Menu
Langsung ke isi
SUSPENSI
18 November 2012 by drutama
1.1
Definisi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (FI Ed. III,
1979, hlm 32)
c. USP XXVII, 2004, hal 2587
Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat
terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok
yang dimaksudkan untuk pemberian oral.
Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat
yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk
pemakaian pada kulit.
Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro
untuk pemakaian di luar telinga.
I. 3
Macam-macam Suspensi
Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang
mengeras atau penggumpalan.
b. Berdasarkan Istilah
Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang
ditujukan untuk pemakaian oral. (contoh : Susu Magnesia)
Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika
zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat
yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi
tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).
Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian
pada kulit (contoh : Lotio Kalamin)
c. Berdasarkan Sifat
1. Suspensi Deflokulasi
Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila
kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit,
maka kecepatannya akan lambat.
Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing
partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.
Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan
kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat.
Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang
relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya
yang lambat.
Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali
diredispersi karena terbentuk masa yang kompak.
f. Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah
sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap
homogen pada waktu paronya.
2. Suspensi Flokulasi
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat
terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit
partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat
relatif besar.
Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang
disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan
ukuran yang bermacam-macam.
Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap
besar dan mudah diredispersi.
Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena
kecepatan sedimentasinya tinggi.
Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
i.
Kombinasi ukuran partikel
ii.
Penggunaan elektrolit untuk kontrol
potensial zeta.
iii.
Penambahan polimer dapat mempengaruhi
hubungan struktur partikel dalam suspensi.
I. 4 Syarat Suspensi
a. Menurut FI IV,
1.
1995
+ wetting agent
Dispersi homogen
Suspending agent
+ Zat untuk flokulasi
(non-elektrolit)
Suspensi Deflokulasi
+ Suspending agent
Suspensi terflokulasi
Suspensi terflokulasi
Formula Umum
A. Zat aktif
B. Bahan tambahan
Bahan pembawa
B. Bahan Tambahan
a. Bahan pensuspensi / suspending agent (Art of Compounding, hlm 300)
perubahan pada interval suhu dan pH yang cukup besar. Pada kosentrasi 1%
baru ditambah pengawet yang sesuai.
Fungsi: Stabilizing agent; suspending agent; viscosity-increasing
agent.
Penggunaan Farmasetik: pencampuran suspending agent anorganik tertentu
seperti;magnesium aluminum silicate, or organic gums akan memeberikan
effek rheologl yang sinergis. Pada umumnya perbandingan pencampuran
antara xanthan gum dengan magnesium aluminum silicate 1:2 sampai 1:9
memberikan hasil yang maksimal Efek sinergis yang optimum juga diperoleh
melalui perrbandingan Xantan : Guar gum 3:7 dan 1: 9.
7. Guar Gum (Guar Flour) (Martindale 28th, 945-955; Excipients, 228)
Sifat fisika : merupakan dispersi koloidal yang viokous (larutan) yang
terhidrasi dalam air dingin. Kecepatan hidrasi optimum pada pH 7,5-9.
Viskositas larutan 1% ialah 2000-2500 cps dan merupakan aliran
tiksotropik. Serbuk halus lebih sukar didispersikan. Untuk mengembangkan
viskositas yang maksimum diperlukan waktu 2-4 jam dalam air pada suhu
kamar.
pH stabilitas: 1-10,5. pada pH 3,5-4,5 viskositasnya kurang.
Viskositas max pada pH 7,5-9
Stabilitas dan penyimpanan: pemanasan yang lama akan menurunkan
viskositas. Simpan dalam wadah tertutup baik.
Kelarutan :praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin
dan panas, guar gum terdispersi. Dan mengembang membentuk sol
tiksotropik, dan kental. Kecepatan hidrasi optimum terjadi pada pH 7,59. Serbuk yang sangat halus mengembang lebih cepat dan lebih sulit untuk
didispersikan. Didiamkan dalam suhu kamar selam 2-4 jam akan
menghasilkan viskositas yang maksimum.
Pengawetan : stabilitas terhadap bakteri dapat ditingkatkan dengan
penambahan campuran 0,15% metil paraben dan 0,02% propil paraben atau
dengan 0,1% asam benzoat atau Na pentaklofenat.
OTT: guar gum tidak tersatukan dengan aseton, alkohol, tanin,
asam,/basa kuat. Ion borat akan mencegah hidrasi dari dispersi guar
dalam air. Penambahan ion borat untuk menghidrasi larutan menghasilkan
struktur gel yang kohesif yang dapat mencegah hidrasi yang lebih lanjut.
Gel tersebut dapat dicairkan dengan menurunkan pH dibawah 7
Keamanan: aman digunakan.
Efek Samping : seperti halnya dengan CMC. Dalam jumlah besar secara
temporer dapat menyebabkan peningkatan flatulensi, distensi, obstruksi
usus, dan obstriksi osofagus.
Kontra indikasi : tidak boleh digunakan intuk pasien yang mengalami
obstruksi sal usus. Harus digunakan dalam keadaan mengandung air untuk
menghindari kekerasan feces atau obstruksi eosefagus.
Penggunaan: guar gum dipakai sebagai pengental dan sebagai stabilistaor
dalam emulsi. Emulsi yang dibuat dengan akasia dapat distabilkan dengan
baik dengan menambahkan gom guar 1%. Gom guar merupakan suspending agent
yang kurang baik untuk serbuk yang tidak larut. Guar Gum dapat di
campurkan penggunaannya dengan tanaman hydrokoloid lain seperti tragakan
II.Turunan Selulosa
1. Metilselulosa
(Martindale 28th, 947; RPS, 1245; Excipients,386; Cooper & Gunn, 107;
Aulton Pharm Practice,
101; Aulton The Sciencdee of.., 276)
Merupakan polimer selulosa rantai panjang yang rata-rata memiliki dua
gugus hidroksik pada setiap unit heksosa yang termetilasi. Variasi
bahan dipasaran berbeda dalam tingkat substitusinya dan panjang rantai
selulosenya. Bahan yang rantainya panjang paling kental. Ada 4 tipe
metil
selulosa yang umum yaitu : MC 20 BPC, 425 BPC, 2500 BPC, dan 4500
BPC. Nomor-nomor tersebut menandakan perkiraan kekentalannya dalam
senti stokes dari 2 % musilago. Kelas yang viskositasnya tinggi (2500,
4500) digunakan sebagai pengental dan pendispersi.
Dipasaran dikenal
dengan nama metosel.
Ada dua jenis metosel, yaitu :
1 .Metosel MC (metil eter), dan
2. Metosel HG (campuran metil dan hidroksi propil eter selulosa)
Metil selulosa dengan nomor yang rendah larut dalam air, sedangkan metil
dengan kelas viskositas yang tinggi membentuk gel lunak pada suhu kamar.
Kelarutan : Larut di air dingin tetapi tidak larut dalam air panas.
Tidak larut dalam eter, alkohol, dan kloroform. Larut dalam asam asetat
glasial dan dalam campuran alkohol dan kloroform dengan perbandingan
sama, tidak larut dalam air panas, dalam larutan jenuh garam.
Jenis-jenis metilselulosa :
a.
Metil selulosa 20
: mengandung 26 32 % group methoksil dan
viskositas larutan 2 % adalah 17 23 centistokes pada 20oC.
b.
Metil selulosa 450 : mengandung 26 32 % group methoksil dan
larutan 2 % pada 20oC mempunyai viskositas 350 450 centistokes.
c.
Metil selulosa 2500 : mengandung 27 29 % group methoksil dan
larutan 2 % pada 20oC mempunyai viskositas 2200 centistokes.
d.
Metil selulosa 4500 : mengandung 27 29 % group methoksi dan
larutan 2 % pada 20oC mempunyai viskositas 4000 5000 centistokes.
OTT
:
metilselulosa OTT dengan amin akrine hidroklorida,
kolesterol, merkuri klorida, fenol, resorsinol, asam tanat, dan perak
nitrat. Biasanya ketidaktersatuannya ditunjukkan oleh kekeruhan dan
hilangnya viskositas.
Stabilitas
: Pada pemanasan mula-mula viskositas musilago menurun.
Dan kemudian pada saat suhu meningkat molekul metil selulosa ini
perlahan-lahan terhidratasi sampai terbentuk dispersi pada suhu sekitar
50oC. Pada pendinginan, gel berubah menjadi padat dan viskositasnya
kembali ke normal. Penurunan viskositas yang diakibatkan pemanasan akan
bertambah besar dengan adanya asam daripada dalam basa. Viskositas
dapat berubah juga tanpa pemanasan. Perubahan ini disebabkan adanya
asam atau basa. Walaupun musilago kurang / tidak mudah terserang
mikroba, pada pembuatannya harus ditambahkan pengawet, misalnya fenil
merkuri nitrat 0,001 %. Pilih pengawet non ionik sehingga stabil pada
range pH yang lebar.
Penggunaan : Metil selulosa digunakan dalam farmaseutik dan
terapeutik. Dalamfarmaseutik, metilselulosa digunakan sebagai zat
Penggunaan
:
menyerupai CMC Na karena merupakan eter selulosa,
perbedaannya ialah nonionik dan larutan ini tidak dipengaruhi pada
beberapa kasus. Digunakan dalam bidang farmasi sebagai pengental, koloid
pelindung, pengikat, penstabil, dan suspending agent dalam emulsi,
jelly dan ointmen, lotion, ophtalmic, solution, suppositoria, tablet,
shampoo, hair sprays, penetralisir, krim, lotion.
III.Golongan Clay
1. Bentonite ( HPE, 4th ed.,2003,43; Martindale 33th,1499;Husas, 168;
Aulton The Science of, 277; Art of Compounding, 304; CMN)
Sumber
: dari alam.
Kelarutan
: praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan air
(aqueous solution), tetapi mengembang menjadi massa yang homogen dan
menempati kurang lebih 12 kali volume serbuk keringnya. Praktis tidak
larut dan tidak mengembang dalam pelarut organik.
pH
: larutan 2 % b/v (suspensi dalam air) 9,5 10,5
OTT
: dengan elektrolit kuat, partikel atau larutan yang bermuatan
positif (kationik), sulphurated potash dan acriflavine HCl.
Bentonit yang terdispersi akan terendapkan oleh adanya asam (karena
dispersinya bersifat basa) dan oleh adanya alkohol. Pada sediaan
antibakteri yang mengandung bentonit menunjukkan bahwa antibakteri yang
kationik akan diinhibisi (di inaktivasi) oleh bentonit dalam suspensi
air, tetapi tipe antibakteri anionik dan nonionik tidak dipengaruhi.
(HPE, 4th ed. 2003,43). Inaktivasi ini terjadi karena pertukaran kation.
Stabilitas
: Bentonit stabil terhadap suhu tinggi (lebih kecil dari
400o C). Dapat disterilisasi panas. Untuk serbuk disterilisasi pada
suhu 170o C selama 1 jam setelah dikeringkan 100o C.
Suspensinya dalam
air disterilisasi pada autoklaf.
Sifat aliran
:
tiksotropik (Art of Compounding) untuk suspensi 4 %
b/v yang membentuk gel dan akan lebih cair bila dikocok (terjadi tanpa
pemanasan). Untuk mencapai viskositas 800 cps (20o C) yaitu viskositas
yang baik untuk suspensi diperlukan konsentrasi 6,3 % b/v.
pH stabilitas
: 3 10 (Art of Compounding)
Penggunaan
: Bentonit akan menyerap air membentuk sol atau gel
tergantung konsentrasinya. Bentuk sol cocok untuk suspending agent.
Bentuk gel dipakai untuk basis salep atau krim. Penggunaan ini
mempunyai pH = 9. Bentuk gel akan sangat berkurang dengan adanya asam
dan meningkat dengan penambahan basa seperti Mg-oksida. Dalam bentuk sol
atau gelnya dalam air, bentonit bermuatan negatif dan akan mengalami
flokulasi bila ditambahkan elektrolit atau suspensi bermuatan positif.
Sifat ini menyebabkan kadang-kadang bentonit digunakan dalam penjernihan
cairan-cairan yang keruh. Sebagai serbuk suspending dalam sediaan cair
dan untuk membuat basis krim yang mengandung emulgator yang sesuai
sebagai emulgator o/w (seperti emulsifying wax, self emulsifying
gliseril monostearat). Konsentrasi bentonit 2 % sudah cukup. Sebagai
basis yang lain 10 20 % bentonit dan 10 % gliserin.
Pengembangan
:
Van Duin, jika bentonit dicampur dengan air akan
terbentuk suatu massa seperti salep. Salep-salep yang hanya terdiri
dari bentonit dan air tidak tahan lama. Salep ini selalu memisahkan air,
maka sering ditambahkan zat-zat lemak (seperti vaselin). Baru bentonit
magma : bentonit dalam air 5 % b/v baik digunakan untuk dispensing dan
0,5 2,5
10 50 %
0,5 2,5 %
2 10 %
2
10 %
Emulsion stabilizer (topical)
5 %
Emulsion stabilizer (oral)
5 %
Viskositas modifier
10 %
2
1
2
c. Pemanis
Fungsi : untuk memperbaiki rasa dari sediaan
Masalah yang perlu diperhatikan pada perbaikan rasa obat adalah :
Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan,
orang dewasa lebih suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka
sirup dengan rasa agak pahit seperti kopi, dsb.
Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan orang
sehat. Rasa yang dapat diterima untuk jangka pendek mungkin saja jadi
tidak bisa diterima untuk pengobatan jangka panjang.
Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuat
mungkin sediaan berasa enak, akan tetapi sesudah penyimpanan dalam
jangka waktu tertentu kemungkinan dapat berubah.
Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki
nilai kalor tinggi tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan untuk
pengobatan penderita diabetes.
Catatan :
Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol, sukrosa 20 25 %
Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5 %;
sakarin 0,05 %
Kombinasi sorbitol : sirupus simplex = 30 % b/v : 10 % b/v ad 20
25 % b/v total
pH > 5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai
dan menyebabkan perubahan volume.
Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi
d. Pewarna dan Pewangi
Pewarna dan pewangi harus serasi. (Lachman Practise, hlm 470)
Asin
:
Butterscoth, Mafile, Apricot, Peach, Vanili, Wintergreen
mint.
Pahit :
Wild cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passion
fruit, Mint spice anisi
Manis :
Buah-buahan berry, Vanili.
Asam :
Citrus, Licorice, Root beer, Raspberry.
Pengawet
Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung
bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan
tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila
sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang (multiple dose). Pengawet
yang sering digunakan antara lain :
Metil / propil paraben ( 2 : 1 ad 0,1 0,2 % total)
Asam benzoat / Na-benzoat
Chlorbutanol / chlorekresol (untuk obat luar / mengiritasi)
Senyawa amonium(amonium klorida kuarterner) OTT dengan metil
selulosa
Antioksidan
(Diktat Teknologi Farmasi Sediaan Liquida dan Semisolid, 143 147)
Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja
efektif pada konsentrasi rendah.
Cara kerja
:
memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada
tahap awal dengan memberikan atom hidrogen. Hal ini akan merusak
radikal bebas dan mencegah terbentuknya peroksida.
DAPAR FARMASETIK
Jenis Dapar
pKa
Dapar Fosfat pKa1= 2.15
pKa2= 7.20
Dapar Sitrat pKa1= 3.128
pKa2= 4.761
pKa3 = 7.20
Dapar asetat pKa = 4,74
Dapar karbonat pKa1= 6,34
pKa2= 10,36
Dapar borat
pKa = 9,24
h.
Penggunaan
Sediaan oral, parenteral
dan optalmik
Sediaan oral, parenteral
dan optalmik
Sediaan oral
Sediaan oral
Sediaan optalmik
Acidifier
Fungsi :
Mengatur pH
Meningkatkan kestabilan suspensi
Memperbesar potensial pengawet
Meningkatkan kelarutan
Foculating Agent
Bahan
Tipe
Muatan ion
Natrium lauril sulfat
Surfaktan
Anion
Dokusat natrium
Anion
Benzalkonium klorida
Kation
Cetylpiridinum klorida
Kation
Polisorbat 80
Non-ionik
Sorbitan monolaurat
Non-ionik
CMC-Na
Polimer hidrofil Anion
Xantan gum
Anion
Tragakan
Anion
Metil selulosa
Non-ionik
PEG
Non-ionik
Magnesium aluminium
Clay
Anion
Silikat
Attapulgit
Anion
Bentonit
Anion
Kalium dihidrogen fosfat Elektrolit
Anion
AlCl3
NaCl
Anionik/kationik
R/
Zat aktif
Sirupus simplek
CMC Na
0,25
Buffer fosfat pH 6
Na-sakarin
0,01
Sorbitol
Metil paraben
0,2
Propil paraben
0,03 %
Zat warna
qs
Flavouring agent
qs
Aquadest
ad 5
R/
30
%
%
20
%
ml
Asetaminofen
Sirupus simpleks
CMC Na
Buffer fosfat pH 6
Na-sakarin
Sorbitol
Metil paraben
Propil paraben
Vanila
Aquadest
ad
log
2,3 c
Keterangan :
= Kapasitas dapar, = 0,01 0,1
c = Konsentrasi total dapar (mol/L)
Ka = Konstanta asam = antilog (-pKa)
[H3O+] =
Konsentrasi ion hidrogen = antilog (-pH)
Contoh perhitungan dapar :
pH stabilitas sediaan
pKa H2PO4-
=
=
6,0
7,12
Persamaan Henderson-Hasselbach :
6 = 7,12 + log
log = 1,12
= 0,076 [HPO42-] = 0,076 [H2PO4-]
Persamaan Koppel-Spiro-Van Slyke :
Ka
= antilog (-pKa) = antilog (-7,12) = 7,6 . 10-8
+
[H3O ] = antilog (-pH)
= antilog (-6)
= 1 . 10-6
0,1=2,3 c =
0,1
= 2,3 c (6,55 . 10-2)
c = 0,66 mol/L
c
= [garam] + [asam]
0,66
= [HPO42-] + [H2PO4-] = 0,076 [H2PO4-] + [H2PO4-]
0,66
=
1,076 [H2PO4-]
0,61
=
[H2PO4-]
[HPO42-] = (0,076 x 0,61) = 0,046
Jadi, [H 2PO 4-] = 0,61 M ; [HPO 42-] = 0,046
BM KH2PO4 = 136,10
BM KNaHPO4 = 158,10
Dapar yang diperlukan untuk 1 L :
[KH2PO4]
= [H2PO4-] = 0,61 mol / L
= 0,61 x
136,10
= 83,02 gram/L
[KNaHPO4] = [HPO42-] = 0,046 mol / L
=
0,046 x 158,10
=
7,27 gram / L
Dapar yang diperlukan untuk 5 ml sediaan (dosis suspensi sekali
pakai) :
KH2PO4 =
x 83,02 gram
=
0,415 gram = 415 mg
KNaHPO4 =
x 7,27 gram
=
0,036 gram
=
36 mg
1.8. Pembuatan Sediaan Suspensi
Contoh formula :
R/ Zat aktif
100 mg
Sirupus simplek
30 %
Na CMC
0,25 %
Metil paraben
0,2%
Propil paraben
0,03 %
Pewangi
q.s
Pewarna
q.s
Aquades
ad 5 mL
Akan dibuat sediaan suspensi, dengan kekuatan sediaan: 100 mg/5mL
Jumlah yang akan dibuat :
(16+A) botol @ 100 mL dengan rincian :
Untuk diserahkan sebanyak A botol.
Untuk uji mutu sediaan akhir, yang terdiri dari :
1 botol
: untuk penentuan distribusi ukuran partikel,
homogenitas, penentuan BJ, penentuan pH
2 botol
: untuk penentuan volume sedimentasi (dilakukan
duplo @100 mL)
30 botol : untuk penentuan volume terpindahkan (non destruktif
Akasia
Larutan akasia dalam air membentuk mucilago kental (4 bagian bobot
dengan 6 bagian air).
b. Bentonite (sering digunakan untuk sediaan penggunaan luar)
Martindale ed.28 hal 950 : Bentonite ditaburkan di permukaan air panas
dan didiamkan selama 24 jam, kemudian distirer setelah bentonit
terbasahi sempurna. Dispersi dalam air juga dapat dibuat dengan mulamula membasahi bentonite dengan gliserol atau mencampurkannya dengan
serbuk yang tidak larut seperti ZnO2. (HPE 4th ed.,2003, 43 dan Art of
Compounding)
Van Duin : Bentonite ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam air
yang telah dihangatkan.
c. CMC Na (Husas, hal 167)
Dispersi CMC Na dibuat dengan cara yang sama seperti untuk
hidrokoloid.
Dibuat dispersi stok hidrokoloid dengan menaburkan serbuk CMC Na secara
perlahan-lahan ke dalam air yang diaduk dengan cepat. Pengaduk dengan
propeler atau blender sangat berguna untuk pembuatan dispersi ini. Untuk
menghasilkan kestabilan yang maksimum dengan menggunakan suspending
agent ini, dispersi hidrokoloid encer harus ditrituasi sepenuhnya dengan
komponen-komponen lain yang ada dalam resep yang harus dibuat suspensi.
Trituasi merupakan cara yang paling sederhana untuk membungkus partikelpartikel suspensinoid (zat yang disuspensi) dengan suatu film dari
suspending agent dan untuk jumlah resep yang kecil digunakan pengadukan.
Metoda yang kedua juga sama baiknya adalah pencampuran kering
hidrokoloid dan suspensinoid diikuti penambahan air. Prosedur ini hanya
dipakai dengan mudah atau waktu yang tersedia cukup Kecepatan hidrasi
dari campuran kering ini dapat ditingkatkan dengan trituasi dengan suatu
humektan seperti gliserin, sorbitol, sebelum air ditambahkan.
Untuk CMC Na, larutan jernih diperoleh dengan menggunakan pemanasan dan
pengadukan berkecepatan tinggi selama setengah jam. Jika pengadukan
terlalu tinggi dan lama, dispersi menunjukkan tiksotropik yang jelas.
Dispersi CMC mempertahankan viskositasnya dengan baik selama waktu yang
lama pada suhu kamar. Untuk penyimpanan yang lama harus digunakan
pengawet.
CMC Na dapat larut dengan mudah dalam air panas atau dingin membentuk
larutan yang kental yang bertindak sebagai suspending agent yang baik.
CMC Na bertindak sebagai suspending agent dalam bentuk larutan atau
kering. Aktivitas optimum diperoleh bila gum dimasukkan dalam
larutan.larutan jernih dibuat denagn mengaduk air sementara serbuk
kering ditambahkan secara perlahan-lahan, makin cepat pengadukan makin
cepat larutan terbentuk. Larutan ini dapat dibuat dengan mudah dengan
menggunakan alat pengaduk atau mortir dan alat penumbuk. Trituasi serbuk
kering dengan sebagian kecil air sampai pasta lunak diperoleh. Pasta ini
dipindahkan ke botol dan mortir dibilas dengan air atau semua cairan
dicampur dalam morir dan hasilnya ditransfer ke botol.
Viskositas maksismum pada pH 7-9. Viskositas rendah pada pH
3,5-4,5. Struktur nonionik CMC-Na membuatnya stabil pada range pH 1-10
d. Guar Gum (Husas, 165)
Guar gum dapat dikembangkan dalam air dingin atau air panas dan akan
terdispersi membentuk larutan koloidal. Guar gum praktis tidak larut
dalam alkohol. Larutan 0.5% netral terhadap lakmus, musilago 1%
viskositas mirip dengan musilago tragakan. Guar gum beraksi dengan
boraks membetuk gel yang keras. Pembuatan dalam skala besar dan stok
untuk jangka waktu lama, maka harus ditambahkan pengawet.
e. Hidroksi Etil Selulosa (Husas, 167)
Ada dua cara, yaitu:
Dibuat dispersi stok hidrokolid dengan menaburkan serbuk
secara perlahan-lahan diatas air yang diaduk dengan cepat. Pengaduk
propeler atau blender sangat berguna untuk membuat dispersi ini.
Pencampuran kering antara hidrokolid dan suspensinoid (zat
yang disuspensikan), diikuti penambahan air. Cara ini dipakai jika
hidrasi dapat dicapai dengan mudah atau waktu yang tersedia cukup.
Kecepatan hidrasi dari campuran kering ini dapat ditingkatkan dengan
triturasi menggunakan humektan seperti gliserol, sorbitol sebelum air
ditambahkan.
f. Metil Selulosa (Husas, 166)
Kadar pemakaian untuk suspending agent : 0.5%-2%
Dispersikan Metil Selulosa dalam 1/3 air mendidih atau dengan
mendidihkannya bersama-sama. Diamkan selama 30 menit (bila serbuk tidak
sempurna terbasahi akan terbentuk gumpalan yang sukar terdispersi).
Kemudian sisa air ditambahkan dalam keadaan dingin (air es) dan produk
di stirer sampai homogen.
Dispersi MC dalam air akan berwarna putih gelam jika disimpan pada suhu
ruangan, dan akan kembali
bening bila disimpan di refrigerator.
Cara Lain :
Metil selulosa ditambahkan bertahap sekitar 2 kali volume air
mendidihnya sambil di stirer. Lanjutkan selama 2 jam dan kemudian sisa
air ditambahkan. Diamkan musilago selama 16 jam
g. Mikrokristalin Selulosa (Avicel)
ukuran partikel dengan jumlah yang lebih besar lagi. Sedangkan, jika
distribusi ukuran partikel sempit, 200 partikel sudah mencukupi.
Untuk memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila
dilakukan pemotretan. Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi
dan waktu yang cukup lama. Jika partikel yang ada dalam larutan lebih
dari satu macam, sebaiknya tidak digunakan metode ini.
Penafsiran Hasil: distribusi ukuran partikel yang baik adalah
distribusi normal pada kurvanya.
F
Ket: F= frekuensi,
z= u kuran partikel
Cara 2 :
Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan
gliserol dan kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan
campuran sejumlah volume yang sama dari gliserol dan air, sebagai
alternatif digunakan paraffin sebagai pelarutnya (sesuai
monografinya).
Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek.
Periksalah sebaran acaknya secara mikroskopik dengan menggunakan
mikroskop resolusi yang cukup untuk mengobservasi partikel yang
kecil.
o Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada
partikel atau tidak lebih dari beberapa partikel di atas ukuran
maksimum yang diperbolehkan pada monografinya dan karena itu
hitunglah presentasi partikel yang mempunyai diameter maksimum
dalam batas yang ditetapkan.
Persentase harus dikalkulasi dari observasi paling sedikit
1000 partikel.
a.2 Metode Pengayakan
Metode ini menggunakan 1 seri ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh
National Bureau of Standards. Ayakan sering digunakan untuk
pengklasifikasian/membagi-bagi ukuran partikel. Ayakan yang tersedia
dengan ukuran 90 m 5 m, dibuat dengan teknik photoetching &
electroforming.
Berdasarkan US Pharmacopoeia untuk menguji kelembutan serbuk, sejumlah
massa tertentu ditempatkan pada ayakan dalam pengocok mekanik
(mechanical shaker). Serbuk ini dikocok selama waktu tertentu, dan
material yang melewati ayakan dan ditahan pada ayakan berikutnya (next
finer sieve) dikumpulkan kemudian ditimbang. Mengasumsikan distribusi
logaritma normal, presentase kumulatif berat serbuk yang tertahan pada
ayakan diplot dalam skala probabilitas terhadap logaritma aritmetik
rata-rata ukuran partikel.
a.3 Metode Sedimentasi
Ukuran partikel pada subsieve range dapat diperoleh melalui sedimentasi
gravitasi berdasarkan hukum Stokes sebagai berikut:
V = h/t = dst2 ( s 0) g / 18 0
0= media dispersi
s= kepadatan partikel
g = percepatan gravitasi
0= viskositas medium
h = jarak
v = kecepatan sedimentasi ( rate of settling )
dst = diameter rata-rata partikel berdasarkan kecepatan sedimentasi
Persamaan di atas hanya berlaku untuk partikel yang jatuh bebas tanpa
gangguan dan pada kecepatan yang tetap. Hukum ini berlaku untuk partikel
yang memiliki bentuk yang tidak beraturan dengan berbagai ukuran selama
disadari bahwa diameter partikel yang didapat merupakan ukuran partikel
relatif terhadap partikel dengan bentuk dan ukuran baku pada kecepatan
yang sama.
a.4 Metode Penentuan Volume Partikel
Instrumen yang populer digunakan untuk penentuan volume partikel adalah
Coulter counter. Prinsip kerja dari alat ini adalah ketika partikel
tersuspensi dalam cairan melewati lubang kecil
b.
Vo
Vu
e.
Penafsiran hasil:
Bila F=1 dinyatakan sebagai Flocculation equilibrium,
merupakan sediaan yang baik. Demikian bila F mendekati 1.
Bila F>1 terjadi Floc sangat longgar dan halus sehingga volume
akhir lebih besar dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat
tambahan.
Formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang
horizontal atau sedikit curam.
F= Vu/Vo
mL.
Hu = volume sedimentasi dalam sampel yang diencerkan
Ho = volume awal sampel sebelum pengenceran
Rasio Hu/Ho mungkin lebih dari 1.
c.2 Kemampuan Redispersi(Lachman, Teori dan Praktek Farmasi
Industri hal 493; Lieberman, Disperse System Vol 2 hal 304)
Metode penentuan reologi dapat digunakan untuk membantu menentukan
perilaku suatu cairan dan penentuan pembawa dan bentuk struktur
partikel untuk tujuan perbandingan.
Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok
sediaannya dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik.
Keuntungan pengocokan mekanik ini dapat memberikan hasil yang
reprodusibel bila digunakan dengan kondisi terkendali.
Suspensi yang sudah tersedimentasi (ada endapan) ditempatkan ke
silinder bertingkat 100 mL. Dilakukan pengocokan (diputar) 360
dengan kecepatan 20 rpm. Titik akhirnya adalah jika pada dasar tabung
sudah tidak terdapat endapan.
Penafsiran hasil :
Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna
dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik.
d.
Bj Sediaan dengan Piknometer (FI IV <981>, hal 1030)
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot
jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain,
didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25C terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam
monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada
volume dan suhu yang sama. bila pada suhu 25C zat berbentuk padat,
tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing
monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25C.
Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididhkan, pada
suhu 25C.
Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20C, masukkan ke dalam
piknometer.
Atur suhu pikometer yang telah diisi hingga suhu 25C.
Buang kelebihan zat uji dan timbang.
Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang
telah diisi.
Bobot jenis adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat
dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam
monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25C.
Singkatnya :
Bobot piknometer kosong ditimbang
: w0
Bobot piknometer yang telah diisi dengan air : w1
Bobot piknometer yang telah diisi dengan sediaan
: w2
e.
Sifat Aliran dan Viskositas Dengan Viskosimeter
Brookfield(Modul Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 17-18 )
Viskosimeter Brookfield merupakan viskosimeter banyak titik dimana
dapat dilakukan pengukruan pada beberapa harga kecepatan geser sehingga
diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter ini dapat pula digunakan
baik untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton maupun nonNewton (Gambar dan cara kerja Viskometer Brookfield dapat dilihat pada
Teori Sediaan Emulsi).
f.
Volume Terpindahkan (FI IV <1261> hal 1089)
Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang
dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada
etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan
cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan
penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika
dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan seperti yang
tertera pada etiket. Caranya:
Pilih tidak kurang dari 30 wadah.
Untuk suspensi oral, kocok isi 10 wadah satu persatu.
Untuk suspensi rekonstitusi, serbuk dikonstitusikan dengan
sejumlah pembawa seperti yang tertera pada etiket, konstitusi 10
wadahdengan volume pembawa seperti yang tertera pada etiket diukur
secara seksama dan campur.
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur
kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5
kalivolume yang diukur.
Penuangan dilakukan secara hati-hati untuk menghindarkan
pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selam
30 menit.
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap
campuran : volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang
dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%.
Jika A: adalah volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak
ada satupun wadah yang volumenya kurang dari 95%.
Jika B: adalah tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari
95% tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada
etiket, lakukan pengujian terhadap 20 wadahtambahan.
Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari
100% dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%,
tetapi tidak kurang dari 95%.
g.
h.
i.
Share this:
Twitter2
Facebook4
Like this:
Related
Pembahasan Injeksi Kering Steril
Injeksi Steril
Diabetes dan Antidiabetes
In "Diabetes"
Tinggalkan Komentar
Navigasi tulisan
Cari
Tulisan Terkini
Arsip
Kategori
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Ikuti
Follow drutama ~ Amantadin
Get every new post delivered to your Inbox.
Powered by WordPress.com