LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum
mata kuliah Analitik Instrument
131411046
Risma Regiyanti
131411047
131411048
Tanggal Praktikum
: 20 Maret 2014
Tanggal penyerahan
: 27 Maret 2014
D3 TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014
SPEKTROFOTOMETRI
TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DASAR TEORI
Spektrofotometri adalah metode pengukuran konsentrasi suatu zat berdasarkan
besarnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia sebagai fungsi dari panjang
gelombang radiasi zat tersebut. Benda bercahaya seperti matahari atau suatu bohlam listrik
memancarkan spektrum yang lebar yang terdiri dari panjang gelombang. Panjang gelombang
yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata
manusia dan karenanya menimbulkan kesan subjektif yang diterjemahkan oleh otak sebagai
sebuah warna tampak. Namun banyak radiasi yang dipancarkan oleh benda panas terletak
diluar daerah kepekaan mata yaitu daerah ultraviolet dan inframerah, dari spektrum yang
terleak di kiri dan di kanan daerah tampak spektrum elektromagnetik. Dalam daerah tampak
spektrum itu dapat mengkorelasikan panjang gelombang cahaya yang mengenai mata dengan
indera subjektif mengenai warna seperti diuraikan.
Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer sinar tampak, spektrofotometer infra merah,
dan spektrofotometer srapan atom. Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus
fungsional atau gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi
rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas. Kromoforkromofor organik seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil mampu menyerap sinar
ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimumnya dapat berubah sesuai dengan
pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron
bebas nseperti hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan
mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar dan
disertai dengan peningkatan intensitas (Hart 2003).
Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya
discattering. Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan
energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran
absorbansi dalam spektrofotometer (Khopkar 2007).
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari
sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya
cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang
kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Khopkar 2007)
Larutan yang akan diamati melalui spektrofotometer harus memiliki warna tertentu.
Hal ini dilakukan supaya zat di dalam larutan lebih mudah menyerap energi cahaya yang
diberikan. Secara kuantitatif, besarnya energi yang diserap oleh zat akan identik dengan
jumlah zat di dalam larutan tersebut. Secara kualitatif, panjang gelombang dimana energi
dapat diserap akan menunjukkan jenis zatnya (Keenan 1992).
Bila cahaya putih yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang, melewati suatu
larutan kimia yang berwarna dan tembus cahaya bagi panjang-panjang gelombang tertentu
tetapi menyerap panjang-panjang gelombang lain, larutan itu akan tampak berwarna bagi
pengamat, karena hanya gelombang yang diteruskan yang sampai ke mata. Panjang-panjang
gelombang itulah yang menentukan warna larutan.
Cahaya yang dapat dilihat oleh manusia disebut cahaya terlihat atau sinar tampak.
Biasanya cahaya yang terlihat merupakan campuran dari senyawa yang mempunyai berbagai
panjang gelombang, mulai dari 400 nm hingga 760 nm, seperti pelangi di langit.
Bila seberkas sinar radiasi dengan intensitas I 0 dilewatkan melalui medium yang
panjangnya b dan mengandung atom-atom pada tingkat energi dasar dengan konsentrasi c,
maka radiasinya akan diserap sebagian dan intensitas radiasinya akan berkurang menjadi I
sehingga berlaku persamaan:
I = I0 ek.b.c
.(1)
Atau
log Io /I = a.b.c atau A = a.b.c
Keterangan:
.(2)
2,303
= tetapan perbandingan
It / Io
= transmitansi (T)
Persamaan (2) dikenal sebagai hukum Lambert-Beer, yang digunakan sebagai dasar
analisis kuantitatif dalam spektrofotometri sinar tampak. Dari persamaan (1) di atas
ditunjukkan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Besarnya
konsentrasi larutan ini sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam suatu cuplikan,
sehingga dengan meletakkan absorbansi sebagai titik ordinat dengan konsentrasi larutan
standar sebagai absis, akan diperoleh kurva garis lurus. Kurva ini disebut sebagai kurva
kalibrasi (kurva standar). Dengan menginterpolasikan absorbansi larutan cuplikan pada kurva
kalibrasi tersebut, maka akan didapat konsentrasi larutan cuplikan.
Metode kurva kalibrasi, yaitu dengan membuat kurva antara konsentrasi larutan
standar terhadap absorbansi berbentuk garis lurus. Menginterpolasikan absorbansi dari
larutan cuplikan ke dalam kurva kalibrasi tersebut akan diperoleh konsentrasi larutan
cuplikan.
Spektrofotometer Spectronic 20
Pipet tetes
Pipet ukur 5 ml, 10 ml, 25 ml
Labu takar 50 ml 6 buah
Botol semprot
Gelas kimia 100 ml, 250 ml
Bola hisap
BAHAN
Larutan induk Fe2+ 1000 ppm
Larutan HNO3 4 N
Larutan KSCN 10%
Aquades
LANGKAH KERJA
a. Persiapan Larutan
i.
Pengenceran Larutan Fe2+ 1000 ppm menjadi 100 ppm
5 mL larutan Fe2+ 1000 ppm
Labu takar 50 mL
Aquades
ii.
4 mL HNO3 4 N
iii.
Labu takar
50 mL
Larutan blanko
4 mL KCNS 10%
Pengenceran Larutan Fe2+ menjadi beberapa konsentrasi
5 mL
0,5larutan
mL
2+
2+
Fe
larutan
100 Fe
ppm
100 ppm
10 mL
larutan Fe2+
100 ppm
5 mL HNO3 4 N
15 mL
larutan Fe2+
100 ppm
Labu takar
50 mL
Tandabataskan
dengan aquades
20 mL
larutan Fe2+
100 ppm
25 mL
larutan Fe2+
100 ppm
5 mL KCNS 10%
Kocok
b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Hidupkan alat dan
panaskan selama 30
menit
Atur panjang
gelombang
(400nm-540nm)
Masukkan kuvet
yang berisi larutan
blanko
Ubah panjang
gelombang mulai dari
400nm-540nm
Catat nilai %T
pada alat
NO
%T
Absorbansi
(nm)
1
400
0.9
0.045757491
2
410
0.87
0.060480747
3
420
0.85
0.070581074
4
430
0.84
0.075720714
5
440
0.82
0.086186148
6
450
0.81
0.091514981
7
460
0.805
0.09420412
8
470
0.8
0.096910013
9
480
0.8
0.096910013
10
490
0.8
0.096910013
11
500
0.8
0.096910013
12
510
0.82
0.086186148
13
520
0.83
0.080921908
14
530
0.85
0.070581074
15
540
0.86
0.065501549
Tabel 1. Penentuan Panjang gelombang Maksimum
0.1
0.1
0.09
0.09
0.08
0.08
Absorbansi
0.07
0.07
0.06
0.06
0.05
0.05
400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 520 530 540 550
Panjang Gelombang (nm)
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
Konsentrasi (ppm)
0
10
20
30
40
50
Sampel #1
Sampel #2
%T
Absorbansi (-log T)
0
100
1,0
0.086186148
82
0.82
0.075720714
84
0.84
0.102372909
79
0.79
0.119186408
76
0.76
0.148741651
71
0.71
0.086186148
82
0.82
0.107905397
78
0.78
Tabel 2. Data Penentuan Kurva Kalibrasi
Absorbansi
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
konsentrasi (ppm)
LAMPIRAN
Perhitungan pembuatan larutan induk Fe2+ 100 ppm
Rumus : V1 x N1 = V2 x N2
N1 = 1000 ppm
N2 = 100 ppm
V2 = 100 m1
V1 ?
V1 =
10 0 x 100
1000
V1 = 10 mL
PEMBAHASAN
Oleh: Risma Regiyanti (131411048)
Pada percobaan kali ini, digunakan larutan induk Fe2+ dengan konsentrasi 1000 ppm.
Setelah itu larutan tersebut diencerkan menjadi larutan Fe2+ 100 ppm. Kemudian dibuat
komposisi masing-masing 0 mL;5 mL;10 mL;15 mL;20 mL; dan 25 mL larutan Fe2+
ditambah 5 mL KSCN dan 5 mL HNO3. Fungsi dari KSCN yaitu untuk menjadikan suatu
senyawa kompleks pada ion Fe2+ yang nantinya akan mengalami panjang gelombang tertentu
sedangkan HNO3 berfungsi untuk mempercepat oksidasi (oksidator). Pada saat pengenceran,
larutan Fe2+ ditambahkan larutan HNO3 terlebih dahulu agar larutan Fe2+ teroksidasi menjadi
Fe3+, selanjutnya ditambahkan KSCN agar terbentuk larutan kompleks yang berwarna.
Spectronic-20 merupakan alat yang tipenya single beam configuration (berkas tunggal),
dimana tempat sel untuk memasukkan kuvetnya harus bergantian antara larutan blanko
dengan larutan standar yang akan diukur %T nya. Sehingga dalam pengukuran dan
pengaturan panjang gelombang larutan blanko harus dirubah %T nya. Perbedaan antara
larutan sampel dengan larutan blanko yaitu pada komponen yang dimilikinya. Larutan blanko
adalah larutan yang digunakan untuk mengkalibrasi.. Tujuan pembuatan larutan blanko ini
adalah untuk mengetahui besarnya daya serap dari larutan dimana dalam larutan itu tidak
terdapat komponen yang dimiliki oleh larutan sampel. Panjang gelombang maksimum yang
didapat adalah 470nm. Hal ini dapat dilihat dari nilai %T yang menunjukkan angka terendah.
Seperti telah diketahui dari persamaan Lambert-Beer, semakin besar intensitas yang diserap
maka semakin besar juga panjang gelombang yang dihasilkan. Setelah didapat panjang
gelombang maksimum, yaitu 470 nm, nilai ini digunakan untuk mengukur absorbansi dari
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Setelah dibuat grafik linier antara absorbansi
dengan konsentrasi, maka konsentrasi sampel dapat diketahui, yaitu dengan
menginterpolasikan nilai absorbansi dari sampel, dan didapat konsentrasi sampel #1 adalah
10 ppm dan sampel #2 adalah 33 ppm.
masing 0;5; 10 ; 15 ; 20 ; 25 ml lalu pada masing masing ditambahkan HNO 3 agar larutan
Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+ sehingga menjadi ion kompleks sehingga stabil saat direaksikan
dengan KSCN. Dari hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa panjang gelombang
maksimum dari larutan Fe berada pada angka 470 nm karena pada panjang gelombang ini
nilai absorban tinggi dan % T kecil dan pada grafik yang dibuat menunjukan nilai tertinggi
pada panjang gelombang sebesar 470 nm.
Pada percobaan ini dibuat larutan sampel#1 dan sampel#2 dengan variasi konsentrasi
yang berbeda. Dengan menggunakan grafik dengan berdasarkan data yang didapat pada
percobaan sampel#1 memiliki konsentrasi 10 ppm dan sampel#2 memiliki konsentrasi
sebesar 33 ppm.
KESIMPULAN
Absorbansi
10
20
30
40
50
0.086186148
0.075720714
0.102372909
0.119186408
0.148741651
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Analitik Instrumen. 2010. Jobsheet Analitik Instrumen. Bandung: Politeknik
Negeri Bandung