Oleh:
Fitria Yulistiawati
G 0003099
Pembimbing:
Dr. dr. Noer Rachma, SpRM
STATUS PASIEN
ANAMNESA
Identitas Pasien
Nama
Umur
: 60 tahun
Jenias Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat
Status
: Kawin
Tanggal Masuk
: 30 Oktober 2009
Tanggal Periksa
: 11 November 2009
No CM
: 978765
Keluhan Utama
Nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri perut hilang timbul di ulu hati sejak 2 hari SMRS.
Nyeri perut disertai mual dan muntah. Muntah berisi makanan yang dimakan,
tidak ditemukan darah. Berjumlah sekitar sampai gelas belimbing. Karena
sakit ini kemudian pasien dirawat di puskesmas Polokarto. Pasien mengeluh BAB
berwarna hitam seperti petis, lembek, lengket, dan berbau busuk. Pasien BAB 2
sampai 3 kali dalam sehari.
Empat hari SMRS pasien mengeluh kepala terasa sakit, berdenyut-denyut,
terus-menerus. Badan pasien juga terasa pegal-pegal. Pasien juga merasa
pinggang bagian belakangnya sering sakit hilang timbul sejak kurang lebih 10
tahun yang lalu. Kedua lutut pasien juga sering sakit bila dipakai jalan jauh.
Kedua kaki pasien sering kesemutan. Sakit pinggangnya terasa berkurang sampai
hilang bila pasien meminum obat flu yang pasien beli di warung. Jadi, sudah dari
sekitar 10 tahun yang lalu pasien mulai meminum obat warung tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma sebelumnya
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Mondok
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat Olahraga
: jarang
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang, compos mentis GCS E4V5M6, gizi kesan baik
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 68x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: 36,7 C
Kulit
Warna kuning, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider naevi (-),
striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-), berkeringat (+).
Kepala
Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam ,
tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (+/+), pupil
isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (+), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-).
Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP tidak meningkat, limfonodi tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)
Thorax
Retraksi (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
: statis: simetris
dinamis: pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Tympani
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Ektremitas
Oedem
Akral dingin
-
Status Psikiatri
Deskripsi Umum
Penampilan
Kesadaran
: Kuantitatif
: Compos mentis
Kualitatif
: tidak berubah
: Normoaktif
: Appropiate
Mood : normal
Gangguan Persepsi
Halusinasi
: (-)
Ilusi
: (-)
Proses Pikir
Bentuk : realistik
Isi
: waham (-)
Arus
: koheren
: baik
Orientasi
: orang
: baik
Waktu
: baik
Tempat
: baik
Daya Ingat
: Jangka pendek
: baik
Jangka pendek
: baik
Daya Nilai
Insight
: baik
Status Neurologis
Kesadaran
: GCS E4V5M6
Fungsi Luhur
: normal
Fungsi Vegetatif
: terpasang iv line
Fungsi Sensorik
- Rasa Eksteroseptik
Lengan
Tungkai
Suhu
(+/+)
(n / n )
Nyeri
(+/+)
(n / n )
Raba
(+/+)
n / n)
- Rasa Propioseptik
Lengan
Tungkai
Rasa getar
(+/+)
(n / n)
Rasa Posisi
(+/+)
(n / n)
(+/+)
(n / n)
(+/+)
(n / n)
(+/+)
(n / n)
- Rasa Kortikal
Stereognosis
: normal
Barognosis
: normal
Pengenalan 2 titik
: normal
Atas
TengahBawah
ka/ki
ka/ki
ka/ki
Lengan
Pertumbuhan
n/n
n/n
n/n
Tonus
n/n
n/n
n/n
Reflek Fisiologis
Reflek Biseps
+2/+2
Reflek Triseps
+2/+2
Reflek Patologis
Reflek Hoffman
-/-
Reflek Tromner
-/-
Atas
TengahBawah
ka/ki
ka/ki
ka/ki
Tungkai
Pertumbuhan
n/n
n/n
n /n
Tonus
n/n
n/ n
n /n
Klonus
Lutut
-/-
Kaki
-/-
Reflek Fisiologis
Reflek Patella
+2/+2
Reflek Achilles
+2/+2
Reflek Patologis
Reflek Babinsky
-/-
Reflek Chaddock
-/-
Reflek Oppenheim
-/-
Reflek Schaeffer
-/-
Reflek Rosolimo
-/-
Nervus Cranialis
Nervus I XI : dalam batas normal
Nervus XII
Kanan
Kiri
Atrofi lidah
(-)
(-)
Kekuatan
dbn
dbn
Posisi diam
di tengah
Posisi dijulurkan
di tengah
Problem Medis
Fisioterapi
2.
3.
Okupasi Terapi
4.
Sosiomedik
Tidak ada
5.
Ortesa-protesa :
6.
Psikologi
Tidak ada
:
:
PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP lunak 1700 kal
3. Infus Nacl 0,9% 20 tpm
4. Inj. Ceftriakson 2 gram/24 jam
5. Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
6. Sucraflat 2 x 500 mg
7. Omeprazole 1 x 20 mg
8. Metformin 3 x tab (850 mg)
9. Asam folat 3 x I
10. B complex 3 x I
Rehabilitasi Medik
Fisioterapi :
1. Immobilisasi
2. Metode untuk mengurangi beban sendi, meliputi :
3. Perbaikan abnormalitas postural
4. Terapi panas
5. Elektroterapi
Speech Terapi
: tidak dilakukan
Okupasi Terapi
: tidak dilakukan
Sosiomedik
: tidak dilakukan
Ortesa-protesa
Psikologi
tidak dilakukan
PLANNING
Planning Edukasi
TUJUAN
1. Mengurangi pegal dan nyeri
2. Memelihara dan menjaga luas gerak sendi
3. Memelihara kekuatan otot
4. Memperbaiki organ dan mengurangi kelemahan, ketidakmampuan, dan
rintangan yang dialami
5. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan
penderita /komplikasi
6. Pasien dapat menerima dan beradaptasi secara fisik, psikologi, dan fungsional
terhadap penyakit yang dideritanya.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia
Ad fungsionam
: dubia
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia
Menurut definisi anemia adalah pengurangan sel darah merah, kuantitas dan
volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian
anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan
patofisiologis yang diuraikan oleh anamnese dan pemerikasaan fisik yang teliti
serta didukung dengan pemeriksaan laboratorium. (7)
Pada anemia karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas. Manifestasi ini tergantung pada (1) kecepatan
timbulnya anemia, (2) umur individu, (3) mekanisme kompensasi, (4) tingkat
aktivitasnya, (5) keadaan penyakit yang mendasari, (6) parahnya anemia tersebut.
Anemia dapat diklasifikasikan menurut (1) morfologi sel darah merah dan indeksindeksnya, (2) etiologi.
Klasifikasi anemia menurut morfologi
Mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah sedangkan kromik
menunjukkan warnanya. Sudah dikenal tiga klasifikasi besar :
Anemia normositik normokromik
Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung
hemoglobin dalam jumlah yang normal (MCV dan MCHC normal atau normal
rendah) tetapi individu menderita anemia. Penyebabnya adalah kehilangan darah
yang skut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin,
gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit infiltratif metastatik pada
sumsum tulang.
Anemia makrositik normokromik
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi
merah menjadi tidak teratur. Sel darah merah yang terkena akan segera
dikeluarkan dari peredaran darah oleh limpa. Hiperslenisme dapat juga
menyebabkan hemolisis akibat penjeratan dan penghancuran sel darah merah.
Penurunan atau gangguan pembentukan sel (diseritropoeisis)
Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam
kategori ini. Yang termasuk dalam kategori ini adalah (1) keganasan yang tersebar
seperti kanker payudara, leukimia, dan multiple mieloma, obat dan zat kimia
toksik, dan penyinaran dengan radiasi. (2) penyakit-penyakit menahun yang
melibatkan ginjal dan hati, penyakit-penyakit infeksi dan defisiensi endokrin.
Kekurangan vitamin-vitamin penting seperti B12, asam folat, vitamin C dan besi,
dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga
menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan
pertimbangan morfologis dan etiologis.
Hipoalbuminemia
Albumin serum
Normal 3,5-5,5 g/dL
Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia ( 3,4-4,7
g/dL) dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Sekitar 40% dari
albumin terdapat dalam plasma dan 60% lainnya ditemukan dalam ruang
ekstraselular.(5) Hati menghasilkan sekitar 12 gram albumin perhari yang
merupakan sekitar 25% dari total sintesis protein hepatik dan separuh dari seluruh
protein yang disekresikan organ tersebut. Sintesis albumin mengalami penurunan
yang relatif dini pada keadaan malnutrisi protein. Albumin diperlukan untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid. Albumin bekerja secara osmotik untuk
membantu menahan volume intravaskular di dalam ruang vaskular. Penurunan
albumin serum (hipoalbuminemia) dapat menimbulkan terjadinya edema Karena
gerakan air keluar dari ruang vaskular dan masuk ke ruang interstitial. Edema
terlihat pada malnutrisi protein yang terjadi karena penurunan produksi albumin.
Fungsi albumin yang penting lainnya adalah untuk mengikat berbagai macam
ligand seperti asam lemak bebas, kalsium, hormon steroid tertentu, bilirubin, dan
sebagian triptofan plasma. Disamping itu albumin memainkan peranan yang
penting dalam transportasi tembaga di dalam tubuh manusia.
Faktor-faktor yang dapat menurunkan albumin serum :
penurunan masukan protein : contoh malnutrisi protein
penurunan sintesis hepatik : contoh sirrosis
kehilangan urin abnormal : contoh sindrom nefrotik
Pengurangan konsentrasi albumin didapat pada berkurangnya sintesis
albumin oleh hati dan pada eksresi albumin yang berlebihan oleh ginjal. Hal ini
terjadi jika dinding-dinding kapiler terlalu mudah dapat ditembus oleh albumin
yang beralih ke dalam cairan interstitial. Terjadi jika perombakan metabolik
meningkat dan didapat juga pada kombinasi keadaan-keadaan abnormal yang
rumit. Pada dehidrasi, peningkatan kadar albumin tidak ditemukan.
Spondilosis Lumbalis
Definisi
Spondilosis (spinal osteoarthritis) adalah suatu gangguan degeneratif yang
dapat menyebabkan hilanganya struktur dan fungsi normal tulang belakang.
Meskipun penuaan adalah penyebab utama, lokasi dan tingkat degenerasi
merupakan individual.(12) Proses degeneratif dapat mengenai daerah cervical,
thoracal, dan/atau
lumbal
kaku-kaku;
suatu
penebalan/pengerasan
tulang
dibawah
lempeng
usia 40 tahun. Nyeri dan kekakuan badan merupakan keluhan utama. Biasanya
mengenai lebih dari 1 vertebra. Vertebra lumbalis menopang sebagian besar berat
badan. Gerakan merangsang serabut nyeri pada anulus fibrosus dan facet joints.
Pergerakan berulang seperti mengangkat dan membungkuk (termasuk persalinan)
dapat meningkatkan nyeri.
Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menyeluruh mengungkapkan banyak tentang kesehatan
dan keadaan umum pasien. Pemeriksaan termasuk ulasan terhadap riwayat medis
dan keluarga pasien. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain:
a) Palpasi untuk menentukan kelainan tulang belakang : adanya daerah yang
nyeri tekan dan spasme otot.
b) Range of Motion : mengukur sampai sejauh mana pasien dapat melakukan
gerakan fleksi, ekstensi, miring ke lateral, dan rotasi tulang belakang.
c) Pemeriksaan neurologis
Dengan memeriksa gejala-gejala termasuk nyeri, kebas, parestesi, sensasi,
dan motoris, spasme otot, kelemahan, dan gangguan perut dan kandung kemih.
Perhatian khusus terutama pada ekstremitas. Pemeriksaan CT Scan atau MRI
mungkin diperlukan jika terdapat bukti disfungsi neurologis.
2. Pemeriksaan laboratorium
Hitung darah lengkap dan urinalisis seringkali dilakukan.
3. Pencitraan
Radiografi (x-rays) menunjukkan berkurangnya tebal diskus vertebralis
dan adanya osteofit, namun tidak sejelas CT Scan atau MRI. CT Scan dapat
digunakan untuk mengungkap adanya perubahan tulang yang berhubungan
dengan spondilosis. Pada MRI dapat terlihat adanya kelainan diskus, ligamen, dan
nervus.
Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif telah berhasil dilakukan pada 75% kasus.
3. Cacat tulang.
Pada beberapa kasus, orang yang terlahir dengan kelainan sendi tulang
akan lebih besar kemungkinannya mengalami osteoartritis.
4. Cidera sendi
Cidera yang terjadi karena aktivitas, seperti olah raga atau kegiatan lain
juga meningkatkan risiko terkena osteoartritis.
5. Obesitas.
Membawa beban lebih berat dari berat tubuh, akan membuat engsel
sambungan tulang bekerja lebih berat dan ditengarai memberi andil terjadinya
osteoartritis.
6. Penyakit lain.
Rematik juga dianggap memberi kontribusi pada timbulnya osteoartritis.
Pemeriksaan
Pemeriksaan dapat berupa:
a. Sinar-X.
Gambar sinar X pada sendi akan menunjukkan perubahan yang terjadi
pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
b. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
c. Analisa cairan sendi.
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada sendi untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
d. Pengamatan dengan kamera (artroskopi).
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan sendi
tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
Komplikasi
Penurunan fungsi tulang ini akan berlanjut terus, beberapa penderita
bahkan mengalami penurunan fungsi yang cukup signifikan, bahkan penderita
akan berujung pada kehilangan kemampuan berdiri atau berjalan.
Krim dan gel yang dijual dipasaran dapat menghilangkan nyeri sementara.
g. Sepatu penyangga.
Pertimbangkanlah untuk menggunakan sepatu penyangga, yang mampu
mengurangi nyeri dan menambah mobilitas.
Osteoartritis Akut
a. Obat penghilang nyeri.
Obat semacam codein dan propoksifen dapat mengurangi nyeri pada osteoartritis
akut. Konsultasi ke dokter akan efek samping yang mungkin akan timbul.
b. Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada sendi yang mempu mengurangi
nyeri/ngilu.
c. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri
pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan pada osteoartritis pada lutut.
Operasi
1. Penggantian sendi (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik
atau metal yang disebut prostesis.
2. Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan
mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
3. Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar
sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.
Pencegahan
Untuk mencegah osteoartritis, lakukan hal-hal berikut:
- Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan.
- Minum obat yang direkomendasikan dokter.
- Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk
mengurangi bahaya.
- Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang.
- Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh sambungan
tulang.
- Pilih sepatu yang tepat.
- Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.
- Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan
hipnosis.
Diabetes Melitus
Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang ditandai oleh
tingginya kadar plasma glukosa (hiperglikemia) yang disebabkan oleh gangguan
sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya.
DM ada 2 jenis atas dasar waktu dimulainya penyakit, yaitu :
1. Tipe-1, Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau jenis remaja
Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel-sel beta pancreas, sehingga tidak
memproduksi insulin dan akibatnya sel tidak bisa menyerap glukosa dari darah.
Kadar glukosa darah meningkat sehingga glukosa berlebih dikeluarkan lewat urin.
Tipe ini banyak terjadi pada usia 30 tahun dan paling sering dimulai pada usia 10
13 tahun.
2. Tipe-2, Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau jenis dewasa
Tipe ini tidak tergantung dari insulin, lazimnya terjadi pada usia diatas 40
tahun dengan insidensi lebih besar pada orang gemuk dan usia lanjut.
Penyebab
Kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa
sebagai sumber energi dan mensintesa lemak.
Tipe-1 penyebabnya belum begitu jelas dapat disebabkan oleh infeksi virus yang
menimbulkan reaksi auto-imun berlebih untuk menanggulangi virus, selain itu
faktor keturunan memegang peran.
Tipe-2 disebabkan oleh menurunnya fungsi sel-sel beta serta penumpukan amiloid
disekitar sel beta. Insufisiensi fungsi insulin yang disebabkan oleh gangguan atau
defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar pankreas, atau
disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
Gambaran Klinis
a. Penderita sering mengeluh lemah, kadang-kadang terasa kesemutan atau rasa
baal serta gatal yang kronik.
b. Penderita pada umumnya mengalami poliuria (banyak berkemih) polidipsia
(banyak minum) dan polifagia (banyak makan).
c. Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.
d. Selain itu penderita akan merasa sangat haus, kehilangan energi, rasa lemas dan
cepat lelah.
e. Pada keadaan lanjut mungkin terjadi penurunan ketajaman penglihatan.
Diagnosis
Berdasarkan gejala diabetes dengan 3P (polifagia, poliuria, polidipsia). Diagnosis
dapat dipastikan dengan Penentuan Kadar Gula Darah.
a. Bila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl
b. Glukosa darah puasa 126 mg/dl
c. pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) didapatkan hasil pemeriksaan kadar
gula darah 2 jam 200 mg/dl sesudah pemberian glukosa 75 gram.
Penatalaksanaan
a. Tindakan umum yang dilakukan bagi penderita diabetes antara lain; diet dengan
pembatasan kalori, gerak badan bila terjadi resistensi insulin gerak badan secara
teratur
dapat
menguranginya,
berhenti
merokok
karena
nikotin
dapat
- Klorpropamid mulai dengan 0,1 gr/hari dalam sekali pemberian, maksimal 0,5
mg/hari
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007.
Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian. 2007. Hal:78
Harison. Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13 Volume IV. EGC Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta. 2000. 1633 1638
Simadibrata, 1999. Pedoman Diagnostik dan Terapi dibidang Ilmu Penyakit
Dalam, Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. 1999. Hal:45-68.