Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
Demam typhoid disebut juga dengan typus abdominalis atau typoid
fever. Demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.1
Demam typhoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai
flagella (bergerak dengan rambut getar).2
Secara global, demam typhoid dianggap sebagai penyakit yang
penting dan masih tidak terlaporkan dengan baik namun prevalensinya cukup
tinggi di negara berkembang. Angka insiden dari demam typhoid di dunia
adalah berkisar antara 198 per 100.000 (Vietnam) sampai 980 per 100.000
(India) pada tahun 2000. Insiden yang sma juga ditemukan di Chile, Nepal,
South Africa, dan Indonesia sejak sekitar 15 tahun terakhir. Estimasi insiden
demam typhoid berkisar antara 16-33 juta kasus baru per tahun dengan
216.000-600.000 angka kematian per tahundimana kebanyakan terdapat di
daerah Asia Pasifik. Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian
demam typhoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun
1994 terjadi peningkatan menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Insiden demam
typhoid bervariasi tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi
lingkungan. Di daerah rural (Jawa Barat) terdapat 157 kasus per 100.000
penduduk sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000
penduduk.3

Penanganan damam typhoid sendiri dapat dicegah dengan penanganan


berupa penanganan preventif dan promotif dapat juga dengan penanganan
kuratif dengan meggunakan medika mentosa.

BAB II
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
I. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
1. Identitas Pasien
Nama

: Tn. Joni Abdillah

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 21 tahun

Status Perkawinan

: Belum menikah

Alamat

: Ngadiwongso, Ngadirejo 1 RT 01/ RW 1


Salaman, Magelang

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Jawa

Pendidikan
Pekerjaan

: SMA
: Tidak bekerja

2. Identitas Kepala Keluarga


Nama

: Tn. Abdul

Jenis Kelamin

: laki-laki

Umur

: 55 tahun

Status Perkawinan

: Sudah menikah

Alamat

: Ngadiwongso, Ngadirejo 1 RT 01/ RW 1


Salaman, Magelang

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Jawa

Pendidikan
Pekerjaan

: SMP
: Pemulung

II.

PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAH

Tabel 1 Daftar Anggota Keluarga Yang Tinggal Serumah


No

Nama

Abdul

2
3

Sunarni
Imam
solikhin
Ahmad
Bintoro
Aziz
Subekti
Joni
Abdillah

4
5
6

III.

Kedudukan
dalam Keluarga
Kepala
Keluarga
Istri
Anak

P/
L
L

Umur
(th)
55

Pendidika
n
SMP

Pekerjaan
Pemulung

Keteranga
n
Sehat

P
L

49
29

SMP
Tamat SD

Pedagang warung
Tidak bekerja

Sehat
Sehat

Anak

25

SMA

Buruh karyawan

Sehat

Anak

23

SMK

Buruh

Sehat

Anak

21

SMA

Tidak bekerja

Sakit

RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH


DILAKUKAN
Kunjungan Pertama (01 Januari 2015)
a. Keluhan Utama
Demam
b. Riwayat Penyakit
9 hari yang lalu, pasien mengeluh demam. Demam ngelemeng,
dirasakan hilang timbul. Demam mereda pada pagi hari dan memberat
saat malam hari. Pasien diberikan obat penurun panas namun demam tidak
mereda. Mual (+), muntah (-), pingsan (-), nafsu makan berkurang dan
pasien sudah 3 hari tidak buang air besar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita baru pertama kali sakit seperti ini.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota yang menderita sakit seperti ini.
e. Hasil Pemeriksaaan Fisik
Tanggal 01 Januari 2015, pukul 13.00 WIB di rumah pasien.

Keluhan

: Demam

Keadaan umum

: Sadar, komposmentis

Tanda Vital

Tensi : 130/70 mmHg

RR

Nadi

Suhu : 38oC

: 84x/menit

Kepala

: Mesosefal

Mata

: Conjungtiva anemis (-), Sklera Ikterik (-)

Telinga

: Discharge (-)

Hidung

: Nafas Cuping (-), epistaksis (-)

Mulut

: Sianosis (-)

Leher

: Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

Dada

Paru

: In

: 18x/menit

: Simetris, statis, dinamis, retraksi (-)

Pa

: Stem fremitus kanan = kiri

Pe

: Sonor seluruh lapangan paru

Au

: Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

Jantung: In

: iktus kordis tak tampak

Pa

: iktus kordis teraba di SIC V, 2 cm medial LMCS

Pe

: konfigurasi jantung dalam batas normal

Au

: Suara Jantung I-II normal, bising (-), gallop (-)

Abdomen : In
Au
Pa
Pe
Ekstremitas

: datar, venektasi (-)


: bising usus (+)
: supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
: timpani
:

Superior

Inferior

Udema

-/-

-/-

Sianosis

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

f. Diagnosa Kerja secara Holistik


Aspek I

: demam 9 hari, mual, pasien yakin tubuhnya tidak akan ada

masalah
Aspek II

: Suspek Typhoid

Aspek III : Internal kebiasaan makan sembarangan, kebiasaan cuci


tangan sebelum makan belum dibiasakan,
Eksternal Lingkungan rumah yang kumuh, sampah tidak
dikelola dengan baik, jamban berupa jamban cemplung, lokasi dapur
dengan jamban berdekatan, pembuangan air dari kamar mandi terbuka
melewati dapur, ekonomi kurang
Aspek IV : Pasien mampu melakukan aktivtas sehari-hari dengan baik
secara fisik, tetapi pasien pengangguran dan juga tidak sekolah (skala 2)
g. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium maupun penunjang lainnya.
h. Rencana Penatalaksanaan
Pengobatan yang telah diberikan :
Terapi medikamentosa

- paracetamol 3 x 500 mg
Terapi edukasi

Kontrol ke puskesmas bila demam tidak mereda pada hari ketiga

Minum obat penurun panas apabila demam

i. Hasil Penatalaksanaan Medis


Saat kunjungan rumah yang kedua (Sabtu, 03 Januari 2015): demam hari
ke-5, demam pasien belum mereda. Pasien mampu beraktivitas ringan
namun tampak lemah, BAB terakhir pagi hari. Pasien mengeluh mual
namun tidak muntah.

Faktor pendukung

: pasien meminum obat penurun

panas secara teratur sesuai anjuran. Memulai membiasakan diri


mencuci tangan saat sebelum makan dan setelah BAB.

Faktor penghambat

: Pasien masih demam karena demam


diakibatkan bakteri dan pasien belum
mendapat antibiotik.

Indikator keberhasilan

: pasien tidak demam, kondisi umum


baik, aktivitas kembali normal.

IV.

TABEL PERMASALAHAN PADA PASIEN


Tabel 1 Tabel Permasalahan pada Pasien dan Keluarganya

No.
1

Risiko & masalah kesehatan


Tempat tinggal pasien yang
kumuh

Tempat pembuangan sampah


dekat dengan dapur

Sumber air (sumur) dekat


dengan
BAB
(jamban
cemplung)

Peralatan masak dan peralatan


makan tidak higienis

Rencana pembinaan
Memberi penjelasan kepada
pasien untuk membersihkan
rumah min. 1 kali sehari.
Memberi penjelasan kepada
pasien dan keluarga untuk
membuang sampah di tempat
pembuangan sampah umum.
Memberikan penjelasan kepada
pasien dan keluarga bahwa
sumber penyebab penyakit yang
dialami karena air sumur yang
terkontaminasi oleh bakteri yang
berasal dari kamar mandi.
Memberikan penjelasan kepada
pasien dan keluarga untuk
membersihkan rak piring,
peralatan masak dan peralatan
makan sebelum digunakan.

Sasaran
Pasien dan
keluarga
Pasien dan
keluarga

Pasien dan
keluarga

Pasien dan
keluarga

Genogram Keluarga Kandung

V. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Biologis
Pasien merasakan demam sejak 9 hari ini. Tidak ada anggota keluarga yang
sakit seperti ini.
2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama orang tua dan dua saudara kandung laki-laki.
Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik, bila ada permasalahan
langsung dibicarakan dan dimusyawarahkan secara kekeluargaan. Pasien tidak
bekerja. Di lingkungan rumahnya pasien dikenal sebagai warga yang mudah
bergaul dan sering mengikuti acara kerja bakti.
3. Fungsi Ekonomi
Pasien tidak bekerja. Pembiayaan dari orang tuanya. Ayah pasien seorang
pemulung dan ibu pasien memiliki usaha jualan di rumahnya dengan
penghasilan Rp 400.000/bulan. Ekonomi keluarga kadang-kadang dibantu
oleh anak pasien yang telah menikah dengan penghasilan Rp. 700.000/ bulan
4. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA. Sedangkan orang tua pasien SMP.
Anak pertamanya lulusan SD dan tidak bekerja. Anak keduanya lulusan SMA

dan bekerja sebagai buruh karyawan. Anaknya yang ketiga bekerja sebagai
buruh. .
5. Fungsi Religius
Pasien, keluarga, dan menantu beragama Islam. Setiap hari melakukan ibadah
lebih banyak di masjid. Pasien juga mengikuti pengajian RT di kampung.
6. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien tinggal di kawasan pemukiman penduduk, pasien dapat hidup
bertetangga dengan baik. Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik,
bila ada permasalahan langsung dibicarakan dan dimusyawarahkan secara
kekeluargaan. Pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya
tidak mengakibatkan gangguan kesehatan yang berarti pada dirinya.
VI. POLA KONSUMSI PASIEN
Pola makan pasien tidak teratur. Pasien makan 2 kali sehari. Pasien memiliki riwayat
sakit maag. Pasien kadang makan di rumah dan kadang jajan diluar. Setiap kali
makan, selalu ada nasi, kadang lauk, dan sayur, jarang makan buah. Saat memasak,
pasien masih sering menggunakan moto dan penyedap rasa dalam makanan yang
dimasak.
VII.

IDENTIFIKASI

FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

KESEHATAN
1. Faktor Perilaku
Jika ada salah satu anggota keluarga, atau pasien sendiri yang sakit maka
diobati sendiri dulu, jika belum ada perkembangan dibawa ke balai desa /
puskesmas. Pasien memiliki JAMKESMAS untuk biaya pengobatan.
Waktu luang dimanfaatkan untuk bersosialisasi dengan tetangga. Pasien
beristirahat pada sore hari, dan waktu tidur malam rata rata pada jam 9

malam. Rumah pasien terlihat kumuh, sampah berserakan di depan


maupun di dalam rumah, peralatan masak dan makan kurang higienis.
2. Faktor non Perilaku
Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah dekat, balai desa terdekat
berjarak 1 km, puskesmas terdekat berjarak 3 km.
VIII.

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


1.

Gambaran Lingkungan Rumah


Rumah pasien terletak di pertengahan pemukiman penduduk dekat dengan
jalan raya dengan ukuran luas tanah 42 m2, bentuk bangunan tidak
bertingkat. Secara umum gambaran rumah terdiri atas 4 kamar tidur. 1
kamar mandi. Keluarga memakai kamar mandi di dalam rumahnya.
Terdapat 1 dapur. Rumah beratapkan genteng, dinding dari tembok, lantai
tanah, ruang tengah dan kamar tidur dari tanah, lantai dapur dari tanah.
Penerangan dalam rumah kurang (membaca pada jarak 30 cm di siang hari
tidak jelas). Jendela terdapat di ruang tamu dan setiap kamar, namun
jendela rumah jarang di buka sehingga cahaya matahari tidak dapat masuk
dari jendela. Pasien memelihara ayam namun pasien tidak memiliki
kandang ayam sehingga ayam sering masuk kedalam rumah. Ruang tamu
tampak kotor karena sampah berserakan. Listrik 450 watt, sumber air dari
sumur pompa tangan. Air minum memasak sendiri dari air sumur. Fasilitas
MCK menggunakan jamban cemplung, pasien menggunakan ember untuk
mandi. Kebersihan dapur kurang, pembuangan air limbah ke got dan
aliran lancar. Tempat sampah utama adalah kebun disamping rumah,
sampah rutin dibakar 3 hari sekali bila tidak hujan.

10

2.

Denah Rumah

dapur

sum
ur

kamar

Tempa
t
sampa
h
terbuk
a

kamar

ranjang

IX.

Warun
g

X.

Ruang
tamu
dan
ruang
TV

teras

ranjang

Sampah
berseraka
n

pekaranga
n

XI.

IX.

Kamar
mandi +
jamban
cemplun
g

DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi Biologis

Baik pasien dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang


serius

Didapatkan riwayat penyakit menular dalam keluarga.

Riwayat penyakit menular dan penyakit kronis di lingkungan rumah


tidak didapatkan.

b. Fungsi Psikologi

Hubungan dengan anggota keluarga serumah baik.

Kegiatan sosial di lingkungan tetangga cukup.

11

c. Fungsi Sosial

Dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan baik.

Pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya tidak


mengakibatkan gangguan kesehatan yang berarti pada dirinya.

Pasien tidak bekerja, hanya membantu ibunya berjualan di warung


depan rumahnya.

d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Keadaan ekonomi kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Dapat mengkomunikasikan masalah dengan baik
f. Faktor Perilaku
Rumah pasien terlihat kumuh, sampah berserakan di depan maupun di
dalam rumah, peralatan masak dan makan kurang higienis.
g. Faktor Non Perilaku
Tidak ada masalah
X.

DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA


Genetik

Yankes

Balai desa
(POSKESDES)
Puskesmas

Status
Kesehatan

Perilaku

Peralatan masak dan makan kurang


bersih setelah dicuci
Kebiasaan membuang sampah tidak
pada tempatnya
Mencuci tangan sebelum makan dan
setelah BAB jarang dilakukan
Jarang membersihkan rumah

Lingkungan

Sampah berserakan di depan


maupun di dalam rumah
Tempat pembuangan sampah
dekat dengan dapur
Sumber air (sumur) dekat
dengan BAB (jamban
cemplung)
Rumah
pasien
terlihat
kumuh

Diagram 1 Diagram Realita yang Ada pada Keluarga

12

XI.

PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN


Tabel 2 Tabel Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tgl.

Kegiatan yang dilakukan

Keluarga yang
Terlibat
Pasien

01-01-15

Memberi penjelasan mengenai


typhoid

01-01-15

Memberi penjelasan kepada


pasien mengenai penyebab dan
faktor resiko penyakit typhoid

Pasien

01-01-15

Memotivasi pasien untuk


meminum obat penurun panas
jika suhu pasien 38o C
Memberikan leaflet mengenai
penyakit typhoid sekaligus
penjelasan tentang pengelolaan
typhoid secara komprehensif
Memberi pengertian kepada
pasien mengenai kemungkinan
kekambuhan pada typhoid
apabila pola makan dan perilaku
tidak diubah

Pasien

03-01-15

03-01

XII.

Pasien

Pasien

Hasil Kegiatan
Pasien mengetahui bahwa
typhoid dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan terutama
oleh faktor perilaku, serta
merupakan penyakit menular.
Pasien mengerti bahwa dirinya
harus menjaga kebersihan diri
dan lingkungan serta pola
konsumsi makanan
Pasien bersedia untuk
meminum obat penurun panas
jika suhu pasien 38o C
Pasien mendapatkan booklet
mengenai typhoid dan
nemahami tentang typhoid
Pasien mengerti tentang
kemungkinan kekambuhan
typhoid di kemudian hari dan
mengerti upaya yang harus
dilakukan untuk mencegahnya

KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA

1. Tingkat pemahaman

: pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan


cukup baik.

2. Faktor pendukung

: - pasien dapat memahami dan menangkap penjelasan


yang diberikan
- sikap pasien yang kooperatif

3. Faktor penyulit

: ekonomi pasien yang kurang dan keadaan rumah yang


kumuh

13

4. Indikator keberhasilan

: pasien mengetahui dan berkomunikasi dua arah


tentang materi yang disampaikan.

14

BAB III
TYPHOID
3.1 Definisi
Demam typhoid adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi
dari Salmonella enterica subspecies enterica serotype Typhi. Demam typhoid masih
merupakan penyakit endemik di Indonesia.1
3.2 Etiologi
Etiologi dari demam typhoid adalah Salmonella enterica subspecies enterica
serotype

Typhi. S. Typhi sama seperti salmonella lainnya yaitu termasuk gram

negatif, memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak berspora. Ukuran antara (2-4) x 0,6
m. Suhu optimum untuk tumbuh adalah 370 C dengan PH antara 6-8. Perlu diingat
bahwa basil ini dapat hidup hingga beberapa minggu di dalam air es, sampah dan
debu. Reservoir satu-satunya adalah manusia, yaitu seseorang yang sedang sakit atau
karier.
S.typhi termasuk bacillus anaerobik fakultatif yang dapat memfermentasi
glukosa, mengubah nitrat menjadi nitrit, mensintesis peritrichous flagella ketika
motil, memiliki antigen somatik (O), antigen flagellar (H), antigen amplop (K).
S.typhi juga memiliki lipopolisakarida, sebuah makromolekul kompleks, disebut
endotoksin, yang membentuk bagian luar dari dinding sel.
Endotoksin ini terdiri dari tiga lapisan: sebuah luar (O, oligosakarida), tengah
(R, inti), dan basal (lapisan lipid A). S. Typhi ini juga mampu menghasilkan R
plasmid-transmisi sebagai antimikroba resistan.3

15

3.3 Patogenesis
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. 4
Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman
akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di
lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama
oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah
bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus thoraksikus kuman yang terdapat di
dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia
pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh
terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan
kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke
dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya
dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam,
malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
3.4 Gejala Klinis
Masa tunas demam typhoid berlangsung sekitar 10-14 hari. Gejala-gejala yang
timbul sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai berat, dari asimptomatik
hingga gambaran penyakit khas yang disertai dengan komplikasi hingga kematian.4
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore
hingga malam hari.4,5

16

Pada minggu kedua gejala-gejala lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif
(bradikardia relatif adalah peningkatan suhu badan 10C tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental
berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarang ditemukan
pada orang Indonesia.5
3.5 Diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin akan sangat bermanfaat untuk
menentukan terapi yang tepat dan mencegah komplikasi. Pengetahuan gambaran
klinis penyakit ini sangat penting untuk mendeteksi secara dini. Walaupun pada
waktu tertentu diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu penegakan
diagnosis.5
Sindroma klinis adalah kumpulan gejala-gejala demam typhoid. Diantara gejala
klinis yang sering ditemukan pada typhoid yaitu: demam, sakit kepala, kelemahan,
nausea, nyeri abdomen, anoreksia, muntah, gangguan gastrointestinal, insomnia,
hepatomegali, splenomegali, penurunan kesadaran, bradikardi relative, kesadaran
berkabut, dan feses berdarah.3,5
Diagnosis klinis demam typhoid diklasifikasikan atas tiga macam, yaitu:
1) Suspek demam typhoid (suspect case)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala umum,
gangguan saluran cerna dan lidah typhoid. Jadi sindrom demam typhoid
didapatkan belum lengkap. Diagnosis suspek typhoid hanya dibuat pada
pelayanan kesehatan dasar.
2) Demam typhoid klinis (probable case)
Telah didapatkan gejala klinis yang lengkap atau hampir lengkap, serta
didukung oleh gambaran laboratorium yang menunjukkan demam typhoid.
3) Demam typhoid konfirmasi (confirm case = demam typhoid konfirmasi)
Bila gejala klinis sudah lengkap dan ditemukannya basil kuman Salmonella
typhoid, maka pasien sudah pasti menderita demam typhoid. Cara yang
17

dianggap paling tepat dalam mendeteksi adanya kuman salmonella typhi


adalah dengan melakukan pemeriksaan biakan salmonella typhi, pemeriksaan
pelacak DNA Salmonella Typhi dengan PCR (polymerase Chain Reaction),
dan adanya kenaikan titer 4 kali lipat pada pemeriksaan widal II, 5-7 hari
kemudian. Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :4
a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut
b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi
atau pernah menderita infeksi
c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.

18

BAB IV
PENATALAKSANAAN

4.1 Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut Trilogi Pengobatan Demam Typhoid, yaitu:4
a.

Istirahat dan perawatan


Dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Penderita yang dirawat harus bedrest total untuk mencegah terjadinya
komplikasi terutama perdarahan dan perforasi. Bila penyakit mulai
membaik dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya
kekuatan penderita. BAB dan BAK sebaiknya dibantu perawat. Hindari
pemasangan kateter urine tetap, bila tidak ada indikasi.

b.

Diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif)


Dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara
optimal. Hal-hal yang harus diperhatikan, di antaranya:
Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat,
ada komplikasi, penurunan kesadaran serta pada pasien yang sulit
makan. Dosis parenteral sesuai dengan kebutuhan harian. Bila ada
komplikasi dosis cairan disesuaikan dengan kebutuan. Cairan harus
mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.

Diet
Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya
rendah selulose untuk mencegah komplikasi, perdarahan dan perforasi.
Diet diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak (tim), dan nasi biasa

19

bila keadaan penderita membaik, diet dapat dimulai dengan diet padat
atau tim. Namun bila penderita dengan klinis berat sebaiknya dimulai
dengan bubur atau diet cair yang selanjutnya dirubah secara bertahap
sampai padat sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita.
Terapi simptomatik
Dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum
penderita :
-

Roboransia/vitamin
Antipiretik diberikan untuk kenyamanan penderita, terutama

untuk anak-anak
- Antiemetik diperlukan bila penderita muntah-muntah berat
Pemberian Antimikroba

c.

Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman.


Kebijakan dasar pemberian anti mikroba.4
o Antimikroba segera diberikan bila diagnose klinis demam typhoid
telah dapat ditegakkan, baik dalam bentuk diagnosis konfirmasi,
propable, maupun suspek.
o Anti mikroba yang dipilih harus dipertimbangkan :
1. Telah dikenal sensitif dan potensial untuk demam typhoid.
2. Mempunyai sifat farmakokinetik yang dapat berpenetrasi dengan
baik ke jaringan serta mempunyai afinitas yang tinggi menuju
organ sasaran.
3. Berspektrum sempit.
4. Cara pemberian yang mudah dan dapat ditoleransi dengan baik
oleh penderita termasuk anak dan wanita hamil.
5. Efek samping yang minimal.
Tidak mudah resisten dan efektif mencegah karier.
Antibiotika

Dosis

Kelebihan dan keuntungan

20

50 mg/Kg bb/Hr
Dewasa : 4 x 500 mg (2 gr)
Anak : 100 mg/Kg BB/Hr,
max 2 gr selama 10 hr dibagi
dalam 4 dosis

Kloramfenikol

Dewasa : 2-4 gr/Hr


Seftriakson

selama 3-5 hr
Anak : 80 mg/Kg BB/Hr dosis
tunggal selama 5 hari
Dewasa : 3-4 gr/Hr

Ampisilin
amoksisilin

Kotrimoksasol

&

Anak : 100 mg/Kg BB/Hr


selama 10 hari

Dewasa : 2x 160-800 mg
selama 2 minggu

- Merupakan
obat
yang
sering digunakan dan telah
lama dikenal efektif untuk
demam typhoid
- Murah dan dapat diberi peroral, sensitivitas masih
tinggi
- Pemberian PO/IV
- Tidak
diberikan
bila
leukosit <2000/mm
- Cepat menurunkan suhu,
lama pemberian pendek dan
dapat dosis tunggal serta
cukup aman untuk anak
- Pemberian IV
- Aman untuk penderita
hamil
- Sering dikombinasi dengan
kloramfenikol pada pasien
kritis
- Tidak mahal
- Pemberian PO/IV
- Tidak mahal
- Pemberian per oral

Anak : TMP 6-10 mg/Kg


BB/Hr atau SMX 30-50
mg/Kg/Hr selama 10 hari
Siprofloksasin : 2x500 mg
selama 1 minggu
Ofloksasin : 2x200-400 mg
selama 1 minggu
Quinolone

Plefoksasin : 1x400 mg selama


1 minggu
Fleroksasin : 1x400 mg selama
1 minggu

Cefixim

Anak : 15-20 mg/KgBB/ Hr


dibagi dalam 2 dosis selama
10 hari

- Pefloksasin dan fleroksasin


lebih cepat menurunkan
suhu
- Efektif mencegah relaps
dan karier
- Pemberian per oral
- Anak : tidak dianjurkan
karena efek samping pada
pertumbuhan tulang
- Aman untuk anak
- Efektif
- Pemberian per oral

21

Dewasa : 4x500 mg
Tiamfenikol

Anak : 50 mg/Kg BB/Hari


selama 5-7 hari bebas panas

- Dapat untuk anak dan


dewasa
- Dilaporkan cukup sensitif
pada beberapa daerah

Pengobatan demam typhoid pada wanita hamil, memerlukan perhatian khusus.


Tiamfenikol tidak boleh diberikan pada trimester pertama Karena kemungkinan efek
teratogenik terhadap fetus manusia belum dapat disingkirkan, pada kehamilam lebih
lanjut tiamfenikol baru dapat digunakan. Kloramfenikol tidak dianjurkan pada
trimester ke-3 kehamilan karena dikhawatirkan dapat terjadi partus premature,
kematian fetus intrauterine, dan grey syndrome pada neonatus. Obat golongan
fluorokuinolon maupun kotrimoksazol tidak boleh digunakan untuk mengobati
demam typhoid pada ibu hamil. Obat yang dianjurkan adalah ampisilin, amoksisilin,
dan seftriakson.2,5

22

BAB V
KEDOKTERAN KELUARGA TERKAIT KASUS
5.1 Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus
mmahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk
sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik,
ekologik, dan medik sehingga dalam melihat pasien, dokter keluarga melihat
keseluruhan kehidupannya agar pengelolaan yang komprehensif dapat terwujud.
Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan
keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota
keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai
lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia
kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang
jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup
keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang
berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya
yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan
reproduksi keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.
Dalam kasus ini, fungsi biologis pasien adalah pasien merasakan demam sejak
9 hari dan tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini. Sebagai dokter keluarga,
maka hal ini menjadi pertimbangan pula apakah pasien tertular dari rumah atau dari
tempat lain.
Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang
meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola

23

perilakuk dan kebiasaannya. Dalam hal ini, pasien tinggal bersama orang tua dan dua
saudara kandung laki-laki. Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik, bila ada
permasalahan langsung dibicarakan dan dimusyawarahkan secara kekeluargaan.
Pasien tidak bekerja. Di lingkungan rumahnya pasien dikenal sebagai warga yang
mudah bergaul dan sering mengikuti acara kerja bakti.
Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup
keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan
gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan
penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:
Proses dinamika dalam keluarga
Potensi keluarga
Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
Pendidikan dan lingkungannya
Pasien mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan yang berarti pada dirinya. Dalam hal ini, pasien
tinggal di kawasan pemukiman penduduk, pasien dapat hidup bertetangga dengan
baik.
Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan
lingkungan fisik dalam rumah tangganya.

Kondisi rumah pasien cukup kumuh.

Penularan typhoid sendiri dapat melalui BAB. Fasilitas MCK menggunakan jamban
cemplung, pasien menggunakan ember untuk mandi. Kebersihan dapur kurang,
pembuangan air limbah ke got dan aliran lancar.
Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu
kedokteran

keluarga.

Pergeseran

pola

perilaku

dan

pola

penyakit,

akan

mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga sebagai


ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan,
dan kebahagiaan keluarga.

24

5.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga


Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan
keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana,
terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar
dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan
ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk
menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila
memahami profil dan fungsi keluarga. Kondisi ekonomi keluarga pasien memang
cukup memperihatinkan. Rumah pasien terlihat kumuh, sampah berserakan di depan
maupun di dalam rumah, peralatan masak dan makan kurang higienis. Meskipun
begitu, keluarga pasien ini memiliki warung yang banyak dikunjungi warga di
sekitarnya. Padahal, dapur dengan jamban cemplung berdekatan, sumber air yang
berupa sumur dengan jamban cemplung juga berdekatan. Air juga dimasak seadanya.
Penularan typhoid dapat dengan mudah terjadi, tetapi pasien berkeyakinan bahwa
penyakit yang dideritanya tidak mengakibatkan gangguan kesehatan yang berarti
pada dirinya.
Pelayanan

kedokteran

keluarga

merupakan

pelayanan

yang

bersifat

komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi


kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal
masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu
ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga.
Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan
terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.13
Pengelolaan komprehensif juga dilengkapi dengan pendekatan holistic
sebagai berikut.
1. Aspek Personal yaitu alasan datang ke klinik, harapan, kecemasan, dan persepsi
pasien serta keluarga terhadap penyakitnya dan kesembuhannya. Pada pasien inim

25

aspek personalnya adalah pasien merasa demam 9 hari, tetapi yakin tubuhnya
tidak ada masalah, lalu ibunya merasa anaknya perlu memeriksakan dirinya ke
dokter setelah demam 9 hari.
2. Aspek klinik meliputi diagnosis medis sesuai dengan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, terdiri atas diagnosis dan
diagnosis banding. Pada pasien, diagnosis kerja adalah suspek typhoid.
3. Aspek risiko, ada 2: 1) internal: jenis kelamin, umur, keturunan, kebiasaan, dan
gaya hidup, 2) eksternal: keikutsertakan keluraga dalam penanggulangan masalah
pasien, masalah dalam keluarga, kebiasaan keluarga, interaksi antar anggota
keluarga, kondisi ekonomi, dan kondisi lingkungan seperti rumah dan tempat
tinggal. Internal kebiasaan makan sembarangan, kebiasaan cuci tangan
sebelum makan belum dibiasakan, Eksternal Lingkungan rumah yang kumuh,
sampah tidak dikelola dengan baik, jamban berupa jamban cemplung, lokasi
dapur dengan jamban berdekatan, pembuangan air dari kamar mandi terbuka
melewati dapur, ekonomi kurang
4. Aspek fungsional yaitu kemampuan individu untuk melakukan aktivitas seharihari baik secara fisik maupun emosional di dalam dan di luar ruangan, terdiri atas
5 tingkat mulai dari dapat melakukan aktivitas sampai sangat sulit melakukan
aktivitas (skala 1 5). Pasien mampu melakukan aktivtas sehari-hari dengan baik
secara fisik, tetapi pasien pengangguran dan juga tidak sekolah (skala 2).
Dalam hal ini, dokter keluarga berkewajiban selain menerapi penyakit yang
sekarang diderita pasien juga berkewajiban untuk memberikan edukasi tidak hanya
terkait pada pribadi pasien tetapi juga terkait kehidupannya secara keseluruhan,
meliputi

Pola makan yang baik dan benar


Menjaga imunitas tubuh
edukasi tentang rumah sehat, terutama untuk jamban, jendela,

ventilasi, dan pencahayaan dalam rumah


edukasi tentang penularan dan kemungkinan kekambuhan di kemudian
hari yang dapat melalui jamban yang tidak sehat, peralatan dapur yang
tidak dicuci dengan bersih
26

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Penyakit typhoid yang dialami pasien perlu dikelola secara komprehensif
dengan pendekatan diagnosis holistik. Diagnostik holistic pada pasien ini adalah:
Aspek I

: demam 9 hari, mual, pasien yakin tubuhnya tidak aka nada

masalah
Aspek II

: Suspek Typhoid

Aspek III :

Internal kebiasaan makan sembarangan, kebiasaan cuci tangan

sebelum makan belum dibiasakan,


Eksternal Lingkungan rumah yang kumuh, sampah tidak
dikelola dengan baik, jamban berupa jamban cemplung, lokasi
dapur dengan jamban berdekatan, pembuangan air dari kamar
mandi terbuka melewati dapur, ekonomi kurang

27

Aspek IV : Pasien mampu melakukan aktivtas sehari-hari dengan baik


secara fisik, tetapi pasien pengangguran dan juga tidak sekolah (skala 2)
Pengelolaan komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative. Pembagian leaflet tentang typhoid dan penyuluhan kepada masyarakat
sekitar, pola makan yang baik dan benar, menjaga imunitas tubuh , edukasi tentang
rumah sehat, terutama untuk jamban, jendela, ventilasi, dan pencahayaan dalam
rumah, dan edukasi tentang penularan dan kemungkinan kekambuhan di kemudian
hari yang dapat melalui jamban yang tidak sehat, peralatan dapur yang tidak dicuci
dengan bersih
Upaya promotif dan preventif dapat dicapai dengan pembagian leaflet tentang
typhoid, penyuluhan,
6.2 Saran
Dalam hal ini, dokter keluarga berkewajiban selain menerapi penyakit yang
sekarang diderita pasien juga berkewajiban untuk memberikan edukasi tidak hanya
terkait pada pribadi pasien tetapi juga terkait kehidupannya secara keseluruhan.
Selain itu, pendekatan diagnosis secara holistic perlu ditekankan pada dokter-dokter
muda sehingga pengelolaan komprehensif dapat dicapai.

28

DAFTAR PUSTAKA

1. T. H. Rampengan. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku


Kedokteran. EGC. Cetakan I. Tahun 1993.
2. Ditjen P2M & PL. Depkes RI, 2005. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid
Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta.
3. Indro Handojo. Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. Airlangga
University Press. 2004.
4. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III
edisi IV. Penerbit FK-UI. Jakarta. 2006.
5. Pedoman pengendalian demam typhoid. (KMK No. 364 ttg Pedoman
Pengendalian Demam Tifoid.pdf)
6. Simanjuntak, C. H, 1993. Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan
Penelitian. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.

29

Lampiran:
LEAFLET KUNJUNGAN RUMAH

30

FOTO KUNJUNGAN RUMAH

31

32

Anda mungkin juga menyukai