jenis dan varietas sayuran mempunyai warna, rasa, aroma dan kekerasan yang
berbeda-beda sehingga sebagai bahan pangan sayuran dapat menambah variasi
makanan. Ditinjau dari segi nilai gizinya, sayuran mempunyai arti penting sebagai
sumber mineral dan vitamin yang antara lain vitamin A dan C (Muchtadi, 2013).
Contoh dari beberapa sayur-sayuran yang dapat dilihat sehari-hari
misalnya kubis, wortel,kentang, buncis, daun sawi, petsai, kangkung, bayam,
lobak, kacang merah dan sebagainya. Beberapa macam bumbu-bumbuan seperti
cabe, bawang, kunyit, sereh, daun salam, jahe, laos dan sebagainya juga biasa
dimasukkan dalam golongan sayuran (Muchtadi, 2013).
Struktur sayur-sayuran dibagi menjadi system jaringan: system jaringan
kulit atau selubung pelindung luar, sistem dasar atau fundamental dan sistem
pembuluh (Muchtadi, 2013).
Buah adalah bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang sari. Pada
umumnya bagian tanaman ini merupakan tempat biji. Dalam pengertian seharihari, buah diartikan sebagai semua produk yang dikonsumsi sebagai pencuci
mulut (desserts), misalnya mangga, papaya, pisang dan sebagainya (Muchtadi,
2013).
Buah-buahan merupakan salah satu sumber bahan pangan yang potensial
dan banyak mengandung zat gizi terutama vitamin. Selain sebagai sumber
vitamin, buah-buahan juga mengandung mineral dan pada jenis buah-buahan
tertentu juga menghasilkan cukup banyak energi. Sayuran merupakan salah satu
sumber daya yang banyak terdapat di sekitar, mudah diperoleh dan berharga,
relatif murah serta merupakan sumber vitamin dan mineral. Buah dan sayuran
adalah jenis makanan yang memeiliki kandungan gizi, vitamin dan mineral yang
pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari (Tinabunan, 2013).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan pengamatan sifat fisik buah dan sayur adalah untuk
mengetahui tingkat kematangan buah dan sayur yang dapat dilihat dari sifat fisik
buah dan sayur.
Tujuan dari percobaan pengamatan edible portion adalah untuk mengetahui
berat bagian dari buah dan sayuran yang dapat dimakan.
Tujuan dari percobaan pegamatan sifat kimia buah dan sayur adalah untuk
mengetahui sifat kimia buah dan sayuran pada tingkat kematangan tertentu.
Tujuan dari percobaan pengamatan kecukupan blansir adalah untuk
menginaktifkan
enzim
melunakkan/melayukan
sebagai
bahan,
penghambat
memperbaiki
terjadinya
polatibilitas
pencoklatan,
serta
untuk
adalah
untuk
Prinsip dari percobaan pengamatan sifat kimia buah dan sayur adalah
berdasarkan perubahan yang terjadi selama pematangan baik warna, kadar
kepadatan, pH dan kekerasan.
Prinsip dari percobaan pengamatan kecukupan blansir adalah berdasarkan
proses pemanasan yang dapat dilakukan dengan air panas dan uap panas.
Prinsip dari percobaan pengamatan pengupasan buah dan sayur adalah
berdasarkan pada pengupasan buah dan sayur dengan berbagai metode yaitu
dengan tangan, uap, air mendidih dan larutan alkali.
Prinsip dari percobaan pengamatan perlakuan pendahuluan sebelum
pengolahan adalah berdasarkan pada inaktifasi enzim polifenolase yang dapat
mengakibatkan pencoklatan dengan cara blansir, perendaman dengan larutan
Na2HSO3, garam dapur, H2O2 dan vitamin C.
Prinsip dari percobaan pengaruh etilen terhadap pematangan buah adalah
berdasarkan pembentukan senyawa etilen yang dihasilkan oleh jaringan tanaman.
Prinsip dari percobaan pelilinan buah dan sayur adalah berdasarkan pada
proses penghambatan respirasi dengan cara menutupi pori-pori buah dan sayur
dengan lapisan lilin sehingga terlindungi dari kontaminan.
II METODOLOGI PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan-bahan yang digunakan, (2) Alatalat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan.
2.1 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan sifat fisik buah dan sayur
adalah tomat merah.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan edible portion adalah
tomat merah.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan sifat kimia buah dan sayur
adalah tomat merah.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan kecukupan blansir adalah
air dan labu siam.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan pengupasan buah dan
sayur adalah air, larutan alkali, indikator PP dan wortel.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan perlakuan pendahuluan
sebelum pengolahan adalah air, terong ungu, larutan vitamin C 0,5%, asam sitrat
0,5%, garam dapur 0,5%, Na2HSO3 2000 ppm dan H2O2 2%.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pengaruh etilen terhadap pematangan
buah adalah pisang dan karbit.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pelilinan buah dan sayur adalah air,
parafin cair dan cabai merah.
2.2 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan sifat fisik buah dan sayur
adalah timbangan, jangka sorong dan penetrometer.
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan edible portion adalah
timbangan dan pisau.
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan sifat kimia buah dan sayur
adalah lumpang alu, indikator universal, refraktometer, pipet dan thermometer.
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan kecukupan blansir adalah kain
waring, panci, kompor, thermometer, pisau dan jangka sorong.
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan pengupasan buah dan sayur
adalah pisau, gelas kimia, stopwatch, bunsen dan kawat kasa.
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan perlakuan pendahuluan
sebelum pengolahan adalah gelas kimia, bunsen, kawat kasa, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pisau dan pipet.
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan pengaruh etilen terhadap
pematangan buah adalah toples dan timbangan
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan pelilinan buah dan sayur
adalah toples, baskom dan sendok.
Aroma
Rasa
Warna
Kekerasan
Subjektif
Ukuran
Berat
Bentuk
Objektif
Hardness
sampel yang sebenarnya, setelah itu terbaca skala pada alat hardness yang menjadi
nilai kekerasan sampel tersebut.
2.
Edible Portion.
Bahan
Pengupasan
Kulit
Penimbangan
Daging Buah
Keasaman
Buah
Penimbangan
Air (1:1)
Penghancuran
Pembacaan 1 kali
Pengukuran pH
Buah
Penghancuran
Penyaringan
Ampas
Filtrat
Refraktometer (% Padatan Terlarut)
Interpolasi :
(C - A)
A BX = B+ (D - A) ((E - B)
C X
D
% Padatan Terlarut = X + C
Gambar 4. Pengamatan Sifat Kimia Buah dan Sayur pada Padatan Terlarut
Prosedur pengamatan sifat kimia padatan terlarut adalah buah atau sampel
dihancurkan, seletah itu dilakuakan penyaringan dengan kertas saring untuk
memisahkan antara filtrat dan ampas, selelah terpisah filtrat diuji dengan
menggunakan alat refraktometer, skala yang ditunjukan oleh refraktometer
menjadi niali C yang dibutuhkan untuk mendapatkan persentase brix.
4. Pengamatan Kecukupan Blansir pada Buah dan Sayur
Buah
Pengupasan
1x1x1 cm3
3
Potong 2x2x2 cm
3x3x3cm3
Blansir
T = 700C , 800C , 900C
air
t = 1 ; 5 ; 10 menit
Uap air
Penirisan dan Pendinginan
Amati : warna, tekstur, flavour, dan aroma
Gambar 5. Pengamatan Kecukupan Blansir pada Buah dan Sayur
Prosedur pengamatan kecukupan blansir adalah buah atau sampel dikupas
dengan menggunakan pisau, setelah itu potong dengan ukuran 1x1x1, 2x2x2, dan
3x3x3 masing-masing 6 potong, kemudian lakukan blansir dengan dialaskan
laring. Blansir ini dilakukan 2 cara, yakni dengan menggunakan air dan uap
dengan suhu 70oC, 80oC, dan 90oC selama 1 meniit, 3 menit, 5 menit, dan 10
menit. Setelah itu tirinskan dan dinginkan dan amati warna tekstur, flavour, dan
aroma dari sampel yang telah diblansir.
5.
t = 5
Tiriskan t = 1-3
Kupas dengan air mengalir
Amati tekstur, warna, aroma dan hitung waktu
Gambar 7. Pengamatan Pengupasan Buah dan Sayur dengan Air Mendidih
Prosedur pengamatan pengupasan buah dan sayur dengan air mendidih
adalah siapkan gelas kimia yang teah diberi air secukupnya sesuai ukuran sampel,
setelah itu panaskan diatas bunsen hingga mencapai letupan pertama, setelah
letupan pertama masukan sampel dan panaskan selama 5 menit, setelah 5 menit
tiriskan selama 1-3 menit, setelah itu kupas di air mengalir dengan tangan, tidak
lupa hitung waktu hingga sampel selesai dikupas.
c.
d.
Tiriskan
Kupas di air mengalir sampai residu alkali hilang + PP 1% sampai
berwarna merah (mengandung alkali) dan pengupasan
6.
a.
Blansir
Bahan
Air Mendidih
t = 5
Amati
Aroma
Bandingkan dengan yang dikukus t = 3-5
Gambar 10. Pengamatan Perlakuan Pendahuluan Blansir Sebelum Pengolahan
Prosedur pengamtan perlakukan pendahuluan dengan blansir adalah sampel
disiapkan dan dimasukan kedalam air mendidih selama 5 menit dan ada yang
digantung di atas air mendidih untuk blansir dengan uap, setelah itu amati warna,
aroma, tekstur.
b.
Na2HSO3
2000 ppm
H2O2 2%
Vitamin C
0,5% + Asam
Sitrat 0,5 %
(1:1)
Larutan
Garam 0,5
%+
As.Sitrat
0,5 % (1:1)
7.
Tempat Terbuka
Wadah Tertutup
Wadah Tertutup
Wadah
Tertutup
+ Bahan Masak
+ Gas Karbit
Amati : Warna, Kekerasan, Kadar Padatan terlarut dengan pH pada hari ke-0,
ke-2, dan ke-4.
Gambar 12. Pengaruh Etilen Terhadap Pematangan Buah
Prosedur pengamatan pengaruh etilen terhadap pematangan buah adalah
bahan ditimbang dan diamati warna, aroma dan teksturnya. Setelah itu dimasukan
kedalam keempat wadah yang telah disiapkan. Lakukan pengamatan pada hari ke2 dan ke-4. Pada pengamatan hari ke-4 dilakukan perhitungan padatan terlarut dan
diukur pHnya.
8.
Pencucian
Pelilinan
Air Kotor
t = 30 detik
Pengeringan
Amati : berat, warna, aroma, padatan terlarut dan pH pada hari ke-0, ke-2 dan
ke-4
Gambar 13. Pelilinan Buah dan Sayur
Prosedur pengamatan pelilinan buah dan sayur adalah bahan dicuci dengan
air bersih atau alcohol kemudian dicelupkan ke dalam parafin cair untuk proses
pelilinan selama 30 detik, kemudian bahan dikeringkan dan diamati berat, warna
serta aromanya. Pada pengamatan ke-4 dilakukan perhitungan padatan terlarut dan
diukur pHnya.
Keterangan
Hasil
Sampel
Tomat merah
Aroma
Khas tomat
Warna
Orange
Bentuk
Oval
Panjang
4,38 cm
Diameter
4,895 cm
Subjektif
Agak keras
Objektif
2,8x105 Pa
Ukuran
Kekerasan
Berat
39,8 gram
Rasa
Asam
Hasil
Sampel
Tomat merah
Berat Utuh
39,8 gram
39,0 gram
39,0 gram
Edible Portion
97,99%
Hasil
Sampel
Tomat merah
pH
% Padatan Terlarut
3,3258%
Warna
Tekstur
Flavor
t
70
80
90
70
80
90
70
80
90
+++
++
++
++
++
+++
+++
++++
++
++
10
++
+++
+++
++
++++
+++
++
++
+++
+++
++
++
++
+++
++
+++
10
++
++++
++++
+++
++
++
++++
++
++
+++
++
++
++++
++
10
++
+++
+++
++
++
++++
++
Air
Ukuran
(cm3)
Warna
Tekstur
Flavor
t
70
80
90
70
80
90
70
80
90
++
++
++
++
++
++
10
+++
++
++
+++
+++
+++
+++
++
+++
++
++
++
++
++
10
++
++
++
++
++
++
++
+++
++
++
++
++
++
+++
10
++
++
+++
++
++
+++
DT
+++
56 detik
AM
DU
W
Orange
Wortel
Keras
2 menit
kusam
Orange
Wortel
Agak
11 detik
2 menit
pucat
Orange
matang
Wortel
lunak
Agak
25 detik
tua
matang
Wortel
lunak
matang
Lunak
++
+
Orange
LA
++++
10 detik
cerah
menyengat
Sumber : Kelompok H, Meja 3, (2014)
Keterangan: DT : Dengan Tangan
t : Waktu
AM: Air Mendidih
W: Warna
DU: Dengan Uap
A : Aroma
LA: Larutan Alkali
T : Tekstur
H : Hasil Pengupasan ++++ :cepat sekali
+++ : cepat
++ : agak cepat
+ : kurang cepat
Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan pengamatan perlakuan blansir
pada buah dan sayur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Hasil Pengamatan Perlakuan Blansir Pada Buah dan Sayur
Sampel: Terong Ungu
Keterangan
Direbus
Dikukus
Warna
Lebih hitam
Aroma
Lebih hitam
Kurang harum
Tekstur
Lebih lunak
Agak lunak
Warna
Putih kekuningan
Putih
Putih segar
Putih segar
Vitamin C 0,5%
H2O2 2%
Sumber : Kelompok H, Meja 3, (2014)
Kuning
Putih pucat
Hari ke-3
Hijau
Khas pisang
Hari ke-4
Hijau kekuningan
Khas pisang
matang
Agak lunak
117,8 gram
matang
Lunak
113,2 gram
Hari ke-3
Hijau
Hari ke-4
Hijau kecoklatan
Aroma
Khas pisang
mentah
Khas pisang
masak
Khas pisang
matang
Tekstur
Keras
Lunak
Berat
146,8 gram
144,7 gram
144,0 gram
Hari ke-3
Coklat berbulu
Hari ke-4
Hijau kecoklatan
Khas pisang
matang + bau
Lembek
129,6 gram
asam
Lunak
128,8 gram
pH
Padatan Terlarut
5
7,394%
Aroma
Tekstur
Berat
pH
mentah
Keras
131,2 gram
5
Hari ke-3
Hijau
Hari ke-4
Hijau kekuningan
Aroma
Khas pisang
mentah
Khas pisang +
karbit
Khas pisang
matang
Tekstur
Keras
Agak lunak
Lunak
Berat
120,9 gram
119,4 gram
118,8 gram
pH
Padatan Terlarut
5
10,861%
Hari ke-3
Merah cerah
Khas cabai
Lembek
11,9 gram
Hari ke-4
Merah tua
Tanpa aroma
Agak lunak
10,4 gram
Hari ke-3
Hari ke-4
Merah cerah
Merah tua
Khas cabai
Cabai busuk
Khas cabai
Tegar
Tegar
Tegar
15,9 gram
15,5 gram
15,4 gram
pH
Padatan Terlarut
5
6,355%
suhu kamar diperoleh padatan terlarut 6,933%, pada wadah tertutup diperoleh
padatan terlarut 7,394%, pada wadah tertutup + pisang masak diperoleh padatan
terlarut 7,354%, serta pada wadah tertutup + karbot diperoleh padatan terlarut
sebesar 10,861%.
Berdasarkan hasil pengamatan pelilinan buah dan sayur pada sampel cabai
merah didapatkan pH sampel sebesar 5, dan pada wadah terbuka + suhu kamar
diperoleh padatan terlarut 3,005% serta pada wadah tertutup diperoleh padatan
terlarut sebesar 6,355%.
Sayuran adalah tanaman hortikultura yang umumnya mempunyai umur
relatif pendek (kurang dari setahun) dan merupakan tanaman musiman. Setiap
jenis dan varietas sayuran mempunyai warna, rasa, aroma dan kekerasan yang
berbeda-beda sehingga sebagai bahan pangan sayuran dapat menambah variasi
makanan. Ditinjau dari segi nilai gizinya, sayuran mempunyai arti penting sebagai
sumber mineral dan vitamin yang antara lain vitamin A dan C (Muchtadi, 2013).
Contoh dari beberapa sayur-sayuran yang dapat dilihat sehari-hari
misalnya kubis, wortel,kentang, buncis, daun sawi, petsai, kangkung, bayam,
lobak, kacang merah dan sebagainya. Beberapa macam bumbu-bumbuan seperti
cabe, bawang, kunyit, sereh, daun salam, jahe, laos dan sebagainya juga biasa
dimasukkan dalam golongan sayuran (Muchtadi, 2013).
Struktur sayur-sayuran dibagi menjadi system jaringan: system jaringan
kulit atau selubung pelindung luar, sistem dasar atau fundamental dan sistem
pembuluh (Muchtadi, 2013).
Buah adalah bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang sari. Pada
umumnya bagian tanaman ini merupakan tempat biji. Dalam pengertian seharihari, buah diartikan sebagai semua produk yang dikonsumsi sebagai pencuci
pigmen yaitu klorofil, karotenoid, antosianin dan antoksantin. Selain itu terdapat
pula kelompok senyawa polifenol yang disebut tanin, yang asalnya tidak berwarna
tetapi bila bereaksi dengan logam atau teroksidasi dapat memberikan warna coklat
kehitaman dan juga rasa sepat (antringency) (Muchtadi, 2013).
1.
Klorofil
Klorofil terdapat dalam daun dan permukaan batang, yaitu di dalam
spongi di bawah kutikula. Klorofil terdapat dalam organ sel yang dinamakan
kloroplast. Karena itu sayuran hijau mengandung pigmen ini sedangkan di
dalam buah-buahan yang telah matang kandungannya relatif kecil. Pada
umumnya klorofil yang banyak terdapat dalam tanaman adalah klorofil a dan
b, dalam daun perbandingannya adalah 3:1. Jumlah klorofil dalam daun rata-
2.
karotennya
juga
rendah.
Pada
umumnya
umbi-umbian
Antosianin
Antoksantin (Flavonoid)
Antoksantin-flavon
banyak
terdapat
dalam
tumbuh-tumbuhan,
Tanin
Rasa sepat (astringency) dan warna coklat kehitaman dari sayuran dan
buah-buahan, umumnya disebabkan oleh senyawa tanin. Rasa sepat yang
ditimbulkan oleh tanin disebabkan karena terjadinya penggumpalan protein
yang melapisi rongga mulut dan lidah atau karena terjadinya penyamakan
pada lapisan mukosa mulut (Muchtadi, 2013).
Dipandang dari segi dapat tidaknya tanin dihidrolisis, tanin dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu hydrolysable tannin dan condensed tannin.
Hydrolysable tannin adalah tanin yang dapat dihidrolisis baik oleh asam, basa
atau enzim, yang akan menghasilkan gula, asam galat, dan asam lain.
Condensed tannin
diketahui asamnya agar tidak bereaksi dengan logam pada kaleng. Lebih banyak
dilakukan pengukuran pHnya maka akan lebih tepat.
Padatan terlarut adalah semua komponen senyawa kimia yang terlarut dalam
suatu larutan. Padatan terlarut erat hubungannya dengan kadar gula total produk,
karena total padatan terlarut diukur berdasarkan persen gula produk. konsentrasi
total padatan terlarut berhubungan langsung dengan viskositas suatu cairan sari
buah. Semakin tinggi konsentrasi padatan terlarut dalam suatu cairan, maka
semakin tinggi pula nilai viskositasnya (Demeczky, 1998).
Padatan terlarut adalah refleksi rasa manis yang menunjukan ketuaan atau
kematangan bahan. Sehingga fungsi dari padatan terlarut adalah untuk mengetahui
ketuaan atau kematangan suatu bahan. Aplikasinya yaitu pada pure atau bubur
buah serta jus. Untuk produk tersebut ditentukan jumlah padatan terlarutnya.
Refractometer
adalah
alat
yang
digunakan
untuk
mengukur
kadar/konsentrasi bahan terlarut misalnya: gula, garam, protein dsb. (Sira, 2013).
Prinsip kerja dari refractometer yaitu refreksi cahaya, cahaya polikromatis
menembus ke bahan dan prisma yang datar kemudian menjadi cahaya
monokromatis, dan dilanjutkan ke bilominal skip yang kemudian menunjukan
skala yang didapat.
Jenis-jenis refraktometer yaitu:
1.
Refraktometer Abbe
Merupakan alat untuk determinasi secara cepat konsentrasi, kemurnian,
kualitas disperse dari sampel cair, padat, dan plastic. Dapat digunakan untuk
mengukur bermacam-macam indeks bias suatu larutan. Dapat juga digunakan
untuk mengukur kadar tetapi kita harus membuat kurva standar. Bagian
b.
c.
(Aulia, 2013).
2.
Refraktometer Brix
Refraktometer brix digunakan untuk mengukur konsentrasi padatan terlarut
dari gula, garam, protein dan lebih spesifik untuk makanan dan cairan ideal
untuk kontrol kualitas. Hand refraktometer brix digunakan untuk gula 0-32%
(Aulia, 2013).
3.
4.
Refraktometer Salt
Mengukur kadar garam dalam bagian per seribu (ppt) dan berat jenis atau %
salinitas, tergantung pada model. Gunakan untuk mengukur konsentrasi
garam dari air atau air garam. Hand refraktometer untuk salt untuk NaCl 028% (Ius, 2012).
Refraktometer yang digunakan di laboratorium adalah hand refraktometer.
Blansir dapat dilakukan dengan menggunakan medium air atau uap air.
Penggunaan uap air kadang-kadang lebih sulit mencapai suhu yang seragam jika
blansir dilakukan terhadap bahan dalam jumlah banyak atau yang berukuran
besar. Blansir menggunakan medium air memungkinkan kehilangan komponen
terlarut bahan yang lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan uap air
(Muchtadi, 2013).
Pada pengamatan kecukupan blansir dengan sampel labu siam didapatkan
hasil blansir dengan uap air lebih cepat daripada blansir dengan air. Pada bahan
yang ukurannya lebih kecil, blansir lebih cepat dibandingkan dengan ukuran
lainnya yang lebih besar. Pada suhu 90C dengan waktu yang singkat sudah
menghasilkan hasil blansir yang cepat.
Aplikasi blansir pada bidang pangan yaitu pada pembuatan keripik sayuran
seperti keripik bayam, selain itu dalam pembuatan keripik kentang serta
pembuatan saus tomat agar menghasilkan warna yang bagus.
Pengupasan merupakan salah satu proses yang sering dilakukan pada
pengolahan buah dan sayur. Pengupasan bertujuan menghilangkan kulit atau
penutup luar buah atau sayur. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi
dan memperbaiki penampakan. Pengupasan dikatakan efisien jika kehilangan
bagian komoditas yang dikehendaki kecil (Muchtadi, 2013).
Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, mesin, pencelupan dalam air
mendidih, penggunaan uap, penggunaan api atau udara panas dan pencelupan
dalam larutan alkali mendidih (Muchtadi, 2013). Pengupasan yang lebih efektif
adalah pengupasan dengan larutan alkali, karena waktu pengupasannya yang
paling cepat dan singkat.
respirasi
dalam
bahan.
Apabila
respirasi
turun
maka
Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu ruang
berbentuk gas. Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktuwaktu tertentu. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahanperubahan yang penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil
pertanian (Muchtadi, 2013).
Etilen adalah suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan
sebagai hormone yang aktif dalam proses pematangan. Etilen disebut hormone
karena dapat memenuhi kriteria sebagai hormone tanaman, bersifat mobil
(mudah bergerak) dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organic
(Muchtadi, 2013).
Etilen di samping dapat memulai proses klimaterik, juga dapat
mempercepat terjadinya klimaterik. Pada buah-buahan non klimaterik,
penambahan etilen dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan terjadinya
klimaterik pada buah-buahan tersebut (Muchtadi, 2013).
Aktivitas etilen dalam pematangan buah akan menurun dengan turunnya
suhu ruang penyimpanan. Pembentukan etilen pada jaringan tanaman dapat
dirangsang oleh kerusakan-kerusakan mekanis dan infeksi, sehingga akan
mempercepat pematangan (Muchtadi, 2013).
Penggunaan sinar radioaktif dapat merangsang pembentukan etilen bila
diberikan pada saat pra-klimaterik. Tetapi bila diberikan pada saat klimaterik
penggunaan sinar radioaktif ini akan menghambat produksi etilen (Muchtadi,
2013).
Etilen berperang merangsang aktivitas ATPase. Energi yang dihasilkan
digunakan untuk mendegradasi senyawa makromolekul sehingga munculnya
fenomena kematangan cepat terjadi. Etilen bekerja dengan cara memecah
klorofil pada buah muda sehingga buah hanya memiliki xantofil dan karoten.
Dengan demikian warna buah menjadi jingga atau kekuningan (Khadik, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas etilen antara lain:
1.
Suhu, pada suhu tinggi (>35C) tidak akan terjadi pembentukan etilen. Suhu
optimum pembentukan etilen (tomat dan apel) adalah 32C, sedangkan
2.
3.
4.
radioaktif
dapat
merangsang
etilen.
Interaksi dengan hormon auksin, apabila konsentrasi auksin meningkat
tidak bersifat racun. Di samping itu buah yang dilapisi harus tua, sehat, segar,
utuh dan mulus (Muchtadi, 2013).
Tebal lapisan lilin yang dihasilkanharus seoptimal mungkin dengan
pengertian bahwa lapisan lilin yang terlalu tebal dapat mengakibatkan respirasi
anaerob yang menyebabkan sayuran menjadi masam dan busuk. Sedangkan jika
lapisan lilin terlalu tipis, kurang efektif mengurangi respirasi dan transiprasi
(Muchtadi, 2013).
Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan sayur yaitu:
1.
2.
3.
Aktivitas respirasi
4.
(Nasyiah, 2012).
Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada buah yaitu:
1.
Proses-proses biologis.
2.
Kegiatan mikroorganisme.
3.
4.
5.
6.
(Nasyiah, 2012).
Kesimpulan dari pengamatan pelilinan buah dan sayur pada sampel cabai
merah didapatkan pH sampel sebesar 5, dan pada wadah terbuka + suhu kamar
diperoleh padatan terlarut 3,005% serta pada wadah tertutup diperoleh padatan
terlarut sebesar 6,355%.
4.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung, praktikan memahami prosedur
dengan benar dan lebih teliti agar mendapatkan hasil pengamatan dan perhitungan
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
2012.
Gas
Etilen.
Diakses
3
Desember
http://phyovhyo.wordpress.com/ 2012/03/18/gas-etilen/.
2014.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1.
Edible Portion
Sampel : Tomat merah
Berat utuh: 39,8 gram
Berat tanpa kulit
: 39,0 gram
Berat yang dapat dimakan: 39,0 gram
Edible Portion
x 100%
x 100%
= 97,99%
2.
= 0,4258 + 2,9
= 3,3258%
3.
X = B+
b.
(C - A)
((E - B)
(D - A)
= 0,43 + (6,5 - 5)
(0,44 0,43)
(10 - 5)
X = 0,433
% Padatan terlarut = X + C
= 0,433 + 6,5
= 6,933%
Wadah Tertutup
T sampel: 25,5C
Skala : 7
Interpolasi :
A B
5
0,39
C X
7
X
D E
10
0,40
X = B+
(C - A)
((E - B)
(D - A)
= 0,39 + (7 - 5)
(10 - 5)
c.
(0,40 0,39)
X = 0,394
% Padatan terlarut = X + C
= 0,394 + 7
= 7,394%
Wadah Tertutup + Pisang Masak
T sampel: 25C
Skala : 7
Interpolasi :
A B
5
0,35
C X
7
X
X = B+
10
0,36
(C - A)
((E - B)
(D - A)
= 0,35 + (7 - 5)
(10 - 5)
d.
(0,36 0,35)
X = 0,354
% Padatan terlarut = X + C
= 0,354 + 7 = 7,354%
Wadah Tertutup + Karbit
T sampel: 25C
Skala : 10,5
Interpolasi :
A B
10
0,36
C X
10,5
X
D E
15
0,37
X = B+
(C - A)
((E - B)
(D - A)
(0,37 0,36)
X = 0,361
% Padatan terlarut = X + C
= 0,361 + 10,5
= 10,861%
4.
X = B+
(C - A)
((E - B)
(D - A)
= 0,50 + (2,5 - 0)
(5 - 0)
X = 0,505
(0,51 0,50)
b.
% Padatan terlarut = X + C
= 0,505 + 2,5
= 3,005%
Wadah Tertutup
T sampel: 25C
Skala : 6
Interpolasi :
A B
5
0,35
C X
6
X
D E
10
0,36
X = B+
(C - A)
((E - B)
(D - A)
= 0,35 + (6 - 5)
(10 - 5)
(0,36 0,35)
X = 0,355
% Padatan terlarut = X + C
= 0,355 + 6
= 6,355%