Anda di halaman 1dari 4

ACIDIZING

Teori Dasar
Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman, terlebih dahulu harus
direncanakan dengan tepat data data laboratorium yang di peroleh dari sampel
formasi, fluida reservoir dan fluida stimulasi. Stimulasi merupakan suatu metoda
workover yang berhubungan dengan adanya perubahan sifat formasi, dengan cara
menambahkan unsur-unsur tertentu atau material lain ke dalam reservoir atau
formasi untuk memperbaikinya. Informasi yang diperoleh dari laboratorium, dapat
di gunakan engineer untuk merencanakan operasi stimulasi dengan tepat, dan pada
berikutnya dapat diperoleh penambahan produktivitas formasi sesuai dengan yang
di harapkan. Salah satu informasi yang di perlukan adalah daya larutan asam
terhadap sample batuan (acid solubility).
Metode ini menggunakan teknik gravimetric untuk menentukan reaktivitas
formasi dengan asam. Batuan karbonat (mineral limestone) biasanya larut dalam
HCl, sedangkan silikat (mineral clay) larut dalam mud acid. Salah satu cara untuk
meningkatkan produksi minyak pada batuan reservoir carbonat adalah dengan
cara pengasaman atau memompakan asam (HCl) kedalam reservoir. Batuan
reservoir yang bisa diasamkan dengan HCl adalah : Limestone, Dolomit dan
Dolomit Limestone.
Dalam pelaksanaannya, acidizing dilakukan dengan menginjeksikan pad
yang kental untuk membuat rekahan di zona produktif, kemudian baru
diinjeksikan asam yang akan memakan permukaan rekahan secara tidak merata
(karena sifat kekerasan batuan tidak merata). Efek ketidakmerataan ini diharapkan
akan menjadi semacam pengganjal (proppant) jika rekahan telah tertutup. Di
lapangan geothermal, acidizing biasa dilakukan setelah pemboran.
Karena pengasaman, maka batuan (zona produktif) yang harus diasam
biasanya memiliki kadar kapur yang cukup tinggi seperti limestone, atau batuan
karbonat. Efek pengasaman ini tidak signifikan terhadap formasi sandstone (batu
pasir) karena tidak terjadi reaksi antara sandstone dan asam.

Perlu diperhatikan juga bahwa kadar asam yang digunakan untuk acidizing
tidak boleh terlalu tinggi. Penggunaan kadar asam yang tinggi (meski lebih
efektif) akan merusak peralatan dalam sumur karena asam bersifat korosif.
Pengasaman biasanya dilakukan untuk formasi yang permeable. Untuk
formasi yang non permeable, biasanya dilakukan teknik yang disebut dengan
perekahan atau fracturing. Tujuan fracturing adalah membuat jalan baru untuk
tempat mengalir hidrokarbon.
Dewasa ini telah dikenal 3 jenis pengasaman, antara lain:
1. Matrix acidizing
Asam di injeksikan ke formasi pada tekanan di bawah tekanan rekah, dengan
tujuan agar reaksi asam menyebar ke formasi secara radial. Matrix Acidizing
digunakan baik untuk batuan Karbonat (limestone/dolomite) maupun sand stone.
Teknik ini akan berhasil untuk sumur dengan damage sedalam 1 2 ft.
2. Acid Fracturing
Digunakan hanya untuk karbonat, kenaikan produksi diakibatkan oleh kenaikan
permeabilitas sampai jauh melampaui zone damagenya.
3. Acid Washing
Untuk melarutkan material atau scale sekitar sumur, meliputi pipa atau juga
perforasinya
Semua asam memiliki satu persamaan. Asam akan terpecah menjadi ion
positif dan anion hydrogen ketika acid larut dalam air. Ion hydrogen akan bereaksi
dengan batuan calcerous menjadi air dan CO 2. Asam yang dipakai di industry
minyak dapat inorganic (mineral) yaitu chloride dan asam flourida, atau organic
asam acetic (asetat) dan asam formic (format). Pada abad yang lalu pernah
digunakan asam sulfat sesaat setelah orang sukses dengan injeksi asam chloride
pertama dan tentu saja mengalami kegagalan malah formasi jadi rusak.
Dalam industri mineral adalah yang paling banyak digunakan. Bermacammacama sampuder (sulfamicdanchloroacetic) atau hibrida (campuran) asam
acetic-HCL dan formie-HCL juga telah dipakai dalam industry terutama untuk
meredam keaktifan asam HCL. Semua asam diatas kecuali kombinasi HCL-HF
yang dipakai untuk batuan pasir (sandstone) hanya dipakai pada batuan karbonat

(limestone/dolomite). Jenis asam yang sering digunakan dalam acidizing antara


lain:
1. Organic acid, HCH3Cos dan HCO2H
2. Hydrochloric acid, HCL
3. Hydrofluoric acid, HF
Adapun syarat-syarat utama agar asam dapat digunakan dalam operasi
acidizing (pengasaman) ini adalah:
1.

Tidak terlampau reaktif terhadap peralatan logam.

2.

Segi keselamatan penanganannya harus dapat menunjukkan indikasi


atau jaminan keberhasilan proyek acidizing ini.

3.

Harus dapat bereaksi/melarutkan karbonat atau mineral endapan


lainnya sehingga membentuk soluble product atau hasil-hasil yang dapat larut.
Pada prinsipnya stimulasi dengan pengasaman dapat dibedakan menjadi
2(dua) kelompok yaitu;

1.

Pengasaman pada peralatan produksi yaitu; tubing dan


flowline.

2.

Pengasaman pada formasi produktif yaitu; perforasi dan


lapisan.
Prinsip penerapan metoda ini adalah dengan memperbesar harga ko atau
dengan menurunkan harga o, sehingga harga PI-nya meningkat disbanding
sebelum metoda ini diterapkan.
Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari garam karbonat.
Batuan karbonat mempunyai keistimewaan dalam cara pembentukannya yaitu
hanya dari larutan, praktis tidak ada sebagai detritus daratan. Organisme sangat
berperan dalam pembentukan batuan karbonat, yaitu sebagai penghasil unsur
CaCo3. Organisme pembentuk batuan karbonat dapat terdiri dari Koral,
Ganggang, Molluska, Bryozoa, Echinodermata, Brachiopoda, Ostracoda,
Porifera dan beberapa jenis organism lainnya.Batuan karbonat merupakan batuan

reservoir yang sangat penting di dalam industry perminyakan. Dari 75% daratan
yang dibawahi oleh batuan sedimen, seperlimanya merupakan batuan karbonat.
Batuan karbonat dapat dikelompokkan menjadi empatjenis, yaitu terumbu,
dolomit, gamping klastik dangan pingafanitik.
Sifat-sifat fisik pada batuan karbonat ini berbeda dengan batuan reservoir
lainnya. Untuk mengetahui sifat-sifat fisik batuan karbonat dapat dilakukan
dengan metode test asam, metode nodakimia, metode residu tak terlarut, metode
etsadan metode analisis sayatan tipis. Dengan metode analisis etsa, analisa yang
dilakukan meliputi konstitusi utama, jenis kerangka/butir, konstitusi detritus, masa
dasar, hubungan butir dengan masa dasar, besar butir, pemilahan, keadaan butir,
susunan butir, indeks energy dan nama batuan. Hal ini akan mempengaruhi
porositas, permeabilitas, tekanan kapiler, wettabilitas, saturasi dan kompresibilitas
batuan.

Anda mungkin juga menyukai