Anda di halaman 1dari 6

“Ptolemy menciptakan gambaran alam semesta dan gambaran ini bertahan sampai dua

ribu tahun. Newton menciptakan gambaran alam semesta dan bertahan sampai dua
ratus tahun. Sekarang Dr. Einstein telah menciptakan gambaran alam semesta yang
baru dan tidak seorangpun yang tahu berapa lama gambaran ini bisa bertahan.” George
Bernard Shaw (1930)

Mungkinkah Albert Einstein berbuat kesalahan dalam teori-teori yang pernah


disusunnya? Untuk menjawab pertanyaan ini tidaklah mudah. Karena hampir semua teori
yang Einstein ajukan telah terbukti melalui eksperimen. Tetapi masih ada satu teorinya
yang sampai saat ini masih belum teruji sepenuhnya: teori relativitas umum.

Untuk itu sebuah satelit yang bernama Gravity Probe (GP) B telah diluncurkan pada hari
Senin 19 April 2004 pukul 10:01 pagi waktu Pasifik dari Markas Angkatan Udara AS
Vandenberg, California Selatan. Proyek yang telah mengalami penundaan bertahun-tahun
ini bernilai 700 miliun dollar AS. Satelit ini diluncurkan dengan satu tujuan

Tujuan utama dari eksperimen ini adalah untuk menguji kebenaran premis utamanya
tentang medan ruang dan waktu yang Einstein ajukan sebagai dasar dari teori relativitas
umumnya. Satelit GP B yang terdiri dari teleskop dan sistem giroskop ini akan
mengelilingi bumi dari kutub utara ke selatan dengan ketinggian 640 km sampai dua
tahun. Satelit dengan peralatan yang sangat canggih ini diharapkan bisa mendeteksi
pengaruh geometri medan ruang dan waktu di sekitar daerah pengaruh massa bumi

Tulisan ini akan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama akan mengakrabkan pembaca
dengan teori relativitas umum Einstein, fenomena alam yang diprediksikan sebagai akibat
dari teori ini dan eksperimen yang telah dilakukan sebagai konfirmasi prediksi tadi.
Bagian kedua membahas lebih jauh eksperimen yang sedang dilakukan dalam proyek GP
B untuk membuktikan klaim tentang medan ruang dan waktu.

Dua kejanggalan dalam teori gravitasi Newton

Gravitasi adalah fenomena yang dekat sekali dengan kehidupan kita. Setiap orang bisa
merasakannya. Gaya ini bisa dirasakan dan dilihat dalam berbagai bentuk yang berbeda.
Ketika kita melenggang pada jalan menurun, tarikan gravitasi akan mempercepat langkah
kita. Hal lain yang sangat jelas bagi kita adalah setiap benda yang dilemparkan pasti akan
jatuh ke tanah. Namun demikian baru ditahun 1687 gravitasi ini bisa dijelaskan dan
dirumuskan ke dalam persamaan matematika sederhana. Orang pertama yang sanggup
menjelaskannya adalah Sir Issac Newton.

Fisikawan berkebangsaan Inggris ini, berhasil mengungkapkan mekanisme bagaimana


dua object bermassa yang berinteraksi dalam gaya tarik-menarik gravitasi. Matahari di
dalam solar sistem kita, menurut teori ini, memiliki gaya tarik yang sangat besar
jangkauannya sehingga bisa menarik benda-benda angkasa yang bermassa relatif lebih
kecil seperti planet, komet, dan asteroid dan melayang pada orbitnya.
Baru kemudian di awal abad 20 Einstein menemukan kejanggalan dalam teori gravitasi
Newton. Kejanggalannya terletak pada ketidakcocokan teori gravitasi Newton dengan
teori relativitas khusus yang diajukan Einstein pada tahun 1905.

Dalam teori relativitas khususnya, Einstein berusaha agar teori relativitas khususnya
konsisten dengan teori electromagnetik Maxwell. Akibatnya Einstein tiba pada klaim
bahwa cahaya memiliki kecepatan sebesar 299,792 km per detik. Bukan hanya itu
Einstein mengatakan bahwa kecepatan ini adalah kecepatan absolut. Artinya benda atau
energi lain bisa bergerak mendekati kecepatan ini tetapi tidak akan pernah melebihi
kecepatan cahaya. Einstein juga melihat ada prinsip fisika lain yang tidak bersesuaian
dengan teori gravitasi Newton. Prinsip ini dikenal dengan prinsip ekuivalen.

Newton sendiri tidak mengindikasikan bagaimana gaya gravitasi bekerja. Ia hanya


mengatakan bahwa gravitasi adalah satu gaya yang ÁÔudah dari sananya¡¦dibawa oleh
benda bermassa. Menurut Newton, sebuah benda bermasssa akan mengerjakan gaya tarik
kepada benda bermassa lain yang berada dalam jangkauan gaya gravitasi benda yang
bermassa lebih besar. Gaya tarik gravitasi itu bekerja dan menjelajah ruang hampa
diantara dua benda tadi dalam waktu sesaat.

Hal ini bertentangan dengan klaim Einstein bahwa tidak ada energi maupun massa yang
bisa memiliki kecepatan melebihi kecepatan cahaya. Mengingat jangkauan gaya gravitasi
yang mencapai ribuan bahkan jutaan kilometer, maka gaya gravitasi tidaklah mungkin
menjelajah angkasa luar dalam waktu yang singkat. Jika gaya gravitasi bergerak dengan
cara yang sama seperti cahaya bergerak, maka Einstein berkesimpulan kecepatan gaya
gravitasi bekerja juga tidak boleh melebihi kecepatan cahaya. Dengan jarak jangkauan
yang jauh maka jelas gravitasi memerlukan waktu yang panjang untuk menjelajah ribuan
bahkan jutaan kilometer.

Ambil saja perjalanan cahaya dari Matahari sampai ke planet-planet dalam tata surya.
Untuk bumi yang berjarak rata-rata 150 ribu kilometer dari matahari, cahaya yang kita
nikmati di bumi ini memerlukan waktu sekitar 8,3 menit untuk tiba dibumi setelah
dipancarkan dari permukaan matahari. Sedangkan untuk planet Pluto yang berjarak
sekitar 5940 juta kilometer dari matahari, cahaya membutuhkan waktu sekitar 5,5 jam
untuk tiba disana.

Namun demikian dengan teori gravitasi Newton bentuk dan orbit planet-planet dalam tata
surya bisa diprediksikan dengan tepat meskipun perhitungan dilakukan dengan anggapan
bahwa gaya gravitasi bekerja dengan sesaat. Jika gravitasi bekerja tidak dalam waktu
sesaat, sesuai dengan relativitas khusus Einstein, maka orbit planet ini harus mengalami
koreksi. Tetapi jika koreksi Einstein dimasukkan, maka koreksi ini justru memberikan
hasil prediksi orbit planet yang tidak sesuai dengan data astronomi. Pertimbangan ini
membuat Einstein menyimpulkan adanya mekanisme dalam teori gravitasi yang belum
dijelaskan oleh Newton.

Kejanggalan kedua yang Einstein temukan berhubungan dengan prinsip ekuivalen.


Secara sederhana prinsip ini menggambarkan bahwa semua hukum fisika akan
berperilaku sama dalam kerangka acuan mana saja, baik dalam kerangka diam, dalam
kerangka yang berjalan dengan kecepatan konstan maupun dengan laju kecepatan yang
positif.

Misalkan kita berada dalam sebuah pesawat ruang angkasa yang berada di ruang hampa
dan pesawat itu bergerak ke atas dengan laju kecepatan yang sama dengan laju kecepatan
gravitasi bumi yaitu 9,8 meter per detik kuadrat. Jika ada sebuah buku yang melayang
dalam pesawat itu, maka buku itu akan bergerak menuju lantai pesawat dengan laju
kecepatan yang sama pula: 9,8 meter per detik kuadrat. Jika buku dengan berat yang
sama dilepaskan dari ketinggian tertentu di bumi dalam pengaruh gravitasi bumi, maka
buku itu pasti akan jatuh bumi dengan laju kecepatan yang sama pula.

Hal penting yang bisa disimpulkan dari percobaan sederhana di atas adalah bahwa gerak
buku di dalam pesawat dan gerak buku ketika jatuh di permukaan bumi tidak bisa
dibedakan. Apakah buku tadi jatuh karena ditarik gravitasi bumi ataukah hanya sekedar
bergerak dengan laju kecepatan yang sama dengan gravitasi bumi. Dengan kata lain
gravitasi bisa diciptakan maupun dihilangkan hanya dengan memandang dari kerangka
acuan yang berbeda. Jika demikian mungkinkah buku tadi jatuh karena ditarik bumi
ataukah sebaliknya permukaan bumi yang bergerak keatas kearah buku tadi dengan laju
kecepatan yang sama dengan gravitasi bumi.

Konsep ruang dan waktu yang revolusioner

Kedua kejanggalan ini merupakan kunci bagi Einstein untuk tiba pada konsep gravitasi
baru yang revolusioner. Setelah sepuluh tahun bergulat dengan kedua masalah ini, pada
tahun 1916 Einstein muncul dengan teori gravitasi baru yang didasarkan pada cara
pandang terhadap ruang dan waktu yang sama sekali berbeda dengan cara pandang
Newton. Jikalau Newton memandang ruang angkasa sebagai ruang yang kosong, Einstein
menganggap ruang angkasa tersebut terbuat dari anyaman medan ruang dan waktu. Teori
gravitasi baru ini lebih dikenal dengan nama teori relativitas umum.

Jikalau Newton menyarikan teori gravitasi dalam sebuah persamaan saja, Einstein
menyarikannya dalam 16 buah persamaan di dalam sebuah persamaan matematik yang
ditulis dengan notasi yang dikenal sebagai tensor. Persamaan tadi menghubungkan
geometri ruang dan waktu dengan massa dan energi.

Medan ruang dan waktu adalah medan 4-dimensi, tiga dimensi berasal dari ruang dan
satu dimensi berasal dari waktu. Bentuk susunan anyaman ruang dan waktu ini sangat
dipengaruhi oleh distribusi massa atau energi yang berada di dalam medan 4-dimensi ini.
Benda angkasa seperti matahari akan melekukkan medan ini. Efek lekukannya bisa
dibayangkan seperti lekukkan permukaan kasur karet yang disebabkan oleh bola bowling
di atasnya. Sebagai perhatian, gambaran lekukan kasur dua dimensi ini hanyalah untuk
menyederhanakan gambaran lekukan 4-dimensi yang sulit dibayangkan. Fenomena ini
lebih dikenal sebagai warped space time atau ruang-waktu yang terlekuk.
Dalam konsep ini, semakin besar massa benda semakin luas efek lekukan yang terjadi.
Karena matahari memiliki massa yang cukup besar, maka efek lekukan medan ruang dan
waktu memiliki jangkauan yang jauh menjangkau planet, asteroid atau benda-benda
angkasa yang bermassa lebih kecil lainnya. Gerakan planet-planet yang mengorbit
matahari bisa dimengerti bukan sebagai efek gaya tarik matahari melainkan karena
planet-planet ini bergerak mengikuti kontur medan ruang dan waktu yang terlekuk di
sekitar matahari.

Dua tahun setelah Einstein mengajukan teorinya tentang medan ruang dan waktu, pada
tahun 1918 dua fisikawan berkebangsaan Austria, Joseph Lense dan Hans Thirring,
meprediksikan bahwa benda bermassa bisa merubah bentuk medan ruang dan waktu
dengan cara yang lain. Mereka mengajukan bahwa setiap planet atau bintang yang
berputar pada porosnya akan menyeret anyaman medan ruang dan waktu ke arah kemana
planet dan bintang itu berputar. Fenomena ini dikenal sebagai seretan kerangka
atau frame-dragging.

Bisa jadi Einstein benar, tetapi tidak berarti bahwa teori gravitasi Newton sama sekali
salah. Apakah setelah kita memiliki teori gravitasi ala Einstein lalu teori gravitasi Newton
bisa ditinggalkan? Tidak! Keduanya harus sama-sama dipegang untuk bisa mengerti alam
semesta ini dan fenomena-fenomena di dalamnya. Teori Einstein memang memberikan
pengertian kita yang lebih akurat terhadap alam semesta. Namun demikian sampai teori
Einstein bisa diuji kebenarannya di lapangan, barulah kita bisa menerima teori ini
sepenuhnya.

Test yang telah dilakukan

Ketika mengajukan teorinya Einstein paham benar bahwa orang akan meminta bukti
lapangan untuk bisa menerima teori relativitas umumnya. Oleh karena itu ia mengajukan
tiga fenomena alam semesta yang bisa dijelaskan dengan menggunakan teori relativitas
umum: melekuknya lintasan cahaya, gerak presisi perihelion planet Merkuri, dan
pergeseran warna merah akibat gravitasi.

Premis utama relativitas umum adalah bahwa semua materi dan energi dipengaruhi oleh
medan ruang dan waktu yang terlekuk. Lintasan cahaya termasuk ke dalam kategori ini,
sehingga bisa berjalan dalam garis lengkung. Cahaya yang berasal dari bintang yang
sangat jauh dan terdeteksi oleh teleskop di permukaan bumi mungkin mengalami
fenomena ini. Apalagi ketika cahaya itu melintas berdekatan dengan matahari. Gravitasi
matahari yang cukup besar oleh Einstein diprediksikan membelokkan cahaya sejauh 1,75
detik arc. Satu detik arc sama dengan satu per per tiga ribu enam ratus derajat.

Untuk mengamati fenomena ini, pengamatan harus dilakukan ketika sebuah bintang
menempati lokasi yang dekat dengan matahari. Tetapi dalam kondisi seperti ini cahaya
matahari akan menutupi cahaya bintang tersebut. Karenanya pengamatan harus dilakukan
pada saat gerhana matahari total. Pada 29 Mei 1919 Sir Arthur Edington memimpin
ekspedisi ke Afrika untuk pengamatan sinar bintang saat gerhana matahari total terjadi.
Pada 6 November 1919, konfirmasi pembelokan lintasan cahaya yang diprediksikan
Einstein dalam ketelitian sekitar 20 persen diumumkan ke dunia. Di antara tahun 1969
sampai 1975 sebanyak dua belas pengamatan dilakukan dengan menggunakan
gelombang radio dan menghasilkan pengukuran dengan ketelitian satu persen dibanding
dengan prediksi Einstein.

Sesuai dengan hukum gerak dan teori gravitasi universal Newton, setiap planet akan
bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan orbit elips. Posisi terdekat dan terjauh
sebuah planet dari matahari dalam lintasan tersebut masing-masing dikenal sebagai
perihelion dan apehelion. Jika hanya satu planet yang mengelilingi matahari maka
lintasan elips tadi tidak akan berubah, namun karena ada lebih dari satu planet dalam tata
surya, planet-planet lain juga memberikan pengaruh gravitasinya yang relatif kecil
kepada salah satu planet. Akibatnya orbit sebuah planet dalam tata-surya kita tidaklah
statis melainkan bergerak berputar (berpresisi) terhadap Matahari.

Dari pengamatan yang dilakukan bertahun-tahun, titik perihelion planet merkuri


mengalami total presisi sejauh 574 arc detik setiap satu abad. Namun teori gravitasi
Newton hanya memberikan 531 arc detik. Itu berarti masih ada perbedaan sebanyak 43
arc detik. Tidak sedikit alasan yang diajukan untuk menjelaskan angka 43 arc detik ini
namun tidak ada yang berhasil menyempurnakan prediksi dengan teori gravitasi Newton
ini. Namun dengan teori gravitasinya, Einstein sanggup menjelaskan perbedaan 43 arc
detik dan dengan demikian menghasilkan angka yang sesuai dengan data astronomy
lapangan.

Fenomena terakhir yang diajukan oleh Einstein berhubungan dengan hilangnya sebagian
energi cahaya ketika sebuah berkas cahaya keluar dari medan gravitasi sebuah benda
angkasa. Ketika sebuah berkas sinar kehilangan sebagian energi, panjang gelombangnya
berubah menjadi lebih panjang mengakibatkan warna cahaya tersebut akan bergeser ke
arah warna merah. Itulah sebabnya fenomena ini disebut sebagai pergeseran warna merah
akibat medan gravitasi.

Eksperimen terkenal untuk membuktikan prediksi ini dilakukan oleh R.V. Pound dan
G.A. Rebka di universitas Harvard pada tahun 1959 dengan menggunakan teknik yang
disebut sebagai efek Mossbauer. Sinar gamma yang dihasilkan oleh elemen radioaktif
kobalt dipancarkan dari lantai dasar laboratorium fisika Jefferson di kampus itu. Melalui
lubang yang didesain mencapai tingkat teratas laboratorium setinggi 22.5 meter
menghasilkan konfirmasi perbedaan frekuensi cahaya yang dihasilkan.

Sebuah tes yang lebih akurat dari percobaan di atas adalah yang dilakukan oleh Gravity
Probe A (GP A), percobaan yang menggunakan roket, di tahun 1976. Dalam percobaan
ini, sebuah jam yang menggunakan cahaya maser-hidrogen dilepaskan dengan
menggunakan roket Vessot-Levine. Frekuensi jam ini dibandingkan dengan frekuensi
yang terdapat di bumi dan menunjukkan perbedaan yang sesuai dengan prediksi teori
relativitas umum Eistein.

Sebenarnya ada fenomena lain yang ditemukan oleh fisikawan yang bernama I.I. Saphiro
dari universitas Harvard di tahun 1964. Selain mengakibatkan lambatnya waktu berlalu,
medan gravitasi juga mengakibatkan semakin memendeknya dimensi panjang yang
berarti semakin melambatnya kecepatan cahaya jika berada dalam medan gravitasi. Di
tahun 1970, I.I. Saphiro melakukan percobaan dengan signal radar yang dipancarkan dari
bumi dan dipantulkan oleh planet Venus dan kembali ke bumi. Melalui eksperimen ini,
Saphiro mencatat perlambatan cahaya sebanyak 240 perjuta detik. Hasil ini cocok dengan
perhitungan Einstein dengan akurasi 3%.

Melihat hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan, sebenarnya masih menyisakan
pekerjaan rumah bagi para fisikawan untuk mebuktikan kebenaran teori Eistein. Itulah
sebabnya proyek Gravity Probe B (GP B) dibuat dan membutuhkan sekitar 40 tahun
untuk merampungkan persiapannya dan akhirnya meluncurkannya.

Anda mungkin juga menyukai