Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Karies dan cedera akibat trauma pada gigi masih sangat umum ditemukan pada anak
dan perawatan kerusakan yang luas yang ditimbulkannya masih merupakan bagian utama
dari praktek kedokteran gigi anak. Tujuan utama perawatan operatif pada anak adalah
mencegah meluasnya penyakit gigi dan memperbaiki gigi yang rusak sehingga dapat
berfungsi kembali secara sehat, sehingga integritas lengkung geligi dan kesehatan jaringan
mulut dapat dipertahankan.
Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap upaya preventif karena gigi yang
telah dirawat dengan berhasil dapat dipertahankan dalam keadaan non patologis sampai saat
tanggalnya yang normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat dipertahankan dalam
keadaan utuh, fungsi pengunyahan dipertahankan, infeksi dan peradangan kronis dapat
dihilangkan sehingga kesehatan jaringan mulut yang baik dapat dipertahankan. Untuk
mencapai tujuan ini, telah dikembangkan beberapa perawatan endodontik konservatif sebagai
perawatan alternatif selain pencabutan gigi. Salah satu perawatan pulpa konservatif pada gigi
sulung adalah pulpotomi.
Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh
penempatan obat di atas orifisi yang akan menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan
sisa jaringan pulpa vital pada akar gigi. Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian
jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian mahkota yang cedera atau mengalami
infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar.
Pulpotomi bertujuan untuk melindungi bagian akar pulpa, menghindari rasa sakit dan
pembengkakan, dan pada akhirnya untuk mempertahankan gigi. Pulpotomi dapat dipilih
sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun
belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut.
Pulpotomi dapat dibagi 3 bagian yaitu pulpotomi vital, pulpotomi devital, dan
pulpotomi non vital. Perawatan pulpotomi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
ferric sulphat, glutaraldehid, dan formokresol. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
keberhasilan pulpotomi vital pada gigi sulung dengan menggunakan ketiga bahan tersebut.
FERRIC SULPHAT
Komposisi Ferric Sulphat

Saat ini ferric sulphate dapat menjadi pilihan yang lebih baik untuk pulpotomi gigi sulung.
Ferric sulphate tersedia dalam larutan 15,5 % di bawah merk dagang Astringedent.1
Indikasi Penggunaan Ferric Sulphat
Ferric sulphate merupakan agen hemostatik yang tidak bakterisidal. Hanya dapat digunakan
pada gigi dengan pulpitis reversible. Penilaian akurat status pulpa sangat penting pada
perawatan dengan bahan ini.
Keuntungan dan Kekurangan
Pulpotomi ferric sulfate memberikan hasil yang sama secara radiografik dan klinis
dibandingkan dengan pulpotomi formokresol. Ferric sulfate menghasilkan respon inflamasi
lokal tetapi reversible pada jaringan lunak mulut. Belum ada penelitian mengenai adanya efek
toksik atau merugikan dari ferric sulfate sampai saat ini. Pulpotomi ferric sulfate lebih
menguntungkan karena waktu kerja yang lebih cepat dengan pasien anak.2
Manipulasi Kerja
Teknik pulpotomi vital satu tahap

Informed consent mengenai prosedur dan medikamen harus disetuji pasien terlebih

dahulu
Gigi dianastesi
Rubber dam dipasang
Semua jaringan karies disingkirkan dan enamel dibuang sedikit untuk mendapatkan

akses kavitas yang adekuat


Setelah pembersihan atap kamar pulpa dengan bur, ekskavator dan bur yang bersih
digunakan untuk mengeksisi pulpa ke orifice untuk memastikan ujung pulpa memiliki
area permukaan yang minimal dan menghindari penyingkiran dentin dari dasar kamar

pulpa dan saluran akar


Cotton pellet steril ditempatkan ke dalam kamar pulpa koronal yang sudah diekskavasi
dibawah tekanan ringan sekitar 2-3 menit untuk mengendalikan perdarahan inisial. Jika
perdarahan menetap, evaluasi kembali teknik untuk menjamin penyingkiran jaringan

pulpa yang sempurna dari kamar pulpa. Hemostasis harus dicapai dalam waktu 4 menit.
15,5 % larutan ferric sulphate (Astringedent) diberikan pada ujung akar dengan
mikrobrush selama 15 detik untuk mencapai hemostasis, diikuti pencucian dan
pengeringan. Jika perdarahan menetap, aplikasikan kembali ferric sulphate selama lebih
dari 15 detik.

GLUTARALDEHYDE
2

Komposisi Glutaraldehyde
Glutaraldehid atau 1,5-pentanedial adalah sebuah dialdehid yang sedikit asam didalam
keadaannya yang biasa. Pada alkaline buffer (PH 7,5-8,5), ini merupakan sebuah agen
mikrobial yang sangat efektif. Glutaraldehid alkaline merupakan bahan yang sangat umum
dipakai pada sterilisasi dingin pada medikal, surgikal dan peralatan kedokteran gigi (contoh
produk: Cidex, Aldesen, Hospex, Wavicide, Procide, Omnicide, dan Sonacide).4
Glutaraldehid merupakan iritan yang kuat terhadap kulit, mata dan sistem respiratori.
Kontak langsung dapat menyebabkan kulit tersensitifitas yang dapat menyebabkan dermatitis
kontak. Menghirup uapnya dapat menyebabkan asma.4
Indikasi Penggunaan Glutaraldehid
Glutaraldehid diindikasikan pada tindakan pulpoptomi gigi sulung, sebagai alternatif lain
dari formokresol. Glutaraldehid lebih dapat diharapkan sebagai medikamen pada terapi pulpa
dibandingkan dengan formokresol karena merupakan reagen bifungsional yang membentuk
ikatan intra dan intermolekular protein yang kuat. 5
Keuntungan dan Kekurangan
Banyak yang sudah merekomendasikan Glutaraldehid sebagai bahan yang mungkin bisa
menggantikan Formokresol dengan beberapa alasan, yaitu :

Pada awalnya lebih aktif secara kimia


Secara cepat dapat membentuk hubungan silang dan penetrasi yang terbatas
Glutaraldehid tidak berubah sebagaimana Formocresol
Berkurangnya kerusakan secara apikal dan nekrosis
Tidak adanya bukti stagnan atau tidak bertumbuhnya jaringan granulasi ke apeks pada
spesimen yang di rawat dengan Glutaraldehid.6

Glutaraldehid tidak bewarna, mempunyai bau yang ringan, titik penguapan nya 1830C1870C, soluble dan memproduksi keasaman yang ringan bila berkontaminasi. Glutaraldehid
merupakan reagen yang bingfusional, yang membentuk ikatan intra dan inter protein
molekular yang kuat, menyebabkan fiksasi yang unggul oleh cross linkage.
Penetrasi ke sekeliling jaringan periapikal terbatas oleh formasi protein dari cross linkage.
Distribusi sistemik Glutaraldehid juga terbatas. Glutaraldehid menyebabkan berkurangnya
sifat nekrotik, distropik, sitotoksi dan antigenin, adalah sebuah bakteriosit yang lebih baik,
dan dapat memperbaiki jaringan dengan cepat. Glutaraldehid memperlihatkan ikatan jaringan

yang lemah dan secara siap dimetabolisme. Sayangnya, larutan buffer pada Glutaraldehid
tidak stabil dikarenakan pendeknya shelf life dan harus freshly prepared.7
Gravemade merasa bahwa Glutaraldehid mungkin dapat menggantikan formocresol pada
terapi endodonti karena komponen nya yang fiksatif dan juga keefektifan bakterisidal dan
tidak banyak merusak jaringan. Pada perbandingan formokresol dengan Glutaraldehid in
vitro dengan antimicrobial dan efek antitoksiknya , konsentrasi antimikrobial minimalnya
3.125% untuk Glutaraldehid dan 0.75% untuk formkresol. Lebih pentingnya lagi, pada
konsentrasi seperti ini terlihat Glutaraldehid mengurangi sitotoksik ketika digunakan sebagai
agen pulpotomi.5
Manipulasi Kerja
1. Anestesi lokal dan pemasangan rubber dam.
2. Pembentukan outline form dilakukan dan seluruh permukaan marginal karies dibuang
sebelum pulpa terbuka.
3. Pembukaan pulpa korona dilakukan dengan menggunakan bur bulat
4. Akses kavitas diperbesar sampai ke bagian tanduk pulpa untuk memudahkan
pembuangan pulpa korona
5. Pulpa korona dibuang dengan eskavator yang steril. Pulpa tersebut dipotong pada bagian
jalan masuk ke saluran akar
6. Kamar pulpa diirigasi dengan saline yang steril untuk mencegah sisa dentin masuk ke
bagian pulpa akar.
7. Bersamaan dengan irigasi, pelet kapas yang steril ditaruh pada bagian ujung pulpa yang
dipotong untuk membantu dalam hemostasis.
8. Semua gigi molar sulung yang diteliti dirawat dengan pelet kapas yang dibasahi dengan
glutaraldehid 2%.
9. Pelet kapas yang telah dibasahi glutaraldehid diletakkan diatas pulpa bagian akar selama
2 menit dan kemudian diangkat. Basis Zinc oxide eugenol kemudian diletakkan diatas
ujung pulpa. Kemudian gigi tersebut direstorasi dengan amalgam.

FORMOKRESOL
Komposisi Formokresol

Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan pulpa gigi sulung
dengan karies atau trauma. Obat ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1905 dan sejak
saat itu telah digunakan sebagai obat untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan
yang tinggi 3,7. Beberapa tahun ini penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium
hidroksida untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan aktif dari
formokresol yaitu 19% formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol
merupakan bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptic
untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi atau inflamasi
sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi jaringan.8
Indikasi Penggunaan Formokresol
Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Perawatan
pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja. Adapun indikasi
penggunaan formokresol antara lain:

Gigi sulung dengan pulpa yang masih vital


Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena karies atau trauma saat prosedur perawatan
Terbuka pulpa karena prosedur pulp capping indirek ataupun faktor mekanis selama

preparasi kavitas yang kurang hati-hati


Gigi masih didukung >2/3 panjang akar.
Pendarahan yang terkendali diatas pulpa yang diamputasi.
Penderita kelainan darah.
Perawatan untuk gigi sulung yang pulpanya terlibat dengan manifestasi inflamasi dari
prosedur operatif.

Kontraindikasi:

Pulpa non vital dan adanya supurasi atau tanda2 lain dari nekrose
Dijumpai keluhan rasa sakit yang spontan maupun terus menerus
Terdapat resorpsi eksterna dan interna
Terdapat kehilangan tulang pada daerah periapeks maupun interadikuler
Terbentuk fistula
Peka terhadap perkusi
Kalsifikasi pulpa
Gigi sulung yang luar biasa sensitive terhadap panas dan dingin
mempunyai pulpagia kronis
sensitif terhadap perkusi dan palpasi
mempunyai perubahan radiografik yang disebabakan karena perluasan penyakit pulpa
mempunyai kamar pulpa atau saluran akar yang menyempit.

Keuntungan dan Kekurangan Penggunaan Formokresol


5

Keuntungan:
Dapat diselesaikan dalam waktu singkat,hanya 1-2 kali kunjungan
Pengambilan pulpa hanya dibagian korona,hal ini menguntungkan karena
pengambilan jaringan pulpa disaluran sulit dilakukan
Iritasi instrument atau obat-obatan terhadap jaringan periapeks dapat dihindarkan
Jika perawatan ini gagal dapat dilakuakn pulpoektomi
Kekurangan: Formocresol memiliki efek toksik baik lokal maupun sistemik, oleh karena itu
penggunaannya saat ini sudah mulai dikurangi.
Manipulasi kerja
Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan.8

Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit saat
perawatan

Isolasi gigi dengan memasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi
dengan kapas dan saliva ejector dan jaga keberadaannya selama perawatan.

Preparasi kavitas perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan
oklusal untuk memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa.

Ekskavasi karies yang dalam.

Buang atap pulpa dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan
rendah. Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan distal
seperlunya untuk membuang atap kamar pulpa.

Buang pulpa bagian korona, hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar
atau dengan bor bundar kecepatan rendah.

Cuci dan keringkan kamar pulpa, semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril,
syringe disposible dan jarum steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa
pulpa dari kamar pulpa. Keringkan dan kontrol perdarahan dengan kapas steril.

Aplikasikan formokresol, celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang


kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam kamar pulpa,
menutupi pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit.
6

Berikan bahan antiseptic, siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan
formokresol dalam bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang
mengandung formokresol dan berikan pasta secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian
akar. Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing
antiseptik digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.

Restorasi gigi, tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal dengan
amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk mahkota stainless
steel.

PEMBAHASAN
Perbandingan Evaluasi Keberhasilan Perawatan Pulpotomi Vital Pada Gigi Sulung
dengan Bahan Ferric Sulphate, Glutaraladehyde, dan Formokresol
Berdasarkan studi in vivo yang diteliti dalam Journal of Oral Health and Dental
Management tentang evaluasi secara klinis dan radiologis penggunaan bahan pulpotomi gigi
molar sulung meliputi Ferric sulphate, glutaraldehyde, dan formokresol. Penelitian ini
dilakukan selama interval waktu 3 bulan sampai 12 bulan. Dari studi ini menggunakan 90
gigi molar sulung dari 54 anak yang berusia 3-9 tahun. Perawatan dengan ketiga bahan
tersebut didistribusi secara acak dan sama untuk semua anak dengan mengelompokkan
masing-masing bahan meliputi 30 anak (30 anak dengan bahan formocresol, 30 anak dengan
bahan glutaraldehyde dan 30 anak dengan bahan ferric sulphate. Data dari hasil evaluasi
dirangkum ke dalam tabel dan dianalisis secara statistik dengan chi-square test. Setelah 12
bulan penelitian rata-rata kesuksesan secara klinis adalah 100% dengan glutaraldehyde,
96,7% dengan ferric sulphate dan 86,7% dengan formocresol. Kesuksesan secara radiografi
pada kelompok formocresol, glutaraldehyde dan ferric sulphate adalah 56,7%, 83,3%, dan
63,3%.9

Penggunaan bahan formocresol sampai sekarang masih digunakan dalam perawatan


pulpotomi vital gigi sulung. Akan tetapi, bahan tersebut masih tidak efektif karena kurang
dalam efek biokompatibilitas yang masih menyimpan bahan berpotensial untuk merugikan
sistemik dan berefek lokal. Bahan ferric sulphate dapat digunakan sebagai alternatif dari
bahan formocresol. Apabila bahan ferric sulphate berkontak degan jaringan, maka akan
membentuk ion ferric kompleks dan protein aglutinasi yang secara mekanik mengambat
aliran darah kapiler di orofisi atau mengontrol hemoragik dan meminimalkan inflamasi serta
resorpsi internal. Pada kasus, glutaraldehyde tidak mudah mengalami resorpsi internal
diakibatkan oleh penetrasi dihambat oleh pembentukan ikatan dengan protein secara cepat
dan membentuk ikatan yang tidak mudah terurai atau berubah (fixative agent) dibanding
ferric sulfat yang ikatannya masih dapat terurai atau (non-fixative agent) sehingga lebih
mudah dalam mengalami resorpsi internal.9,10 Karena fiksasi dari bahan glutaraldehyde
unggul, medikamen ini kurang menembus ke dalam jaringan lunak, oleh karena itu dianggap
kurang toksik. Tidak ada perbedaan signifikan yang ditunjukkan antara formocresol,
glutaraldehid, dan Ferric sulfat sebagai medikamen perawatan pulpotomi. Namun, setelah
penerapan dari glutaraldehyde 2%, akan lebih menjanjikan dan direkomendasi menjadi bahan
8

alternatif yang lebih efektif dibandingkan formocresol dan ferric sulphate dalam bahan
medikamen perawatan pulpotomi vital gigi sulung.9
KESIMPULAN
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa bagian
koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi, kemudian memberikan
medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikular tetap vital. Pulpotomi
bertujuan untuk melindungi bagian akar pulpa, menghindari rasa sakit dan pembengkakan,
dan untuk mempertahankan gigi. Bahan yang dapat digunakan pada perawatan pulpotomi
antara lain formocresol, glutaraldehid, dan ferric sulfat. Penggunaan bahan formocresol
sampai sekarang masih digunakan dalam perawatan pulpotomi vital gigi sulung. Akan tetapi,
bahan tersebut masih tidak efektif karena kurang dalam efek biokompatibilitas yang masih
menyimpan bahan berpotensial bersifat toksik baik lokal maupun sistemik untuk merugikan
sistemik dan berefek lokal. Bahan ferric sulphate dapat digunakan sebagai alternatif dari
bahan formocresol. Keuntungan penggunaan ferric sulfat yaitu dapat mengontrol hemoragik
dan meminimalkan inflamasi serta resorpsi internal. Glutaraldehid memiliki keefektifan
bakterisidal yang lebih dibandingkan dengan formokresol dan tidak banyak merusak jaringan.
Secara keseluruhan tidak ada perbedaan signifikan yang ditunjukkan antara formocresol,
glutaraldehid, dan Ferric sulfat sebagai medikamen perawatan pulpotomi. Namun, setelah
penerapan dari glutaraldehyde 2%, akan lebih menjanjikan dan direkomendasi menjadi bahan
alternatif yang lebih efektif dibandingkan formocresol dan ferric sulphate dalam bahan
medikamen perawatan pulpotomi vital gigi sulung.

DAFTAR PUSTAKA
1. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. 8 th ed., St
Louis: CV Mosby Co., 2000: 406
2. Casas MJ, Kenny DJ, Judd PL, Johnston DH. Do we still need formocresol in
pediatric dentistry? J Can Dent Assoc 2005 Nov;71(10):749-51.
3. Clinical
practice
guidelines:
pulp
treatments
for

primary

teeth

<http://www.sadental.sa.gov.au/Portals/57ad7180-c5e7-49f5-b282c6475cdb7ee7/CG-Pul08-07-01.pdf> (07 Oktober 2013)


4. Glutaraldehyde. New jerse department of health and senior service. March 1997.
(jurnal)

5. Ingle, Bakland.endodontics. 5th edition. 1994.BC decker Inc. Printed in United State
of America
6. Fuks AB, Bimstein, Michaeli Y.Glutaraldehid as a pulp dressing after pulpotom in
primary teeth of baboon monkeys. Volume 8 no.1. 1986. The american academy of
pediatric dentistry. (jurnal)
7. Havale R, Anegundi RT, Indushekar KR, Sudha P. Clinical radiographic evaluation of
pulpotomies in primary molars with formocresol, glutaraldehyde and ferric sulphate.
OHDM Journal. Vol 12 no. 1, march 2013
8. Taqwim

A.

perawatan

pulpotomi

pada

gigi

sulung.

april

2011).

(http://dentosca.wordpress.com/2011/04/06/perawatan-pulpotomi-pada-gigi-sulung/).
(9 oktober 2013).
9. Havale R, Anegundi R T, Indushekar K R, Sudha P. Clinical and radiographic
evaluation of pulpotomies in primary molars with formocresol, glutaraldehyde and
ferric sulphate. Journal of oral health and dental management. India.Vol.12(1); 2013:
24-30
10. Ingle J I, Backland L K. Endodontics. Edisi 5. Canada: Elsevier. 2002: 884-887
11.

10

Anda mungkin juga menyukai