Anda di halaman 1dari 13

FIMOSIS

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN
Fimosis adalah suatu penyempitan lubang kulit preputium, sehingga tidak dapat ditarik
(diretraksi) ke atas glans penis.
B. ETIOLOGI
Fimosis dapat terjadi karena infeksi bakteri di daerah preputium.
C. PATOFISIOLOGI
Pada bayi, preputium normalnya melekat pada glans tapi sekresi materi subaseum kental
secara bertahap melonggarkannya. Menjelang umur 5 tahun, preputium dapat ditarik ke
atas glans penis tanpa kesulitan atau paksaan.
Tapi karena adanya komplikasi sirkumsisi, dimana terlalu banyak prepusium tertinggal,
atau bisa sekunder terhadap infeksi yng timbul di bawah prepusium yang berlebihan.
Sehingga pada akhirnya, prepusium menjadi melekat dan fibrotik kronis di bawah
prepusium dan mencegah retraksi.
D. PERAWATAN
Fimosis yang masih baru bisa dikurangi dengan menekan glans dan mendorongnya
menggunakan kedua ibu jari, sedang cincin fimosis dijepit oleh kedua ibu jari telunjuk
dan jari tengah kemudian mengembalikan preputium ke depan.

DAFTAR PUSTAKA
Catzel, pincus dkk. 1990. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta : EGC.
Markum, A.H. 1997. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Rosenstein, Beryl J. 1997. Intisari Pediatri Panduan Praktis Pediatri Klinik Edisi II.
Jakarta : Hipokrates.
Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidarat, dkk. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Suriadi. 2001. suhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV Sagung Seto.
www.hanyawanita.com

Diskripsi
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis. Fimosis merupakan
suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, dan
biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya. Pada pria yang lebih
tua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menahun. Fimosis bisa mempengaruhi proses
berkemih dan aktivitas seksual.
Gejala
Ujung kulit penis mengkerut.
Pengobatan
Fimosis diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi).

Fimosis, baik bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat,


merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak
bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis. Kulit yang
melingkupi kepala penis tersebut juga dikenal dengan istilah kulup, prepuce,
preputium, atau foreskin. Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar,
sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis,
lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan
cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra
externus) yang terbuka. Sebaliknya, Parafimosis merupakan kondisi dimana
kulit preputium setelah ditarik ke belakang batang penis tidak dapat dikembalikan
ke posisi semula ke depan batang penis sehingga penis menjadi terjepit. Fimosis
dan parafimosis yang didiagnosis secara klinis ini, dapat terjadi pada penis yang
belum disunat (disirkumsisi) atau telah disirkumsisi namun hasil sirkumsisinya
kurang baik. Fimosis dan parafimosis dapat terjadi pada laki-laki semua usia,
namun kejadiannya tersering pada masa bayi dan remaja.
Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya
merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit
preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke
belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya
hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan
deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga
akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. Suatu penelitian mendapatkan
bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang
penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya
1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital.
Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak lakilaki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang
penis.
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true
phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan
(higiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit

preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium


(forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan
pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang
membuka.
Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni
kulit preputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni
tidak diimbangi besarnya lubang di ujung preputium. Fenomena ini akan hilang
dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak selalu
menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni. Selama tidak terdapat
hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri
preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat darurat. Fimosis kongenital
seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama dan/atau sosial
untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai
fimosis kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanakkanak serta menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin
membersihkannya tanpa penarikan kulit preputium secara berlebihan ke
belakang batang penis dan mengembalikan kembali kulit preputium ke depan
batang penis setiap selesai membersihkan. Upaya untuk membersihkan alat
kelamin dengan menarik kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan
parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian
dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya. Walaupun
demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan
tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium)
atau teknik bedah plastik lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan
kulit preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya
tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik.
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit preputium 1
atau 2 kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis.
Namun jika fimosis telah membaik, kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit
preputium harus ditarik dan dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi
dan setelah berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.
Berlainan dengan fimosis, parafimosis merupakan kasus gawat
darurat. Upaya untuk menarik kulit preputium ke belakang batang penis,
terutama yang berlebihan namun gagal untuk mengembalikannya lagi ke depan
manakala sedang membersihkan glans penis atau saat memasang selang untuk
berkemih (kateter), dapat menyebabkan parafimosis. Kulit preptium yang tidak
bisa kembali ke depan batang penis akan menjepit penis sehingga menimbulkan
bendungan aliran darah dan pembengkakan (edema) glans penis dan preputium,
bahkan kematian jaringan penis dapat terjadi akibat hambatan aliran darah
pembuluh nadi yang menuju glans penis. Oleh karena itu, setelah memastikan
bahwa tidak ada benda asing seperti karet atau benang yang menyebabkan
penis terjepit, dokter akan berupaya mengembalikan kulit preputium ke posisinya
secara manual dengan tangan atau melalui prosedur invasif dengan bantuan
obat bius (anestesi) dan penenang (sedasi). Jarang diperlukan tindakan
sirkumsisi darurat untuk mengatasi parafimosis. Walaupun demikian, setelah

parafimosis diatasi secara darurat, selanjutnya diperlukan tindakan sirkumsisi


secara berencana oleh karena kondisi parafimosis tersebut dapat berulang atau
kambuh kembali.

Fimosis adalah suatu keadaan dimana kulit penis (prepusium) melekat pada bagianglans
penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran ais seni sehingga bayi kesulitan
dan kesakitan saat berkemih.
Tanda dan gejala fimosis
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai miksi
yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urin
yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung
penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat BAK karena timbul rasa sakit.
4. Kulit penis tak bias ditarik kea rah pangkal ketika akan dibersihkan
5. Air seni keluar tidak lancer. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar
dengan arah yang tidak dapat diduga
6. Bisa juga disertai demam
7. Iritasi pada penis
Komplikasi
1. Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
2. Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian terkena infeksi
sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
3. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
4. Penarikan prepusium secara paksadapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
5. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis.
6. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan
kerusakan pada ginjal.
7. Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis.
Penatalaksanaan fimosis
Tidak menarik prepusium ke belakang secara paksa karena bisa menyebabkan infeksi.
Menjaga personal hygiene terutama penis dan tidak mencuci penis dengan banyak sabun.
Melakukan sirkumsisi (khitan), sebaiknya sirkumsisi dilakukan sebelum bayi berumur 7
tahun.

BAGAIMANA CARA MENJAGA KEBERSIHAN PADA KASUS FIMOSIS??


1. BOKONG
Area ini mudah terkena masalah, karena sering berkontak dengan popok basah dan
terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi
air kemih/tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatalgatal dan merah di sekitar bokong.
Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada beberapa bayi, gatal-gatal dan merah di
bokong cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting ialah
mempertahankan area ini tetap kering dan bersih. Jika usaha pencegahan tak berhasil,
yang dapat Anda lakukan ialah:
v Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau bepergian.
v Jangan ganti-ganti merek diapers. Gunakan hanya satu merek yang cocok untuk bayi
Anda.
v Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan bagian paha
untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil/besar).
v Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur
dengan bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia tak kedinginan.
v Jika peradangan kulit karena popok pada bayi Anda tak membaik dalam 1-2 hari atau
bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter anak Anda.
v Penting pula diperhatikan faktor makanan. Para ibu yang menyusui bayinya dengan
ASI harus menghindari makanan yang mengandung lemak, asam dan pedas karena dapat
membuat bayi sering buang air besar sehingga pantatnya jadi lecet. Ini harus diobati
dengan obat dari resep dokter.
2. PENIS
a. Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat, menggunakan kasa.
Membersihkannya sampai selangkang. Jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari atas ke
bawah, dengan cara satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
b. Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
c. Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa
menyebabkan iritasi.

A. Pengertian
fimosis adalah suatu penyempitan lubang kulit purpitium , ehingga tidak dapat ditarik
(diretraksi ) ke atas glans penis.
B. Etiologi
dapat di sebabkan karena infeksi bakteri didaerah preputium
Dapat pula disebabkan karena bakteri

C.Paofisiologi
pada bayi, preputium normalnya melekat pada glans tapi sekresi materi subaseum kental
secara bertahap melonggarkannya.Menjelang umur 5 tahun. preputium dapat ditarik ke
atas glans penis tanpa tanpa kesulitan atau paksaan.
tapi karena adanya komplikasi sirkumsisi, dimana terlalu banya pruputium tertinggal,
atau bisa sekunder terhadap infeksi yang timbul di bawah preusium yang berlebihan,
sehingga pada akhirnya, prupusium menjadi melekat dan fibrotik kronis di bawah
prepusium dan mencegah retraksi.
D.Tanda dan gejala
1. Penis membesar dan menggelebung akibat tumpukan urin
2. kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan meggembung saat mulai
miksi yang kemungkinan menghilang setlah berkemih.
3. Biasanya menangis dan mengejan saat BAK karena timbul rasa sakitKulit penis
tak bia ditarik ke arah pangkal ketika akan di bersihkanAir seni keluar tidak
lancar . kadang-kadang memancar dengan arah yang idak dapat di duga
4. Bisa juga diertai demam
5. Iritasi penis
E komplikasi
1. Ketidakyamanan/ nyeri saat berkemih
2. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena
infeksi sekunder dan akhirna terbentuk jaringa parut
3. PAda kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urine
4. Penarikan prepusium yang secara paksa dapat berakibat konstriksi dengan rasa
nyeri dan pmbengkaakan glans penis yang disebut para fimosis
F. Penatalaksanaan
1. idak menarik prepusium ke belakang secara paksa karena bisa menyebabkan
infeksi.
2. Menjga personal higiene terutama penis dan tidak mencuci penis dengan sabun
berlebihan
3. Melakukan sirkumsisi (khitan), sebaiknya sirkumsisi dilakukan pada bayi
berumur sebelum 7 tahun

Latar belakang
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke belakang sulkus.
Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini meningkat
menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6
sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua,
fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih
dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan
(sirkumsisi). Suatu penelitian lain juga mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh
kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90%
pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami
fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200
anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke
belakang penis.
Fimosis, baik merupakan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat, merupakan
kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke
belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis. Kulit yang melingkupi kepala
penis tersebut juga dikenal dengan istilah kulup, prepuce, preputium, atau foreskin.
Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan
dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat
pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk
berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka.
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak
sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium menggelembung
seperti balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum urine keluar.
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul
kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang
buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau
penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang
akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium
yang membuka.
Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara
preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan
debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul didalam preputium
dan perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi
secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium
menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.
Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis
tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada
kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari
lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.
Tanda dan gejala fimosis diantaranya :
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin

2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai


buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan
oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh
kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit.
4. Kulit penis tak bisa ditarik kea rah pangkal ketika akan dibersihkan
5. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar
dengan arah yang tidak dapat diduga
6. Bisa juga disertai demam
7. Iritasi pada penis.
DIAGNOSIS
Jika prepusium tidak dapat atau hanya sebagian yang dapat diretraksi, atau menjadi
cincin konstriksi saat ditarik ke belakang melewati glans penis, harus diduga adanya
disproporsi antara lebar kulit preputium dan diameter glans penis. Selain konstriksi kulit
preputium, mungkin juga terdapat perlengketan antara permukaan dalam preputium
dengan epitel glandular dan atau frenulum breve. Frenulum breve dapat menimbulkan
deviasi glans ke ventral saat kulit preputium diretraksi.
Komplikasi
1. Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
2. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena infeksi
sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
3. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
4. Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
5. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.
6. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan
kerusakan pada ginjal.
7. Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker penis.
Penatalaksanaan
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbu!
kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang
buruk, peradangan kronik gtans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau
penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang
akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputiurn
yang membuka. Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni
kulit preputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak
diimbangi besarnya tubang di ujung preputium. Fenomena ini akan hilang dengan
sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak selalu menunjukkan adanya
hambatan (obstruks) air seni. Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air
kecil berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat
darurat.
Fimosis kongenital seyogyanya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama
dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanva diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai
fimosis kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta

menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan
kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali
kulit preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan. Upaya untuk
membersihkan alat kelamin dengan menarik kulit preputium secara berlebihan ke
belakang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan
parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam kulit
preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya. Walaupun demikian, jika
fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, dipertukan tindakan sirkumsisi
(membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastlk
lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputiurn tanpa
memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan siricumsisi pada anak-anak
adalah fimosis patotogik.
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa
sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan
komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium saat
miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien. Tujuan
sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi
komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama,
periengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika
terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis
tidak dianjurkan. Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital
dari penis.
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali
sehari selama 20-30 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang
masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.
Cara menjaga kebersihan pada fimosis 1. Bokong
Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan popok basah dan terkena
macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air
kemih/tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-gatal
dan merah di sekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada beberapa
bayi, gatal-gatal dan merah di bokong cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan
yang penting ialah mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan:
1. Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau bepergian.
2. Jangan ganti-ganti merek diapers. Gunakan hanya satu merek yang cocok untuk bayi
Anda.
3. Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan bagian
paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil/besar).
4. Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur
dengan bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia tak kedinginan.
5. Jika peradangan kulit karena popok pada bayi Anda tak membaik dalam 1-2 hari atau
bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter .
2. Penis
a. Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat, menggunakan kasa.

Membersihkannya sampai selangkang. Jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari atas ke


bawah, dengan cara satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
b. Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
c. Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa
menyebabkan iritasi.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada saat ini banyak sekali masalah peyakit yang timbul pada bayi dan
anak. Banyak sekali faktor pencetus yang membuat anak tersebut mengidap
penyakit tersebut, seperti faktor keturunan, faktor bawaan , ataupun karena
terinfeksi oleh bakteri ataupun virus.
Salah satu dari penyakit yang berisiko tinggi untuk anak anak adalah
fimosis. Fimosis adalah peyakit menganggu saluran perkemihan atau eliminasi
pada anak yang baru lahir. Penyebab penyakit ini adalah infeksi bakteri yang
menyerang pada penis bayi yang baru lahir, Sampai saat ini penyebab lain dari
penyakit ini. Dan untuk pencegahanya juga belum diketahui dengan pasti untuk
mencegah penyakit ini supaya tidak dapat timbul.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat mengenal dan mempu menganalisa tentang penyakit fimosis


pada anak
2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mengerti tentang pengertian, etiologi, Patofisiologi, dari kasus


fimosis pada anak.
b. Mahasiswa mampu melakukan suatu asuhan Keperawatan pada anak
dengan fimosis.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fimosis adalah suatu penyempitan lubang kulit preputium, sehingga tidak
dapat ditarik (diretraksi) ke atas glans penis.ini disebabkan oleh infeksi bakteri karena
tidak adanya proteksi diri yang ada ekuat. Dan diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus ini adalah :
1. pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan
penis
c. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi pada saluran
perkemihan
2. post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi
B. SARAN
Dengan adanya makalah dengan kasus fimosis pada anak,di harapkan
mahasiswa dapat mengerti tentang pengertian, etiologi dan patofisiolgi serta mampu

memberikan suatu asuhan keperawatan yang benar pada anak yang menderita
fimosis.

Anda mungkin juga menyukai