Anda di halaman 1dari 3

Dalam upaya mengatasi krisis air tanah dan penurunan muka air tanah, serta mengoptimalkan potensi air

permukaan secara terpadu dan berkelanjutan, dan juga mengurangi dampak intrusi air laut dan land
subsidence, seiring dengan terus meningkatnya eksploitasi pemanfaatan air tanah, maka Balai Bangunan
Hidraulik dan Geoteknik Keairan, Pusat Litbang Sumber Daya Air Balitbang PU berhasil menciptakan
teknologi Aquifer Storage and Recovery (ASR) sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pada saat ini, sumber daya air telah terdegradasi pada tingkat yang sangat serius dan telah menimbulkan
berbagai konflik sosial. Oleh karena itu, diperlukan upaya ekstra dan pendekatan non konvensional untuk
memperoleh sumber daya air alternatif.
Dalam Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag, Belanda yang diselenggarakan pada Maret
2000 silam, telah diprediksikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang akan mengalami
krisis air pada tahun 2025 mendatang. Salah satu penyebabnya, adalah kelemahan dalam pengelolaan
air. Kretidakefisienan dalam pemakaian air, telah menyebabkan laju kebutuhan akan sumber daya air
dan potensi ketersediaan air sangat timpang. Kondisi tersebut, menyebabkan semakin tertekannya
kemampuan alam dalam menyuplai air.
Selain itu, dengan penggunaan air tanah secara berlebihan dan tidak terkontrol, akan menjadi pemicu
munculnya permasalahan lain yang tak kalah kompleksnya, yakni masalah penurunan muka tanah atau
yang lebih populer disebut land subsidence. Minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan
konservasi air tanah dan eksplorasi terhadap air tanah secara besar-besaran, akan menimbulkan efek
berantai. Kondisi tersebut, semakin diperburuk dengan tidak optimalnya penyediaan air bersih yang
dilakukan oleh pengelola air bersih, sehingga masyarakat lebih memilih untuk menggunakan air tanah.
Pengeboran air tanah dalam skala yang masif, seperti yang banyak terjadi saat ini, telah menyulut
permasalahan serius, seperti pengeroposan lapisan tanah, dan jika gejala kerusakan tersebut terjadi
dalam waktu lama, akan menimbulkan dampak yang lebih besar lagi, yakni penurunan muka tanah
atau land subsidence. Kejadian ini, sudah tampak di beberapa wilayah di Indonesia, seperti yang terjadi
di wilayah industri tekstil Gede Bage, Bandung. Akibat eksploitasi air tanah secara besar-besaran, maka
dampak penurunan muka tanah tak dapat dihindarkan.
Teknologi ASR
Melihat kondisi air tanah yang sudah dalam keadaan kritis tersebut, maka berbagai pihak telah mulai
meresponnya untuk mencari solusi terbaik untuk mengatasinya. Salah satu pihak yang secara serius
telah mencari jalan keluar dari permasalahan ini, adalah Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik
Keairan, Pusat Litbang Sumber Daya Air, yang telah berupaya keras untuk menghasilkan sebuah
teknologi , yang disebut Aquifer Storage and Recovery (ASR).

Secara singkat, ASR didefinisikan sebagai penyimpanan air pada lapisan tanah yang dilakukan melalui
pengeboran. Cadangan air tanah berasal dari air hujan yang turun selama musim penghujan dan proses
pengambilannya dilakukan ketika musim kemarau. Konstruksi pengeboran dalam teknologi ASR ini tidak
seperti pembuatan sumur bor pada umumnya. Pada teknologi ini, sumur bor ASR dilengkapi dengan
pisometer sebagai alat pemantau, yang dipakai untuk mengukur tekanan statis cairan dalam sebuah
sistem. Selain itu, pada sumur bor ASR juga ditambahi dengan bangunan pelengkap untuk pengolahan
air imbuhannya.
Mengenai konsep dasar teknologi ASR, pada prinsipnya adalah menyimpan air dengan metode resapan
buatan pada daerah yang telah mengalami penurunan muka air tanah (excessive groundwater
drawdown). Yaitu, dengan cara menginjeksikan air melalui sumur air tanah ke dalam target akifer atau
lapisan yang telah ditentukan. Untuk membuat sumur penyelamat ini tidak bisa dilakukan secara
serampangan. Tetapi, ada beberapa kondisi dan prosedur yang harus ditempuh.
Pertama, dibutuhkan air permukaan dan pasokan curah hujan yang cukup. Cadangan air ini dapat
diperoleh ketika terjadi kelebihan limpahan air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah. Hal ini bisa
dihitung dengan melakukan analisa curah hujan. Data-data dan analisa mengenai frekuensi, jumlah hari
hujan, maksimum curah hujan, dan kualitas air permukaan sangat diperlukan, untuk menentukan bahan
desain bangunan pelengkapnya.
Kedua, adalah menyangkut masalah kondisi geologi dan hidrogeologi. Dibutuhkan kondisi geologi dan
hidrogeologi yang terinci, untuk menentukan lokasi dan tipe resapan imbuhan. Data yang dibutuhkan
biasanya sangat beragam, yakni: kondisi batas geologi, kondisi batas hidrolik, aliran masuk dan keluar air
tanah, storativitas, porositas, konduktivitas hidrolik, transmisivitas, debit mata air, sumber air untuk
diresapkan, resapan alami, water balance, litologi, kedalaman lapisan tanah, serta kondisi batas tektonik.
Mengingat data yang dibutuhkan tersebut begitu banyak, maka pembuatan ASR akan memakan waktu
yang tidak singkat.
Adapun mengenai komponen-komponen dalam teknologi ASR, antara lain:saluran pengelak dari saluran
utama yang telah ada, unit kontrol di saluran pengelak untuk mengontrol kuantitas dan kualitas aliran air
ke sumur injeksi, petunjuk pelaksanaan untuk perlakuan (treatment) aliran air berlebih yang akan
digunakan, tampungan (wetland) untuk penyimpanan sementara yang digunakan pada saat
proses recovery dan saat penggunaan kembali, spillway menuju ke tampungan (wetland), sumur injeksi,
peralatanrecovery di sumur injeksi, Water Treatment System (tergantung pada penggunaan kembali air
yang di-recovery), sistem monitoring (elevasi muka air, volume air yang diinjeksikan atau yang

diekstraksi), sistem monitoring kualitas air, titik pemantauan kualitas air pada jalur yang menuju injeksi,
serta sistem kontrol untuk menghentikan injeksi pada saat-saat tertentu.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan prototip teknologi ASR ini, yang paling utama
adalah untuk mengatasi krisis air tanah dan penurunan muka air tanah. Selain itu, ASR juga mampu
mengoptimalkan potensi air permukaan secara terpadu dan berkelanjutan, serta memonitoring fluktuasi
muka air tanah secara real time. Teknologi ini, juga mampu memantau kualitas air imbuhan dan air
permukaan. Apabila diterapkan dalam jangka panjang, maka ASR dapat mengurangi dampak intrusi air
laut dan land subsidence.
Teknologi ASR telah banyak digunakan di berbagai negara, termasuk di Amerika Serikat yang telah
dimulai sejak tahun 1968, antara lain: pada cekungan air tanah di Wiconsin, Florida, Arizona dan
California. Penerapan teknologi ASR menjadi lebih mudah, karena selain telah dikembangkannya
kreativitas teknologi oleh para ahli air tanah, juga adanya dukungan dari para senator, sehingga secara
politis, sosialisasi serta meningkatkan peran masyarakat menjadi dapat difasilitasi dengan baik, termasuk
dukungan pendanaan.[pt]

Caption:
1.

Penerapan ASR di mancanegara yang telah dikembangkan kreativitas teknologinya oleh para

ahli air tanah.


2.

Metode penyimpanan air pada lapisan tanah dengan metode pengeboran untuk teknologi ASR.

3.

Prinsip kerja teknologi ASR.

4.

Sumur ASR untuk untuk menyimpan atau mengambil air tanah ke dalam target akifer atau

lapisan yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai