Anda di halaman 1dari 32

CASE REPORT

ILEUS OBSTRUKSI
ET CAUSA HERNIA FEMORALIS SINISTRA INKARSERATA
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing :
dr. Haryono, Sp. B

Diajukan Oleh:
Anugraheni Putri Sujiwa S.Ked

J 500100017

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

CASE REPORT
ILEUS OBSTRUKSI
ET CAUSA HERNIA FEMORALIS SINISTRA INKARSERATA

Diajukan Oleh :
Anugraheni Putri Sujiwa, S.ked

J500100017

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari, 10 Januari 2015
Pembimbing :
dr. Haryono, Sp. B

(.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :


dr. Dona Dewi Nirlawati

(.................................)

LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
Suku
Alamat
Tanggal MRS
No. RM

: Bp. M
: 56 tahun
: Laki-laki
: Petani
: Islam
: Jawa
: Ngemplak, Karanganyar
: 3 Januari 2015
: 31.21.58

B. ANAMNESIS
Didapatkan dari autoanamnesis pada tanggal 6 Januari 2015 pukul 14.00 di
bangsal Mawar 1 bed 6 RSUD Karanganyar.
1. Keluhan Utama
Nyeri pada seluruh lapang perut.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
HMRS : Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar pukul 16.00 dengan
keluhan nyeri pada seluruh lapang perut. Nyeri terasa seperti melilit-lilit.
Keluhan dirasakan mendadak saat pasien bekerja pagi hari. Keluhan tidak
membaik dengan istirahat dan bertambah berat bila bergerak. Keluhan
disertai muntah 2x, perut kembung (+), tidak bisa kentut (+), BAB (-), BAK
normal.
Pasien dibawa oleh keluarga ke Klinik siang harinya, namun keluhan tidak
membaik.
1HSMRS

: Pasien mengeluh muncul benjolan pada lipatan paha kiri.

Benjolan tidak dapat dimasukkan, tidak terdapat rasa nyeri (+).


3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit serupa
: disangkal
b. Riwayat benjolan hilang timbul pada lipatan paha kiri +2 tahun yang
lalu, tdk terasa sakit. Sering muncul ketika pasien atau mengangkat
c.
d.
e.
f.

beban berat.
Riwayat operasi pada abdomen
Riwayat trauma pada abdomen
Riwayat hipertensi
Riwayat alergi obat

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

g.
h.
i.
j.

Riwayat DM
Riwayat penyakit jantung
Riwayat penyakit ginjal
Riwayat menstruasi tidak teratur

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat Penyakit Serupa
b. Riwayat hipertensi
c. Riwayat DM

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

5. Riwayat Pribadi
Pasien bekerja sebagai petani +15 tahun, sering mengangkat gabah
yang beratnya +25kg.
6. Keluhan Sistemik
a.Cardio

Nyeri dada (-), dada berdebar-

debar (-)
b. Pulmo
:
Sesak napas (-), batuk (-)
c.Abdomen : Diare (-), nyeri seluruh lapang perut
(+), sulit BAB (+), flatus (-), kembung (+)
d. Urologi :
BAK lancar
e.Musculoskeletal :
Nyeri Otot (-), Nyeri
sendi (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Vital Sign
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu

: Lemah
: Compos Mentis
: 90/60 mmHg
: 88x/menit
: 20x/menit
: 36,4oC

2. Status Interna
a. Pemeriksaan Kepala
Normocephal
Pupil isokor, 3mm/3mm
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikhterik (-/-)
b. Pemeriksaan Leher
KGB
: tidak ada pembesaran
JVP
: tidak ada peningkatan
c. Pemeriksaan Thorax
1. Paru

Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak terdapat massa


Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : sonor kanan kiri
Auskultasi :Suara dasar vesikuler (+/+),Rhonki (-/-),Wheezing (-/-)

2. Jantung

Inspeksi

Palpasi

: Ictus cordis tidak tampak, tidak nampak massa


: Ictus cordis tidak kuat angkat di SIC V LMC

sinistra
Perkusi

: Batas jantung atas SIC II LPS sinistra, batas

jantung kanan, SIC IV LPS dextra, batas jantung kiri SIC IV LMC
sinistra

Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni, reguler, bising


jantung (-)

3. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Permukaan abdomen lebih tinggi daripada thorak,
simetris, distended (+), massa(-), bekas luka operasi (-)
darm contour (-), darm steifung (-)

Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat, borborygmi sound (+)


Perkusi
: Suara hipertympani
Palpasi
: Tidak teraba massa, nyeri tekan seluruh lapang perut
(+), Defans muskuler (+).
d. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior
: Tidak ada kelainan
Inferior
: Tidak ada kelainan
Akral
: Hangat
3. Status Lokalis
Regio Femoralis
a. Inspeksi : Terdapat benjolan pada lipatan paha kiri. Warna serupa
warna kulit, tidak tampak tanda-tanda peradangan.
b. Palpasi : Benjolan teraba kenyal padat. Tidak dapat dimasukkan.
Nyeri tekan (-).

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
No
1
2
3
4
5
6

Parameter
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH

Jumlah
5,84
4,21 jt
13,1
28,4
84,3
29,0

Satuan
uL
uL
Gr/dl
%
Femtoliter
Pikogram

Nilai Rujukan
5000-10000/uL
4,0-5,0 juta/uL
12,00 16,00 g/dl
37,00 47,00 %
82-92 fl
27-31 pg
32-37 g/dl
150.000-300.000/uL
25 - 40%
3,0 9,0%
33-70%
70 150

7
8
9
10
11

MCHC
Trombosit
Limfosit
Monosit
Neutrofil

34,3
171.000
26
4
69

s
g/dl
uL
%
%
%

12
13

HBS Ag
GDS

negative
97

mg/dl

2. Pemeriksaan Foto Polos Abdomen 3 posisi

Didapatkan gambaran
- Dilatasi udara usus
- Coil spring sign
- Step Leader sign
Kesan : Ileus Obstruktif
E. RESUME
Bp. M, 56th datang ke IGD RSUD Karanganyar dengan keluhan nyeri
pada seluruh lapang perut mendadak saat pasien bekerja pagi hari. Keluhan
disertai muntah 2x, perut kembung (+), tidak bisa kentut (+), BAB (-), BAK
normal. 1HSMRS muncul benjolan pada lipatan paha kiri, tdk dpt dimasukkan

dan tidak terasa nyeri. Riwayat benjolan pada lipatan paha kiri dapat keluar
masuk +2th. Pekerjaan sebagai petani, sering angkat gabah dengan berat +25kg.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan perut tampak distensi,
nyeri tekan seluruh lapang perut (+), Defans muskuler (+), perkusi hipertimpani,
suara peristaltik meningkat (+), borborygmi sound (+).
F. DIAGNOSIS KERJA
Ileus obstruktif et causa hernia femoralis sinistra inkarserata
G. DIAGNOSIS BANDING
Intususepsi
H. PENATALAKSAAN
1. Non medikamentosa :
a. Puasa
b. Pasang infus
c. Pasang NGT
d. Pasang DC
e. Balance Cairan
2. Medikamentosa
a. Antibiotik

: inf. Metronidazole 500mg / 8jam

b. inj. Ranitidin 50mg / 12 jam


c. inj. Ondansetron 4mg / 8 jam
3. Operatif

: Laparotomy
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Usus
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup
panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat
relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi

semakin ke bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai


menjadi sekitar 2,5 cm.
I.

Struktur usus halus


Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini:
a. Duodenum: bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada
lengkungan

ini

terdapat pankreas. Pada bagian kanan

duodenum merupakan tempat bermuaranya saluran empedu


(duktus

koledokus)

dan

saluran

pankreas

(duktus

pankreatikus), tempat ini dinamakan papilla vateri. Dinding


duodenum

mempunyai

lapisan

mukosa

yang

banyak

mengandung kelenjar brunner untuk memproduksi getah


intestinum. Panjang duodenum sekitar 25 cm, mulai dari
pilorus sampai jejunum.
b.

Jejunum: Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak


di sebelah kiri atas intestinum minor. Dengan perantaraan
lipatan peritoneum yang

berbentuk

kipas

(mesentrium)

memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena mesentrika


superior, pembuluh limfe, dan saraf ke ruang antara lapisan
peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih
tebal, dan banyak mengandung pembuluh darah.

c. Ileum: ujung batas antara ileum dan jejunum tidak


jelas, panjangnya 4-5 m. Ileum merupakan usus halus
yang terletak di sebelah kanan bawah berhubungan
dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium
ileosekalis yang diperkuat sfingter dan katup valvula
ceicalis (valvula bauchini) yang berfungsi mencegah
cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum.
II.

Struktur usus besar


Usus besar merupakan tabung muscular berongga
dengan panjang sekitar 5

kaki (sekitar 1,5 m) yang

terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter usus


besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata
sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus
diameternya semakin kecil.23 Lapisan-lapisan usus besar
dari dalam ke luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang
memanjang, dan jaringan

ikat. Ukurannya lebih besar

daripada usus halus, mukosanya lebih halus daripada usus


halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot longitudinal dalam
muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli yang
menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut
dengan haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal
yaitu katup antara usus halus dan usus besar. Katup ini
tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang
peristaltik sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml
masuk dan total aliran sebanyak 500 ml/hari.
Bagian-bagian usus besar terdiri dari :
a. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di
bawah area katup ileosekal

apendiks. Pada sekum

terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada

ujung sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu


yang sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari
ujung sekum.

b. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai


rektum. Kolon memiliki tiga b a g i a n .
i.

Kolon ascenden :

merentang

dari

sekum

sampai ke tepi bawah hati di sebelah kanan dan


membalik

secara

horizontal

pada fleksura

hepatika.
ii. Kolon

transversum:

merentang

menyilang

abdomen di bawah hati dan lambung sampai ke


tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke
bawah fleksura splenik.
iii. Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri
abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang
bermuara di rektum.
c.

d. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya


dengan panjang 12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran
anal dan membuka ke eksterior di anus.
e.

B. Fisiologi
f.

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan

dan absorbsi bahan-bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses


pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam
klorida, dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses pencernaan
dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim
pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat
zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas
membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja
enzim enzim. Sekresi empedu
pencernaan

dengan

dari

mengemulsikan

hati

membantu

proses

lemak sehingga memberikan

permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.

g.

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim

dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim enzim ini
terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat zat makanan
sambil diabsorbsi. Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas
dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh
sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus halus
mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar,
sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu
ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal
dan suplai kontinu isi lambung.
h.

Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan

karbohidrat, lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan


asam-asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe
untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin
juga diabsorpsi.
i.
lipase

Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrolisa oleh enzim


pankreas

hasilnya

bergabung

dengan

garam

empedu

membentuk misel. Misel kemudian memasuki membran sel secara pasif


dengan difusif, kemudian mengalami disagregasi, melepaskan garam
empedu yang kembali ke dalam lumen usus, dan asam lemak serta
monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk kembali
trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol,

fosfolipid,

dan

apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan


memasuki lakteal. Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan
secara langsung menuju ke vena porta. Garam empedu diabsorpsi ke
dalam sirkulasi enterohepatik dalam ileum distalis. Dari kumpulan 5
gram garam empedu yang memasuki kantung empedu, sekitar 0,5 gram
hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali dalam 24 jam.

j.
proses

Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai


proteolisis.

diaktifkan

Enzim

protease

oleh enterokinase

menjadi

pankreas

(tripsinogen

tripsin, dan

yang

endopeptidase,

eksopeptidase) melanjutkan proses pencernaan protein, menghasilkan


asam amino dan 2 sampai 6 residu peptida. Transport aktif membawa
dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk diabsorpsi.
k.

Karbohidrat,

metabolisme

awalnya

dimulai

dengan

menghidrolisis pati menjadi maltosa (isomaltosa), yang merupakan


disakarida. Kemudian disakarida ini, bersama dengan disakarida utama
lain, laktosa dan sukrosa, dihidrolisis menjadi monosakarida glukosa,
galaktosa, dan fruktosa. Enzim laktase, sukrase, maltase, dan isimaltase
untuk pemecahan disakarida terletak di dalam mikrovili brush border
sel epitel. Disakarida ini

dicerna

menjadi

monosakarida

sewaktu

berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka berdifusi ke


dalam mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa, galaktosa,
dan fruktosa, kemudian segera diabsorpsi ke dalam darah porta.
l.

Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva,

dan cairan duodenum menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh,


kebanyakan diabsorpsi. Air

secara osmotik dan secara hidrostatik

diabsorpsi atau melalui difusi pasif. Natrium dan klorida diabsorpsi


dengan pemasangan zat telarut organik atau secara transport aktif.
Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam duodenum dan jejenum,
dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium
diabsorpsi secara difusi pasif.
m.

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya

berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling
penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir
lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi

sebagai

reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai


defekasi berlangsung.

n.

Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam

lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal


tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit serta
mencegah dehidrasi. Gerakan retrograd dari kolon memperlambat
transit materi dari kolon kanan dan meningkatkan absorpsi. Kontraksi
segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasi segmen
pendek

dari kolon,

kontraksi ini menurun

oleh

antikolinergik,

meningkat oleh makanan, kolinergik.


o.

Sepertiga

berat

feses

kering

adalah

bakteri;

10-

10/gram dimana bakteri Anaerob lebih banyak dari bakteri aerob.


Bacteroides paling umum, Escherichia coli berikutnya. Gas kolon berasal
dari udara yang ditelan, difusi dari darah, dan produksi intralumen.
Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat yang
tidak tercerna.
p.

III.

Obstruksi Usus
q.

Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi

lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena
ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen
usus, dinding usus atau luar usus yang menekan, atau

kelainan

vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose


segmen usus tersebut. Tipe obstruksi usus terdiri dari :
a. Mekanis (Ileus Obstruktif)
r.

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat

diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti


pada hernia stragulata atau kronis
melingkari.

Misalnya

neoplasma

stenosis,

akibat

intususepsi,
obstruksi

tumor

batu

perlengketan, hernia dan abses.


b. Neurogonik/fungsional (Ileus Paralitik)

karsinoma

yang

polipoid

dan

empedu,

striktura,

s.

Obstruksi

yang

terjadi

karena

suplai

saraf otonom

mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak


mampu mendorong isi usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot,
gangguan

endokrin

seperti

diabetes

mellitus,

atau

gangguan

neurologis seperti penyakit Parkinson.


t.

IV.

Definisi Ileus Obstruktif


u.

Ileus

Obstruktif

disebut

juga

Ileus

Mekanis

(Ileus

Dinamik). Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat


diatasi oleh peristaltik baik sebagian maupun total. Ileus obstruktif ini
dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma
yang melingkari.
a. Klasifikasi Ileus Obstruktif
i. Menurut sifat sumbatannya
v.

Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2

tingkatan:
1. Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan
mekanis di dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh
darah, antara lain karena atresia usus dan neoplasma
2. Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen
usus

disertai

oklusi

pembuluh

darah

seperti

hernia

strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus.


ii. Menurut letak sumbatannya
w.

Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif

dibagi menjadi 2:
1. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
2. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
iii. Menurut etiologinya
x.
3:

Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi

1. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan


oleh adhesi (postoperative), hernia (inguinal, femoral,
umbilical),

neoplasma

(karsinoma),

dan

abses

intraabdominal.
2. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi
karena kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chrons
disease,

diverticulitis),

neoplasma,

traumatik,

dan

intususepsi.
3. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat
berada di dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu.
y.

V.

Patofisiologi Ileus Obstruktif


z.

Perubahan

patofisiologi

utama pada ileus

obstruktif

dapat di lihat pada bagan 1. Lumen usus yang tersumbat secara progresif
akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat
peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan
natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan
diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi
dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan
penyedotan

usus setelah pengobatan dimulai merupakan

sumber

kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini


adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan

syok

hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan


asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan
penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus.
Efek lokal

peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan

peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin


bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk
menyebabkan bakteriemia.

aa.
obstruktif

Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus


sederhana,

distensi

timbul

tepat

menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda,


obstruksi

dalam

usaha

mendorong

isi

usus

di

proksimal

dan

peristaltik melawan
melewatinya

yang

menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa nyeri di


antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering timbul setiap 3 sampai
5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum.
Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus,
yang menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus
obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi, maka aktivitas peristaltic
menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada.
ab.

Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka

kemudian timbul muntah

dan

mulainya

tergantung

atas

tingkat

obstruksi. Ileus obstruktif usus halus menyebabkan muntahnya lebih


dini

dengan distensi usus relatif sedikit, disertai kehilangan air,

natrium,

klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan

konsentrasi ion

hidrogennya

yang

tinggi

menyebabkan alkalosis

metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa


muncul lebih lambat (jika ada). Bila timbul, biasanya kehilangan
isotonik

dengan

plasma.

Kehilangan

cairan

ekstrasel

tersebut

menyebabkan penurunan volume intravascular, hemokonsentrasi dan


oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam perjalanan klinik,
maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan
syok.
ac.

Pada

ileus

obstruktif

strangulata

yang

melibatkan

terancamnya sirkulasi pada usus mencakup volvulus, pita lekat, hernia


dan distensi. Disamping cairan dan gas yang mendistensi lumen dalam
ileus obstruksi sederhana, dengan strangulasi ada juga gerakan darah dan
plasma ke dalam lumen dan dinding usus. Plasma

bisa juga

dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam cavitas peritonealis.

Mukosa usus yang normalnya bertindak sebagai sawar (penghambat)


bagi penyerapan bakteri dan produk toksiknya, merupakan bagian
dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan dalam aliran
darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul iskemik dan
sawar rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotoksin) bias
masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis.
ad.

Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke

dalam lumen usus cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak
dinilai dini, maka dapat menyebabkan kematian.
ae.

Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan

jalan keluar suatu gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih
bahaya dibandingkan ileus obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut
ke strangulasi dengan cepat sebelum terbukti tanda klinis dan gejala
ileus obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup
pita

lekat

melintasi

suatu

gelung

usus,

volvulus

atau

distensi

sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung


tertutup dapat menyebabkan peningkatan cepat tekanan intalumen, yang
menyebabkan obstruksi aliran keluar ke vena.
af.

Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi

volvulus) dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon bukan


organ pensekresi cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap
hari melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan
yang cepat. Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang
berhubungan dengan ileus obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak
karena obstruksi itu karena distensi. Jika valva ileocaecalis inkompeten
maka kolon terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi
jika valva ini kompeten, maka kolon terobstruksi membentuk gelung
tertutup dan distensi kontinu menyebabkan

ruptura

pada

tempat

berdiameter terlebar, biasanya di sekum. Hal didasarkan atas hukum


Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ tubular

pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter


tabung itu. Sehingga karena diameter kolon melebar di dalam sekum,
maka area ini yang biasanya pecah pertama.
ag.
ah.
ai.
aj.
ak.

VI.

Faktor Risiko Ileus Obstruktif


al.

Obstruksi usus yang sering ditemukan, tergantung pada

umur pasien (Tabel 1). Pada bayi/neonatus obstruksi usus disebabkan


atresia ani, atresia pada usus halus ,

dan penyakit Hirschsprung.

Obstruksi pada anak-anak sering disebabkan oleh intususepsi, penyakit


Hirschsprung dan hernia strangulasi inguinalis kongenital. Pada orang
dewasa, obstruksi usus sering disebabkan tumor di dalam usus,
perlengketan dinding usus, hernia strangulasi pada kanalis inguinalis,
femoralis ataupun umbilikalis dan penyakit Crohn. Obstruksi pada pasien
umur lanjut sering disebabkan karsinoma usus besar, divertikel, hernia
strangulasi, tinja membatu, perlengketan dinding usus dan volvulus.
am.

Tabel 1. Penyebab Obstruksi Menurut Kelompok Umur


an. Kelompok

ao. Penyakit

ap.umurBayi/neonat

aq.

Atresia, Volvulus, penyakit Hirschsprung

es
ar.

as.

Intususepsi, hernia strangulasi

Anak-anak

inguinalis, kelainan kongenital, penyakit


av.
Neoplasma usus besar, adhesi, hernia
Hirschsprung

at.

au.

Dewasa

strangulasi inguinalis, femoralis dan


umblikalis, dan penyakit Hirschsprung

aw.

Orang tua

ax.

Karsinoma usus besar, penyakit divertikulum

kolon, hernia strangulasi, fecalith (tinja membatu),


ay.

adhesi dan volvulus


i. Perlengketan/Adhesi
az.

Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai

strangulasi. Adhesi adalah pita- pita jaringan fibrosa yang sering


menyebabkan obstruksi usus halus pasca bedah setelah operasi
abdomen. Risiko terjadinya adhesi menimbulkan gejala obstruksi
pada anak belum diteliti dengan baik, tetapi sering terjadi pada
2-3% penderita setelah operasi abdomen. Sebagian besar obstruksi
disertai oleh adhesi dan dapat

terjadi setiap waktu setelah

minggu kedua pasca bedah. Adhesi dapat berupa perlengketan


yang bentuk tunggal maupun multiple (perlengketan yang lebih
dari

satu)

perlengketan

yang

setempat

dilepaskan

maupun

dalam

bentuk

luas.
pita.

Pada

operasi,

Pada

operasi,

perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih


kembali.
ba.

Adhesi yang kambuhan akan menjadi masalah

besar. Setelah berulang tiga kali, risiko kambuh akan menjadi


50%. Pada kasus seperti ini, diadakan pendekatan konservatif
sebab

walaupun

pembedahan

akan

menberikan

pasase,

kemungkinan besar obstruksi usus akibat adhesi akan kambuh


dalam waktu singkat.
bb.

ii. Hernia Inkarserata


bc.

Bila terdapat suatu defek pada dinding rongga

perut, maka akibat tekanan intraabdominal yang meninggi, suatu


alat tubuh dapat terdorong keluar melalui defek itu. Misalnya :
sebagian lambung dapat terdesak keluar ke rongga perut melalui
suatu defek pada diafragma masuk ke dalam rongga dada. Hernia
yang tidak tampak dari luar disebut internal hernia. Ditemukan
lebih banyak ekterna hernia, yaitu yang tampak dari luar seperti
hernia umbilical, hernia inguinal, dan hernia femoral.
bd.

ika liang hernia cukup besar maka isi usus dapat didorong masuk
lagi dan disebut reponibel, jika tidak dapat masuk lagi disebut
incarcerata. Pada keadaan ini
pembuluh

darah

yang

gangguan

sirkulasi

setempat

yang disebut

terjadi bendungan pembuluh-

disebut

darah

akan

infark.

dengan
terjadi
Hernia

strangulasi.

Akibat

kematian

jaringan

yang

menunjukkan

strangulasi pembuluh darah dan tanda- tanda incarcerata akan


menimbulkan gejala-gejala ileus.
be.

iii. Pankreas anulare

bf.Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus di


duodenum bagian duodenum bagian kedua. Gejala dan tanda sama
seperti pada atresia atau malrotasi

usus.

Pankreas

anulare

merupakan kelainan kongenital yang jarang ditemukan. Penyakit


ini disebabkan oleh kelainan pada perkembangan bakal pankreas
sehingga tonjolan dorsal dan ventral melingkari duodenum bagian
kedua akibat tidak lengkapnya pergeseran bagian ventral. Keadaan
ini menyebabkan obstruksi duodenum dan kadang disertai atresia
juga. Penyakit ini pada awalnya sering tidak ditemukan gejala dan
baru ditemukan pada saat dewasa.
iv. Invaginasi
bg.

Disebut juga intussusceptio. Biasanya pada anak,

bagian oral (proksimal) usus menerobos masuk ke dalam rongga


bagian anal (distal) seperti suatu teleskop. Ada beberapa jenis
bergantung pada lokasinya :
a) enterika : usus halus masuk ke dalam usus halus
b) entero-colics

: ileum masuk ke dalam coecum atau c olon,

jenis ini paling sering ditemukan


c) colica

: usus besar masuk ke dalam usus besar

d) prolapsus ani
bh.

Bagian

: rektum keluar melalui anus


dalam

disebut

intussusceptium,

sedang

bagian luar yang melingkarinya intussusceptum. Mesentrium yang


mengandung pembuluh darah intussusceptium akan ikut tertarik
dan pembuluh darah akan terjepit hingga terjadi gejala-gejala ileus.
Penyebab terjadinya pada anak-anak adalah ketidakseimbangan
kontraksi otot usus-usus, adanya jaringan limfoid yang berlebihan
(terutama sekitar perbatasan bagian ileo-cekal) dan antiperistaltik
kolon melawan peristaltik ileum. Pada
disebabkan

karena

adanya

dinding

orang
tumor

dewasa
yang

menonjol/bertangkai (polip) dan oleh gerakan peristaltik didorong


ke bagian distal dan dalam gerakan ini dinding usus ikut tertarik.
v.

Volvulus
bi.

Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan.

Disebut pula dengan torsi dan merupakan pemutaran usus dengan


mesenterium sebagai poros. Usus melilit/memutar sampai 180-360
derajat. Volvulus dapat disebabkan oleh mesentrium yang terlalu
panjang, yang merupakan kelainan kongenital pada usus halus, pada
obstisipasi yang menahun, terutama pada sigmoid, pada hernia
inkarcerata, usus dalam kantong hernia menunjukkan tanda-tanda
torsi;

pada

tumor

dalam

mesentrium. Akibat

dinding usus atau

volvulus

terjadi

tumor

dalam

gejala-gejala strangulasi

pembuluh darah dengan infark dan gejala-gejala ileus.


vi. Kelainan kongenital
bj.

Setiap cacat bawaan pada usus berupa stenosis

atau atresia dari sebagian

saluran cerna akan menyebabkan

obstruksi setelah bayi mulai menyusui. Kelainan- kelainan ini


disebabkan oleh tidak sempurnanya kanalisasi saluran pencernaan
dalam perkembangan embrional dan keadaan ini dapat terjadi pada
usus dimana saja. Atresi ialah buntu sama sekali dengan tanda-tanda
obstruksi total sedangkan stenosis hanya merupakan penyempitan
dengan gejala-gejala obstruksi yang tidak total.
vii. Atresia usus
bk.

Gangguan pasase usus yang kongenital dapat

berbentuk stenosis dan atresia,

yang dapat

disebabkan oleh

kegagalan rekanalisasi pada waktu janin berusia 6-7 minggu.


Kelainan bawaan ini dapat juga disebabkan oleh gangguan aliran
darah lokal

pada

sebahagian

dinding

usus

akibat

desakan,

invaginasi, volvulus, jepitan, atau perforasi usus masa janin.


Daerah usus yang tersering mengalaminya adalah usus halus.

Stenosis dapat juga terjadi karena penekanan, misalnya oleh pankreas


anulare dan dapat berupa atresia.
viii. Radang kronik
bl.Setiap radang kronik, terutama morbus Crohn, dapat
menyebabkan obstruksi karena udem, hipertrofi, dan fibrosis yang
biasanya terjadi pada penyakit kronik.
ix. Askariasis
bm.

Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus

bagian jejunum. Obstruksi usus oleh cacing askariasis paling sering


ditemukan pada anak karena hygiene kurang sehingga infestasi
cacing terjadi berulang-ulang dan usus halus pada anak-anak lebih
sempit daripada usus halus orang dewasa sedangkan ukuran
cacing sama besar. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu
gumpalan padat yang terdiri dari sisa makanan dan puluhan ekor
cacing yang mati akibat pemberian obat cacing.
x.

Tumor
bn.

Tumor

usus

halus

agak

jarang

menyebabkan

obstruksi usus, kecuali jika ia menimbulkan invaginasi. Kebanyakan


tumor jinak di usus halus tidak menimbulkan gangguan yang berarti
selama hidup. Kadang-kadang gejalanya tidak jelas atau tidak khas,
sehingga kelainan tidak terdeteksi kecuali apabila ada penyulit.
Tumor usus halus dapat menimbulkan komplikasi, pendarahan, dan
obstruksi. Obstruksi dapat disebabkan oleh tumornya sendiri ataupun
secara tidak langsung oleh invaginasi.
xi. Tumpukan sisa makanan
bo.
ditemukan
pengangkatan

Obstruksi

usus

pada orang
sebagian

atau

halus

yang

akibat bahan

pernah

penuh

dari

mengalami
perut

makanan
operasi

(gastrektomi).

Obstruksi biasanya terjadi pada daerah anastomosis. Obstruksi lain,


yang jarang ditemukan, dapat terjadi setelah makan banyak sekali

buah-buahan yang mengandung banyak serat yang menyebabkan


obstruksi di ileum terminal, seperti serat buah jeruk atau biji
banyak yang ditelan sekaligus dengan buah tertentu yang berinti.
xii. Divertikulum meckel
bp.

Divertikulum meckel adalah sisa dari kantung

telur embrional yang juga disebut ductus omphalo-mesentricus


yang dalam kehidupan fetal menghubungkan pusat (umbilicus)
dengan usus. Pada orang dewasa terletak pada ileum lebih kurang
100 cm proksimal perbatasan ileo-cekal, sedangkan pada anak-anak
lebih kurang 40 cm. Jika hubungan antara umblikus dan usus
(ductus omphalo-mesentricus) tidak menghilang, dapat terjadi fistula
pada pusat yang mengeluarkan isi usus. Bila hanya sebagian yang
menghilang dan ditengah-tengah tetap, maka akan dapat terbentuk
suatu kista. Bila tidak menghilang sempurna, maka sisanya
menyerupai tali yang padat, yang dapat mengakibatkan terbelitnya
usus pada tali itu (strangulasi).
xiii. Penyakit Hirschsprung
bq.

Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi

usus bagian bawah yang paling sering terjadi pada neonatus.


Penyakit Hirschsprung terjadi akibat tidak adanya sel ganglion pada
dinding usus atau terjadinya kelainan inervasi usus, yang dimulai
dari anus dan meluas ke proksimal. Gejala-gejala klinis penyakit
Hirschsprung biasanya mulai pada saat lahir dengan terlambatnya
pengeluaran tinja (mekonium).

Kegagalan mengeluarkan tinja

menyebabkan dilatasi bagian proksimal usus besar dan perut menjadi


kembung. Karena usus besar melebar, tekanan di dalam lumen
meningkat, mengakibatkan aliran darah menurun dan perintang
mukosa terganggu Statis memungkinkan proliferasi bakteri, sehingga
dapat

menyebabkan

enterokolitis (Clostridium

difficile

dan

Staphlococcos aureus) dengan disertai sepsis dan tanda- tanda


obstruksi usus besar.
xiv. Bezoar
br.Istilah bezoar merupakan suatu akumulasi benda-benda
asing eksogen di dalam lambung atau usus yang merupakan
penyebab ileus obstruktif pada usus halus.

35,42

Bezoar dibedakan

menurut komposisinya. Laktobezoar mengandung kasein


kalsium yang tinggi. Laktobezoar

atau

ditemukan pada bayi-bayi

prematur yang mengkonsumsi susu formula bayi yang kaya


kasein/kalsium. Phytobezoar adalah jenis yang paling umum dari
bezoar yang merupakan akumulasi serat sayur-sayuran dan buahbuahan yang tidak dapat dicerna. Phytobezoar terdiri dari selulosa,
tanin, dan lignin yang di cerna pada saat mengkonsumsi makanan.
bs.

VII.

Manifestasi Klinis
a. Obstruksi sederhana
bt.

Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul

gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal


walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi
dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian
atas. Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di
daerah periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya.
Kejang hilang timbul dengan

adanya

fase bebas keluhan.

Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung


sumbatan.

Semakin

distal

sumbatan,

maka

muntah

yang

dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada


obstruksi komplit.
bu.

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan

berlanjut dengan dehidrasi

akibat

kehilangan

cairan

dan

elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi


abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal
dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Peristaltik
usus yang mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang
kurus. Bising usus yang meningkat dan metabolic sound dapat
didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di
daerah distal.
b. Obstruksi disertai proses strangulasi
bv.

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih

nyata dan disertai dengan

nyeri

hebat.

Hal

yang

perlu

diperhatikan adalah adanya bekas operasi atau hernia. Bila


dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri
yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan
tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
c. Obstruksi pada kolon
bw.

Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan

dengan nyeri akibat sumbatan biasanya terasa di epigastrium.


Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia
atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai
dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan
usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup
ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon
terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus
halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan
valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi
dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan
tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic

sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa


menunjukkan adanya strangulasi.
bx.

VIII.

Penatalaksanaan
by.

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi

keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan


muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada,
dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan
fungsi usus kembali normal.3
a. Persiapan penderita
bz.

Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha

menegakkan diagnosis obstruksi usus secara lengkap dan tepat.


Sering dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya
berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi:
1

Dekompressi usus dengan suction, menggunakan NGT yang

2
3
4

dimasukkan dalam perut atau usus


Pemasangan kateter untuk mengukur urine output
Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa
Atasi dehidrasi
ca.

5. Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung

selama 4 sampai 24 jam sampai saatnya penderita siap untuk


operasi.
cb.

b. Operatif
cc.

Tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi

dibutuhkan bila dekompresi dengan NGT tidak memberikan


perbaikan atau diduga adanya kematian jaringan. Pada umumnya
dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus:
1 Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan
tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari

jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi,


jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2 Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang
"melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor
intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3 Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari
tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
4 Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat
anastomosis

ujung-ujung

usus

untuk

mempertahankan

kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,


invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif
bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena
keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif,
mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan
reseksi usus dan anastomosis.
cd.

IX.

Komplikasi
ce. Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus
kematian akibat ileus obstruktif. Isi lumen usus merupakan campuran
bakteri yang mematikan, hasil-hasil

produksi bakteri, jaringan

nekrotik dan darah. Usus yang mengalami perforasi

mungkin

mengalami perforasi dan menggeluarkan materi tersebut ke dalam


rongga peritoneum yang menyebabkan peritonis. Tetapi meskipun
usus tidak mengalami perforasi, bakteri dapat melintasi usus yang
permeable tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi

tubuh

melalui

cairan getah bening dan mengakibatkan syok septic.


cf. Komplikasi lain yang dapat timbul antara lain syok
hipovolemia, abses, pneumonia aspirasi dari proses muntah dan dapat
menyebabkan kematian.
cg.

ch.

X.

Prognosis
ci.Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8%

asalkan operasi dapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan


pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan
meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.3 Prognosisnya
baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai