Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAC 2015
UNIVERSITAS HASANUDDIN
JUDUL REFERAT
: GANGGUAN PANIK
DISUSUN OLEH:
Miqdad Bin Mohd Suberi
C111 11 826
PEMBIMBING:
dr.Willy
SUPERVISOR:
dr. Andi Suheyra Syauki,M.kes, sp.KJ
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui Supervisor
(DR.dr.H.M.Faisal Idrus, SpKJ(K))
Pembimbing
(dr.Hilmi Umasangadji)
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
6
6
D. Indikasi Penggunaan
E. Kontraindikasi
F. Efek Samping
10
12
Bab III.
Kesimpulan
13
Lapsus
14
Daftar Pustaka
31
Lampiran Referensi
32
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut DSM-IV, insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk
memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya
satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu
(1,2)
(1)
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai
penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan
(1)
Insomnia
dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi dan suasana hati tetapi juga kesehatan,
kinerja dan kualitas hidup. Jenis insomnia ada tiga macam yaitu : insomnia inisial atau tidak
dapat memulai tidur , insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering
terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali (Potter ,
2005) .
Banyak sumber juga mengatakan adanya gangguan di siang hari yang terkait seperti
kelelahan , cepat marah, penurunan memori dan konsentrasi lesu yang mengganggu banyak
aspek fungsi di siang hari. Insomnia lebih sering menyerang perempuan daripada laki laki
serta sering terjadi pada usia lanjut. Insomnia bisa diklasifikasikan kepada primer , yaitu
insomnia yang terjadi tanpa disertai penyakit lain , dan juga sekunder, dimana insomnia tipe
ini terjadi disebabkan oleh penyakit lain , masalah psikis , lingkungan , perilaku , atau efek
4
(3)
(kurang dari 1 bulan) ataupin kronis , yaitu 1-6 bulan. Insomnia lebih tepat disebut sebagai
suatu gejala , dan merupakan suatu diagnosis . Walaupun begitu, tidak ada standar baku yang
digunakan untuk menegakkan diagnosis insomnia
(3)
sering digunakan untuk menegakkan insomnia yaitu : The Diagnostic and Statistical Manual
Of Mental Disorders ( DSM ) ; The International Classification of Sleep Disorders ; and The
ICD 10 Classification of Mental and Behavioural Disorder. (1,2,3)
Menangani insomnia, pendekatan secara farmakologi ataupun non- farmakologi bisa
diterapkan tergantung dari berat ringan insomnia mempengaruhi kualitas hidup penderita.
Penanganan dengan medikamentosa harus mempertimbangkan efektifitas dan juga efek
samping yang terlibat , tetapi pendekatan secara non- farmakologi bisa sangat membantu
tanpa menimbulkan efek samping dan mempunyai efektifitas yang sama maupun lebih. (2,3)
BAB II
A) DEFINISI ANTI INSOMNIA
Anti insomnia adalah kelompok obat obatan yang juga dikenali sebagai hypnotics,
somnifacient, atau hipnotika. Obat acuannya adalah phenobarbital. Indikasi penggunaanya
adalah untuk mengubati Sindrom Insomnia. Secara umum ada dua penggolongan obat anti
insomnia yaitu 1) Benzodiazepine dan 2) Non benzodiazepine . (4)
B) PENGGOLONGAN (1,2,3,4,5)
Berdasarkan Handbook of Psychiatric Drugs 2005 Edition terdapat dua penggolongan
anti insomnia : (5)
I ) Benzodiazepine : Nitrazepam, Triazolam, Estazolam
II) Non Benzodiazepine : Chloral hydrate , Phenobarbital
No
1
Nama Generik
Nitrazepam
Nama Dagang
MAGADON
Sediaan
Tab. 5 mg
Dosis Anjuran
Dewasa 2 tab
DUMOLID
Tab. 5 mg
Lansia 1 tab
(Alpharma)
HALCION
Tab. 0,125 mg
Dewasa 2 tab
(Roche)
Triazolam
(Up john)
Lansia 1 tab
Tab. 0,250 mg
Dewasa 1 tab
Lansia tab
1-2 mg/malam
Estazolam
ESILGAN
Tab. 1 mg
Chloral hydrate
(Takeda)
CHLORALHYDRAT
Tab. 2 mg
Soft cap 500 mg 1-2 cap 15-30
sebelum tidur
C) CARA KERJA
(6)
Benzodiazepine
Farmakodinamik :
Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA. Terdapat dua jenis reseptor GABA, yaitu
GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA (reseptor kanal ion klorida kompleks) terdiri atas
lima subunit yaitu 1, 2, 1, 2 dan 2. Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik
subunit 2 sehingga pengikatan ini menyebabkan pembukaan kanal klorida, memungkinkan
masuknya ion klorida ke dalam sel menyebabkan peningkatan potensial elektrik sepanjang
membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi.
Efek yg ditimbulkan benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan
efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot
dan antikonvulsan. Sedangkan efek perifernya: vasodilatasi koroner (pada pemberian IV) dan
blokade neuromuskular (pada pemberian dosis tinggi).
Farmakokinetik :
dengan perfusi rendah (seperti otot dan lemak). Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan
disekresi ke dalam ASI.
Metabolisme : benzodiazepin di hati melalui kelompok enzim CYP3A4 dan CYP2C19. Yang
menghambat CYP3A4 a.l. eritromisin, klaritromisin, ritonavir, itrakonazol, ketokonazol,
nefazodon dan sari buah grapefruit. Benzodiazepin tertentu seperti oksazepam langsung
dikonjugasi tanpa dimetabolisme sitokrom P. Secara garis besar, metabolisme benzodiazepin
terbagi dalam tiga tahap: desalkilasi, hidroksilasi, dan konjugasi. Metabolisme di hati
menghasilkan metabolit aktif yang memiliki waktu paruh lebih panjang dibanding parent
drug. Misalnya diazepam (waktu paruh 20-80 jam) setelah dimetabolisme menjadi Ndesmetil dengan waktu paruh eliminasi 200 jam.
Eksresi: Ekskresi metabolit benzodiazepin bersifat larut air melalui ginjal.
Non benzodiazepine
Obat anti-insomnia bekerja pada reseptor BZ1 di susunan saraf pusat yang berperan dalam
memperantara proses tidur.
D) INDIKASI PENGGUNAAN (1,3)
Digunakan secara klinis untuk dalam jangka pendek meringankan kecemasan dan insomnia
yang parah, efek sedatif pra-operasi, status epileptik, dan ketagihan alkohol akut.
Gejala sasaran (target syndrome) : Sindrom Insomnia
Membutuhkan waktu yang lebih dari jam untuk tertidur (trouble in falling asleep)
atau tidur kembali setelah terbangun (sleep continuity interuption) sehingga siklus
E) KONTRAINDIKASI (2,6)
Benzodiazepines tidak boleh diberikan pada pasien bronko-pulmoner, juga harus hati
hati pada penderita yang masalah respirasi kronis seperti penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK) dan obat ini mempunyai efek aditif atau sinergistik dengan agen depresan sentral
lainnya seperti alkohol, barbiturates, dan antihistamin. Benzodiazepine dan nonbenzodiazepine juga berkontraindikasi pada wanita hamil dan menyusui, gagal jantung,
penyakit pernapasan akut, dan sleep apnoe syndrome.
F) EFEK SAMPING (6,7)
Efek samping dari penggunaan benzodiazepine dan non benzodiazepine adalah lebih
kurang sama, yang paling sering adalah merasa pusing , hipotensi , dan juga distress respirasi.
Mengantuk, ataxia, dan penurunan performa psikomotorik; oleh karenanya, ketika
mengkonsumsi obat ini sebaiknya tidak menyetir kendaraan atau menjalankan peralatan
mesin.
Ketergantungan mulai terlihat setelah 4-6 pekan, dan bersifat fisik dan psikologis.
Sindrom ketagihan (pada 30% dari pasien) meliputi kecemasan dan insomnia yang berulang,
badan gemetar, dan kram otot. Juga bisa menimbulkan supresi SSP pada saat tidur, yang akan
mengakibatkan rebound phenomen.
G) PEMILIHAN PEMBERIAN OBAT (1,3)
Pemilihan Obat:
9
Initial insomnia : Sulit masuk ke dalam proses tidur. Obat yang dibutuhkan adalah
bersifat Sleep Inducing Anti Insomnia , yaitu golongan benzodiazepine ( Short
Pengaturan dosis :
Lama pemberian :
Pemakaian obat anti insomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu sahaja , tidak lebih dari
2 minggu agar risiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat
menimbulkan perubahan Sleep EEG yang menetap sekitar 6 bulan lamanya.
10
No Nama Generik
Nama Dagang
Sediaan
Dosis Anjuran
Cara
Pemberian
Nitrazepam
MAGADON
Tab. 5 mg
Dewasa 2 tab
Obat
Oral
11
(Roche)
Triazolam
DUMOLID
Tab. 5 mg
Lansia 1 tab
(Alpharma)
HALCION
Tab. 0,125 mg
Dewasa 2 tab
(Up john)
3
4
Oral
Lansia 1 tab
Tab. 0,250 mg
Dewasa 1 tab
Tab. 1 mg
Lansia tab
1-2 mg/malam
Estazolam
ESILGAN
Chloral
(Takeda)
Tab. 2 mg
CHLORALHYDRAT Soft cap 500 1-2 cap 15-30 Oral
hydrate
500 (Darya Varia)
H) CARA PEMBERIAN OBAT
mg
Oral
sebelum tidur
BAB III
KESIMPULAN
Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk memulai atau
mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan dan
menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. Menurut The
12
International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi
hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut
(1,2)
Jadi,
Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya.
Insomnia dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non farmakologi,
bergantung pada jenis dan penyebab insomnia. Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk
mengatasi insomnia dapat berupa golongan benzodiazepin (Nitrazepam, Trizolam, dan
Estazolam), dan non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital). Tatalaksana insomnia
secara non farmakologis dapat berupa terapi tingkah laku dan pengaturan gaya hidup dan
pengobatan di rumah seperti mengatur jadwal tidur. (3)
Ada beberapa komplikasi dari insomnia, diantaranya , efek psikologis dapat berupa
gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, irritable, kehilangan motivasi, depresi dan
sebagainya, efek fisik/somatic berupa kelelahan, nyeri otot, kelebihan berat badan atau
kegemukan, daya tahan tubuh yang rendah, meningkatkan resiko dan keparahan penyakit
jangka panjang, contohnya tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes. (3)
: Ny. S
Umur
: 61 Tahun
13
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Pensiunan
Alamat
: Jl A. Abdullah Pinrang
RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 9 Mac 2015
dari :
Nama
: Ny. D
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Anak pasien
RIWAYAT PENYAKIT
A Keluhan Utama
Gelisah
B Riwayat Gangguan Sekarang
14
Pasien mulai gelisah, mengamuk, sejak +/- 2 bulan yang lalu. Pasien kadang bicara
sendiri, marah, mengamuk, dan memukul. Pasien juga selalu bermimpi buruk dan melihat
apa yang dimimpinya setelah bangun. Pasien juga ada mendengar suara nenek nenek
yang menyuruhnya melakukan sesuatu. Pasien pernah dirawat di RSWS Pakis Disember
2014 dan pulang paksa. Sesudah keluar dari RSWS pasien tidak pernah kontrol dan obat
yang diberikan dari RSWS tidak habis diminum karena pasien lebih sering
mengkomsumsi obat tradisional. Setelah itu pasien dibawa ke Sukabumi untuk berobat
alternatif selama +/- 3 minggu tetapi keadaan pasien semakin memburuk dan akhirnya
keluarganya memutuskan untuk membawa pasien ke Pakis saat ini. Menurut keluarga,
pada tahun 2013 pasien sudah mulai mengalami susah tidur. Sejak pensiun April 2014
pasien mulai gaduh gelisah. Setelah pensiun, pasien sempat pindah pindah dokter
internist dan dokter jiwa dengan keluhan susah tidur. Menurut keluarga, pasien seperti
tidak menerima keadaannya yang pensiun sebagai seorang kepala sekolah SMP. Dulu
pasien adalah orang penting dan cantik. Pasien merasa tidak berarti karena sejak pensiun
sudah tidak ada kegiatan dan tidak ada lagi orang yang berkunjung atau datang liat-liat
dirinya di rumah. Pasien juga sulit menerima keadaan bahwa wajah dan tubuhnya sudah
menua. Pasien kadang marah saat bercermin karena wajahnya tidak secantik dulu dan
bentuk tubuhnya sudah melar.
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik sebelumnya, seperti infeksi, trauma
dan kejang.
2
Ada. Pasien pernah dirawat di RSWS Pakis Disember 2014 atas keluhan yang sama
dan pulang paksa. Sesudah keluar dari RSWS pasien tidak pernah kontrol dan obat
yang diberikan dari RSWS tidak habis diminum karena pasien lebih sering
mengkomsumsi obat tradisional. Setelah itu pasien dibawa ke Sukabumi untuk
berobat alternatif selama +/- 3 minggu tetapi keadaan pasien semakin memburuk dan
akhirnya keluarganya memutuskan untuk membawa pasien ke Pakis saat ini. Menurut
keluarga, pada tahun 2013 pasien sudah mulai mengalami susah tidur. Sejak pensiun
April 2014 pasien mulai gaduh gelisah. Setelah pensiun, pasien sempat pindah
pindah dokter internist dan dokter jiwa dengan keluhan susah tidur.
D Riwayat Kehidupan Pribadi
1
Lahir pada 27 Maret 1954, lahir di rumah dibantu oleh bidan, kelahiran normal,cukup
bulan.
Riwayat kehamilan pada ibu pasien tidak diketahui.
Riwayat Masa Kanak Awal ( sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)
Riwayat Pendidikan
: S1
Riwayat Pekerjaan
Riwayat Pernikahan
: Rajin beribadah.
A Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, kesadaran composmentis, tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 80x/menit, frekwensi pernafasan 22x/menit dan suhu tubuh 36,5C,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan abdomen dalam batas
normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
B Status Neurologi
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A Deskripsi Umum
1
Penampilan
Tampak seorang wanita berusia 61 tahun memakai jilbab berwarna pink, baju lengan
pendek biru, seluar lagging pink, wajah tampak sesuai umur, perawakan sedang,
perawatan diri cukup.
2
Kesadaran
: Berubah
: Tenang
Pembicaraan
: Kooperatif
Mood
: Sedih
Afek
: Depresif
18
Empati
C Fungsi intelektual
1
Daya konsentrasi
: Baik
Orientasi (waktu,tempat,orang)
: Baik
: Baik
Pikiran abstrak
: Baik
Bakat kreatif
sanggar)
7
: Baik
D Gangguan Persepsi
1
Halusinasi
Ilusi
: Tidak ada
Depersonalisasi
Derealisasi
: Tidak ada
E Proses Berpikir
1
Arus pikiran
19
Produktivitas
: Bicara spontan
Kontinuitas
Hendaya berbahasa
: Tidak ada
Isi pikiran
a
Preokupasi
: Tidak ada
: Tidak ada
F Pengendalian Impuls
: Baik
G Daya Nilai
1
Norma sosial
: Terganggu
: Terganggu
H Tilikan (Insight)
pengobatan)
I
: Dapat dipercaya
2014 dan pulang paksa. Sesudah keluar dari RSWS pasien tidak pernah kontrol dan obat
yang diberikan dari RSWS tidak habis diminum karena pasien lebih sering
mengkomsumsi obat tradisional. Setelah itu pasien dibawa ke Sukabumi untuk berobat
alternatif selama +/- 3 minggu tetapi keadaan pasien semakin memburuk dan akhirnya
keluarganya memutuskan untuk membawa pasien ke Pakis saat ini. Menurut keluarga,
pada tahun 2013 pasien sudah mulai mengalami susah tidur. Sejak pensiun April 2014
pasien mulai gaduh gelisah. Setelah pensiun, pasien sempat pindah pindah dokter
internist dan dokter jiwa dengan keluhan susah tidur. Menurut keluarga, pasien seperti
tidak menerima keadaannya yang pensiun sebagai seorang kepala sekolah SMP. Dulu
pasien adalah orang penting dan cantik. Pasien merasa tidak berarti karena sejak pensiun
sudah tidak ada kegiatan dan tidak ada lagi orang yang berkunjung atau datang liat-liat
dirinya di rumah. Pasien juga sulit menerima keadaan bahwa wajah dan tubuhnya sudah
menua. Pasien kadang marah saat bercermin karena wajahnya tidak secantik dulu dan
bentuk tubuhnya sudah melar.
Tampak seorang wanita berusia 61 tahun memakai jilbab berwarna pink, baju lengan
pendek biru, seluar lagging pink, wajah tampak sesuai umur, perawakan sedang,
perawatan diri cukup. Kesadaran baik, perilaku dan aktivitas psikomotor tenang. Sikap
terhadap pemeriksa kooperatif. Gangguan persepsi
auditorik, ilusi tidak ada, depersonalisasi ada, derealisasi tidak ada. Hendaya bahasa tidak
ada. Isi pikir preokupasi tidak ada. Pengendalian impuls baik. daya nilai baik, tilikan
derajat 6. Taraf dapat dipercaya.
EVALUASI MULTIAKSIAL
A AKSIS I
21
B AKSIS II
22
Pasien seorang yang aktif dan suka menari. Sehingga ciri keperibadian pasien tidak khas.
Tidak terdapat informasi yang cukup untuk mengkategorikan ke dalam gangguan
kepribadian khas.
C AKSIS III
Tidak ada diagnosis
D AKSIS IV
Stressor psikososial : Pasien sudah pensiun dan tidak mengajar lagi dan tidak ada lagi
orang yang berkunjung atau datang liat-liat dirinya di rumah. Pasien juga sulit menerima
keadaan bahwa wajah dan tubuhnya sudah menua.
E AKSIS V
GAF Scale 50 41, gejala berat (serious), disabilitas berat.
DAFTAR MASALAH
1
Organobiologik
Psikologik
Sosiologik
23
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu
senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
PROGNOSIS
Dubia ad malam
RENCANA TERAPI
A Psikofarmakologi
-
Fluoxetine 20 mg No VI
/2dd1
- Lorazepam 2 mg No VI
/2dd1
Haloperidol 1.5 mg No VI
/2dd1
Clozapin 25 mg No III
/1dd1 (malam)
B Psikoterapi
Suportif :
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam
memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian
mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang
mungkin timbul selama pengobatan, serta motivasi pasien supaya minum obat secara
teratur.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang penyakit pasien sehingga tercipta
dukungan sosial dalam lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu
penyembuhan pasien.
24
FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektivitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping
obat yang diberikan.
PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA
Dari alloanamnesis dan autoanamnesis serta pemeriksaan status mental, maka
disimpulkan bahwa pasien didiagnosis dengan Episode Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik (F32.3) sesuai dengan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III
(PPDGJ-III).
25
Afek depresif
Gejala lainnya :
-
Pedoman diagnostik
-
Medikasi yang diberikan berupa obat anti psikosis yaitu golongan tipikal dan atipikal.
Mekanisme kerja obat anti psikosis tipikal adalah mem blokade Dopamine pada reseptor
26
pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
(dopamine D2 receptor antagonist) .Sedangkan obat anti psikosis yang baru (atipikal)
disamping berafinitas terhadap dopamine D2 Receptors juga terhadap Serotonin 5 HT2
Receptors ( Serotonin dopamine antagonist )
Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif pada saat penderita berada dalam fase
akut . Terapi berorientasi keluarga dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang
gangguan yang dialami pasien dan menciptakan suasana yang baik agar dapat mendukung
proses pemulihan pasien.
Prognosis pasien ini adalah dubia ad malam.
Lampiran
Autoanamnesa (9 Maret 2015)
DM
: Assalamualaikum, selamat pagi bu. Perkenalkan saya dokter muda Latifah yang
DM
: Namanya siapa?
: Namaku S.
27
DM
DM
DM
: Di Pinrang
DM
DM
DM
: Begini dok, saya mulai ma gelisah, mengamuk sejak 2 bulan yang lalu. Terkadang
ku lempar barang- barang , marah marah terus dok. Saya juga susah tidur dok, sejak tahun
2013 kayaknya doc. Sejak saya pensiun April 2014, makin memberat gelisah ku doc.
DM
DM
: Karena tidak ada yang berkunjung liat liat ku di rumah setelah pensiun, rasanya
seperti tidak berarti sekali hidup ku doc. Dulu saya itu orang penting sekali di sekolah ku doc.
DM
: Ada ji buk dengar suara suara bisikan yang kita tidak lihat orangnya?
28
DM
: Iya dok.
DM
: Ada doc tapi bukan setan, orang ji yang ku lihat doc sebelumnya saya mimpi dulu.
: Sudah lama saya setiap hari susah tidur, kira kira sejak tahun 2013. Sudah banyak
DM
DM
DM
: S1 dok.
DM
: 100-7?
: 93 dok.
DM
29
: Mencuri dok.
DM
: Baiklah bu, untuk sekarang cukup dulu pertanyaan saya yah bu. Semoga cepat
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, Benjamin James, Sadock, Virginia Alcott. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis
of Psychiatry: Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams
& Wilkins.
2. Michael B. First , Allan Tasman. 2006. Clinical Guide to The Diagnosis and
Treatment of Mental Disorders. Wiley .
3. Muammar Ghadaffi. 2010. Tatalaksana Insomnia dengan Farmakologi atau Non
Farmakologi. Bagian SMF Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
4. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
5. Lawrence , Cristopher , Rhoda K. 2005. Handbook of Psychiatric Drugs. Current
Clinical Strategies Publishing USA.
30
31
32