Manggala Senapati
Senapati_manggala@yahoo.com
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 5631731
tu.fk@ukrida.ac.idd
PENDAHULUAN
Sebagian besar sistem pernapasan berkaitan dengan
pikirkan pernapasan seperti: udara yang bergerak ke dalam dan keluar paru-paru. Paruparu adalah situs pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara udara dan darah. 1
Saluran napas bagian atas meliputi hidung, faring dan laring. Saluran
napas bagian bawah dimulai dari trakea sampai ke paru. Kedua paru ditutupi oleh rongga
thoraks, yang terbentuk dari iga, sternum dan kolumna vertebrae dengan diafragma yang
berbentuk kubah memisahkan thoraks dan abdomen. Paru kiri memiliki dua lobus, dan
paru kanan memiliki tiga lobus. Jalan napas, pembuluh darah, dan limfatik memasuki
setiap bagian paru pada akar atau hilus. Paru dilapisi oleh suatu membran tipis yaitu
pleura viseralis, yang dilanjutkan oleh pleura parietalis yang melapisi permukaan bagian
dalam tulang rangka thoraks. Rongga tipis antarpleura berisi cairan pleura sebagai
pelumas. 2
Spirometri adalah tes fisiologis yang mengukur bagaimana seseoranng
mengembuskan napas atau menghirup udara sebagai fungsi waktu. Sinyal utama diukur
dalam spirometri mungkin volume atau aliran. Spirometri sangat berharga sebagai tes
skrining umum pernafasan kesehatan dengan cara yang sama dengan tekanan darah yang
memberikan informasi penting tentang kardiovaskular kesehatan 3
dari sinus ke rongga hidung. Selaput yang meradang dan bengkak karena hidung infeksi
atau reaksi alergi (sinusitis) dapat blok ini drainase tekanan, peningkatan dalam sinus dan
menyebabkan sakit kepala. Sinus mengurangi berat tengkorak. Sinus juga digunakan
sebagai ruang resonansi yang mempengaruhi kualitas suara. 5
Faring
Faring adalah saluran berbentuk lorong yang menghubungkan hidung dan rongga
mulut ke laring. Akibatnya, biasanya disebut sebagai "tenggorokan," Faring memiliki tiga
bagian: nasofaring, dimana rongga hidung posterior terbuka ke langit-langit lunak
(palatum mole), yang orofaring, dimana bergabung dengan rongga mulut dengan faring;
dan laryngofaring, yang membuka ke pangkal tenggorokan (laring). Palatum mole
memiliki ekstensi lunak yang disebut uvula yang dapat dilihat proyeksi ke orofaring
tersebut. Amandel (tonsila palatina) membentuk cincin pelindung di persimpangan
rongga mulut dan faring. Tonsila palatina menjadi jaringan limfatik, mengandung
limfosit yang melindungi terhadap invasi patogen. Di sini, kedua sel B dan sel T yang
siap untuk menanggapi untuk antigen yang kemudian dapat menyerang jaringan internal
dan cairan. Dengan cara ini, saluran pernapasan membantu kekebalan tubuh sistem dalam
mempertahankan homeostasis. Di tenggorokan, saluran udara dan saluran makanan
bersilangan karena laring, yang menerima udara, anterior dari kerongkongan (esofagus),
yang menerima makanan. Laring terletak di bagian atas trakea. Laring dan trakea
biasanya terbuka, sehingga udara untuk lewat, tapi kerongkongan biasanya tertutup dan
hanya terbuka ketika seseorang menelan. 4
Laring
Laring ini adalah pembesaran di jalan napas superior dari trakea dan inferior dari
faring. Laring adalah sebuah jalan untuk udara masuk dan keluar dari trakea dan
mencegah benda asing masuk ke trakea. Laring juga rumah pita suara. Laring yang terdiri
dari kerangka otot dan terikat dengan jaringan tulang rawan elastis. Terbesar dari
kartilago adalah tiroid, krikoid, dan tulang rawan epiglotis (Gambar 4). 5
Saat makanan ditelan, laring bergerak ke atas terhadap epiglotis (katup
tenggorok), sebuah flap jaringan yang mencegah makanan dari melewati celah suara ke
dalam laring. Dapat dideteksi gerakan dengan menempatkan tangan dengan lembut pada
pangkal tenggorokan dan menelan. 4
Trakea
Trakea (tenggorokan) adalah tabung fleksibel sekitar 2,5 cm dengan diameter dan
12,5 cm panjang. Memanjang ke bawah anterior kerongkongan dan masuk ke rongga
dada, di mana terbagi menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan (Gambar 4). Mukosa dari
trakea diisi dengan silia yang mengandung banyak sel goblet. Membran ini terus
menyaring udara yang masuk dan untuk partikel yang terjebak bergerak ke faring dimana
lendir dapat ditelan. 5
2.
5.
olu
Bronki
s
terminal
(br
onchiolu
6.
cabang dari setiap bronchiolus terminalis. Pendek dan sekitar 0,5 milimeter dengan
diameter, ini struktur disebut "pernapasan" karena beberapa kantung udara dari sisi,
membuat dapat mengambil bagian dalam pertukaran gas.
7.
terbuka ke kantung alveolar. Dengan demikian, udara dapat berdifusi bebas dari duktus
alveolar, melalui kantung alveolar dan masuk ke alveoli. 5
Paru-paru
Mekanisme bernapas
Bernapas, yang juga disebut ventilasi, adalah gerakan udara dari luar tubuh ke
dalam bronkus beserta cabangnya dan alveoli, diikuti oleh pembalikan dari gerakan
udara. Tindakan bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan udara disebut inspirasi atau
inhalasi dan ekspirasi atau ekshalasi. 5
Inspirasi
Inspirasi adalah fase aktif ventilasi karena ini adalah fase di mana diafragma dan
musculus intercostalis externus kontraksi (Gambar 7). Dalam keadaan yang santai,
diafragma berbentuk kubah; selama inspirasi dalam, diafragma kontraksi dan mendatar
(menurun). musculus intercostalis externus kontraksi, dan tulang rusuk bergerak ke atas
dan ke luar. Setelah kontraksi diafragma dan musculus intercostalis externus, volume
rongga dada akan
toraks, memperluas paru-paru. Sekarang udara tekanan dalam alveoli (disebut tekanan
intrapulmonari)
alveolar sekarang kurang dari tekanan atmosfer (tekanan udara luar paru-paru), dan
udara secara alami akan mengalir dari luar tubuh ke saluran pernapasan dan masuk ke
alveoli.
Penting untuk menyadari bahwa udara masuk ke dalam paru-paru karena telah
membuka; udara tidak memaksa paru-paru terbuka. Itulah sebabnya mengapa terkadang
dikatakan bahwa manusia bernapas dengan tekanan negatif. Pembentukan vakum parsial
dalam alveoli menyebabkan udara masuk paru-paru. Sementara inspirasi adalah fase
aktif bernapas, aliran udara aktual ke alveoli bersifat pasif. 4
Ekspirasi
Biasanya, ekspirasi adalah fase pasif dari ventilasi, dan
(tekanan intrapulmonari)
meningkat di atas tekanan atmosfer udara secara alami akan mengalir ke luar tubuh .
Kehadiran surfaktan menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli. Surfaktan
juga, sebagai pengerut paru-paru, tekanan antara dua lapisan pleura menurun, dan ini
Deskripsi
olume
(mL)
Volu
me Tidal
Tidal
Volume (TV)
5
00
(VT)
Volu
Inspira
me
tory Reserve
Cadangan
Volume (IRV)
3
000
Inspirasi
(VCI)
Volu
Expira
me
tory Reserve
Cadangan
Volume
Ekspirasi
(ERV)
1
100
(VCE)
Volu
Residu
me Residu
al Volume
(VR)
(RV)
Kapa
1
200
Inspira
sitas
tory Capacity
Inspirasi
(IC)
500
(KI)
Kapa
Functi
sitas Residu
onal Residual
Fungsional
Capacity
(KRF)
(FRC)
Kapa
2
300
Vital
sitas Vital
Capacity
(KV)
(VC)
jumlah maksimum
Jumlah udara yang tersisa dalam
paru pada akhir ekspirasi normal
4
600
Kapa
Total
sitas Paru
Lung
Total (KPT)
Capacity
5
800
sebanyak-banyaknya
Volume maksimum yang dapat
mengembangkan paru sebesar mungkin
(TLC)
Keterangan tambahan:
cadangan inspirasi
Kapasitas vital juga merupakan jumlah dari kapasitas inspirasi ditambah volume
cadangan ekspirasi.
Spirometri
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat
volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri.
Bentuk spirometri dasar yang khas dilukiskan pada Gambar 11. Spirometer ini terdiri dari
sebuah drum yang dibalikkan di atas bak air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu
beban. Dalam drum terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan
sebuah pipa yang menghubungkan mulut dan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari
dan ke dalam ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas
gulungan kertas yang berputar (Gambar 100 dan 11). 6
Indikasi Spirometri 2
Diagnostik
Untuk mengevaluasi gejala, tanda atau tes laboratorium abnormal
Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
Untuk layar berisiko individu memiliki penyakit paru
Untuk menilai risiko pra-operasi
Untuk menilai prognosis
Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat
program
Monitoring
Untuk menilai intervensi terapeutik
2.
3.
5.
akhir berakhirnya normal setelah inspirasi biasa melalui hidung dan mencatat volume
cadangan ekspirasi
6.
7.
mulut di mulut, sekarang lubang hidung ditutup dengan tangannya sendiri dan diminta
untuk mengeluarkan napas secara paksa untuk maksimum melalui mulut ke spirometer.
Kapasitas vital direkam.
8.
Prosedur di atas diulang tiga kali dengan jarak 2 menit interval di antara
Ketika karbon dioksida yang tinggal sedikit keluar dari dalam darah, maka terjadi
reaksi seperti di bawah ini.
H 2 CO3 H 2O CO 2
Enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel-sel darah merah dapat
mempercepat reaksi. Ketika reaksi berlangsung hemoglobin melepaskan ion-ion
hydrogen yang telah diangkut; H Hb menjadi Hb. Hb merupakan singkatan dari
haemoglobin, yaitu jenis protein dalam sel darah merah. Selanjutnya hemoglobin siap
untuk mengikat oksigen dan menjadi oksihemoglobin. Untuk memudahakn penulisan Hb
yang mengikat oksigen disingkat HbO2.
Hb O 2 HbO2
Selama pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO 2
meninggalakan darah dan O2 masuk ke dalam secara difusi. Terjadinya difusi O 2 dan CO2
ini karena adanya perbedaan tekan parsial. Tekanan udara luar sebeasr 1 atm (760
mmHg), sedangkan tekanan parsial O2 di paru-paru 760m mmHg. Tekanan parsial
pada kapiler darah arteri 100 mmHg, dan di vena 40mmHg. Hal ini emnyebabkan
O2 berdifusi dari udara ke dalam darah.
Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam vean 47 mmHg, teakan parsial CO2
dalam arteri 41 mmHg dan tekan parsial dalam alveolus 40mmHg. Oleh karena itu
CO2 berdifusi dari darah ke alveolus.
b.
Pada pernapasan dalam (pertukaran gas didalam jaringan tubuh) darah masuk
kedalam jaringan tubuh, oksigen meninggalakan hemoglobin dan berdifusi masuk
kedalam cairan jaringan tubuh. Reaksinya sebagai berikut.
HbO2 Hb O2
Difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam cairan jaringan dapat
terjadi, karena tekanan oksigen di dalam cairan jaringan lebih rendah dibandingkan di
dalam darah. Hal ini disebabkan karena sel-sel secar terus menerus menggunakannya
dalam respirasi selular.
Perlu diketahui bahwa tekanan parsial O2 pada kapiler darah 100 mmHg dan
tekan parsial O2 dalam jaringan tubuh kurang dari 40 mmHg. Sebaliknya tekanan karbon
dioksida adalah tinggi, karena karbon dioksida secara terus-menerus dihasilkan oleh selsel tubuh. Tekanan parsial CO2 dalam jaringan 60 mmHg dan dalam kapiler darah
41 mmHg. Peristiwa inilah yang menyebabkan O2 dapat dapat berdifusi ke dalam
jaringan dan CO2 berdifusi ke luar jaringan.
Dalam keadaan biasa tubuh kita menghasilkan 200 mL karbon dioksida per hari.
Pengangkutan CO2 di dalam darah dapat dilakukan dengan tiga cara berikut.
1.
oleh plasma darah, setelah asam karbonat yang terbentuk dalam darah terurai menjadi ion
hydrogen (H+) dan ion bikarbonat ( HCO3 ). Ion H+ bersifat racun, oleh sebab itu ion ini
segera diikat Hb, sedangkan ion HCO3 meninggalkan eritrosit masuk ke plasma darah.
Kedudukan ion HCO3 dalam eritrosit diganti oelh ion klorit.
Perasamaan reaksinya sebagai berikut
H 2 O CO2 H 2 CO3 H HCO3
2.
Lebih
kurang
25%
CO2
diikat
oleh
hemoglobin
membentuk
3.
Sekitar 6-10% CO2 diangkaut plasma darah dalam senyawa asam karbonat
(H2CO3).
Ventilasi Pulmoner
Adalah perpindahan udara secara fisik keluar masuk paru-paru. Fungsi
utamanya adalah untuk menjaga keseimbangan ventilasi alveolar. Tekanan atmosfer
memiliki peranan penting dalam ventilasi pulmoner.
Menurut hukum Boyle, tekanan berbanding terbalik dengan volume.
Udara akan mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Kedua hukum ini
merupakan dasar dari ventilasi pulmoner. Satu siklus respirasi tunggal terdiri dari
inhalasi/inspirsi dan ekshalasi/ekspirasi. Keduanya melibatkan perubahan volume paruparu. Perubahan ini menciptakan gradien tekanan yang memindahkan udara keluar atau
masuk paru-paru.
Kedua paru-paru memiliki rongga pleural. Parietal dan viseral pleura
dipisahkan hanya oleh selaput tipis cairan pleural. Perbandingan ikatan cairan terjadi
antara parietal pleural dan viseral pleura Hasilnya, permukaan masing-masing menempel
pada bagian dalam dada dan permukaan superior diafragma. Pergerakan dada dan
diafragma ini akan menyebabkan perubahan volume paru-paru. Volume rongga toraks
berubah ketika diafragma berubah posisinya atau tulang rusuk bergerak.
Saat diafragma berkontraksi, volume rongga toraks akan bertambah,
ketika diafragma berelasasi, volume rongga toraks akan berkurang. Sementara pergerakan
superior rusuk dan tulang belakang menyebabkan volume rongga toraks bertambah.
Pergerakan inferior rusuk dan tulang belakang menyebabkan volume rongga toraks
berkurang.
Saat bernapas dimulai, tekanan di dalam dan luar paru-paru sama, tidak
ada pererakan keluar masuk paru-paru. Saat rongga toraks membesar, rongga pleural dan
paru-paru akan berekspansi untuk memenuhi rongga dada yang membesar. Ekspansi ini
mengurangi tekanan paru-paru, maka udara dapat memasuki saluran pernapasan karena
tekanan dalam paru-paru lebih rendah dari tekanan luar. Udara terus masuk sampai
volume paru-paru berhenti bartambah dan tekanan di dalam sama dengan tekanan udara
luar. Saat volume rongga toraks berkurang, tekanan alam paru-paru naik sehingga udara
dari paru-paru dikeluarkan dari saluran pernapasan.
Compliance:
Compliance paru-paru merupakan indikasi kemampuan perluasan paru-paru,
bagaimana paru-paru dengan mudahnya mengembang dan mengempis. Semakin rendah
compliance, semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk mengisi dan mnegosongkan
paru-paru. Semakin besar compliance, semakin mudah bagi paru-paru, semakin mudah
paru-paru untuk mengisi dan mengosongkan paru-paru. Factor yang mempengaruhi
compliance adalah:
penghubung
kerusakan
alveolar,
seperti
pada
emfisema,
yang
meningkatkan compliance
produksi surfaktan yang tidak mencukupi, seperti pada respiratory distress syndrome,
mengurangi compliance paru-paru
Ukuran gradient tekanan meningkat ketika bernafas dengan kuat. Ketika atlet
yang berlatih bernafas dengan kapasitas maksimum, diferensial tekanan dapat mencapai
-30 mmHg selama inhalasi dan +100 mmHg jika individu menegang dengan glottis yang
ettap tertutup. Hal ini merupakan alasan mengapa atlet mengangkat beban pada saat
ekshalasi; karena ekshalasi menjaga tekanan intrapulmoner dan tekanan peritoneal
meningkat dengan signifikan yang bisa menyebabkan alveolar rupture dan terjadi hernia.
2. Tekanan intrapleural
Tekanan intarpleural merupakan tekanan pada ruangan di antara parietal dan
visceral pleura. Rata-rata tekanan intrapleura adalah sekitar -4 mmHg, tapi dapat
mencapai 18 mmHg selama inhalasi yang dipaksakan. Tekanan ini di bawah tekanan
atmosferyang diseabkan hubungan antara paru-paru dan dinding tubuh. Pada awalnya,
kita mencatat bahwa paru-paru memiliki keelastisan yang tinggi. Pada kenyataanya, paruparu dapat kolaps jika elastic fiber dapat berbalik ke keadaan normal dengan sempurna.
Elastic fiber tidak bisa berbalik secara signifikan Karena elastic fiber tidak cukup kuat
untuk mengatasi ikatan cairan antara parietal dan visceral pleura. Elastic fiber selanjutnya
melawan ikatan cairan dan menarik paru-paru menjauh dari dinding dada dan diafragma,
menurunkan tekanan intrapleural . karena elastic fiber yang tersisa membesar bahkan
setelah ekshalasi penuh, tekanan intrapleural berada di bawah tekanan atmosfer melaui
siklus inhalasi dan ekshalasi normal.
Hukum Gas: Hukum Dalton dan Hukum Henry
Menurut hukum Dalton, setiap gas dalam campuran gas memiliki tekanannya
sendiri yang disebut tekanan parsial. Tekanan parsial dilambangkan dengan Px, dengan x
adalah rumus molekul gas bersangkutan. Tekanan total campuran gas merupakan
penjumlahan tekanan parsial komponen-komponen gasnya. Udara atmosfer mengandung
nitrogen, oksigen, uap air, karbon dioksida, dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat
kecil. Dengan demikian, tekanan atmosfer adalah:
Tekanan parsial gas-gas tersebut menentukan pergerakan oksigen dan karbon
dioksida antara atmosfer dan paru-paru, antara paru-paru dan darah, dan antara darah
dengan sel-sel tubuh. Setiap gas berdifusi melalui membran permeabel dari daerah
dengan tekanan parsial lebih tinggi ke daerah dengan tekanan parsial lebih rendah.
semakin besar perbedaan tekanan parsial, maka laju difusi gas akan semakin cepat.
Dibandingkan dengan udara yang masuk ke paru-paru, udara alveolar memiliki
lebih sedikit O2 dan lebih banyak CO2. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama,
pertukaran gas di alveoli meningkatkan komposisi CO2 dan menurunkan konsentrasi O2
udara alveolar. Kedua, ketika udara masuk melalui saluran pernafasan, udara tersebut
dilembabkan. peningkatan konsentrasi uap air menyebabkan penurunan konsentrasi O 2.
sebaliknya, udara yang dikeluarkan dari paru-paru mengandung lebih banyak O 2 dan
lebih sedikit CO2 daripada udara alveolar karena udara yang dikeluarkan sebagian
bercampur dengan udara pada dead space yang tidak ikut berpartisipasi dalam pertukaran
gas.
Hukum Henry menyatakan bahwa kuantitas gas yang terlarut pada cairan adalah
proporsional terhadap tekanan parsial dan kelarutan gas tersebut. Pada cairan tubuh,
kemampuan gas untuk tetap berada di dalam larutan lebih besar ketika tekanan parsial
dan kelarutannya di dalam cairan tubuh besar. CO2 terlarut lebih banyak di dalam plasma
darah karena kelarutan CO2 24 kali lebih besar daripada kelarutan O2, dan walaupun
kuantitas N2 paling banyak pada udara atmosfer, gas ini tidak memberikan pengaruh
yang begitu signifikan terhadap tubuh karena kelarutannya di dalam plasma darah sangat
rendah.
Kontrol Pusat Respirasi
Pusat respirasi merupakan sekelompok neuron yang tersebar luas dan
terletak bilateral di dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons. Pusat
respirasi dibagi menjadi DRG (Dorsal Respiratory Group) dan VRG (Ventral Respiratory
Group).
DRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot eksternal
interkostal dan otot diafragma. DRG ini berfungsi pada seluruh proses respirasi normal.
VRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot respirasi
aksesori, yang berfungsi saat bernapas dengan kuat, yaitu saat inhalasi maksimal dan
ekshalasi aktif.
Selama respirasi normal :
a.
sekon untuk quite dan memungkinkan otot-otot inspirasi berelaksasi. Maka terjadilah
ekshalasi normal (pasif)
Selama bernapas dengan kuat :
a.
otot inspirasi
b.
dan
pneumotaxic
center
merupakan
sepasang
nuceli
yang
Kemoreseptor refleks
2.
Baroreseptor refleks
3.
Hering-Breuer refleks
4.
Protektif refleks
1. Kemoreseptor Refleks
Kemoreseptor refleks mengenali signal dari PCO2, pH, dan/atau PO2. Adanya
signal dari bahan-bahan kimia ini membantu pusat pernapasan untuk bekerja.
Input kemoreseptor yang mempengaruhi pusat pernapasan :
a.
Saraf glossofaringeal (saraf IX) yang menerima signal informasi dari carotid
bodies adjacent ke carotid sinus. Carotid bodies menstimulasi penurunan pH darah atau
PO2 dalan darah. Reseptor ini distimulasi oleh meningkatnya PCO2 dalam darah
b.
Reseptor ini sensitif terhadap signal yang sama dengan saraf glossofaringeal
c.
kuat
Reseptor refleks ini terletak pada jaringan otot polos di sekeliling bronkiolus dan
distimulasi oleh ekspansi paru-paru.
2.
tekanan yang mendorong udara keluar dari saluran pernapasan ketika glotis terbuka.
Udara yang keluar dari laring berkecepatan 160 km/jam membawa mukus, partikel asing,
dan gas iritan keluar dari saluran pernapasan memalui hidung.
Refleks Batuk
Refleks ini merupakan usaha untuk mempertahankan udara yang masuk ke paruparu tetap dalam keadaan bersih dari benda-benda asing. Saat udara masuk, udara
mengisi paru-paru dan epiglotis menutup untuk menjebak udara dalam paru-paru. Adanya
zat asing di saluran pernapasan menyebabkan kontraksi otot perut, diafragma, dan otot
ekspirasi lain. Akibatnya, tekanan udara di dalam paru-paru meningkat. Lalu, pita suara
dan epiglotis tiba-tiba terbuka lebar sehingga udara di dalam paru-paru seperti meledak
membawa benda asing yang berada di sepanjang saluran pernapasan terbawa keluar
melalui mulut.
Kesimpulan
Spirometri adalah metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan
mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru menggunakan alat yang
bernama spirometer dan hasil pengukurannya disebut spirogram.
DAFTAR PUSTAKA
1. Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5th ed. Philadelphia
; F. A. Davis ; 2007
2. Ward JP, Clark RW, Linden RW. At a Glance Fisiologi. Jakarta : Erlangga : 2009
3. Miller MR. Standaritation of Spirometry. Available :
http://www.thoracic.org/statements/resources/pfet/PFT2.pdf Accessed Jun 2010
4. Mader, Sylvia S. Understanding Human Anatomy and Physiology. 5th ed. Albany:
Tim McGraw-Hill ; 2004
5. Shier, David. Butler, Jackie. Lewis, Ricki. Holes Human Anatomy and
Physiology. 9th ed. Albany: Tim McGraw-Hill ; 2004
6. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. In: Irawati, editor.
Jakarta: EGC; 2007.
7. Scribd staff.[updated Jun 2010]Available :
http://www.scribd.com/doc/16869197/VitaLoMeTry , Accessed Jun 2010
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed.
In : Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani D. Jakarta : EGC ; 2005
9. Manjoer A, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI ; 2009
10. Soewondo ES. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009
11. Pleuritis. [updated Jun 2010] Available :
http://www.totalkesehatananda.com/pleurisy1.html , Accessed Jun 2010