradikardia relatif adalah peningkatan suhu badan 10C tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental
berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarang ditemukan
pada orang Indonesia.5
3.5 Diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin akan sangat bermanfaat untuk
menentukan terapi yang tepat dan mencegah komplikasi. Pengetahuan gambaran
klinis penyakit ini sangat penting untuk mendeteksi secara dini. Walaupun pada
waktu tertentu diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu penegakan
diagnosis.5
Sindroma klinis adalah kumpulan gejala-gejala demam typhoid. Diantara gejala
klinis yang sering ditemukan pada typhoid yaitu: demam, sakit kepala, kelemahan,
nausea, nyeri abdomen, anoreksia, muntah, gangguan gastrointestinal, insomnia,
hepatomegali, splenomegali, penurunan kesadaran, bradikardi relative, kesadaran
berkabut, dan feses berdarah.3,5
Diagnosis klinis demam typhoid diklasifikasikan atas tiga macam, yaitu:
1) Suspek demam typhoid (suspect case)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala umum,
gangguan saluran cerna dan lidah typhoid. Jadi sindrom demam typhoid
didapatkan belum lengkap. Diagnosis suspek typhoid hanya dibuat pada
pelayanan kesehatan dasar.
2) Demam typhoid klinis (probable case)
Telah didapatkan gejala klinis yang lengkap atau hampir lengkap, serta
didukung oleh gambaran laboratorium yang menunjukkan demam typhoid.
3) Demam typhoid konfirmasi (confirm case = demam typhoid konfirmasi)
Bila gejala klinis sudah lengkap dan ditemukannya basil kuman Salmonella
typhoid, maka pasien sudah pasti menderita demam typhoid. Cara yang
17
18
BAB IV
PENATALAKSANAAN
4.1 Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut Trilogi Pengobatan Demam Typhoid, yaitu:4
a.
b.
Diet
Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya
rendah selulose untuk mencegah komplikasi, perdarahan dan perforasi.
Diet diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak (tim), dan nasi biasa
19
bila keadaan penderita membaik, diet dapat dimulai dengan diet padat
atau tim. Namun bila penderita dengan klinis berat sebaiknya dimulai
dengan bubur atau diet cair yang selanjutnya dirubah secara bertahap
sampai padat sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita.
Terapi simptomatik
Dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum
penderita :
-
Roboransia/vitamin
Antipiretik diberikan untuk kenyamanan penderita, terutama
untuk anak-anak
- Antiemetik diperlukan bila penderita muntah-muntah berat
Pemberian Antimikroba
c.
Dosis
20
50 mg/Kg bb/Hr
Dewasa : 4 x 500 mg (2 gr)
Anak : 100 mg/Kg BB/Hr,
max 2 gr selama 10 hr dibagi
dalam 4 dosis
Kloramfenikol
selama 3-5 hr
Anak : 80 mg/Kg BB/Hr dosis
tunggal selama 5 hari
Dewasa : 3-4 gr/Hr
Ampisilin
amoksisilin
Kotrimoksasol
&
Dewasa : 2x 160-800 mg
selama 2 minggu
- Merupakan
obat
yang
sering digunakan dan telah
lama dikenal efektif untuk
demam typhoid
- Murah dan dapat diberi peroral, sensitivitas masih
tinggi
- Pemberian PO/IV
- Tidak
diberikan
bila
leukosit <2000/mm
- Cepat menurunkan suhu,
lama pemberian pendek dan
dapat dosis tunggal serta
cukup aman untuk anak
- Pemberian IV
- Aman untuk penderita
hamil
- Sering dikombinasi dengan
kloramfenikol pada pasien
kritis
- Tidak mahal
- Pemberian PO/IV
- Tidak mahal
- Pemberian per oral
Cefixim
21
Dewasa : 4x500 mg
Tiamfenikol
22
BAB V
KEDOKTERAN KELUARGA TERKAIT KASUS
5.1 Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus
mmahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk
sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik,
ekologik, dan medik sehingga dalam melihat pasien, dokter keluarga melihat
keseluruhan kehidupannya agar pengelolaan yang komprehensif dapat terwujud.
Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan
keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota
keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai
lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia
kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang
jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup
keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang
berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya
yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan
reproduksi keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.
Dalam kasus ini, fungsi biologis pasien adalah pasien merasakan demam sejak
9 hari dan tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini. Sebagai dokter keluarga,
maka hal ini menjadi pertimbangan pula apakah pasien tertular dari rumah atau dari
tempat lain.
Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang
meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola
23
perilakuk dan kebiasaannya. Dalam hal ini, pasien tinggal bersama orang tua dan dua
saudara kandung laki-laki. Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik, bila ada
permasalahan langsung dibicarakan dan dimusyawarahkan secara kekeluargaan.
Pasien tidak bekerja. Di lingkungan rumahnya pasien dikenal sebagai warga yang
mudah bergaul dan sering mengikuti acara kerja bakti.
Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup
keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan
gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan
penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:
Proses dinamika dalam keluarga
Potensi keluarga
Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
Pendidikan dan lingkungannya
Pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan yang berarti pada dirinya. Dalam hal ini, pasien
tinggal di kawasan pemukiman penduduk, pasien dapat hidup bertetangga dengan
baik.
Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan
lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
Penularan typhoid sendiri dapat melalui BAB. Fasilitas MCK menggunakan jamban
cemplung, pasien menggunakan ember untuk mandi. Kebersihan dapur kurang,
pembuangan air limbah ke got dan aliran lancar.
Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu
kedokteran
keluarga.
Pergeseran
pola
perilaku
dan
pola
penyakit,
akan
24
kedokteran
keluarga
merupakan
pelayanan
yang
bersifat
25
aspek personalnya adalah pasien merasa demam 9 hari, tetapi yakin tubuhnya
tidak ada masalah, lalu ibunya merasa anaknya perlu memeriksakan dirinya ke
dokter setelah demam 9 hari.
2. Aspek klinik meliputi diagnosis medis sesuai dengan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, terdiri atas diagnosis dan
diagnosis banding. Pada pasien, diagnosis kerja adalah suspek typhoid.
3. Aspek risiko, ada 2: 1) internal: jenis kelamin, umur, keturunan, kebiasaan, dan
gaya hidup, 2) eksternal: keikutsertakan keluraga dalam penanggulangan masalah
pasien, masalah dalam keluarga, kebiasaan keluarga, interaksi antar anggota
keluarga, kondisi ekonomi, dan kondisi lingkungan seperti rumah dan tempat
tinggal. Internal kebiasaan makan sembarangan, kebiasaan cuci tangan
sebelum makan belum dibiasakan, Eksternal Lingkungan rumah yang kumuh,
sampah tidak dikelola dengan baik, jamban berupa jamban cemplung, lokasi
dapur dengan jamban berdekatan, pembuangan air dari kamar mandi terbuka
melewati dapur, ekonomi kurang
4. Aspek fungsional yaitu kemampuan individu untuk melakukan aktivitas seharihari baik secara fisik maupun emosional di dalam dan di luar ruangan, terdiri atas
5 tingkat mulai dari dapat melakukan aktivitas sampai sangat sulit melakukan
aktivitas (skala 1 5). Pasien mampu melakukan aktivtas sehari-hari dengan baik
secara fisik, tetapi pasien pengangguran dan juga tidak sekolah (skala 2).
Dalam hal ini, dokter keluarga berkewajiban selain menerapi penyakit yang
sekarang diderita pasien juga berkewajiban untuk memberikan edukasi tidak hanya
terkait pada pribadi pasien tetapi juga terkait kehidupannya secara keseluruhan,
meliputi
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Penyakit typhoid yang dialami pasien perlu dikelola secara komprehensif
dengan pendekatan diagnosis holistik. Diagnostik holistic pada pasien ini adalah:
Aspek I
masalah
Aspek II
: Suspek Typhoid
Aspek III :
27
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Lampiran:
LEAFLET KUNJUNGAN RUMAH
30
31
32