Anda di halaman 1dari 23

BABI I

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber

daya manusia. Pesatnya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan


sumber daya alam semakin bertambah, salah satunya kebutuhan bahan bakar
minyak (BBM). Kini persediaan bahan bakar minyak sudah mulai langka, karena
ketersediaan bahan bakar minyak yang ada, tidak dapat mengimbangi tuntutan
jumlah kebutuhan bahan bakar minyak yang semakin meningkat.
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih bergantung pada bahan bakar
dari energi fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Energi fosil bersifat
tidak terbaharukan dan ketersediaan energi fosil semakin hari semakin berkurang.
Ketersediaan bahan bakar gas akan habis +/- 70-80 tahun lagi, sedangkaan bahan
bakar gas akan habis +/- 120 tahun lagi. Oleh karena itu perlu adanya energi
alternatif untuk menghemat cadangan minyak yang ada saat ini, serta mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar fosil.
Salah satu energi alternatif yang dapat menggantikan peran bahan bakar
fosil adalah biogas. Biogas adalah salah satu energi bersifat terbarukan karena
bahan bakunya berasal dari bahan organik dan dapat dibuat sendiri dengan
teknologi sederhana. Biogas sangat potensial sebagai sumber energi terbaharukan
karena kandungan gas metan pada biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi,
yaitu sekitar 50 MJ/Kg. Dengan adanya pembuatan biogas ini juga berdampak
positif pada lingkungan, yaitu mengurangi gas metan bebas di udara yang
berpotensi sebagai penyebab global warming.
Namun pemanfaatan biogas di Indonesia masih kurang. Hal ini dapat
dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan sebagian besar masyarakat
Indonesia tentang pemanfaatan biogas, selain itu rasa canggung masyarakat
Indonesia untuk menggunakan bahan bakar biogas dalam aktivitas sehari-hari
masih tinggi. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian
biogas, proses pembentukan

biogas, pemanfaatan biogas dan implikasinya

terhadap ekosistem.

1.2

Rumusan masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dari biogas?
2. Bagaimana proses pembentukan biogas ?
3. Bagaimana pemanfaatan biogas dalam kehidupan sehari-hari ?
4. Bagaimana implikasi biogas terhadap ekosisitem ?

1.3

Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari biogas
2. Mengetahui proses pembentukan biogas
3. Mengetahui pemanfaatan biogas dalam kehidupan sehari-hari
4. Mengetahui implikasi biogas terhadap ekosisitem

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Biogas
Biogas adalah gas yang tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil

fermentasi dari bahan organik dalam sebuah reaktor (biodigester) dengan kondisi
anaerob. Biogas terdiri dari campuran beberapa gas campuran beberapa gas yang
tergolong sebagai bahan bakar di mana gas yang dominan adalah CH4 dan yang
lain yang jauh lebih kecil adalah CO2, NO2, SO2, H2S, (Melvin, 2005).
Kandungan gas metan yang dominan, menyebabkan biogas memiliki nilai
kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni
(100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3.
Nilai kalori dari 1 m3 Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan
setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan
sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah,
LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Kesetaraan biogas dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1. Nilai Kesetaraan 1 m3 Biogas dan Energi yang dihasilkan.
Jenis Energi

Kesetaraan dengan 1 m3 gas bio

Elpiji

0,46 kg

Minyak tanah

0,62 liter

Minyak Solar

0,52 liter

Bensin

0,80 liter

Gas kota

1,50 m3

Kayu Bakar

3,50 kg

Sumber : Direktorat Jenderal PPHP-Departemen Pertanian (2006)


Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana
(CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi
(nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana
semakin kecil nilai kalor.

2.2

Proses Pembentukan Biogas


Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh bakteri apabila bahan organik

mengalami proses fermentasi dalam reaktor dalam kondisi anaerob (tanpa udara).
Reaktor yang digunakan dalam pembuatan biogas disebut digester atau
biodigester, dan di wadah inilah bakteri dapat tumbuh dengan mencerna bahan
organik. (Suyitno, 2012).
Komponen pada biodigester sangat bervariasi, tergantung pada jenis
biodigester yang digunakan.

Gambar 1: komponen reaktor biodigester

Berdasarkan gambar 1 diatas, secara umum komponen reaktor biodigester


terdiri dari komponen-komponen utama sebagai berikut:
1. Saluran masuk bahan baku (inlet)
Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry (lumpur yang
terbuat dari campuran kotoran ternak dan air) ke dalam reaktor utama.
Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi biogas,
memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan pada
saluran masuk.
2. Saluran keluar residu (outlet)

Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah


difermentasi oleh bakteri. Slurry yang keluar sangat baik untuk pupuk
karena mengandung kadar nutrisi yang tinggi.
3. Ruang fermentasi (digestion)
Ruang ini berfungsi sebagai tempat terjadinya proses fermentasi.
Ruang fermentasi bersifat kedap udara dan dilengkapi dengan ruang
penyimpanan
4. Saluran gas
Saluran gas ini berfungsi untuk mengalirkan biogas yang
dihasilkan dari biodigester yang terbuat dari bahan polimer untuk
menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku, pada ujung
saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja antikarat dan tahan terhadap
temperatur pembakaran yang tinggi
Namun dalam pembuatan biogas skala besar, reaktor biodigester
dilengkapi pula dengan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Katup pengaman tekanan (control valve)
Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas
dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila
tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan
keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun.
2. Sistem pengaduk
Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pengadukan
mekanis, sirkulasi substrat biodigester dengan poros yang berupa balingbaling, atau sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester
menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi
pengendapan dan meningkatkan produktifitas biodigester karena kondisi
substrat yang seragam.
3. Tangki penyimpan gas
Tangki penyimpanan berfungsi untuk menyimpas biogas yang
dihasilkan dari biodigerter. Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu
tangki bersatu dengan unit reaktor (floating dome) dan terpisah dengan
reaktor (fixed dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus

sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam tangki seragam,
serta dilengkapi H2S Removal untuk mencegah korosi.

Gambar 2.2 : fixed dome

Gambar 2.1 : floating dome


2.2.1

Bahan baku pembuatan dan komposisi biogas


Biogas adalah campuran gas dari hasil penguraian bahan organic oleh

bakteri alami dalam kondisi anaerob. Bahan baku pembuatan biogas yang banyak
digunakan di Indonesia adalah kotoran dan urin hewan ternak. Bahan baku lain
yang bisa digunakan adalah kotoran manusia, sampah bio (organik), dan limbah
industri pangan misalnya ampas tahu. Pemiilihan bahan biogas dapat ditentukan
dari perbandingan kadar karbon dan nitrogen (rasio C/N) dalam bahan tersebut,
namun parameter ini bukan jaminan satu-satunya untuk kualitas biogas yang
tinggi karena masih banyak parameter yang lain khususnya pada reaktor biogas.
Menurut Sasse dalam Suyitno: 2012, bahan organik yang mampu menghasilkan
kualitas biogas tinggi memiliki rasio C/N sekitar 20-30.
Table 2. Rasio C/N beberapa Material Organik yang Umum Digunakan (Uli
Werner dalam Suyitno,2012)
Material Organik

Rasio C/N

Urine

0,8

Kotoran sapi

10 20

Kotoran babi

9 13

Kotoran ayam

58

Kotoran kambing

30

Kotoran manusia

Jerami padi-padian

80 140

Jerami jagung

30 65

Rumput hijau

12

Sisa sayuran

35

Gambar 3: contoh materi yang dapat diolah menjadi biogas


(Biogas Energy, 2012:4)

Tabel 3: Nilai kalor beberapa bahan biogas


(Buku Panduan Biomassa Asia, 2008:43)
Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang
terjadi. Gas alam memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan biogas
memiliki konsentrasi metana sekitar 55-75% .
Tabel 4: komposisi gas yg terdapat dalam biogas
Komponen

Metana (CH4)

55-75

Karbon dioksida (CO2)

25-45

Nitrogen (N2)

0-0.3

Hidrogen (H2)

1-5

Hidrogen sulfida (H2S)

0-3

Oksigen (O2)

0.1-0.5

2.2.2

Tahapan dalam pembuatan biogas

Secara umum, alur proses pencernaan/digesting limbah organik sampai


menjadi biogas dimulai dengan pencernaan limbah organik yang disebut juga
dengan fermentation/digestion anaerob. Pencernaan tergantung kepada kondisi
reaksi dan interaksi antara bakteri methanogens, non-methanogens dan limbah
organik yang dimasukkan sebagai bahan input/feedstock kedalam digester.

Gambar 4: alur proses pembentukan biogas


Berdasarkan gambar 4 diatas, dapat diketahui bahwa tahapan-tahapan
dalam proses pembuatan biogas adalah sebagai berikut:
a)

Hidrolisis (Liquefaction),
Pada tahap ini, bahan-bahan organik yang mengandung selulosa,

hemiselulosa, protein, karbohidrat dan lipida diuraikan menjadi senyawa dengan


rantai yang lebih pendek. Kandungan polisakarida akan diuraikan menjadi
monosakarida, dan kandungan protein akan diuraikan menjadi peptida dan asam
amino.

b)

Asidifikasi/Pengasaman (Acyd Production),


Pada tahap pengasaman, bakteri akan menghasilkan asam yang berfungsi

untuk mengubah senyawa pendek hasil hidrolisis menjadi asam asetat


(CH3COOH), H2 dan CO2. Agar metabolisme dapat merata diperlukan
pencampuran yang baik dengan konsentrasi air >60%. Selain itu, bakteri juga
mengubah senyawa molekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino,
CO2, H2S, dan sedikit gas CH4

c)

Metanogenesis/Pembentukan Mentana (Biogas Production)


Pembentukan CH4 bakteri yang berperan membutuhkan kondisi digester

yang benar-benar kedap udara dan gelap serta dengan suhu sekitar 35oC. Urea
yang berasal dari protein dihidrolisa oleh bakteri menjadi gas metan (CH4) dan
NH4+. CO2 yang dihasilkan direduksi menjadi CH4 dan H2O.

Gambar 5: Set alat produksi Biogas

2.2.3

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan biogas.

Biogas dibuat dalam suatu reaktor yang disebut biodigester, reaktor ini dibuat
kedap udara supaya bahan organik dapat terurai secara biologi dengan bantuan
bakteri-bakteri

alami,

sehingga

dari

proses

penguraian

tersebut

dapat

menghasilkan biogas yang mengandung metana dengan konsentrasi tinggi.


Kondisi internal biodigester sangat berpengaruh pada proses ini.
Adapun faktor-faktor internal yang berpengaruh dalam proses pembuatan
biogas antara lain :
2.2.3.1 Kondisi anaerob biodigester.
Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan anaerob, yaitu tidak terjadi
kontak langsung dengan oksigen (O2). Apabila udara yang masuk dalam dalam
biodigester mengandung oksigen sebanyak 21% volum, maka akan terjadi
penurunan produksi metana. Hal ini dikarenakan, bakteri alami untuk proses
penguraian bahan organik membutuhkan kondisi anaerob, sehingga masuknya
udara yang mengandung O2 ke dalam biodigerter dapat menghambat
perkembangan bakteri secara sempurna. (Suyitno, 2012)

10

2.2.3.2 Suhu / Temperatur.


Temperatur sangat menentukan lamanya proses fermentasi dalam ruang
digester karena temperatur dapat berpengaruh terhadap aktivitas kerja bakteri.
Apabila temperatur meningkat, umumnya produksi biogas juga meningkat sesuai
dengan batas-batas kemampuan bakteri dalam menguraikan

sampah organik.

Menurut Suyitno : 2012 , jenis bakteri yang secara umum dikenal dalam proses
fermentasi anerob antara lain:

Bakteri Psychrophilic,
Bakteri fermentasi Psychrophilic hidup pada temperatur 8 25 0C, dengan

kondisi kerja optimum pada temperatur 8-25 0C. Bakteri ini tumbuh dengan baik
di daerah subtropis dan beriklim dingin. Waktu penyimpanan bakteri dalam
digester adalah lebih dari 100 hari.

Bakteri Mesophilic,
Bakteri fermentasi Mesophilic, hidup pada temperatur 35 47 0C, dengan

kondisi kerja optimum pada temperatur 35-45 0C. Bakteri ini tumbuh dengan baik
di negara negara tropis seperti Indonesia. Waktu penyimpanan bakteri dalam
digester adalah kurang lebih 30-60 hari.

Bakteri Thermophilic,
Bakteri fermentasi Thermophilic

hidup pada temperatur 53 55 0C.

Namun, bakteri ini dimanfaatkan untuk menguraikan materi, bukan untuk


menghasilkan biogas. Waktu penyimpanan bakteri dalam digester adalah kurang
lebih 10-16 hari.
Temperatur minimum untuk perkembangbiakan bakteri selama proses
fermentasi adalah 15 0C. Biodigester yang beroperasi dibawah suhu 15 0C,
memerlukan pemanasan terlebih dahulu, karena pada suhu dibawah 15 0C hanya
dihasilkan biogas dengan jumlah yang sangat terbatas. Biodigester di Indonesia
pada umumnya dibangun didalam tanah, hal ini adalah salah satu usaha untuk
menjaga suhu biodigester tetap konstan.

11

2.2.3.3 Nutrisi dan Penghambat bagi Bakteri.


Bakteri fermentasi membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi untuk
proses reaksi anaerob seperti mineral-mineral yang mengadung Nitrogen, Fosfor,
Magnesium, Sodium, Mangan, Kalsium, Kobalt, dan nutrisi lainnya. Nutrisi ini
dapat bersifat toxic (racun) apabila konsentrasi di dalam bahan terlalu banyak ,
serta berpotensi menghambat proses pembentukan biogas.
Table 5 : Batasan Konsentrasi Kandungan Mineral-Mineral yang Diijinkan dalam
Biodigester ( Werner Kossmann, 1999 dalam Suyitno,2012)
Mineral

Konsentrasi (mg/L)

Zinc

350 1000

Sulfur

200

Copper

10 -250

Chromium

200-2000

Nickel

100-1000

Cyanide

Calcium

8000

Sodium

8000

Magnesium

3000

Selain karena konsentrasi mineral-mineral yang melebihi ambang batas,


polutan-polutan juga dapat menyebabkan produksi biogas menjadi terhambat atau
berhenti sama sekali antara lain adanya ammonia, antibiotik, pestisida, dan
detergen.

2.2.3.4 Lama Proses Pencernaan


Lama proses (Hydraulic Retention Time-HRT) adalah jumlah hari proses
pencernaan/digesting pada tangki anaerob terhitung mulai pemasukan bahan
organik sampai proses awal pembentukan biogas dalam digester anaerob. HRT
meliputi 70-80% dari total waktu pembentukan biogas secara keseluruhan.
Lamanya waktu HRT sangat tergantung dari jenis bahan organik dan perlakuan
terhadap bahan organik (feedstoock substrate) sebelum dilakukan proses
pencernaan/digesting diproses.

12

2.2.3.5 Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman (pH) Mempunyai efek terhadap energi aktivasi
mikroorganisme. Konsentrasi derajat keasamam (pH) yang ideal antara 6,6 dan
7,6. Bila pH lebih kecil atau lebih besar maka akan mempunyai sifat toksit
terhadap bakteri metanogenik. Bila proses anaerob sudah berjalan menuju
pembentukan biogas, pH berkisar 7-7,8.
Drajat keasaman dalam biodigester dipengaruhi oleh bahan organik yang
di fermentasikan, pada tahap awal fermentasi akan terbentuk asam yang
mengakibatkan pH biodigester menjadi turun. Beberapa peneliti menyarankan
untuk menambahkan larutan kapur (Ca(OH)2) atau kapur (CaCO3) supaya pH
kembali ke angka sekitar 7,0. Jika pH turun di bawah 6,2, maka bakteri
methanogen akan keracunan dan produksi biogas akan turun. (Suyitno,2012)

2.2.3.6 Pengaturan Tekanan


Semakin tinggi tekanan di dalam digester, semakin rendah produksi biogas
di dalam digester terutama pada proses hidrolisis dan acydifikasi. Selalu
pertahankan tekanan diantara 1,15-1,2 bar di dalam digester.

Selain faktor-faktor tersebut adapula faktor lain yang dapat mempengaruhi


proses pembuatan biogas, yaitu :

Kandungan Nitrogen dan Rasio Karbon Nitrogen


Karbon dan Nitrogen adalah sumber makanan utama bagi bakteri anaerob,

sehingga pertumbuhan optimum bakteri sangat dipengaruhi unsur ini, dimana


Karbon dibutuhkan untuk mensuplai energi dan Nitrogen dibutuhkan untuk
membentuk struktur sel bakteri.
Rasio C/N yaitu perbandingan kadar C (karbon) dan N (nitrogen), Jumlah
unsur nitrogen ini diharapkan cukup. Bila jumlah unsur nitrogen terlalu sedikit (
C/N rasio tinggi) maka nitrogen akan digunakan terlebih dahulu untuk proses
pembentukan sel bakteri, hal ini menyebabkan proses berjalan lambat. Bila jumlah
nitrogen terlalu banyak (C/N rasio rendah) maka karbon akan segera habis dan
proses fermentasi berhenti dan akan terbentuk amonia yang akhirnya akan
menghambat pertumbuhan bakteri.Proses fermentasi anaerob akan berlangsung

13

optimum bila rasio C:N bernilai 30:1, dimana jumlah karbon 30 kali dari jumlah
nitrogen.
Namun tidak semua bahan organik dapat terurai menjadi gas dalam
digester anaerob, karena bakteri anaerob tidak dapat menguraikan lignin dan
beberapa hidrokarbon. Digester yang berisi nitrogen tinggi dan belerang rendah
dapat menghasilkan racun berupa amonia dan H2S.

Total Solid Content (TS)


Pengertian total solid content (TS) adalah jumlah materi padatan yang

terdapat dalam limbah pada bahan organik selama proses digester terjadi dan ini
mengindikasikan laju penghancuran/pembusukan material padatan limbah
organik. TS juga mengindikasikan banyaknya padatan dalam bahan organik dan
nilai TS sangat mempengaruhi lamanya proses pencernaan/digester bahan
organik.

Volatile Solids (VS)

Volatile Solids (VS) merupakan bagian padatan (total solid-TS) yang berubah
menjadi fase gas pada tahapan asidifikasi dan metanogenesis dalam proses
fermentasi limbah organik. Dalam pengujian skala laboratorium, berat saat bagian
padatan
Tabel 6: Potensi Produksi Gas untuk Beberapa Tipe Bahan Organik.
Tipe Limbah Organik

Produksi Biogas Per Kg /m3


(% VS)

Sapi (Lembu/Kerbau)

0.023 - 0.040

Babi

0.040 - 0.059

Ayam

0.065 - 0.116

Manusia

0.020 - 0.028

SampahSisa Panen

0.037

Pengadukan Bahan Organik.


Dalam digester, pengadukan sangat berpengaruh dalam menjaga bahan

baku tetap tercampur dengan bakteri dan temperatur terjaga merata diseluruh

14

bagian. Dengan adanya pengadukan pengengendapan di dasar digester semakin


kecil, konsentrasi bakteri merata dan memungkinkan seluruh material mengalami
proses fermentasi anaerob secara merata. Selain itu, dengan adanya pengadukan
akan mempermudah pelepasan gas ke penampung biogas.
Menurut Suyitno:2012, pengadukan hendaknya dilakukan dengan pelan,
pengadukan yang terlalu cepat dapat memperlambat proses pembentukan biogas.
Bahan baku yang digunakan sangat mempengaruhi frekuensi pengadukan.
Adanya pengadukan juga bermanfaat untuk menjaga tercampurnya air
dengan bahan baku, karena apabila pencampuran bahan baku dengan air tidak
sempurna dapat mengakibatkan proses fermentasi menjadi lambat.

Penjernihan Biogas
Kandungan gas atau zat lain dalam biogas seperti air, karbon dioksida,

asam sulfat H2S, merupakan polutan yang mengurangi kadar panas pembakaran
biogas bahkan dapat menyebabkan karat yang merusakan mesin. Banyak cara
pemurnian biogas diantaranya Physical Absorption (pemasangan water trap di
pipa biogas), chemical absorption, pemisah membran permiabel, hingga
penyemprotan air atau oksigen untuk mengikat senyawa sulfur atau karbon
dioksida.
Bila biogas digunakan untuk bahan bakar kendaraan atau bahan bakar
pembangkit listrik, gas H2S yang berpotensi menyebabkan karat pada komponen
mesin harus dibuang melalui peralatan penyaring/ filter sulfur.

Bakteri starter
Pengaruh starter, untuk mempercepat proses fermentasi dibutuhkan starter

yang mengandung bakteri metanogen.


Menurut Suyitno:2012, ada beberapa jenis starter, yaitu:
a)

Starter alami
Lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air comberan atau
cairan septick tank, timbunan kotoran, dan timbunan sampah
organik.

b)

Starter semi buatan

15

Fasilitas biodigester dalam kondisi aktif.


c)

Starter buatan
Bakteri yang dibiakkan secara laboratorium.

Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan


biogas, yaitu:
1.

Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan


beberapa jenis Enterobactericeae

2.

Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio

3.

Kelompok bakteri metana: Mathanobacterium, Mathanobacillus,


Methanosacaria, dan Methanococcus

Bentuk Bahan baku,


Biogas akan terbentuk bila bahan baku berupa padatan berbentuk bubur

halus atau butiran kecil, Selain itu tergantung kandungan pada bahan yang akan
dijadikan biogas tersebut.

16

2.3

Pemanfaatan Biogas Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Kandungan metana yang cukup tinggi, menjadikan biogas sebagai energi

alternatif yang berpotensi menggantikan peran LPG dan petrol (bensin). Tetapi
dalam pembuatan biogas juga menghasilkan gas yang bersifat pengotor, yaitu
Hidrogen sulfida (H2S). Jika gas tersebut ikut terbakar dan bebas diudara dapat
teroksidasi ke udara membentuk SO2 dan SO3 yang dapat memicu terjadinya
hujan asam. Selain H2S terdapat pula gas-gas lain seperti uap air (H2O) dan
Karbon dioksida (CO2). Kandungan sejumlah uap air (H2O) dalam biogas , dapat
menyebabkan penurunan nilai kalor biogas.

Menurut (Suyitno, 2012) Biogas dapat dimanfaatkan untuk berbagai


keperluan, diantaranya adalah:
a.

Aplikasi dalam sektor rumah tangga


Biogas dapat diaplikasikan di pedesaan maupun perkotaan, di pedesaan
dengan jumlah hewan ternak yang banyak dan di perkotaan yang banyak
membuang sampah organik, maka konsep kemandirian energi berupa energi
biogas dapat dikaji lebih serius, untuk dapat menjalankan konsep ini perlu
diawali dengan pemetaan potensi sumber energi lokal yang dapat
diperbaharui dan jenis pemakaian energi di lokasi tersebut. Pada umumnya
kebutuhan bahan bakar sektor rumah tangga di perkotaan dan pedesaan
adalah memasak, penerangan dan transportasi. Jenis bahan bakar untuk
memasak umumnya adalah biomassa kering, minyak tanah dan LPG. Jenis
bahan bakar untuk penerangan umumnya adalah petromaks dan solar untuk
genset listrik. Bahan bakar transportasi umumnya adalah solar dan bensin.
Dan biogas dapat menjadi alternative bahan bakar tersebut.

b.

Pembangkit Listrik tenaga biogas


Pemanfaatan biogas untuk pembangkit listrik dapat melalui berbagai
cara seperti menggunakan turbin dan motor bakar, kemudian energi yang
diperoleh dapat digunakan untuk menggerakkan pompa atau mesin-mesin
yang lain, misalnya dapat digunakan untuk menggerakkan generator dan

17

dari generator tersebut diperoleh energi listrik yang dapat langsung


digunakan untuk alat-alat listrik.

Selain memiliki kegunaan seperti yang telah disebutkan diatas, Biogas


juga memiliki dampak positif lain, antara lain:
1) Untuk lingkungan, dengan pembuatan biogas, maka sampah organik
yang ada akan berkurang.
2) Untuk masyarakat, dengan pembuatan sampah organik dapat
meringankan beban karena biogas merupakan alternatif bahan bakar
yang lebih murah. Selain itu dapat dijadikan suatu usaha dengan
menjual biogas yang dibuat.
3) Untuk siswa, dapat digunakan sebagai pembelajaran tentang
bagaimana dan apa saja yang dapat kita lakukan untuk mengubah
sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis seperti biogas.
Sehingga dapat melatih jiwa kewirausahaan.
4) Untuk pemerintah, dengan adanya upaya pengolahan sampah organik
menjadi biogas, maka dapat mengurangi permasalahan kurangnya
bahan bakar minyak atau energi yang ada karena sudah ada biogas
sebagai alternatif penghasil energi.

18

2.4

Implikasi Biogas Terhadap Ekosisitem


Pengembangan energi alternatif biogas memiliki manfaat yang beragam,

selain dihasilkannya gas yang berpotensi sebagai peganti bahan bakar khususnya
minyak tanah dan LPG yang dipergunakan untuk memasak, pada proses produksi
gas bio akan dihasilkan sludge atau lumpur yang dapat langsung dipergunakan
sebagai pupuk organik pada tanaman atau budidaya pertanian.
Limbah biogas yang berupa sludge atau lumpur adalah kotoran ternak
yang telah hilang gasnya (slurry) yang dapat dijadikan pupuk organik yang sangat
kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur
tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh
pupuk kimia. Dengan begitu menggunakan produk biogas, maka tanaman akan
tumbuh dengan sehat tanpa menyebabkan polusi, dan dengan melimpahnya
tanaman, sampah-sampahnya dapat digunakan untuk produksi biogas lagi.
Selain itu dengan pemanfaatan produksi biogas yang optimal, dapat
mengurangi ancaman kelangkaan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. (Organisation for economic co-operation And development, 2010)

Gambar 6: Siklus Biogas

Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi
lingkungan sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak
ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap

19

pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus
meningkat. (Suryahadi dkk., 2002).
Peternakan merupakan penyumbang terbesar gas metana (CH4) yang
memiliki kadar perusak lebih besar dari CO2 terhadap lingkungan. Gas metana
merupakan bagian dari siklus karbon karena mengandung atom C didalamnya.
Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi
metan. Apalagi di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan
lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah.

Pembuatan biogas, dapat mereduksi kandungan gas metana yang bebas di


udara sehingga dapat mengurangi perusakan lingkungan. Disamping itu, biogas
juga mempunyai manfaat sebagai sumber energi baru untuk mengganti energi
fosil yang hampir habis.

20

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
Biogas adalah gas yang tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil
fermentasi dari bahan organik dalam sebuah reaktor (biodigester) dengan kondisi
anaerob. Tahap-tahap dalam proses pembuatan biogas terdiri dari hidrolisis,
pengasaman, dan pembentukan nitrogen. Dalam proses pembuatan biogas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi anaerob biodigester,
temperatur, drajat keasaman, nutrisi, tekanan, lama proses fermentasi, rasio C/N,
bakteri starter, pengadukan, bentuk bahan, dan penjernihan biogas. Kandungan
metana yang tinggi pada biogas membuat biogas berpotensi sebagai bahan bakar
yang dapat dimanfaatkan dalam sektor rumah tangga seperti memasak , dan
sebagai pembangkit listrik. Implikasi biogas bagi ekosistem adalah dihasilkannya
pupuk organik dari limbag biogas berupa lumpur yang kaya akan unsur-unsur, dan
dapat mengurangi kadar gas metana bebas diudara yang berpotensi menyebabkan
global warming

3.2 Saran
Masyarakat indonesia seharusnya berperan aktif dalam pengembangan
energi-energi alternatif khususnya biogas, hal ini berhubungan dengan
ketersediaan bahan bakar fosil yang semakin langka yang dapat memicu krisis
energi. Peran pemerintah juga sangat berpean penting dalam pemberdayaan
biogas. Apabila hal ini dapat terealisasikan maka masyarakat Indonesia dapat
mengurangi ketergantungan menggunankan bahan bakar fosil dan terhindar dari
krisis energi di tahun yang akan datang.

21

DAFTAR RUJUKAN

Nurhasanah, Ana., dkk. 2012. Jurnal PERKEMBANGAN DIGESTER BIOGAS


DI INDONESIA (Studi Kasus di Jawa Barat dan Jawa Tengah)

Saragih , Budiman Richardo, 2010. Jurnal Analisis Pemanfaatan Biogas dari


Fesses dan Sampah Organik. FT UI
Simanjuntak, Melvin. 2005. Beberapa Energi Alternatif yang Terbarukan dan
Proses Pembuatannya. Jurnal Teknik Simetrika, 4(1): 287 293

Suyitno. 2012. Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yokayama, Shinya. 2008. Buku Panduan Biomassa Asia: Panduan untuk


Produksi dan Pemanfaatan Biomassa . Jepang: The Japan
Institute Of Energy.

22

ENERGI ALTERNATIF
(BIOGAS)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Interaksi Makhluk Hidup
yang dibina oleh Ibu Metri Dian Insani, S.Si., M.Pd.

Oleh
Gita Ayu Septyana
130351603590
Kls A / OFF A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Maret 2015

23

Anda mungkin juga menyukai