3. Infeksi (meningitis.ensetalitis).
4. Neoplasma.
5. Gangguan vascular yang berkaitan dengan intracranial
Penyebab ekstrakranial:
1. Obat-obatan (di telan atau putus),
Obat antikolinergik, Antikonvulsan, Obat antihipertensi,
Obat
Gambaran
gangguan fungsi kognitif daya ingat, daya pikir, daya belajar
gangguan sensorium gangguan kesadaran dan perhatian
sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi, isi pikiran,
suasana, perasaan,dan emosi
onset sangat berpengaruh dalam penentuan diagnosis.
Gambaran klinis Delirium:
Gambaran
mencolok
adanya
defisit
untuk
memusatkan,
kepribadian
merupakan
gambaran
yang
paling
meledak-ledak.
Pasien
demensia
juga
menunjukkan
positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal negatif bukan berarti dapat
dipastikan tidak terjadi infeksi.
Pemeriksaan tunggal tes Widal kurang baik karena akan memberikan hasil
positif bila terjadi :
Stadium penyakit
Leukopenia. Kondisi ini terjadi bila jumlah sel darah putih kurang dari 5.000
dalam setiap tetes darah. Manusia normalnya memiliki sel darah putih
berjumlah 5.000 hingga 10.000 dalam setiap tetes darahnya.
Leukopenia bisa disebabkan sumsum tulang mengalami gangguam. Sum-sum
tulang merupakan produsen sel darah putih. Jika sum-sum tulang
bermasalah, otomatis jumlah sel darah putih akan mengalami gangguan juga.
Leukopenia bisa juga disebabkan oleh infeksi. Infeksi dari kuman atau bakteri
bisa menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih. Kurangnya sel darah
putih juga bisa terjadi karena adanya penyakit autoimun seperti HIV/AIDS
atau lupus.
Pengaruh obat-obatan seperti efek dari kemoterapi pun bisa menyebabkan
terjadinya leukopenia.
Beberapa jenis obat yang digunakan pada kemoterapi bisa merusak sum-sum
tulang, sehingga produksi sel darah merah menurun. Meski demikian, kondisi
ini tidak selalu terjadi pada setiap orang, bergantung kondisi masing-masing
pasien.
Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama pada pasien yang menjalani
kemoterapi. Biasanya jumlah sel darah putih akan menurun selama beberapa
hari. Ini disebabkan oleh efek obat kemoterapi, tetapi kemudian leukosit
akan kembali pada jumlah normal lagi.
Sementara kadar sel darah putih bisa juga turun di bawah normal ( kurang
dari 3.500 sel per mikroliter darah) karena :
* Infeksi virus.
* Kelainan kongenital yang terkait dengan fungsi sumsum tulang.
* Kanker.
* Gangguan autoimun.
* Obat-obatan yang merusak sel darah putih.
Infeksi S.typhi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap usushalus kemudian
melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah dan mencapai organ seperti hati dan
limfe. Basil yang tidak di hancurkan berdiam diri di organ sehingga terjadi
hepatosplenomegali yang menyebabkan nyeri. Kemudia basil masuk ke peredarah
darah ( bakteremia) dan menyebar ke tubuh. Seperti halnya semua bakteri basil
Kriteria umum F 06
Disertai : waham menetap atau berulang ( waham kejar, tubuh berubah, cemburu,
adfa
Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu.
Demensia
Bisa menetap
kelainan metabolisme
Hampir selalu memburuk di malam hari
Tidak mampu memusatkan perhatian
Kesiagaan seringkali
menjadi agitasi
berkurang
DELLIRIUM
A. DEFINISI
Suatu gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif
secara global. Kelainan mood, persepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock
B. ETIOLOGI
Penyebab intracranial
Epilepsi atau keadaan
pascakejang
Karbon monoksida
Infeksi
lain
Meningitis
Ensefalitis
Neoplasma
Hipofisis
Gangguan vaskular
Pankreas
Adrenal
Paratiroid
Obat antikolinergik
Antikonvulsan
Obat antihipertensif
industri
hiperfungsi )
Penyebab ekstrakranial
Racun
Tiroid
Obat antiparkinson
Obat antipsikotik
( ensefalopati uremik )
Glikosida jantung
Cimetidine
& hipoksia )
Clonidine
Dilsufiram
Insulin
Penyakit
defisiensi
defisiensi
Opiat
Phencyclidine
folat )
Phenytoin
Ranitidine
Salisilat
sepsis
Keadaan pascaoperatif
Delirium ini membutuhkan waktu sampai 2 minggu untuk menghilang bahkan setelah
pemberian lithium dihentikan.
Dalam pemulihan : sering terjadi stupor dan kejang.
Pengobatan : menghentikan lithium, pengobatan suportif, pemeliharaan keseimbangan
elektrolit, mempermudah ekskresi lithium. Cara terbaik menghilangkan lithium dari tubuh :
HEMODIALISIS.
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock
C. KLASIFIKASI
Delirium karena kondisi medis umum
Delirium akibat zat
Delirium yang tidak ditentukan (YTT) (NOS)
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock
D. PATOGENESIS
Mekanisma tidak jelas, tetapi mungkin terkait dengan gangguan reversibilitas dan
metabolisma
oxidatif
otak,
abnormalitas
neurotransmiter
multipel,
dan
kegelisahan. jika ada pasien yang mengalami gejala2 ini, dokter harus mengamatinya
dengan cermat.
Pasien yan gpernah mengalami delirium, kemungkinan akan mengalami delirium
kembali dalam keadaan yang sama (REKUREN).
Kesadaran ( Arousal)
Terdapat DUA pola kelainan kesadaran.
1. HIPERAKTIVITAS , berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Biasanya dialami
oleh pasien yang delirium karena PUTUS ZAT, yang juga disertai oleh tanda
otonomik, seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardi, pupil dilatasi, mual,
muntah,dll.
2. PENURUNAN KESIAGAAN.
Terdapat pula pasien dengan campuran dari dua pola di atas.
Orientasi
Dengan demikian pasien sering tertarik oleh stimuli yang tidak relevan atau menjadi
teragitasi jika dihadapkan informasi baru.
Sering mengalami HALUSINASI.
Halusinasi tersering : visual/auditoris, jarang : taktil/olfaktoris.
Sering juga mengalami ILUSI visualdan auditori.
Mood
Kelainan PENGATURAN mood.
Gejala tersering : kemarahan, kegusaran, rasa takut yang tidak beralasan.
Gejala lain : apati, depresi, dan euforia.
Beberapa pasien dengan cepat berpindah antara emosi-emosi di atas.
Gejala Penyerta
Gangguan TIDUR-BANGUN.
Tidur singkat danterputus-putus. Pasien sering mengalami eksaserbasi gejala
delirium tepat sebelum tidur di kenal dengan SUNDOWNING.
Gejala neurologis
Disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi dan inkontinensia urin, dan tanda
neurologis fokal.
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock
F. DIAGNOSIS
dengan
penurunan
kemampuan
untuk
memusatkan,
SINOPSIS PSIKIATRI
Gangguan kesadaran ( yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap
lingkungan ) dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan,
mempertahankan, atau mengalihkan perhatian
DEMENTIA
Definisi
Definisi lain dari dementia adalah sebagai suatu kehilangan kemampuan kognitif
secara multidimensional dan terus menerus, termasuk gangguan daya ingat,
demikian pula dengan satu atau lebih hal berikut, yaitu afasia, apraksia, agnosia,
atau gangguan dalam perencanaan, pengaturan, dan kemampuan pemikiran yang
abstrak.
Etiologi
2. PENYEBAB
Dari segi etiologi dibedakan antara demensia reversibel dan irreversibel.
Untuk demensia reversible penyebabnya adalah :1
1. Drugs
Antidepresi, antiansietas, sedatif, antiaritmia, antihipertensi,
antikonvulsan, obat-obat jantung termasuk digitalis, obat-obat
antikolmergik.
2. Emosi/depresi
Depresi, shizofrenta, mania, psikosis.
3. Metabolik / endokrin
Penyakit tiroid, hipoglikemi, hipernatremi dan hiponatremi, hiperklasemi,
gagal ginjal, gagal hati, penyakit Cushing, penyakit wilson.
4. Eye/ear nutrisi
Difensiasi tiamin, difensiasi vitamin B12 (anemia pernisiosa), Difensiasi
asam fosfat, difensiasi vitamin B6 (pellagra).
5. Trauma
Trauma kranioserebal, hematon subdural akut dan kronis.
6. Tumor
Glioma, meningioma, tumor metastatis.
7. Infeksi
Meningitis dan ensefalitis bakterialis, meningitis dan ensefalitis Akibat
jamur, meningitis akibat kriptokokus, meningitis dan Ensefalitis viral,
abses otak, neurosifilis, AIDS.
8. Autoimun
Lupus eritematosus diseminata, multiple sklerosis. Dan di samping itu ada
juga arterioseklerosis dan alkohol.
Untuk dementia yang irreversibel penyebabnya adalah:1
1. Penyakit degeneratif
Penyakit Alzaimer, dementia Frontotemporal, penyakit Huntington,
penyakit Parkinson, penyakit Lewy bodies, atrofi olivopontoserebelar,
amiotropik lateral sklerosis/ dementia parkinsonism kompleks.
2. Penyakit vaskular
Infrak multipel, emboli serebral, arteritis, anoksia skunder akibat henti
jantung, gagal jantung atau keracunan karbon monoksida.
3. Trauma
Trauma kranioserebral berat
4. Infeksi
Sub akut spongiform ensefalopati (creutzfeldt-jacob disease), post
ensefalitis, Leukoensefalopati multifokal progresif.
PPDGJ-III
dipelajari sebelumnya )
kognitif berikut :
utuh )
adalah utuh )
menimbulkan demensia
( misalnya hipotiroidisme,
mengorganisasi, mengurutkan
hiperkalsemia, defisiensi
dan abstrak )
neurosifilis, hidrosefalus
hematoma subdural
sebelumnya
PPDGJ-III
dipelajari sebelumnya )
tetap baik
utuh )
adalah utuh )
dilakukan dengan
mengorganisasi, mengurutkan
pemeriksaan neuropatologis
dan abstrak )
Defisit kognitif dalam kriteria A1
dan A2 masing menyebabkan
gangguan yang bermakna dalam
fungsi sosial atau pekerjaan dan
menunjukkan suatu penurunan
bermakna dari tingkat fungsi
sebelumnya
medikasi )
Patologi
Pada dementia yang reversibel, daya kognitif global dan fungsi luhur lainnya
terganggu oleh karena metabolisme oleh karena neuron-neuron kedua belah
hemisferium tertekan atau dilumpuhkan oleh berbagai sebab. Apabila sebab ini
dapat dihilangkan, maka metabolisme kortikal akan berjalan sempurna kembali.
Dengan demikian fungsi luhur dalam keseluruhannya akan pulih kembali. Apabila
sebab ini sudah menimbulkan kerusakan infrastruktur neuron-neuron kortikal,
tentu fungsi kortikal tidak akan pulih kembali, dan dementia akan menetap.
Kerusakan yang merata pada neuron-neuron kortikal kedua belah hemisferium,
yang mencakup daerah persepsi primer, korteks motorik, dan semua daerah
asosiatif menimbulkan dementia. Sebab-sebab yang disebutkan diatas sebagai
penyebab "subacute amnestic-confusional syndrome" merupakan penyebab juga
bagi dementia reversibel dan tak reversibel. Karena daerah motorik, piramidal
dan ekstrapiramidal ikut terlibat secara difus, maka hemiparesis atau
monoparesis dan diplegia juga dapat melengkapkan sindrom dementia. Apabila
manifestasi gangguan korteks piramidal dan ekstrapiramidal tidak nyata, tandatanda lesi organik masih dapat ditimbulkan. Pada umumnya, tanda-tanda tersebut
mencerminkan gangguan pada korteks premotorik atau prefrontal. Tanda
tersebut diungkapkan dengan jalan membangkitkan refleks-refleks.
Manifestasi Klinis
Gambaran utama dementia adalah munculnya deficit kognitif multipleks,
termasuk gangguan memori, setidak-tidaknya satu diantara gangguan kognitif
berikut ini, yaitu afasia, apraksia, agnosia, atau gangguan dalam hal fungsi
eksekutif. Definisi kognitif harus sedemikian rupa, sehingga mengganggu fungsi
sosial atau okupasional serta harus menggambarkan menurunnya fungsi luhur
sebelumnya. Penderita dementia memiliki beberapa gambaran klinis. Rincian
gambaran klinis dementia adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Memori
Dalam bentuk ketidakmampuan untuk belajar tentang hal-hal baru, atau lupa
akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan, atau dipelajari. Pada dementia
tingkat lanjut, gangguan memori menjdai sedemikian berat sehingga penderita
lupa akan identitasnya sendiri
2. Afasia
Dalam bentuk kesulitan menyebutkan nama orang atau benda. Berbicara
samar-samar atau terkesan hampa, dengan ungkapan kata-kata yang panjang, dan
menggunakan istilah-istilah yang tidak menentu. Bahasa lisan dan tulisan pun
terganggu, pada dementia tahap lanjut, penderita dapat menjadi bisu atau
mengalami gangguan pola bicara yang dicirikan oleh ekolalia (menirukan apa yang
dia dengar)
3. Apraksia
Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan meskipun gerakan motorik, fungsi
sensorik, dan pengertian yang diperlukan tetap baik. Penderita dapat mengalami
kesulitan dalam menggunakan benda tertentu atau melakukan gerakan yang telah
dikenali
4. Agnosia
dancyanocobalamine