Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
sempurna, jarak antara kelopak mata ata dan bawah disebut fisura
palpebra.
b. Konjungtiva
Konjungtiva hendaknya diamati terhadap adanya tanda radang
(yaitumelebarnya pembuluh darah), pigmentasi tidak biasa, nodi,
pembengkakan ataupendarahan. Kedua konjungtiva harus diperiksa.
Konjungtiva tarsal dapat dilihatdengan membalikkan kelopak mata. Minta
pasien tetap membuka matanya danmelihat ke bawah. Anda menahan
sejumlah buku mata dari kelopak mata atas.Kelopak mata ituditarik lepas
dari bola mata dan ujung sebuah tangkai aplikator ditekan pada tepian
atas lempeng tarsal. Lempeng tarsal kemudian dengan cepatmeebalikkan
tangkai aplikator, menggunakannya sebagai titik tumpu. Ibu jarisekarang
dapat digunapakn untuk memegang kelopak mata yang dibalik,
tangkaiaplikator dapat diangkat. Setelah inspeksi konjungtiva tarsalis,
mintalah pasienuntuk melihat ke atas untuk mengembalikan kelopak
mata ke posisi normal.Konjungtiva normal seharusnya berwarna merah
muda. Perhatikan jumlahpembuluh darah. Normalnya hanya terlihat
sedikit pembuluh darah. Mintalah pasienuntuk melihat ke atas, dan
tariklah kelopak mata bawah ke bawah. Bandingkanvaskularisasinya.
c. Sklera
Inspeksi sclera bertujuan untuk melihat adanya nodul, hyperemia,
danperubahan warna. Sclera normal seharusnya berwarna putih. Pada
individu berkulitgalap, sclera mungkin berwarna sedikit agak seperti
lumpur.
d. Kornea
Kornea harus jernih dan tanpa keruhan atau kabut. Cincin keputihan
padaperimeter kornea mungkin adalah arkus senilis. Pada pasien yang
berusia di atas40 tahun, penemuan ini biasanya merupakan fenomena
penuaan yang normal.Apabila ditemukan pada pasien di bawah usia 40
tahun, mungkin menderitahiperkolesterolemia. Cincin kuning-kehijauan
yang abnormal dekat limbus,kebanyakan ditemukan si superior dan
inferior, adalah cincin Kayser-Fliescher.Cincin ini sangat spesifik dan
merupakan tanda yang sangat sensitoif dari penyakitWilson, yang
merupakan degenerasi hepatolentikular akibat kelainan yangditurunkan
dari metabolisme tembaga. Cincin Kayser- Fleischer disebabkan
olehpenimbunan tembaga pada kornea.
e. Pupil
Kedua pupil ukurannya harus sama (isokor), dan bereaksi terhadap
cahayadan akomodasi. Pada sekitar 5% individu normal, ukuran pupil
tidak sama(anisokoria).anisokoria mungkin merupakan indikasi dari
penyakit neurulogik.Pembesaran pupil atau midriasis, berhubungan
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
2
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
3
b) Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan dengan cara
sebagai berikut :
1. Anjurkan pasien melihat ke depan.
2. Bandingkan mata kanan dan kiri.
3. Anjurkan pasien menutup kedua mata.
4. Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada bagian
piggir kelopak mata, catat setiap ada kelainan, mis: kemerahan.
5. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait dengan ada
tidaknyabulu mata, sertaamati posisi bulu mata.
6. Perhatikan keluasan mata dalam membuka dan catat ila ada dropping
kelopakmata atas atau sewaktu mata membuka (ptosis).
c) Amati konjungtiva dan sclera dengan cara sebagai berikut :
1. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
2. Amati konjungtiva untuk mengetahui ada atau tidaknya kemerahan,
keadaanvaskularisasi, serta lokasinya.
3. Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu
jari.
4. Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah,
catat biladidapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya tidak normal,
misalnyaanemic.
5. Bila diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan cara
membukaatau membalik kelopak mata atas dengan prawat berdiri di
belakang pasien.
6. Amati warna sclera saat memeriksa konjungtiva yang paa keadaan
tertentuwarnanya dapat menjadi ikterik.d)Amati warna iris serta ukuran
dan bentuk pupil. Kemudian lanjutkan denganmengevaluasi reaksi pupil
terhadap cahaya. Normalnya bentuk pupil adalahsama besar (isokor).
Pupil yang mengecil disebut pinpoint, sedangkan pupil yangmelebar atau
dilatasi isebut midriasis.(Priharjo,Robert, 2006:52-53)
Cara inspeksi gerakan mata
a) Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan
b) Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara spontan
(nistagmus)yaitu gerakan ritmis bola mata, mula mula lambat bergerak
ke satu arah,kemudian dengan cepat kembali ke posisi semula.
c) Bila ditemukan adanya nistagmus, amati bentuk, frekuensi (cepat atau
lambat),amplitudo (luas/sempit), dan durasinya (hari/minggu).
d) Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah
satumengalami deviasi.
e) Luruskan jari telunjuk Anda dan dekatkan dengan jarak sekitar 15 30
cm.
f) Beri tahu pasien utnuk mengikuti gerakan jari Anda dan pertahankan
posisikepala pasien. Gerakkan jari Anda ke delapan arah untuk
mengetahui fungsi 6 otot mata.(Priharjo,Robert, 2006:53-55)
2. Tajam penglihatan (visus)
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
4
atau dimatikan. NLP (NoLight Perception) adalah istilah yang dipakai apabila
seseorang tidak dapatmenangkap cahaya.
d) Memeriksa Pasien yang Tidak Dapat Membaca
Bagi mereka yang tidak dapat membaca, seperti anak kecil atau buta
huruf,pemakaian huruf E dalam macam-macam ukuran dan arah akan
sangatbermanfaat. Pemeriksa meminta pasien menunjukkan arah huruf itu : ke
atas, kebawah, ke kanan, ke kiri.(H.Swartz, 1995:96-97)
berfiksasi pada titikdikejauhan itu, maka mata itu tidak lurus sebelum mata
sebelahnya ditutupi. Jikamata itu tidak bergerak, maka ia lurus. Uji ini
kemudiandilanjutkan dengan matasebelahnya.
c. Menilai Posisi Utama Pandangan Mata
Penyebab penting timbulnya mata berdeviasi adalah otot ekstraokular
yangparesis (lemah), atau paralisis. Paralisiss otot-otot ini ditentikan dengan
memeriksaenam posisi utama pandangan mata. Pegang dagu pasien dengan
tangan kanandan memintanya mengikuti tangan kiri anda sewaktu menulis huruf
H besar diudara. Jari telunjuk kiri anda diletakkan lebih kurang 25 cm di depan
hidung pasien.Dari garis tengah, gerakkan jari itu 30 cm ke kanan pasien dan
berhenti, kemudian20 cm ke atas dan berhenti, ke bawah sejauh 40 cm dan
berhenti, dan kemudiansecara perlahan kembali ke garistengan. Lintasi garis
tengah dan ulangi gerakanserupa pada sisi yang sebelah. Inilah keenam posisi
utama pandangan mata. Andaperhatikan gerakan kedua mata, yang harus
mengikuti jari itu secara mulus. Perlupula diperhatikan gerakan paralel kedua
mata ke segala arah.Kadang-kadang bila menatap kesisi ekstrim, mata akan
bergerak ritmik yangdisebut nistagmus titik akhir. Terjadi gerak cepat ke arah
tatapan, yang diikuti gerakbaling yang lambat. Uji ini membedakan nistagmus
titik akhir dari nistagmuspatologik, yang menghasilkan gerakan cepat selalu kea
rah yang sama, tidaktergantung arah pandangan. Bayangan yang jatuh pada
retina akandiinterpretasikan oleh otak dengan cara fusi, diplopia atau supresi.
Pada anak-anak,strabismus menghasilkan diplopia yang berakibat kekacauan,
kemudian supresidari bayangan dan akhirnya ambliopia. Ambliopia adalah
hilangnya tajampenglihatan, sekunder terhadap supresi. Ambliopia masih
reversible sampai retinatelah berkembang sempurna, pada usia lebih dari 7
tahun. Ambliopia adalahfenomena yang hanya timbul pada anak-anak. Seorang
dewasa yang mendapatstrabismus sekunder terhadap apapun penyebabnya
tidak dapat mensupresibayangan mata yang berdeviasi dan akan berakibat
diplopia.
d. Menilai Refleks Cahaya Pupil
Pemeriksa meminta pasien melihat jauh, sementara ia menyinari mata
pasiendengan baerkas cahaya terang. Sumber cahaya harus dating dari
sisi,memanfaatkan hidung sebagai penghalang mata mengenai mata
sebelah.Pemriksa harus mengamati respon pupil langsung dan konsensual.
Pemeriksakemudian melakukan uji pada mata yang sebelah. Uji cahaya berayun
merupakanmodifikasi untuk menguji reflex cahaya pupil. Tes ini berfungsi
untukmengungkapkan perbedaan dalam respon terhadap stimulus aferen di
antara mata.Dalam tes ini pasien berfiksasi pada sasaran jauh sementara
pemeriksa dengancepat mengayun lampu dari satu mata ke matalain,
mengamati adanya konstriksidari pupil. Dalam keadaan tertentu terjadi dilatasi
parodoksikal dari pupil yangterkena cahaya. Keadaan ini dikenal sebagai pupil
Marcus Gunn, berhubungandengan kerusakan cabang aferen pada mata yang
disinari. Contoh paling ekstrimmata dengan fenomena Marcus Gunn adalah mata
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
9
buta. Bila berkas cahaya jatuhpada mata buta, tidak terjadi respon langsung
maupun respon konsensual. Bilabahaya dipindahkan pada mata lain yang normal,
akan terjadi respon langsungmaupun konsensual karena jalur aferen maupun
eferen adalah normal. Bila cahayakembali diarahkan pada mata yang buta, tidak
ada impulsyang diterima retina(aferen) dan pupil matabuta tidak akan
berkonstriksi, ia akan berdilatasi. Terdapatberbagai derajat kerusakan pupil
Marcus Gunn, bergantung pada keterlibatannervus opticus.
Gambar 7. Oftalmoskop
Cara kerja pengkajian funduskopi
1) Atur posisi pasien duduk di kursi.
2) Beri tahu pasien tentang tindakan yang dikerjakan.
3) Teteskan 1-2 tetes obat yang dapat melebarkan pupil dalam jangka
pendek,misalnya tropikamid (bila tidak ada kontraindikasi)
4) Atur cahaya ruangan agak redup.
5) Duduk di kursi di hadapan pasien.
6) Beri tahu pasien untuk melihat secara tetap pada titik tertentu dan anjurkan
untuktetap mempertahankan sudut pandangnya tanpa berkedip.
7) Bila pasien atau pemeriksa memakai kacamata hendaknya dilepas dulu.
8) Pegang oftalmoskop, atau lensa pada angka nol, nylakan dan arahkan padapupil
mata pada jarak sekitar 30 cm sampai pemeriksa menemukan red reflex
yangmerupakan pancaran dari cahaya retina. Bila letak oftalmoskop tidak tepat,
red reflextidak akan muncul. Red reflex juga tidak muncul pada berbagai
gangguan misalnyakatarak
9) Bila red reflex sudah ditemukan, dekatkan oftalmoskop secara perlahan ke
matapasien. Bila pasien myopia, atur control kea rah negative (merah). Bila
pasienhiperopia atur control kea rah positif (hitam).
10) Amati fundus secara sistematis yang diawali dengan mengamati pembuluh
darahbesar.
Catat
bila
ditemukan
kelainan.
Lanjutkan
pengamatan
denganmembandingkan ukuran arteri dan vena 4:5. Kemudian amati warna
macula yangnormalnya tampak lebih terang daripada retina. Berikutnya amati
warna, batas, danpigmentasi diskus optikus. Normalnya diskus optikus
berbentuk melingkar berwarnamerah muda agak kuning, batasan terang dan
tetap dengan jumlah pigmen yangbervariasi. Lalu amati warna retina,
kemungkinan ada darah, dan setiap ada kelainan.
11) Bandingkan mata kanan dan kiri.
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
12
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
14
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
15
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
16
Tes Swabach
Tujuan melakukuan tes ini adalah membandingkan daya transport melalui
tulangmastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus.
Dasar pemeriksaan :
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh: getaran
yangdatang melalui udara dan getaran yang datang melalui tengkorak,
khususnya osteotemporale
Cara Kerja :
Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak
kepalaprobandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama
makin melemahdan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat
tidak mendengar suaragarputala, maka penguji akan segera memindahkan
garputala itu, ke puncak kepalaorang yang diketahui normal ketajaman
pendengarannya (pembanding). Bagipembanding dua kemungkinan dapat
terjadi: akan mendengar suara, atau tidakmendengar suara.(Koesora,2009)
d. Tes Audiometri
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan
mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur
ketajamanpendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan
lokalisasi
kerusakananatomis
yang
menimbulkan
gangguan
pendengaran.Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui
level pendengaranseseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan
audiometri, maka derajatketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes
audiometri diperlukan bagiseseorang yang merasa memiliki gangguan pendengaran
atau seseorang yag akanbekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman
pendengaranPemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara,
audiologis danpasien yang kooperatif.
Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
17
Selanjutnya yang di inspeksi pada kulit adalah Hygiene kulit, penilaian atas
kebersihanyang merupakan petunjuk umum atas kesehatan seseorang. Dan
kelainan-kelainan yangbisa nampak pada inspeksi. Pada palpasi, pertama-tama
dirasakan kehangatan kulit,(dingin-hangat-demam), kemudian kelembabannya,
pasien dehidrasi terasa kering danpasien hipertyroidisme berkeringat terlalu
banyak. Texture kulit dirasakan halus, lunak,lentur, pada kulit normal. Turgor
dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambatkembali ke keadaan
semula, menunjukkan turgor turun pada pasien dehidrasi. Krepitasiteraba ada
gelembung-gelembung udara dibawah kulit akibat fraktura tulang-tulang
igaatau trauma leher yang menusuk kulit sehingga udara paru-paru bisa berada
dibawah kulitdada. Edema adalah terkumpulnya cairan tubuh dijaringan tubuh
lebih daripada jumlahsemestinya. Misal, Pitting edema, bila menjadi cekung
setelah penekanan pada tempat-tempat pretibial, saklrum, jari-jari, kelopak
mata. Dan untuk non pitting edema tidakmenjadi cekung setelah penekanan,
pada mixedema (hipotyroid). (Brunner &Suddarth,2001)
b) Pemeriksaan Sensitibilitas
Pemeriksaan fisik pada kulit juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan
sensitibilitas,pemeriksaan sensibilitas ini merupakan pemeriksaan yang tidak
mudah. Kita bergantungkepada perasaan penderita, jadi bersifat subjektif.
Selain itu, reaksi seseorang terhadaprangsangan dapat berbeda-beda, malah
pada satu orangpun reaksi tersebut dapat berbeda, tergantung pada
keadaannya, apakah ia sedang lelah, atau pikirannya terpusatpada hal yang
lain.
Agar didapat hasil pemeriksaan yang baik perlu diperhatikan hal berikut:
selamapemeriksaan diupayakan agar pasien berada dalam keadaan tenang dan
perhatiannyadapat dipusatkan pada pemeriksaan.
Pemeriksaan:
Sebelum kita melakukan pemeriksaan kita tanyakan dulu apakah ada
keluhamengenai sensabilitas. Bila ada suruh ia menunjukkan lokasinya. Dari
bentuk daerah yangterganggu dapat diduga apakah ganggguan bersifat sentral,
perifer, atau berbentukdermatom. Dermatom merupakan daerah kulit yang
disarafi oleh akar posterior danganglionnya. Pada pasien histeri daerah yang
terganggu tidak sesuai dengan polaanatomic, umumnya batas gangguan amat
tegas, serinng berbentuk kaus dan melibatkanseluruh jenis sensibilitas.
Perlu ditanyakan jenis gangguan, intensitasnya, apakah hanya timbul pada
waktu-waktu tertentu, misalnya nyeri kalau dingin; dan juga factor-faktor yang
dapat mencetuskankelainan ini. Waktu melakukan pemeriksaan perhatikan
daerah-daerah kulit yang kurangmerasa, sama sekali tidak merasa atau daerah
yang bertambah perasaannya. Bertambahnya perasaan dapat disebabkan oleh
iritasi pada reseptor atau serabut saraf atau karena fenomena pelepasan
(release). Kata disestesia digunakan untuk menyatakanadanya perasaan yang
berlainan dari rangsangan yang diberikan, misalnya bila pasien diraba ia
merasa seolah-olah dibakar atau semutan. Kata parestesia merupakan perasaan
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
21
Kepatenan jalan napas juga dapat dikaji dengan menggunakan sebuah cermin
yang diletakkan di bawah hidung, pasien dianjurkan untuk menghembuskan
udara dengan mulut tertutup, kemudian kondensasi udara pada cermin diamati.
Normalnya sisi kanan dan kiriseimbang.
V. PEMERIKSAAN FISIK PADA LIDAH
Lidah adalah bagian dan tubuh yang terletak di rongga mulut. Lidah ini terdiri
atasotottetapi tidak ada tulang di dalamnya. Dia mampu bergerak sendiri, tidak
seperti lenganatau tungkai yang ada tulangnya. Lidah merupakan salah satu dan
panca indera. Berfungsisebagai alat untuk mengecap, dan juga untuk berbicara.
Menurut Ayurveda, lidah ini eratsekali kaitannya dengan organ tubuh bagian dalam.
Oleh karena organ bagian dalam sulitdilihat dan diperiksa dan luar, maka dengan
memeriksa lidah ata jihva dapat jugamembantu menegakkan diagnosis yang
tepat. Hal ini dimungkinkan karena energi vitalberada serta bergerak pula di seluruh
bagian lidah. Gerakan prima ini sesuai dengankeadaan organ di bagian dalam
tubuh. Perubahan warna, penebalan atau penipisan bagiantertentu dan lidah
menunjukkan adanya kelainan atau gangguan pada organ tertentu dalamtubuh. Jika
dilihat dan segi bentuk, maka ujung lidah merupakan cerminan keadaan di
tubuhbagian atas. Bagian tengah dan pangkal lidah sebagai refleksitubuh bagian
yang lebih dibawahnya. Oleh sebab itu, perubahan yang terjadi pada ujung lidah
pada umumnyamenunjukkan adanya gangguan pada organ tubuh bagian atas,
terutama di daerah dada.Makin ke belakang, pada pangkal lidah menandakan
adanya gangguan pada organ.
3. Merah jika lidah anda berwarna merah, itu menandakan adanya panas dalam,
jika warnamerah hanya ada pada ujung lidah, itu menandakan adanya panas
pada jantung. Jikawarna merah hanya ada pada sisi lidah, baik sisi kanan
maupun kiri, itu menunjukkanadanya panas dalam hati atau kandung empedu.
Jika warna merahnya lebih tua makapenyakitnya sudah parah.
4. Ungu jika warna lidah anda ungu, itu menunjukkan adanya statis darah atau
darah tidaklancer, warna ungu disini ada 2 yaitu merah ungu dan biru ungu.
Merah ungu adalahkelanjutan lidah merah dan berati adanya panas dan statis
darah. Biru ungu adalahkelanjutan lidah pucat, berati adanya dingin dan statis
darah pada penderita.
5. Biru jika lidah berwarna biru, berati terjadi keadaan yang sama dengan jika lidah
berwarnabiru keunguan, yakni adanya dingin dan statis darah namun
kondisinya lebih parah.
Bentuk Lidah
Bentuk lidah memberi indikasi keadaan darah dalam tubuh bentuk lidah yang
idealadalah yang sesuai dengan bentuk rahang,artinya berada dalam lengkung
rahang yangsempurna,dan memiliki bentuk yang tidak terlalu tebal namun juga
tidak terlalu tipis idealnyasekitar 1 cm. Dibawah ini beberapa bentuk lidah yang
tidak normal:
1. Tipis : Jika lidah berbentuk tipis, apalagi disertai warna pucat, itu menunjukkan
adanyadefiensi (kekurangan) darah. Hal itu berhubungan dengan hati, semakin
tipis bentuklidah, berarti semakin menahun penyakit yang diderita.
2. Tebal : Jika bentuk lidah tebal, itu menunjukkan sirkulasi dalam tubuh tidak
normal,sirkulasi ini meliputi, sirkulasi air, nutrisi dan darah. Jadi, jika ketika lidah
berbentuktebal, kemungkinan ada masalah pada ginjal, limpa dan hati.
3. Kaku : Jika lidah kaku, itu menunjukkan adanya angin dalam tubuh. Karena
bagiandalam tubuh kemasukan angin, maka itu menyebabkan lidah menjdi
kaku.
4. Panjang : Jika lidah panjang, berarti ada kecenderungan panas dalam tubuh,
terutamadidalam jantung, sebaliknya jika lidah berbentuk pendek dan disertai
warna pucat itumenandakan adanya dingin dalam tubuh.
5. Retak : Jika retak-retak transversal menunjukkan defiensi lambung, bila retakretakterdapat pada sisi lidah didekat pertengahan, berarti adanya defiensi
menahun padalimpa. Retak memanjang pada garius tengah yang mendekati
ujung lidah, berati adanyagangguan pada jantung.
Pemeriksaan pada lidah :
a) Inspeksi Lidah
Pemeriksaan fisik lidah didahului dengan pemeriksaan mukosa.
1. Periksa mukosa apakah ada massa?
2. Apakah lidahnya lembab?
3. Apakah ada lesi berbentuk massa pada sisi atau permukaan bawah lidah?
Minta pada pasien untuk mengangkat lidahnya ke atap mulut sehingga
permukaanbawah lidah mudah diperiksa. Pada orang-orang yang lebih tua, vena-
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
25
vena besar padaaspek ventral lidah dapat menjadi berkelok-kelok. Varikosis ini tidak
pernah berdarah dantidak mempunyai arti klinis.
Periksa pada lidah pasien apakah ada Candidiasis. Candidiasis yang dikenal
pulasebabagi moniliasis atau thrush, adalah suatu infeksi jamur oportunistik yang
lazimberkaitan dengan pemakaian antibiotik berspektrum luas. Infeksi sering
menyerang ronggamulut, saluran cerna, perineum atau vagina. Lesinya terlihat
sebagai membran putih yangmelekat secara longgar, dan dibawahnya terdapat
mukosa yang merah menyala. Candidiasis oral tidak lazim ditemukan pada rang
yang sehat yang tidak mendapat terapiantibiotik. Adanya candidiasis pada orang
seperti itu mungkin merupakan manifestasi diniAIDS. Candidiasis merupakan infeksi
oral yang paling sering ditemukan pada pasien AIDS.Selain memeriksa lidah pasien
apakah ada candidiasis, periksa juga apakah padalidah pasien terdapat leukoplakia.
Leukoplakia bentuk baru yang disebut leukoplakia berambut oral kelihatannya
berkaitan dengan perkembangan AIDS selanjutnya. Lesi putih yang menonjol ini
kelihatannya berombak-ombak atau berambut dan ukurannya berkisar mulai dari
beberapa milimeter sampai 2-3 cm. Penyakit ini paling sering ditemukan padatepi
lateral lidah tetapi dapat dijumpai pula pada mukosa pipi.
b) Pemeriksaan Saraf Kranialis XII
Minta pada pasien untuk menjulurkan lidahnya. Apakah lidah tersebut
berdeviasi kesatu sisi? Kelumpuhan nervus hipoglosus atau saraf kranialis kedua
belas membuat otot-otot lidah pada sisi yang terkena tidak dapat berkontraksi
dengan normal. Oleh karena itu,sisi kontralateral mendorong lidah ke sisi lesi.
c) Palpasi Lidah
Setelah melakukan inspeksi lidah dengan cermat, pemeriksaan dilanjutkan
denganpalpasi yang seksama.
1. Palpapsi lidah dilakukan dengan meminta pasien untuk menjulurkan
lidahnya kedalam sepotong kasa.
2. Lidah itu kemudian dipegang oleh tangan kiri pemeriksa ketika sisi-sisi
lidahdiinspeksi dan dipalpasi dengan tangan kanan.
Dua pertiga anterior dan tepi lateral lidah dapat diperiksa tanpa menimbulkan
refleksmuntah. Sangat penting untuk mempalpasi tepi lateral lidah, karena lebih
dari 85% darisemua kanker lidah timbul didaerah ini.
Semua lesi putih harus dipalpasi. Apakah ada tanda-tanda indurasi
(pengerasan)?Indurasi atau ulserasi sangat mengarah kepada karsinoma. Setelah
palpasi lidah, lidahtersebut dikeluarkan dari kasa dan kasanya dibuang.
Sewaktu mempalpasi mulut pasien, pemeriksa harus memegang pipi
pasien,merupakan tindakan pencegahan kalau-kalau pasien berusaha berbicara
atau menggigit jari pemeriksa.
d) Palpasi Dasar Mulut
Dasar mulut harus diperiksa denga palpasi bimanual. Ini dilakukan
denganmeletakkan satu jari di bawah lidah dan jari lain di bawah dagu untuk
memeriksa adanyapenebalan atau massa.
Kelainan pada Lidah
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
26
Kelainan yang terjadi pada lidah manusia adalah sebagai berikut. Diantaranya
adalah :
1. Glositis, atau peradangan lidah. Bisa akut ataupun kronis. Dengan gejala
berupa adanyaulkus dan lender yang menutupi lidah. Peradangan ini biasa
timbul pada pasien yangmengalami gangguan pencernaan ataupun infeksi pada
gigi. Lidah lembek dan pucat,dengan bekas bekas gigitan pada pinggirnya.
Biasanya, glositis kronis menghilang,apabila kesehatan badan membaik dan
memelihara higien mulut yang baik.
2. Lekoplakia, ditandai oleh adanya bercakbercak putih yang tebal pada
permukaan lidah(juga pada selaput lender pipi dan gusi). Hal ini biasanya
terlihat pada perokok.
Cara Memelihara Lidah
Cara memelihara agar lidah tetap berfungsi adalah sebagai berikut:
a. Jangan dibiasakan makan dan minim yang masih panas, karena akan
berpengaruhpada lidah.
b. Menggosok gigi secara teratur untuk mengatasi terjadinya infeksi pada gigi.
c. Kurangi merokok bagi perokok berat agar tidak terjadi bercak bercak putih
pada lidah.
DAFTAR PUSTAKA
Priharjo, Robert. 2006.Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :
EGCH.Swartz,Mark. 1995.
Diagnostik Fisik . EGC:JakartaKoesora.2009.
Pemeriksaan
Tes
Pendengaran.http://pemeriksaantespendengaran.blogspot.com/ (akses
29
november 2010)
Brunner
&
Suddarth.2001.Keperawatan
Medikal
Bedah
Volume
3.Jakarta:EGCLumbantobing.2008.
Neurologi Klinik .Jakarta: balai penerbit FKUI
http://www.mediacollege.com/lighting/colour/colourblind.html (diakses pada 11
Desember 2010)
Pemeriksaan Fisik Sistem Sensori dan Persepsi, Akhmad Jafar.,S.Kep.,Ns, 2012 Page
27