Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL

EMULSI

Kelompok : 4B
Sugiatno 12010080
Taufik Prabowo 12010083
Whisnu Eka Dharmawan 12010090
Yadis Nurlaura 12010091
Tanggal praktikum: Rabu,18 maret 2015
Dosen: Drs. Pramono abdullah, Apt.

LABORATORIUM FARMASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2015
I.

Tujuan percobaan

Mengamati pengaruh perbedaan konsentrasi emulgator terhadap karakteristik fisik


II.

dan stabilitas sediaan emulsi.


Dasar Teori
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair
dengan medium

pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas.Emulsi

merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya
terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir
kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir butir ini bergabung
( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang
dibantu oleh zat pengemulsi (emulgator) yang merupakan komponen yang paling
penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi (emulgator)
merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil.Zat
pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi
buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak
lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur.
Terdapat 2 tipe emulsi yaitu sebagai berikut :
1. Emulsi A/M yaitu butiran butiran air terdispersi dalam minyak
Pada emulsi ini butiran butiran air yang hidrofilik stabil dalam minyak yang
hidrofobik.
2. Emulsi M/A yaitu butiran butiran minyak terdispersi dalam air
Minyak yang hidrofobik stabil dalam air yang hidrofilik
II.2 KESTABILAN EMULSI
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air,
dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem
dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di
sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan
sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang
sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang
sangat singkat. Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1

Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini

menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap.


Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda
elektrik yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid.
Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut :

a. Tegangan antarmuka rendah


b. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka

c. Tolakkan listrik double layer


d. Relatifitas phase pendispersi kecil
e. Viskositas tinggi.
Monografi Bahan
Zat aktif

Oleum ricini
(minyak jarak)

Bentuk/pemerian

Kelarutan

Dosis

Khasiat/

lazim

kegunaa
n
Pencahar

Cairan

kental, Larut

dalam

5 20

transparan,

kuning etanol;

dapat

ml

pucat atau hampir bercampur


tidak berwarna; bau dengan
dan

(sehari)

rasa khas.

rapat

dan hindarkan

etanol

tengik; asam

Dalam wadah
tertutup
dari

lemah bebas dari bau mutlak, dengan


asing

Penyimpanan

panas

berlebih.

asetat

glasial, dengan
kloroform dan

Pulvis Gummi
Acacia (serbuk
gom
akasia/serbuk
gom arab)

dengan eter.
Serbuk, putih atau Larut hampir putih

kekuningan; sempurna

tidak berbau.

or

dalam air, tetapi


sangat lambat,
meninggalkan
sisa

bagian

tanaman dalam
jumlah

sangat

sedikit,

dan

memberikan
cairan

seperti

musilago, tidak
berwarna

atau

kekuningan,
kental, lengket,
transparan,
bersifat

Emulgat

asam

lemah terhadap

Dalam wadah
tertutup baik.

kertas

lakmus

biru;

praktis

tidak

larut

dalam
Paraffinum
Liquidum
(Parafin Cair)

dan dalam eter


tembus Tidak
larut -

Hablur
cahaya

etanol

atau

Dalam wadah

agak dalam air dan

tertutup

tidak dalam

etanol;

dan

berwarna atau putih; mudah

larut

buram;

rapat
cegah

pemaparan

tidak berbau; tidak dalam

terhadap panas

berasa;

berlebih.

agak kloroform,

berminyak.

dalam

eter,

dalam

minyak

menguap,
dalam

hampir

semua

jenis

minyak

lemak

hangat;

sukar

larut

dalam

etanol mutlak
III.

IV.

Alat dan bahan


Alat
- Gelas ukur
- Beker glass
- Batang pengaduk
- Spatel logam
Bahan
- Na.cmc
- Gom arab
- Aqua dest

- neraca analitik
- pipet tetes
- gelas ukur
- tissue

Formulasi
Untuk formula atau formulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah 3 jenis

formulasi yang dilakukan oleh 4 kelompok yang berbeda yaitu sebagai berikut :
1. Emulsi kelompok B1
Hidrasi lambat
R/ oleum ricini

20%

Cmc-Na

3%

Propilenglikol

15%

Aqua ad.

100ml

Hidrasi cepat

R/ paraffin liquidum

20%

Gom arab

5%

Propilenglikol

15%

Aqua ad.

100ml

2. Emulsi kelompok B2
Hidrasi lambat
R/ oleum ricini

20%

Cmc-Na

3%

Propilenglikol

15%

Aqua ad.

100ml

Hidrasi cepat

R/ paraffin liquidum

20%

Gom arab

3,5%

Propilenglikol

15%

Aqua ad.

100ml

3. Emulsi kelompok B3
Hidrasi lambat
R/ oleum ricini

20%

Cmc-Na

2%

Propilenglikol

15%

Aqua ad.

100ml

Hidrasi cepat

R/ paraffin liquidum
Gom arab

20%
5%

Propilenglikol

15%

Aqua ad.

100ml

4.

Emulsi Kelompok B4

Hidrasi lambat
R/ oleum ricini
Gliserin
Cmc -Na
Air ad.

20%
15%
5%
100 ml

Hidrasi cepat

R/ gliserin

20%

Gom arab

3,5%

Gliserin

15%

Aqua ad.

100ml

Cara pembuatan :
1. Metode hidrasi lamat
Kembangkan cmc dalam air sesuai cara pengembanganya masing-masing

didalam mortar
Tambahka parafin liquidum sedikit demi sedikit, aduk dengan pengadukan

searah dengan konstan


Tambahkan air sedikit demi sedikit dengan pengadukan searah dengan cepat

hingga volume mendekati volume yang dikehendaki


Pindahkan ke dalam wadah, tambahkan air hingga volume yang dikehendaki

kocok dengan alat homogenizer dengan kecepatan sedang selama 5 menit


2. Metode hidrasi cepat (4:2:1)
Didalam mortar masukkan 4 bagian oleum ricini, tambahkan 1 bagian pga
aduk hingga homogen, tambahkkan 2 bagian air sambil diaduk dengan cepat

hingga terbentuk korpus emulsi


Tambahkan sedikit pewarna dan air sampai 100 ml
Lanjutkan pengadukan dengan mixer pada kecepatan sedang salam 5 menit

V.

Perhitungan
1. Oleum ricini 20 %

20
X 100 =20 gram
100

2. gliserin 15 %

15
X 100 =15 ml
100

3. gom arab

3,5
X 100 =3,5 gram
100
5
x 100=5 gram
1 00

4. cmc-Na

Pengam
Organo

Pemisahan
Kel

B1

B2

B3

Fase Minyak

Emulgat
or

Parafin
liquidum

Gom 5%

Ol. Ricini

CMC 3%

Paraffin
liquidum

Gom
3,5%

Ol. Ricini

CMC 3%

Parafin
liquidum

Gom 5%

Ol. Ricini

CMC 2%

Parafin
liquidum

Gom
3,5%

Ol. Ricini

CMC 5%

B4

Grafik

Hari 1
Fase
Fase A
M
Tidak terjadi
pemisahan
Tidak terjadi
pemisahan
Tidak terjadi
pemisahan
Tidak terjadi
pemisahan
Tidak terjadi
pemisahan
Tidak terjadi
pemisahan
23 ml

77 ml

Tidak terjadi
pemisahan

Hari 3
Fase
Fase A
M
25 ml

60 ml

Tidak terjadi
pemisahan
-

Tidak terjadi
pemisahan
25 ml

53 ml

Tidak terjadi
pemisahan
18 ml

82 ml

Tidak terjadi
pemisahan

Hari 7
Fase
Fase M
A
25 ml

60 ml

Tidak terjadi
pemisahan
20 ml

50 ml

Tidak terjadi
pemisahan
25 ml

53 ml

Tidak terjadi
pemisahan
15 ml

85 ml

Tidak terjadi
pemisahan

Dap
teremul
Mud
ditua
Dap
teremul
Tidak d
ditua
Dap
teremul
Mud
ditua
Dap
teremul

Mud
ditua

90
80
70
60
50

Volume B1

40

Volume B3

30
20
10
0
1

Parafin +gom arab 5%


80
70
60
50
Volume B2

40

Volume B4

30
20
10
0
1

Parafin + gom arab 3,5 %


VI.

Pembahasan
Pada praktikum non steril kali ini kami melakukan pembuatan emulsi dengan
zat aktif minyak ricini dan prafin liquidum. Untuk pembuatan emulsi kali ini
dilakukan dengan 4 jenis formulasi dengan variasi pembandingnya adalah jumlah
PGA, Propilen glikol dan gliserin yang digunakan yaitu 3,5% dan 5%, untuk
kelompok kami formulasi lengkapnya adalah sebagai berikut oleum ricini 20 %, PGA
3,5 %, gliserin 15 %, pewarna secukupnya dan aquadest sampai 100 ml. Setelah

semua bahan diambil dan dibuat corpus emulsi dengan PGA dan air hasilnya
diperoleh corpus antara PGA dan air, dan baru ditambahkan oleum ricini (sebagai fase
minyak serta zat aktif utama). Untuk pembuatan emulsi pada percobaan kali ini
dilakukan dengan dua metode yaitu metode hidratasi lambat dan metode hidratasi
cepat ( 4 : 2 : 1 ).
Pada pembuatan emulsi dengan metode hidratasi lambat Mula mula dibuat
corpus emulsi dengan melarutkan CMC - Na dengan 5 ml air aduk cepat dan konstan
sehingga membentuk korpus dan didiamkan beberapa 15 menit lalu ditambahkan
oleum ricini 20 ml sedikit demi sedikit aduk hingga homogen Selanjutnya
dimasukkan gliserin sebagai pengatur viskositas atau kekentalan larutan, selanjutnya
ditambahkan pewarna, flavor dan aqua dest sampai volume 100 ml. Pengadukan harus
dilakukan cepat dan konstan dengan tekanan yang cukup tetapi tidak terlalu tinggi
karena dengan semua hal tersebut akan mempengaruhi proses terbentuknya emulsi
yang stabil. untuk pembuatan korpus ini terjadi kekentalan disebabkan air yang
dituangkan terlalu banyak sehingga membuat CMC Na jadi kental dan hasil sediaan
emulsi kurang baik. Untuk pembuatan emulsi dengan hidratasi cepat ( 4 : 2 : 1 ),
dimasukkan terlebih dahulu 4 bagian minyak ( oleum ricini), 1 bagian PGA aduk
hingga homogen lalu tambahkan 2 bagian air aduk cepat dan konstan sehingga
membentuk korpus emulsi. Selanjutnya dimasukkan gliserin sebagai pengatur
viskositas atau kekentalan larutan, selanjutnya ditambahkan pewarna, flavor dan aqua
dest sampai volume 100 ml. Namun pada pembuatan korpus terlihat terjadi pemisahan
antara fase air dan fase minyak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya
bahan untuk emulgator ( gom arab/PGA ) yang kurang baik sehingga pada
VII.

pengamatan hari ke 7 menyebabkan korpus kurang bagus dan menjadi warna kuning.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan adalah
sebagai berikut :
- Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase
cair dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun
gas.Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang
satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.

VIII.

Saran

IX.

Daftar Pustaka
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi ke

empat. Jakarta : UI-Press.


Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.


Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IIIa. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai