PENDAHULUAN
Pendahuluan
KOMPILASI
DATA
STUDI LITERATUR
RECONNAISSANCE
MODEL GEOLOGI
REGIONAL
MODEL GEOLOGI
BATUBARA SECARA
REGIONAL
PROSPEK ?
YA
DESIGN PROGRAM
EKSPLORASI
TIDAK
BERHENTI
YA
KUANTIFIKASI CADANGAN
PROSPEK ?
TIDAK
STUDI KELAYAKAN
BERHENTI
7
JORC
KONDISI GEOLOGI
SEDERHANA
MODERAT
KOMPLEK
I. Aspek Sedimentasi
1. Variasi ketebalan
Sedikit bervariasi
Bervariasi
Sangat bervariasi
2. Kesinambungan
Ribuan meter
Ratusan meter
Puluhan meter
3. Percabangan
Beberapa
Banyak
1. Sesar
Jarang
Rapat
2. Lipatan
Terlipat sedang
Terlipat kuat
3. Intrusi
Tidak berpengaruh
Berpengaruh
Sangat berpengaruh
4. Kemiringan
Landai
Sedang
Curam
Sedikit bervariasi
Bervariasi
Sangat bervariasi
10
Kondisi
Geologi
Kriteria
Sederhana
Tidak
Terbatas
X 500
Moderat
Tidak
Terbatas
X 250
Komplek
Tidak
Terbatas
X 100
Hipotetik
Tereka
Tertunjuk
Terukur
11
Lokasi
Jenis
Batubara
Sumberdaya
Hipotetik
Tereka
Tertunjuk
Cadangan
Terukur
Terkira
Terbukti
Sumberdaya batubara hipotetik (hypothetical coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap survei tinjau.
Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap prospeksi.
Sumberdaya batubara terindikasi (indicated coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
Cadangan batubara terkira (probable coal reserve): Sumberdaya batubara terindikasi dan sebagian
sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah
terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.
Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve): Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan
kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan
secara layak.
12
13
14
15
JORC
16
17
18
19
Perhitungan Sumberdaya
Data Singkapan
(x y z)
Data Lubang
Bor ( x y z )
Rekapitulasi
dan
Tabulasi Data
Struktur Geologi
Batas Cropline
Sumberdaya
Batubara
20
21
22
23
Mining Losses
Mining Losses
Secara umum, Strip Mining (10%), Tambang Bawah Tanah
(Long Wall Rec. 60-70% ; Room & Pillar Rec. 40-60%),
Auger Mining (Rec. 30-40%) sesuai dengan spesifikasi
peralatannya.
Pada Strip Mining (open pit), kadang-kadang juga
digunakan pendekatan ketebalan lapisan yang akan
ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof & 10 cm pada floor.
Processing Losses
Bergantung pada hasil uji ketercucian (washability test),
dimana harga perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji
tersebut
24
Pit Potensial
Peta Poligon
Sumberdaya
Peta Isopach
Overburden
Data Geoteknik
(Tinggi Lereng Max)
Peta Isopach
Thickness
Areal
Sumberdaya
Terukur
LOKASI
PIT
POTENSIAL
Peta IsoKualitas
Pembatas Lain
(Sungai, jalan, dll)
25
Jumlah Cadangan
LOKASI
PIT POTENSIAL
Sebaran Garis
Penampang
Data Geoteknik
(Geometri Lereng)
Rancangan Awal
Penambangan
Penampang
Perhitungan
Cadangan
Optimasi
Cadangan
Faktor Losses
Jumlah Cadangan
Tertambang
Open Pit
Jumlah Cadangan
Tambang Dalam
Jumlah Cadangan
Auger Mining
26
Pit Limit
Waste
Ore
Waste
Pit Limit
Mineable
Mineral Inventory
(Resources)
150
150
S. Lawai
100
100
50
50
27
28
Aspek Geologi
Jenis dan komposisi batuan proses mineralisasi
dan tipe endapan.
Struktur Geologi :
Patahan (sesar) mengganggu susunan litologi
pengetahuan umur penting untuk interpretasi
kemenerusan endapan mineral.
Lipatan membuat geometri menjadi lebih
kompleks.
29
Domain-2
30
Mineralisasi
Non Mineralisasi
31
32
KD-12
140
KD-30
120
100
KD-14
KD-28
KD-27
KD-29
KD-36
80
40
60
20
0
-20
-40
(Seam A2)
(Seam B)
(Seam C)
(Diperkirakan)
33
34
Endapan Sedimen
Karakteristik
Implikasi
Sampling (interval),
Design/pola data dapat
bervariasi
35
36
Intensitas sisipan
Parting
Parting
Parting
37
Subtype
Cross section
Frequency
Due to differenciated
rate of coal accumulation
Common
Due to synsedimetary
bassin morphology
Common
Due to synsedimetary
subsidence (splitting)
Common
Due to synsedimetary
erosion
Rather rare
Due to synsedimetary
faulting
Rare
Due to synsedimetary
karst
Rare
Erosional
Common
Tectonic
Rather rare
Post
depositional
38
39
Kontinuitas
Kontinuitas geologi
Kontinuitas nilai
40
KONTINUITAS
Kontinuitas Geometri
Kontinuitas Nilai
41
42
an
Udara
Air Tanah
fu
s
AL
LO
C
M
at HT
er
ia HO
ly
N
an
g
te
r
AUTOCHTHON
in
MATERIAL ASAL
Tumbuhan Dan Binatang
RAWA GAMBUT/MOOR
Dibedakan berdasarkan macam
Lingkungan pengendapan/ Fasies
Air
Sedimen
DIAGENESA
PENGGAMBUTAN
Perusakan oleh Mikroba dan
Pembentukan Humin,
Penurunan Keseimbangan Biotektonik
Berkurang
Air
Bertambah
METAMORFOSA
H2O %
VM % (daf)
H % (daf)
O % (daf)
ANTRHRACITE
C % (daf)
Rmax
CV (af)
43
44
1. Resources vs Reserve
Sumberdaya Mineral (Mineral Resource) adalah
endapan mineral yang dapat dimanfaatkan secara
nyata.
Sumberdaya mineral dengan keyakinan geologi
tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah
dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan
memenuhi kriteria layak tambang.
45
46
WASTE :
Bagian bahan galian (material) yang bukan bijih.
47
3. Dilusi
Pencampuran material bukan bijih (waste) ke
dalam material bijih sehingga dapat menaikkan
tonase dan menurunkan kadar rata-rata.
Jenis Dilusi :
Dilusi Internal : material kadar rendah terletak di
dalam material kadar tinggi.
Dilusi Eksternal : material kadar rendah terpisah
dengan material kadar tinggi.
48
Ilustrasi Dilusi Eksternal
DH-01
DH-02
Batas Bijih
Batas Bijih
49
4. Densitas (Density)
Density : massa per unit volume.
Specific Gravity : density relatif (tanpa satuan).
SG = 2 adalah memiliki berat 2 kali terhadap berat
air pada volume yang sama.
50
5. LOSSES
Geological losses : faktor koreksi (kehilangan)
akibat proses interpretasi badan bijih,
Mining losses : faktor koreksi (kehilangan)
akibat proses penambangan,
Processing/metallurgical losses : faktor
koreksi (kehilangan) akibat proses pengolahan.
51
52
Contoh Sederhana
53
7. VARIABEL TERREGIONAL
Variabel terregional adalah variabel yang
terdistribusi dalam ruang yang mempunyai
struktur teratur.
Sifat-sifat terstruktur disebut regionalisasi dan
dicirikan bahwa sampel-sampel yang dekat lebih
mempunyai nilai yang mirip daripada sampelsampel yang terletak lebih berjauhan.
54
7. VARIABEL TERREGIONAL
Umumnya variabel-variabel yang berhubungan
dengan endapan mineral adalah variabel yang
teregional misalnya tebal urat, kadar, kerapatan
rekahan, dll.
Variabel terregional seperti kadar juga
mempunyai hubungan erat dengan support
sampel.
55
7. VARIABEL TERREGIONAL
Efek smoothing (menurunkan variabilitas)
terhadap suatu nilai, atau disebut juga
regularisasi, umumnya disertai dengan
meningkatkan support
56
7. VARIABEL TERREGIONAL
57
58
59
DATA DASAR
PEMBOBOTAN
(Ply-Ply atau Komposit)
DATA TURUNAN
KORELASI
(Section)
PENAKSIRAN
(Ply-Ply atau Komposit)
METODA
IDS, NP, KRG
MODEL
BLOK
METODA
TG, PLGN
PEMBOBOTAN
(Ply-Ply atau Komposit)
PETA-PETA ISOLINE
METODA
PENAMPANG
METODA
ISOLINE
60
File Design
Data Input
Edit Data
Composite
Univariate
Bivariate
Outliners
Multivariate
Back Up Data
61
Konsep Penaksiran
Penaksiran tanpa grid teratur
Data awal :
Data individual Data komposit.
Informasi :
kadar/kualitas, ketebalan, kadar nilai batas.
Metoda :
isoline, triangular grouping, poligon.
Hasil :
kadar rata-rata, outline bijih, volume bijih, tonase
bijih.
62
63
Konsep Penaksiran
Penaksiran dengan grid teratur
Data awal :
Data individual, data komposit, komposit bench.
Informasi :
kadar/kualitas, ketebalan, kadar nilai batas, ukuran grid.
Metoda :
Isoline (linier interpolation ?), nearest point, inverse
distance
Hasil :
kadar rata-rata, outline bijih, volume bijih, tonase bijih.
64
Konsep Penaksiran
65
1. Metoda Isoline
Penerapan (aplikasi) :
Penentuan kadar rata-rata.
Penentuan volume (sumberdaya).
66
K2
K3
K3
L3b
L4b
L3a
K4
L4a
K4
L2
L = luas
K = kadar
L1
K2
K1
67
gp
(g .v )
v
i
68
Krata-rata =
69
S1 S2 S1S2
V h
3
70
71
A1
A
(X1,Y1)
A3
A2
(X3,Y3)
72
73
(k1,t1)
(k3,t3)
74
Penentuan Volume :
Jika tebal tidak homogen, maka :
Volume A = Luasan A x Tebal rata-rata.
75
76
77
3. Metoda Poligon
Pada endapan-endapan yang relatif homogen
dan geometri sederhana.
Kadar pada suatu luasan tertentu ditaksir
dengan nilai data yang berada di tengah-tengah
poligon.
Belum memperhitungkan tata letak (ruang) nilai
data,
Tidak ada batasan yang pasti sejauh mana nilai
conto mempengaruhi distribusi ruang.
Konstruksi Poligon
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Included Area
Extended Area
89
90
91
92
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
1,100
1,200
1,300
1,400
1,500
1,600
1,700
1,800
1,900
2,100
2,000
2,100
2,100
2,000
2,100
2,000
2,000
1,900
1,900
0.53
1.25
1.47
DH-22
DH-21
1,800
1,800
DH-20
1.19
2.06
1.13
1.28
0.42
DH-11
DH-24
DH-12
DH-13
DH-14
1,600
1,600
1,700
1,700
0.65
DH-23
0.96
2.15
2.42
2.67
1.43
0.08
DH-37
DH-36
DH-15
DH-16
DH-35
DH-33
1,400
1,400
1,500
1,500
1.18
DH-38
2.16
3.03
2.68
0.27
0.28
DH-01
DH-17
DH-02
DH-18
DH-19
1,100
1,100
2.50 1.36
DH-26 DH-27
0.31
4.10
2.75
4.01
1.56
0.22
0.12
DH-08
DH-42
DH-09
DH-43
DH-10
DH-44
1,000
900
900
1.93
4.85
2.30
1.40
0.10
DH-29
DH-06
DH-30
DH-45
0.19
1.22
2.99
0.04
DH-31
DH-48
DH-49
DH-50
500
0.68
0.50
DH-47
600
600
1.23
DH-28
1.91
DH-03
700
1.43
DH-39
0.77
DH-46
800
800
DH-07
700
1,000
0.07
DH-41
DH-40
500
1,200
1,200
1,300
1,300
0.69
DH-25
0.67
0.56
1.19
DH-32
DH-04
DH-05
400
400
DH-51
300
300
200
200
0.68
DH-34
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
1,100
1,200
1,300
1,400
1,500
1,600
1,700
1,800
1,900
100
100
93
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
1,100
1,200
1,300
1,400
1,500
1,600
1,700
1,800
1,900
2,100
2,000
2,100
2,100
2,000
2,100
2,000
2,000
1,900
1,900
0.53
1.25
1.47
DH-22
DH-21
1,800
1,800
DH-20
1.19
2.06
1.13
1.28
0.42
DH-11
DH-24
DH-12
DH-13
DH-14
1,600
1,600
1,700
1,700
0.65
DH-23
0.96
2.15
2.42
2.67
1.43
0.08
DH-37
DH-36
DH-15
DH-16
DH-35
DH-33
1,400
1,400
1,500
1,500
1.18
DH-38
2.16
3.03
2.68
0.27
0.28
DH-01
DH-17
DH-02
DH-18
DH-19
1,100
1,100
2.50 1.36
DH-26 DH-27
0.31
4.10
2.75
4.01
1.56
0.22
0.12
DH-08
DH-42
DH-09
DH-43
DH-10
DH-44
1,000
900
900
1.93
4.85
2.30
1.40
0.10
DH-29
DH-06
DH-30
DH-45
0.19
1.22
2.99
0.04
DH-31
DH-48
DH-49
DH-50
500
0.68
0.50
DH-47
600
600
1.23
DH-28
1.91
DH-03
700
1.43
DH-39
0.77
DH-46
800
800
DH-07
700
1,000
0.07
DH-41
DH-40
500
1,200
1,200
1,300
1,300
0.69
DH-25
0.67
0.56
1.19
DH-32
DH-04
DH-05
400
400
DH-51
300
300
200
200
0.68
DH-34
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
1,100
1,200
1,300
1,400
1,500
1,600
1,700
1,800
1,900
100
100
94
95
96
97
98
99
5. Inverse Distance
Merupakan pengembangan dari
Constant Distance Weight
Hughes & Davey (1979) :
Faktor bobot untuk jarak yang lebih
dekat seharusnya lebih tinggi (besar)
daripada jarak yang jauh
pembobotan seperjarak.
gi
2
i 1 d i
g n
1
2
i 1 d i
100
Aplikasi
d (C-7)
d (C-41)
d (C-8)
d (C-46)
d (C-47)
d (C-28)
C-41 (0.023)
= 260 m
= 158 m
= 212 m
= 158 m
= 292 m
= 212 m
Dengan menggunakan
metoda IDS, maka dapat
dilakukan penaksiran kadar
terhadap TITIK G.
G = 0.411
C-8 (1.365)
C-7 (0.644)
G = ??
C-46 (0.258)
C-28 (0.409)
C-47 (0.165)
101
102
103
Konsekuensi :
Titik G1 dan G8 tidak ikut diperhitungkan karena
berada di luar radius pencarian data.
Titik G5 dan G3 tidak ikut diperhitungkan karena
adanya aturan nearest point untuk titik yang berada
dalam bidang pencarian data (sudut pencarian 18).
104
100 mE
0 mE
200 mE
DH-01
DH-02
2,4%
2,5%
300 mE
400 mE
500 mE
DH-03
1,9%
DH-04
2,6%
DH-05
2,1%
DH-06
2,3%
DH-07
1,9%
100 mN
200 mN
300 mN
400 mN
500 mN
Contoh Penerapan
1,7%
DH-09
1,8%
DH-10
1,4%
100 mE
DH-08
DH-11
1,3%
200 mE
300 mE
400 mE
500 mE
105
Contoh IDS
Nilai taksiran pada Titik G dengan metoda
Nearest Point adalah sama dengan nilai kadar
pada titik terdekat dengan Titik G, yaitu titik
DH-11 = 1,3%.
Titik bor yang dapat digunakan untuk menaksir
kadar di Titik G adalah DH-08, DH-09 dan DH11. Kadar rata-rata yang diperoleh untuk
mewakili Titik G = (1,7 + 1,8 + 1,3)/3 = 1,6%.
100 mE
0 mE
200 mE
DH-01
DH-02
2,4%
2,5%
300 mE
400 mE
500 mE
DH-03
1,9%
DH-04
2,6%
DH-05
2,1%
DH-06
2,3%
DH-07
1,9%
100 mN
200 mN
300 mN
400 mN
500 mN
106
DH-09
1,8%
DH-10
1,4%
100 mE
DH-08
Titik G
1,7%
DH-11
1,3%
200 mE
300 mE
400 mE
500 mE
107
6. Metoda Penampang
Badan bijih dibagi dalam beberapa penampang
berdasarkan kondisi geologinya di sepanjang
lintasan pemboran atau penampang
Merupakan metode tradisional
108
Singkapan
1
gn
a
p
am
n
e
Lubang bor
P
Jarak pengaruh
Penampang - 1
(d1)
Jarak pengaruh
Penampang - 1
(d2)
109
Konsep Perhitungan
Konsep :
Perhitungan dilakukan dengan mengkuantifikasikan
cadangan pada suatu areal dengan membuat
penampang-penampang yang representatif (dapat
mewakili model endapan pada daerah tsb.)
Data Awal :
Peta topografi dengan skala peta yang representatif.
Peta model endapan atau distribusi titik bor.
Peta batasan-batasan sumberdaya (struktur geologi,
hidrologi, dll.)
Rekomendasi metoda penambangan
110
359.400
359.600
359.800
360.000
360.200
360.400
111
.600
120
0
10
0
11 120
0
11
0
12
150
140
0
11 20
1
0
10
11
0
P-1
.400
P-2
-B
AM
2
SE
-A
AM
SE
AM
SE
1
-C
P-3
140
150
160
KD-38
KD-39
KD-37
P-7
150
P-8
KD-09
P-9
180
0
19
0
20
0
21
KD-10
240 230
P-12
350
KD-11
P-17
0
16
0
15
0
14
P-18
P-19
0
13
0
14
0
13
.600
320
310
P-20
300
0
15
KD-35
0
27 60
2
0
16
P-22
0
25
KD-12
P-23
0
23
0
24 220
0 00 0
21 2 19
SEAM - B
KD-34
P-25
KD-26
C2
MSEA
C1
MSEA
P-28
???
P-29
KD-33
P-30
120
100
P-31
150
P-3
.000
KD-29
KD-14
P-3
140
KD-27
90
P-34
130
KD-36
SEAM
-C
110
150
???
SEAM - B
SEAM - A2
.200
160
KD-13
???
P-27
130
18
0
17
0
KD-30
P-26
140
SEAM - A2
P-2
0
29 280
P-2
.400
???
120
110
P-35
100
KD-28
KD-31
P-3
90
80
90
130
KD-17
140
150
100
KD-32
M
SEA
130
KD-18
120
KD-16
140
150
160
110
120
8
P-4
-4 7
7
P-3
110
/B
- A2
P-46
4
P-45 P-4
P-4
P-42
P-4
90
100
.600
330
290
300
310
P-1
340
280
P-15
360
P-14
.800
2 50
2
27 0 60
0
14
0
15
0
16
P-13
320
100
0
11
0
12
0
13
P-1
2 20
P-1
100
170
160
P-6
.000
.800
130
0
14
P-5
.200
0
11
120
KD-07
KD-08
P-4
130
130
AM
SE
2
-C
1 10
0
13
P-38
P-40
P-39
112
113
p
am
n
e
gn
a
Jarak pengaruh
Penampang - 1
(d1)
Jarak pengaruh
Penampang - 1
(d2)
114
Pe
pa
m
a
-1
g
n
Jarak antara
Penampang-1 & Penampang-2
n
Pe
2
g
an
p
am
115
116
Persamaan-persamaan
Rumus mean area
(A1 A2 )
Volume
xd
2
117
Persamaan-persamaan
a2
Rumus obelisk :
S2
b2
a + a b +b
1
2
2
m= 1
2
S1
b1
a1
(S 4m S )
2 xd
Volume 1
118
Dengan 3 penampang
Digunakan jika diketahui adanya variasi
(kontras) pada areal di antara 2 (dua)
penampang, maka perlu ditambahkan
penampang antara untuk mereduksi kesalahan.
Digunakan rumus prismoida
(A1 dan A3 adalah luas penampang 1 dan 3; A2 adalah luas penampang
antara; d1 dan d2 adalah jarak antar penampang).
(A1 4A2 A3 )
Volume
x (d1 d2 )
6
119
Dengan 3 penampang
Luas Overburden Pada
Penampang - 1
-1
g
an
p
am
n
Pe
Jarak antara
Penampang-1 & Penampang-2
2
gn
a
mp
a
en
Jarak antara
Penampang-2 & Penampang-3
3
gn
a
mp
a
n
Pe
120
Contoh Penerapan
a. Hitunglah masing-masing
tonase batubara Seam A
dan Seam B dengan
menggunakan rumus mean
area. Asumsikan SG = 1,3.
b. Hitunglah volume
overburden beserta nilai
stripping ratio jika
batubara seam B adalah
batubara terbawah yang
harus ditambang.
Luas Batubara (m )
Penampang
Seam A Seam B
1
2
3
4
9,630.00
9,669.00
8,900.00
9,270.00
Luas Waste (m )
OB
IB
TOTAL
21,784.00 12,661.00
20,752.00 11,688.00
20,400.00 10,528.00
20,538.00 10,767.00
TOTAL
70,840.00
70,871.00
68,403.00
69,339.00
83,501.00
82,559.00
78,931.00
80,106.00
Tonase Batubara
Seam A
Seam B
627,217.50
603,492.50
590,525.00
1,821,235.00
1,382,420.00
1,337,440.00
1,330,485.00
4,050,345.00
SR =
Volume Waste
(BCM)
4,151,500.00
4,037,250.00
3,975,925.00
12,164,675.00
2.07