PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu
klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung,
luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien
berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara
holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam
keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan
interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan
interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk
perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih
akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat
untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga
akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar
dalam menghadapi berbagai masalah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang diatas yaitu
sebagai berikut.
1. Bagaimana proses keperawatan jiwa?
BAB II
PEMBAHASAN
Identitas klien
2.
3.
Faktor predisposisi
4.
Aspek fisik/biologis
5.
Aspek psikososial
6.
Status mental
7.
8.
Mekanisme koping
9.
10. Pengetahuan
11. Aspek medik
2. Data suyektif : data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga
yang diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.
pentalaksanaan
program
terapeutik
b/d
Akibat
Gg sensori/persepsi
: halusinasi
pendengaran
Gg
pemeliharaan
kesehatan
Isolasi sosial :
menarik diri
Defisit perwtn
diri : mandi &
berhias
Masalah utama
Ketidakefektifan
koping keluarga :
ketidakmampuan
keluarga merawat
klien di rumah
Gg konsep diri :
harga diri rendah
kronis
Penyebab
2. Perilaku kekerasan
Diagnosa keperawatan yang digunakan :
a. Risiko Perilaku Mencederai Diri berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
b. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
c. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan deficit
perawatan diri mandi dan berhias.
d. Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.
Akibat
Ketidakefektifan
penatalaksanaan
program
terapeutik
Ketidakefektifan
koping keluarga :
ketidakmampuan
keluarga merawat
keluarga di rumah
Risiko perilaku
mencederai diri
Gg pemeliharaan
kesehatan
Perilaku kekerasan
Defisit perawatan
diri : mandi &
berhias
Masalah utama
Gg konsep diri :
harga diri rendah
kronis
Penyebab
Akibat
Gg pemeliharaan
kesehatan
Gg sensori/persepsi:
halusinasi pendengaran
Masalah utama
6
Isolasi sosial : menarik diri
Penyebab
Gg konsep diri :
harga diri rendah kronis
Afektif
Pikomotor
Tujuan
Contoh
Klien dapat
Pengetahuan/kognitif
menyebutkan penyebab
ia marah
Klien dapat
Kemampuan
Psikomotor
mengendalikan diri
mendemonstrasikan satu
cara marah yang
konstruktif
Klien dapat
mengungkapkan
Afektif
Kemampuan
menggunakan sumber
Klien dapat
Pengetahuan/kognitif
daya
mengidentifikasi teman
terdekat
Klien dapat meniru cara
berbicara yang
dicontohkan perawat
Klien
dapatmenyampaikan
pada perawat bila ia
mengalami halusinasi
Pengetahuan/kognitif
Kemampuan
Psikomotor
menggunakan terapi
Afektif
mengungkapkan
perasaan setelah minum
obat
2.1.4 IMPLEMENTASI
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi seringkali jauh
berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Yang biasa dilakukan perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis,
yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat
membahayakan klien dan perawat jika tindakan berakibat fatal, dan juga tidak
memenuhi aspek legal.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memfalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhan oleh klien saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri, apakah
mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang
diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali
apakah tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan
keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan tindakan
keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelakan
9
apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang diharapkan dari klien.
Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon
klien.
antara repon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat
adanya perubahan, serta berupaya mempertahankan dan memelihara
perubahan terssebut. Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk
menguatkan perubahan yang positif. Kien dan keluarga juga dimotivasi untuk
melakukan self-reinforcement.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun simpulan yang dapat diambil dari makalah diatas, proses
keperawatan terdiri dari lima fase, yaitu; pengkajian, diagnosa, rencana tindakan,
implementasi, dan evaluasi. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Pada tahap perumusan diagnose
perawat mengidentifikasi pola data, membandingkan data dengan keadaan adaptif,
menganalisa dan mensintesa data, dan mengidentifikasi kebutuhan atau masalah
klien. Pada perencanaan keperawatan terdiri perawat menentukan tujuan umum,
10
DAFTAR PUSTAKA