Anda di halaman 1dari 9

Skoliosis : Kelainan Kurva Pada Kolumnar Vertebralis

Abdul Siddiq Bin Rahani


B10 102013483
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jl. Arjuna No.6, Jakarta Barat
Alamat Korespondensi : abdulsiddiqrahani@ymail.com

ABSTRAK
Skoliosis merupakan kondisi tulang belakang yang tidak normal, yaitu tulang melengkung ke
arah samping atau lateral. Jika dilihat dari hasil X-Ray maka terlihat bentuk tulang seperti
huruf S atau C. Seseorang dikatakan menderita skoliosis jika tulang belakangnya melengkung
ke satu sisi kiri atau kanan melebihi 10 derajat dari garis lurus. Dalam kebanyakan kasus,
skoliosis tidak diketahui penyebabnya atau disebut idiopatik. Kebanyakan orang baru
menyadari terkena skoliosis ketika memasuki remaja. Kesan daripada skoliosis ini adalah
seperti nyeri pada bahagian punggung seseorang itu dan dari segi dampak fisiknya ialah
asimetri pada bahu kanan dan kiri jika skoliosis ini berada pada derajat yang berat. Terdapat
juga klasifikasi kurva skoliosis berdasarkan letak puncanya pada kolumnar vertebralis yang
terdiri daripada lima kelompok dan juga terdapat cairan sinovialis.
Kata kunci : Skoliosis, kolumna vertebralis, kurva skoliosis, cairan sinovialis

ABSTRACT
Scoliosis is a spinal condition that is not normal, ie bone curved sideways or lateral. If seen
from the results of X-ray bone shape looks like the letter S or C. A person is said to suffer
from scoliosis if his spine curved to the left or right side exceeds 10 degrees from the straight
line. In most cases, the cause of scoliosis is unknown or is called idiopathic. Most people are
affected by scoliosis realized when entering adolescence. Impression than it is like the pain of
scoliosis on someone's back portion and in terms of physical impact is the asymmetry in the
right and left shoulder if scoliosis is in the severe degree. There is also a scoliosis curve

classification based on a columnar layout puncanya consisting vertebral than five groups and
also there sinovialis fluid.
Keywords: scoliosis, vertebral columnar, scoliosis curves, sinovial fluid
PENDAHULUAN

Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang.
Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui
penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek samping yang
diakibatkan karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan,
sindrom Down, dan penyakit lainnya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau
saraf di sekitar tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang
belakang menjadi melengkung.1
Ahli bedah tulang (ortopedi) mengklasifikasikan idiofatik skoliosis ke dalam empat kategori
berdasarkan usia penderita ketika kelengkungan tulang terlihat untuk pertama kalinya.
Keempat kategori tersebut adalah skoliosis idiofatik anak-anak, remaja, pada remaja yang
berada di sekitar masa pubertas, dan dewasa.
Mengacu pada skenario 6 yang dialami oleh seorang perempuan usia 17 tahun dengan
keluhan sering mengeluh sakit punggung sejak dua tahun yang lalu. Dari pemeriksaan juga
didapatkan asimetri pada bahu, dimana bahu kiri lebih tinggi dari kanan. Setelah di rontgen,
dokter menjelaskan didapatkan adanya scoliosis atau penyimpangan pada sumbu tulang
belakang, maka dibuatlah makalah ini untuk membahas kasus skoliosis yang melibatkan
tulang punggung

. Gambar 1. Hasil X-ray bentuk tulang penderita skoliosis yang menampakkan kurva pada
kolumnar vertebralis
ANATOMI KOLUMNA VERTEBRALIS

Terdapat 33 buah vertebrae, yang terbagi ke dalam lima kelompok berdasarkan morfologi dan
lokasi. Tujuh vertebrae cervicales di antara thorax dan cranium ditandai terutama oleh
ukurannya yang kecil, processus spinosus yang terbelah dua, dan adanya foramen di setiap
processus tranversus. Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau
procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang
ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari
C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2
atau aksis.2
Dua belas vertebrae thoracicae ditandai oleh adanya costae yang bersendi kepadanya. Costae
merupakan tulang-tulang terpisah dan berartikulasi melalui sendi synovialis dengan corpus
vertebrae dan processus tranverus vertebrae terkait meskipun semua verterbra memiliki
elemen costalis, pada daerah selain thorax elemen-elemen tersebut kecil dan tergabung ke
dalam processus tranversus. Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk.
Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung
dorsal' dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.2
Inferior dari vertebrae thoracicae ada lima vertebrae lumbales, yang membentuk kerangka
penyangga dinding posterior abdomen dan ditandai oleh ukurannya yang besar. Bagian ini
(L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari
yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa
gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.2
Ada lima vertebrae scarales yang menyatu menjadi tulang tunggal bernama sacrum, yang
bersendi dengan tulang pelvis pada kedua sisinya dan merupakan salah satu komponen
dinding pelvis. Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak
memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.2
Inferior dari sacrum ada vertebrae coccygeae, yang bervariasi jumlahnya, biasanya empat,
menyatu menjadi tulang kecil tunggal berbentuk segitiga bernama coccyx. Terdapat 3 hingga
5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah. Beberapa hewan memiliki tulang
coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu disebut tulang punggung kaudal (kaudal
berarti ekor).2
KURVATURA COLUMNA VERTEBRALIS

Columna vertebralis memiliki beberapa lengkung, kurvatura primer dari columna vertebralis
adalah cekung di bagian anterior, mencerminkan bentuk asal embrio, dan tetap dipertahankan
pada daerah thoracica dan sacralis dewasa. Kurvatura sekunder, yaitu cengkung di bagian
posterior, terdapat pada daerah cervicalis dan lumbalis dan membawa pusat gravitasi sebagai
suatu garis verticalis, yang memungkinkan berat badan diseimbangkan pada columna
vertebralis dengan cara sedekimian rupa sehingga hanya membutuhkan sedikit energi musculi
untuk mempertahankan postur tegak bipedal.3

Gambar 2. Bentuk kolumna vertebralis yang normal

SENDI PADA KOLUMNA VERTEBRALIS


Persendian pada columna vertebralis terutama terdapat antara masing-masing vertebra
melalui suatu plane joint pada processus articularis superior dan processus articularis
inferior masing-masing. Sebagai suatu artculatio plana (plane joint), sendi ini termasuk sendi
synovial. Discuss intervertebralis, suatu synchondrosis, dapat juga dimasukan sebagai sendi
antara dua buah vertebra. Sendi synovial antar vertebra berbeda pada masing-masing
kelompok cervical, thoracica dan lumbal. Pada vertebrae cervicales hubungan ini miring,
pada vertebrae toraciae hubungan antar vertebra ini hamper vertical pada bidang sagital,
sedangkan pada vertebrae lumbales sendi ini tegak menghadap ke lateral.
Selain itu terdapat juga persendian antara tulang atlas dengan condylus occi pitalis, yaitu
articulatio atlantooccipitalis. Bersama-sama kedua sendi ini (kiri kanan) membentuk suatu

articulation ellipsoidea, suatu articulation synovialis. Pada sendi ini terutama terjadi gerak
ante-flexio dan dorso flexio kepala terhadap leher.
Disamping persendian pada processus artikularisnya, antara atlas dan epistropheus juga
terdapat sendi trochoidea (pivot joint) yaitu pada hubungan dens axis (dens epistropheus)
dengan fovea dentis, articulatio atlantoaxialis mediana. Sendi ini, yang dibagian posterior
diperkuat oleh ligamentum transversum atlantis, memungkinkan gerak latero flexio kepala
terhadap leher.
Articulatio costovertebralis terdapat pada vertebra thoracica yang berhubungan dengan costa.
Sendi ini juga merupakan suatu plane joint, terdapat antara costa dengan fovea costalis yang
terdapat pada corpus dan pada processus transverses.
Dibagian caudal terdapat articulation lumbosacralis dan articulatio sacra iliaca antara facies
auricularis ossis sacri dan os ilium. Sendi terakhir ini, suatu plane joint merupakan jalur yang
meneruskan gaya berat yang ditopang oleh columna vertebralis ketulang panggul untuk
selanjutnya diteruskan ketulang tungkai fungsi ini dipermudah oleh permukaan facies
auricularis yang berbenjol-benjol tidak rata, diperkuat oleh ligamentum sacroiliacum anterius
dan ligamentum sacroiliacum posterius. Disamping itu, vertebra lumbaris pada articulation
lumbosacralis diikat juga dengan os ilium oleh ligamentum ilio lumbale.4
Discus intervertebralis di bentuk oleh nucleus pulposus yang di kelilingi dan di ikat oleh
annulus fibrosus yang merupakan suatu fibri cartilage. Pada anak-anak discus ini berisi
materi yang berbentuk gel, tetapi dengan pertambahan usia, masa ini mengeras menjadi mirip
jaringan rawan yang bersifat hygrocopis. Nucleus pulposus dengan annulus fibrosus
berfungsi sebagai bantalan yang menahan tubuh.
Tetapi, bila discus ini mengalami perubahan tekanan yang mendadak, sarabut yang
membentuk annulus fibrosus dapat sobek sehingga nucleus pulposus menjoro keluar.
Keadaan ini di namakan hernia nucleus pulposus. Bagian nucleus yang kelua akan mencari
bagian dengan tekanan terendah di sekitar foramen intervertebrale sehingga akan menekkan
serabut saraf spinal yang terdapat di sana.
LIGAMENTA PADA KOLUMNA VERTEBRALIS

Sepanjang bagian depan columna vertebralis didapati ligamentum longitudinale anterius yang
mengikat semua vertebra. Ligamentum ini di mulai dari os ocipi-tale dan berakhir pada os
sacrum, makin kebawah uukuran lebarnya bertambah dengan catatan di daerah thoracal ia
menyempit. Di bagian belakang corpus, di dalam canalis vertebralis, di dapati juga
ligamentum longitudinal prosterius di dinding depan canalis vertebralis. Berbeda dengan
yang anterior ligamentum longitudinale posterius berawal pada corpus vertebra cervicalis
kedua dan berakhir pada permukaan anterior canalis ossis sacri. Ligamen ini mempunyai
hubungan yang erat dengan setiap discus intervertebralis, serabut colagennya menyatu
dengan serabut collagen yang membentuk anolus fibrosus. Di leher terdapat ligamentum
nuchae, suatu ligamentum supra-spinale, yang menghubungkan setiap processus spinosus
dengan protuberantia ocipitalis externa. Ligamentum ini membentuk semacam lembaran yang
menghubungkan perlekatannya di garis tengah.
CAIRAN SINOVIAL
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi tiga
tipe, yaitu sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan
dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis,
sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament,
sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis dan sendi
sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan, memiliki
rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat
bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan, bening,
tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab atas
viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial.5
Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. Jenis sendi
sinovial ; Ginglimus, fleksi dan ekstensi, monoaxis ; Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add,
biaxila ; Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial ; Trochoid :
rotasi, mono aksis ; Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis. Secara
fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan yang
mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke
depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali ke
belakang.

Gambar 3. Cairan synovial pada kolumna vertebralis


Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel kondrosit, dan
matriks. Matriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang terbenam di dalam bahan
dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3 macam tulang rawan, yaitu :
tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan ujung-ujung
persendian; tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva; dan
tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis, simfisis
pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung
beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun oleh kolagen tipe II dan proteoglikan yang
sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan
sewaktu sendi menerima beban yang kuat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan
proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau penambahan usia.
SKOLIOSIS
Skoliosis merupakan suatu abnormalitas kurvatura lateral columna vertebralis. Skoliosis yang
sesungguhnya tidak hanya melibatkan kurvaturanya (baik kanan ataupun kiri), namun juga
elemen vertebra yang satu berotasi pada yang lain. Jenis yang paling umum skoliosis adalah
jenis dimana kita masih memiliki sedikit pemahaman bagaimana atau mengapa hal itu terjadi,
sehingga disebut skoliosis idipatik. Jenis tersebut tidak pernah ada sejak lahir dan cenderung
terjadi pada kelompok usia anak, remaja muda atau remaja. Corpus vertebrae dan elemenelemen posterior (pediculus dan laminae) pada pasien-pasien ini normal.2

Dalam perkembangannya, skoliosis lebih lanjut pada umumnya dibagi atas dua kategori
diantaranya adalah Skoliosis Struktural dan Non Struktural. Skoliosis struktural ialah suatu
kurvatura lateral spine yang irreversible dengan rotasi vertebra yang menetap. Rotasi vertebra
terbesar terjadi pada apex. Jika kurva bertambah maka rotasi juga bertambah. Rotasi ini
menyebabkan saat foward bending costa menonjol membentuk hump di sisi convex.
Skoliosis non structural juga disebut Fungsional Scoliosis / Postural Scoliosis merupakan
suatu kurvatura lateral spine yang reversibel dan cenderung terpengaruh oleh posisi. Di sini
tidak ada rotasi vertebra. Umumnya foward/side bending atau posisi supine/prone dapat
mengoreksi skoliosis ini.
Letak dan bentuk kurva dari skoliosis ini boleh di cervical, thoracal, lumbal atau beberapa
area. Bentuk kurva ada kurva C dan kurva S. Kurva C umumnya di thoracolumbal, tidak
terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot atau
sitting balance yang tidak baik. Kurva S pula lebih sering terjadi skoliosis idiophatic, di
thoracal kanan dan lumbal kiri, dan ada kurva mayor dan kurva kompensatori umumnya
struktural.
Penyebab dari skoliosis ini, sebanyak 75-85% kasus skoliosi merupakan idiofatik yaitu
kelainan yang tidak ketahui penyebabnya. Keempat kategori skoliosis idiofatik berdasarkan
usia penderita ketika kelengkungan tulang terlihat untuk pertama kalinya, adalah skoliosis
idiofatik anak-anak, remaja, remaja di masa pubertas dan dewasa. 15-25% kasus skoliosis
lainnya merupakan efek samping yang diakibatkan karena menderita kelainan tertentu seperti
distrofi otot, sindrom marfan, sindrom Down dan penyakit lainnya.
Kurva skoliosis ditentukan berdasarkan letak puncanya. Kurva mayor/kurva primer adalah
kurva yang paling besar, dan biasanya struktural. Umumnya terjadi pada skoliosis idiopatik
dan terletak diantara tulang vertebra T4 sampai dengan T12. Kurva kompensatori adalah
kurva yang lebih kecil, dan dapat terjadi kurva struktural maupun non-struktural. Kurva ini
membuat tinggi bahu penderita sama. Kurva mayor double, disebut demikian jika besar kurva
dan keparahan rotasinya sepadan, biasanya kurva struktural. Apex kurva adalah puncak kurva
yang letaknya paling jauh dari garis tengah tulang belakang.6

Nyeri punggung merupakan gangguan yang sangat umum. Hal tersebut dapat dikaitkan
dengan permasalahan mekanik atau adanya protusi/penonjolan discus yang menekan nervus.
Pada kasus yang melibatkan discus, mungkin dibutuhkan operasi untuk menyingkirkan discus
yang menekan nervus.
PENUTUP
Dampak atau imbas dari skoliosis, di samping bentuk tubuh yang tidak proporsional, juga
mendatangkan berbagai ketidak nyamanan, misalnya seperti nyeri di punggung terutama bila
skoliosis tidak dikoreksi sejak dini. Akan lebih berbahaya lagi jika sudutnya besar dan terjadi
di bagian atas (pinggang keatas). Jika masyarakat sudah mengalami gejala-gejala kelainan
tulang belakang skoliosis ataupun sudah melihat ciri-ciri fisik skoliosis, harus segera
menghindari aktivitas yang memperburuk (atau membentuk) skoliosis seperti tidak
memanggul beban yang berat di punggung (apalagi jika beratnya tidak seimbang).

DAFTAR PUSTAKA
1. Skoliosis. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Skoliosis. Diakses pada 22 Maret
2014.
2. Richard LD, A.Wayne V, Adam WMM. Dasar-dasar anatomi. Indonesia. 2014
3. Omar F, David M. At a glance anatomi. Indonesia. 2003
4. Leslie PG, James LH. Buku ajar berwarna histologi. Indonesia. 2007
5. Dayang NSP, Sendi pada kolumna vertebralis. Diunduh dari http://onsouwan.wordpress.
com. Diakses pada 22 Maret 2014.
6.

Nadia

L.

Pengaruh

http://www.docstoc.com
pada 22 Maret 2014.

skoliosis

terhadap

tubuh.

2013.

Diunduh

/docs/157093244/pengaruh-skoliosis-terhadap-tubuh.

dari

Diakses

Anda mungkin juga menyukai