Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok
: B3a
Tgl. Praktikum
: 6 Mei 2014
Pembimbing
Penyusun :
No.
Nama
NIM
1.
021311133081
2.
021311133082
3.
Ayu Setyowati
021311133083
4.
021311133084
5.
021311133085
1. TUJUAN
1. Pada akhir praktikum mahasiswa dapat memanipulasi bahan tanam tuang
dengan cara yang tepat.
2. Mahasiswa dapat membedakan setting expansion bahan tanam tuang
tersebut dengan variasi w/p ratio.
2. PENGAMATAN SETTING EXPANSION
2.1 Bahan
a. Bahan tanam tuang gypsum bonded
b. Air PDAM
c. Vaselin
2.2 Alat
a. Spatula
b. Mangkuk karet
c. Gelas ukur
d. Stopwatch
e. Timbangan
f. Ekstensometer
g. Dial indicator
h. Pisau malam
2.3 Cara kerja
a. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum disiapkan.
b. Bagian dalam dari cetakan gypsum bonded pada alat ekstensometer
diolesi dengan vaselin secara merata.
c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang
pada posisi yang tepat dengan jarum indikator menunjuk ke angka nol.
d. Untuk membuat tiga percobaan, bubuk ditimbang masing-masing
sebanyak 43gram, 46gram dan 43gram dengan takaran air sebanyak
15ml, 15ml dan 18ml.
e. Air dituangkan ke dalam mangkuk karet.
f. Bubuk tanam tuang dimasukkan sedikit demi sedikit dan biarkan
mengendap selama 30 detik agar bubuk dapat terserap dengan
sempurna.
g. Adonan bahan tanam tuang dan air diaduk sampai homogen selama 1
menit/120 putaran.
h. Adonan bahan tanam tuang dimasukkan ke dalam cetakan (tanpa
merubah posisi cetakan dan jarum dial indicator), kemudian
permukaannya diratakan dengan pisau malam.
3. HASIL PRAKTIKUM
Tabel hasil percobaan pengaruh w/p ratio terhadap perubahan setting
expansion
Tabel 1. Hasil Percobaan
W:P = 15:43
P awal = 12,5 cm
P akhir = 12,6 cm
Menit keSetting
10
20
30
40
50
W:P = 15:46
P awal = 12,5 cm
W:P= 18:43
P awal = 12,5 cm
P akhir = 12,5 cm
Menit
Setting
P akhir = 12,5 cm
Menit
Setting
Expansion
ke-
Expansion
ke-
Expansion
(mm)
0
0
0,13
0,28
0,36
10
20
30
40
50
(mm)
0
0
0,06
0,26
0,39
10
20
30
40
50
(mm)
0
0
0
0,015
0,06
60
Presentase
0,4
0,032%
60
0,45
0,036 %
60
0,1
0,008 %
Distorsi
4. PEMBAHASAN
Bahan tanam adalah bahan yang dipakai untuk menanam model malam
pada proses pembuatan restorasi dari logam, sehingga setelah dilakukan burn out)
didapatkan mould atau rongga tuang, selanjutnya rongga tersebut dituangi logam
cair dan akan menghasilkan tuangan logam dengan bentuk sama seperti model
malam. Berdasarkan titik cair logam, bahan tanam tuang terbagi menjadi beberapa
jenis yaitu gypsum bonded, phosphate bonded, dan silica bonded.
Bahan gypsum bonded merupakan jenis tradisional yang digunakan untuk
pengecoran konvensional inlay alloy emas, onlay, mahkota, dan fixed partial
dentures (FPDs). Phospat bonded digunakan untuk menghasilkan kerangka kerja
untuk prostesis logam-keramik dan beberapa paduan logam dasar. Hal ini juga
dapat digunakan untuk pembuatan keramik. Jenis ketiga adalah silica bonded
investasi etil, yang digunakan terutama dalam pengecoran gigi tiruan sebagian
lepasan dengan logam dasar alloy (kobalt berbasis paduan atau berbasis nikel).
(Anusavice, 2009)
Gypsum bonded adalah bahan tanam yang paling umum digunakan dalam
pengecoran dental alloy emas dengan suhu liquidus tidak lebih tinggi dari
1.080C, yang biasanya digunakan untuk inlay emas, mahkota, dan gigi palsu
sementara dan permanen sebagian. Karena kecenderungannya untuk terurai pada
suhu tinggi, bahan ini tidak cocok untuk pengecoran alloy emas yang titik
leburnya tinggi, alloy paladium (digunakan untuk copings dalam alloy keramik
restorasi), atau alloy logam paling dasar, seperti nikel-kromium dan kobalt-krom.
Tabel 2. Komposisi bahan tanam tuang gypsum bonded (Bhat, 2011)
BAHAN
Cristobalite quartz
porositas,
thermal
Mengikat
refractory
15-30
akan
kekuatan,
setting,
3-10
2-3
meningkatkan
porositas,
dan
thermal
expansion
Menjaga dari penyusutan
akibat kekurangan air
Menjaga dari oksidasi
dan tarnish
berkaitan dengan meningkatnya kepadatan inti. Pada w/p ratio yang lebih tinggi,
inti kristalisasi per satuan volume lebih sedikit dibandingkan dengan campuran
yang tebal. Karena dapat diasumsikan bahwa ruang antara inti lebih besar pada
kasus seperti itu, berarti ada kurangnya pertumbuhan interaksi kristal dihidrat.
Pada praktikum bahan tanam gypsum bonded, kami melakukan tiga
percobaan pengukuran setting expansion dengan menggunakan ekstensometer
yang dilengkapi dial indicator dengan perbandingan w/p ratio yang bervariasi.
Setting expansion dilihat selama 10 menit sekali selama satu jam.
Pada percobaan pertama digunakan komposisi w/p ratio yaitu 15ml : 43gr.
Pada percobaan pertama ini mengalami setting expansion sebesar 0.032%. Pada
percobaan ini, kami melakukan pengadukan sesuai prosedur yaitu 120 putaran per
menit. Hasil yang didapatkan adalah bahan tanam tuang gypsum bonded yang
bertekstur halus dan tidak berporus. Flow dan kepadatan yang didapat cukup,
sehingga mudah saat dicetak dan dilepaskan dari ekstensometer.
Pada percobaan kedua digunakan w/p ratio yaitu 15 ml : 46 gr, dalam hal
ini bubuk bertindak sebagai accelerator dan mengalami setting expansion sebesar
0,036%. Penambahan bubuk menghasilkan konsistensi adonan yang lebih kental
dibandingkan konsistensi adonan pada percobaan pertama. Semakin banyak
bubuk, maka jumlah partikel silika pada adonan bahan tanam tuang semakin
banyak. Jumlah partikel silika yang banyak tersebut menyebabkan adanya
pembentukan nuklei kristal meningkat. Selanjutnya, kristal-kristal ini akan
berdesakan dan bergerak ke luar selama reaksi pengerasan. Semakin banyak
nuklei kristal yang bergerak keluar, ekspansi yang dihasilkan akan semakin besar
pula.
Pada percobaan ketiga digunakan w/p ratio yaitu 18 ml : 43 gr, dalam hal
ini air bertindak sebagai retarder dan
Pada praktikum ini, setting expansion bahan tanam tuang gypsum bonded
yang diujikan adalah setting expansion yang dipengaruhi oleh w/p ratio. Hasil
praktikum menunjukkan kesamaan dengan teori, yakni w/p ratio pada bahan
tanam tuang dapat mempengaruhi setting expansion, semakin rendah w/p ratio
maka akan memperbesar setting expansion.
KESIMPULAN
Dari ketiga percobaan dengan w/p ratio normal, encer, dan, kental didapatkan
hasil yang berbeda dan terlihat pada setting expansion dengan w/p ratio normal
terjadi secara normal tetapi pada w/p ratio encer menghasilkan setting expansion
semakin
expantion semakin besar. Dari percobaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin rendah w/p ratio atau semakin sedikit air yang dicampurkan pada bahan
tanam tuang maka makin besar setting expansion yang terjadi, dan semakin tinggi
w/p ratio (semakin banyak air) maka setting expansion semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KJ. 2009. Elsevier. Phillips Science of Dental Materials. Eleventh
edition. India.
Bhat, VS and Nandish BT. 2011. Science of Dental Materials: Clinical
Applications. New Delhi, India.