Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TEKNIK
EVALUASI KINERJA
PERKERASAN LENTUR
SERI PANDUAN PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN
Penyusun :
Ir. Moch. Tranggono, M.Sc.
Tim Konsultasi/ Narasumber :
Dr. Ir. Furqon Affandi, M.Sc.
Dr. Djoko Widajat, M.Sc.
Dr. Ir. Siegfred, M.Sc.
Dr. Anwar Yamin, M.Sc.
Ir. Kurniadji, M.Sc.
Ir. Nono, M.Sc.
Ir. Effendi Radia, M.T.
Ir. Edy Junaedi
Ir. Iriansyah
Editor :
Dr. Ir. Anwar Yamin, M.Sc.
Dr. Djoko Widajat, M.Sc.
Ir. Yohanes Ronny
Diterbitkan oleh :
Balai Bahan dan Perkerasan Jalan Puslitbang Prasarana Transportasi
Jl. A.H. Nasution 264, Ujung Berung Bandung 40294
Telp. (022) 7811878, Fax. (022) 7802726
e-mail: bbpj_p3j@melsa.net.id
bbpj_jaka@telkom.net
ii
Kata Pengantar
Seri panduan pemeliharaan jalan kabupaten ini disusun berdasarkan
kebutuhan kegiatan pemeliharaan jaringan jalan yang efisien dengan
kualitas yang baik dan juga untuk mendukung tenaga teknik jalan di
daerah, khususnya di kabupaten, yang diharapkan dapat membantu
pelaksanaan penyelengaraan pemeliharaan jalan di daerah dengan
baik.
Buku seri panduan pemeliharaan jalan kabupaten ini terdiri atas
beberapa buku dan kemungkinan dapat terus bertambah disesuaikan
dengan kebutuhan dan situasi yang ada pada pemeliharaan jalan
kabupaten pada umumnya. Buku ini merupakan salah satu konsep
dasar yang disusun berdasarkan NSPM yang berkaitan dan juga hasil
kajian/ bahan-bahan pelatihan/ workshop yang selama ini dilakukan
oleh Balai Bahan dan Perkerasan Jalan Puslitbang Prasarana
Transportasi.
Buku seri panduan panduan pemeliharaan jalan ini diharapkan dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas bagi teknisi dan pihak-pihak
yang terkait di daerah untuk memahami apa sebetulnya kegiatan
pemeliharaan jalan dan juga dapat digunakan sebagai petunjuk dasar
dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan jalan di daerah.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada banyak pihak-pihak yang
telah membantu dalam kegiatan penyusunan seri panduan ini. Kami
mengharapkan dengan telah diterbitkan dan juga dari penerapan di
lapangan dapat memperoleh masukan-masukan kembali berupa
saran dan tanggapan guna penyempurnaan selanjutnya.
Tim Penyusun
iii
iv
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................. III
DAFTAR ISI..................................................................................................... V
DAFTAR TABEL ....................................................................................... VIII
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................X
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A.
1.
UMUM ....................................................................................................... 2
2.
2.1.1.
2.1.2.
2.1.3.
2.2.
3.
2.2.1.
2.2.2.
Penyebab Kerusakan.............................................................16
2.2.3.
Mekanisme Kerusakan..........................................................18
2.3.
2.4.
Survai Ketidakrataan....................................................................23
3.2.
3.3.
3.4.
3.4.1.
3.4.2.
3.5.
4.
3.5.1.
3.5.2.
4.2.
B. PERENCANAAN PEMELIHARAAN..............................................50
1.
UMUM .....................................................................................................50
2.
2.2.
2.3.
2.3.1.
2.3.2.
2.3.3.
2.4.
3.
2.4.1.
2.4.2.
3.2.
4.2.1.
4.2.2.
4.2.3.
4.2.4.
3.3.
4.3.1.
4.3.2.
4.3.3.
4.3.4.
4.3.5.
4.3.6.
3.4.
4.4.1.
4.4.2.
4.4.3.
3.5.
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................111
INDEKS .........................................................................................................113
vii
Daftar Tabel
Tabel A.1 Nilai IRI Berdasarkan Pengamatan Visual untuk Jalan
Tidak Beraspal.............................................................................8
Tabel A.2 - Nilai IRI Berdasarkan Pengamatan Visual untuk Jalan
Beraspal ........................................................................................9
Tabel A.3 - Hubungan Nilai Roughness Dan Kondisi Permukaan
Jalan.............................................................................................10
Tabel A.4 Kategori RCI dan IRI............................................................11
Tabel A.5 - Pembobotan Nilai Kondisi Jalan ...........................................12
Tabel A.6 Penaksiran Kondisi Jalan Berdasarkan Kecepatan.............14
Tabel A.7 Jenis Kerusakan Perkerasan Beraspal...................................16
Tabel A.8 Tipikal Nilai Kekesatan, SN (Jayawickrama et al., 1996) ..20
Tabel B.1 Standar Penanganan Pemeliharaan: Jalan Beraspal ............54
Tabel B.2 - Standar Penanganan Pemeliharaan: Jalan Tidak Beraspal..60
Tabel B.3 - Standar Penanganan Pemeliharaan: Bangunan
Pelengkap Jalan .........................................................................61
Tabel B.4 Matriks Prioritas Pemeliharaan Jalan ....................................67
Tabel B.5 Kategori Lalu Lintas................................................................67
Tabel B.6 Jenis Bauran Kendaraan Berat...............................................68
Tabel B.7 KRLL dan Standar Desain.....................................................70
Tabel B.8 Pengelompokkan Tanah Dasar .............................................71
Tabel B.9. Penentuan Tebal Perkerasan Jalan Kabupaten untuk
Lalu Lintas Rendah...................................................................73
Tabel B.10 Koefisien Kekuatan Relatif dan Tebal Minimal Lapis
Perkerasan..................................................................................74
Tabel B.11 Jumlah Jalur berdasarkan Lebar Perkerasan......................78
Tabel B.12 Koefisien Distribusi Kendaraan pd Jalur Rencana ..........79
Tabel B.13 - Angka Ekivalensi (E) Beban Sumbu Kendaraan .............80
Tabel B.14 - Faktor Regional (R)................................................................83
Tabel B.15 Indeks Permukaan pada Akhir Umur Rencana (IPt) .......84
Tabel B.16 Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)........85
viii
ix
Daftar Gambar
xi
Pendahuluan
Seiring dengan dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah di
Indonesia, tanggung jawab administratif dalam pemeliharaan dan
pengembangan jaringan jalan regional beralih ke pemerintah daerah.
Peralihan tanggung jawab tersebut sudah sewajarnya harus dapat
dimbangi dengan kemampuan pemerintah daerah dalam
kemampuan teknik dalam penyelenggaraan jalan.
Untuk itu maka dilakukan pengembangan suatu buku panduan yang
dirasakan masih terbatas tersedia di daerah-daerah yang dilakukan
dengan bekerjasama dengan pemerintah Jepang melalui melalui
Japan International Coorporation Agency (JICA). Panduan yang disusun
ini adalah merupakan seri panduan pemeliharaan jalan kabupaten
yang diharapkan dapat mudah dipahami oleh tenaga teknis di daerah
dan seri yang diterbitkan tersebut terdiri atas:
- Teknik Pengelolaan Jalan;
- Teknik Evaluasi Kinerja Perkerasan Lentur;
- Teknik Pemeliharaan Perkerasan Lentur;
- Teknik Bahan Perkerasan Jalan.
Pada buku Teknik Pengelolaan Jalan, diuraikan mengenai konsep
dasar mengenai pengelolaan jalan dan teknik jalan di Indonesia pada
umumnya, jalan kabupaten khususnya. Pada seri yang lain, yaitu
buku Teknik Evaluasi Kinerja Perkerasan Lentur, diuraikan
mengenai cara-cara melakukan evaluasi kondisi perkerasan lentur
yang meliputi kegiatan inspeksi lapangan dan perencanaan teknis
pada pemeliharaan rutin dan periodik. Selanjutnya pada buku
Teknik Pemeliharaan Perkerasan Lentur, diuraikan mengenai
metode pemeliharaan standar. Namun untuk lebih mudah dipahami,
sebelumnya diurakan mengenai jenis struktur perkerasan berikut
dengan persyaratan masing-masing struktur. Pada buku terakhir,
yaitu Teknik Bahan Perkerasan Jalan. Diuraikan mengenai jenis dan
persyaratan bahan dasar yang digunakan pada perkerasan jalan,
termasuk pelaksanaan produksi bahan campuran tersebut.
dimana:
SV
Y
n
RD
C
P
=
=
=
=
Y 2 (1/n) ( Y) 2
n 1
slope variance =
perbedaan elevasi antara dua titik yang berjarak 1 ft
jumlah pembacaan
kedalaman alur kedua jejak roda (in.), diukur dengan mistar
4m
= panjang retak per 1000 ft2
= tambalan, ft2 per 1000 ft2
persyaratan
ketidakrataan
perkerasan
Gambar A.2 Skala Kekasaran Berdasarkan Nilai IRI (Sayers et al., 1986)
dimana:
PSI
IRI
dimana:
T
Tabel A.1 Nilai IRI Berdasarkan Pengamatan Visual untuk Jalan Tidak Beraspal
IRI (m/km)
Unsealed Road
1.5 2.5
Permukaan kerikil halus yang baru dibentuk atau permukaan tanah yg profil
memanjang dan melintangnya sangat baik (biasanya hanya ditemukan pada
ruas yg pendek)
3.5 4.5
Dpt dilalui kendaraan dgn nyaman sampai kecepatan 70-80 km/jam. Dapat
dirasakan ayunan ringan atau goyangan. Depresi dapat dianggap tidak ada
(yaitu < 0.5 cm/ 5 m ) dan tidak ditemui lubang.
7.5 9.0
11.5 13.5
Dapat dilalui kendaraan dgn nyaman pada kecepatan 50 km/ jam (atau 40
70 km/jam pada seksi tertentu). Sering kali ditemui dpresi melintang yang
sedang (yaitu 2 4 cm/ 3 5 m dengan frekuensi 10 20 per 50 meter) atau
sekali-sekali ditemui depresi yang dalam atau lubang (yaitu 4 8 cm per 3 m
dengan frekuensi kurang dari 50 meter). Terdapat gelombang yang dalam
(yaitu < 2 cm per 0.7 1.5 m).
16
Dapat dilalui kendaraan dgn nyaman pada kecepatan 20 30 km/ jam. Sering
kali ditemui depresi melintang yang dalam dan \/ atau lubang (yaitu 4 8 cm
per 1.5 m dengan frkuensi kurang dari 5 per 50 m) yang disertai depresi
dangkal lainnya. Tidak mungkin dpt menghindari depresi kecuali yang paling
parah.
20
Tabel A.2 - Nilai IRI Berdasarkan Pengamatan Visual untuk Jalan Beraspal
IRI (m/km)
Sealed Road
1.5 2.5
Dapat dilalui kendaraan dgn nyaman pd kecepatan > 120 km/ jam. Ayunan/
goyangan hampir tidak terasa pada kecepatan 80 km/ jam, perkiraan
roughnessnya adalah 1.3 1.8. Tidak ditemui depresi, lubang ataupun
corrugasi; depresei < 2 mm per 3 meter. Tipikal jalan beraspal kualitas tinggi
perkiraan roughnessnya adalah 1.4 2.3 . Surface tratment berkualitas tinggi
perkiraan roughnessnya 2.0 2.5.
4.5 5.5
Dapat dilalui kendaraan dengan nyaman sampai kecepatan 100 120 km/
jam. Pada kecepatan 80 km/ jam mulai terasa getaran atau ayunan lebar.
Pada perkerasan yang rusak: sekali-sekali ditemukan depresi, tambalan, atau
lubang (yaitu 0.5 15 cm per 3 m atau 1 2 cm per 5 meter dengan frekuensi
1 2 per 50 meter). Atau banyak terdapat lubang dangkal (yaitu pada survace
tratment banyak ditemukan ravelling). Pada perkerasan yang tidak rusak
terdapat corrugasi atau gelombang yang lebar.
6.0 8.0
9.0 10.0
11.0 13.0
15.0 20.0
Kondisi
Permukaan
Aspal Minyak
Penetrasi McAdam
112
200
9 -10
Sangat Baik
112 -170
200 400
8-9
Baik
170 - 244
400 500
7-8
Sedang
> 244
> 500
<7
Jelek
10
IRI
8 10
03
78
34
67
46
Baik
56
68
45
8 10
34
10 12
Pecah, bergelombang,
banyak lubang.
23
12 16
> 16
IRI (m/km)
Alur (mm)
f50
PB (%)
R (%)
LT (%)
DK (%)
0 - 1.5
05
>0.60
0-5
0-5
0-5
0-5
3.5
1.5 - 2.5
5 - 10
0.50 - 0.60
5 - 20
5 - 20
5 - 20
5 - 20
2.5 - 3.5
10 - 15
0.40 - 0.50
20 - 35
20 - 35
20 - 35
20 - 35
2.5
3.5 - 4.5
15 - 20
0.30 - 0.40
35 - 50
35 - 50
35 - 50
35 - 50
4.5 - 5.5
20 - 25
0.27 - 0.30
50 - 65
50 - 65
50 - 65
50 - 65
1.5
5.5 - 6.0
25 - 30
0.24 - 0.27
65 - 75
65 - 75
65 - 75
65 - 75
6.0 - 6.5
30 - 35
0.22 - 0.24
75 - 85
75 - 85
75 - 85
75 - 85
0.5
6.5 - 7.0
35 - 40
0.20 - 0.22
85 - 95
85 - 95
85 - 95
85 - 95
>7.0
>40
<0.20
>9 5
>95
>95
>95
dimana:
IRIt = IRI pada tahun analisis;
IRIo = IRI pada tahun sebelumnya;
SN = Structural Number;
ESAt = ESA pada tahun analisis.
Data lalu lintas harian rata-rata pertahun atau Annual Average
Daily Traffic (AADT) dikonversikan dalam bentuk beban gandar
ekivalen atau Equivalent Standard Axle (ESA) berdasarkan rumus:
12
dimana:
ESA
VDF
AADT
i
T0
T1
T2
y = f (x)
dimana:
y
dimana:
y = kecepatan tempuh rata-rata ruas baik untuk skala ruas
maupun skala jaringan jalan.
x = Nilai IRI ruas
Penaksiran Kondisi Jalan Berdasarkan Kecepatan
Untuk memperkirakan kondisi perkerasan dapat digunakan
hasil survai kecepatan (SK77, 1995). Survai kecepatan tersebut
dapat digunakan sebagai pembanding kondisi perkerasan yang
dilakukan dengan survai kondisi lainnya. Salah satu
keuntungan dari survai ini adalah relatif sangat cepat dan tidak
membutuhkan peralatan khusus, namun subyektifitas
surveyor sangatlah menentukan. Tabel A.6 menunjukkan
hubungan yang khas antara kondisi dan kecepatan.
Tabel A.6 Penaksiran Kondisi Jalan Berdasarkan Kecepatan
Kecepatan (km/jam)
RataKisaran
rata
> 40
45
30 45
40
25 40
35
25 35
30
20- 30
25
15 25
20
15 20
17
10 20
15
10 15
12,5
5 15
10
Kerikil (K)
Batu (B)
Tanah (T)
Baik
Baik
Sedang
Sedang/
Rusak
Rusak
Sedang
Sedang/
Rusak
Rusak
Rusak Berat
Sedang
Rusak
Rusak Berat
Rusak Berat
Rusak Berat
14
15
Retak
JENIS
CIRI
Retak memanjang
Retak melintang
Retak tidak beraturan
Retak selip
Retak blok
Retak buaya
Deformasi
Cacat
Permukaan
Cacat Tepi
Perkerasan
Alur
Keriting
Amblas
Sungkur
Lubang
Delaminasi
Pelepasan butiran
Pengausan
Kegemukan
Tambalan
Gerusan tepi
Penurunan tepi
8,16
P
DF = 0.086
8,16
dimana:
P
= Beban sumbu.
DF
RETAK
(% luas)
ALUR
(mm)
UMUR
UMUR
AIR MERESAP
PERCEPATAN
DEFORMASI
PENURUNAN KEKUATAN
DAN KEKAKUAN
AMBLAS/
SUNGKUR
LUBANG
PERBEDAAN MUTU
DAN KINERJA
PELEPASAN BUTIR
GELOMBANG/KERITING
(TAMBALAN)
(TAMBALAN)
(TAMBALAN DALAM)
PERUBAHAN
GESER & VOLUME
KETIDAKRATAAN
f = F/L
SN = 100(f)
dimana:
f = friction factor/ faktor gesekan;
F = tahanan gesekan pada bidang kontak;
L = beban yang tegak lurus terhadap bidang kontak.
Secara umum, tahanan gesekan perkerasan pada musim kering
relatif tinggi sedangkan pada musin hujan rendah dan dapat
menimbulkan masalah. Pada Tabel A.8 ditunjukan tipikal nilai
kekesatan (nilai SN makin besar lebih baik).
Tabel A.8 Tipikal Nilai Kekesatan, SN (Jayawickrama et al., 1996)
Skid Number
Comments
< 30
30
31 - 34
35
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
STA
Deflection
Average
Representative
32
20
21
22
34
35
Gambar A.23 Mekanisme Pelat Beban Impuls (sisi depan) dan Sensor
Lendutan (sisi belakang)
36
37
4. Pengelolaan Data
Data lapangan yang diperoleh setiap tahunnya harus dikumpulkan
dan diolah disesuaikan kebutuhan informasi yang diharapkan. Data
dan informasi tersebut harus disimpan dengan baik agar dapat
dipergunakan kemudian pada tahapan selanjutnya atau kepentingan
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan jalan. Penyimpanan data
dan informasi hasil surnai tersebut termasuk dalam suatu dokumen
jalan atau yang dikenal dengan istilah leger jalan. Bebtuk penyajian
dan pengelolaan akan diuraikan dibawah ini.
4.1. Penyajian Data Inventaris Jalan
Guna kepentingan pengelolaan kegiatan pemeliharaan jalan, maka
data hasil survai invantaris tersebut dapat ditampilkan sebagai
berikut:
a. Peta thematik inventaris jalan yang disajikan secara diagram (tanpa
skala); Menyajikan jaringan jalan yang ada pada daerah tersebut.
Contoh dari peta ini ditunjukan pada Gambar A.1.
b. Peta strip untuk masing-masing ruas; Hal ini digunakan untuk
gambaran situasi untuk masing-masing ruas yang ada, seperti yang
ditunjukan pada Gambar A.2.
c. Sitem indeks kartu; sistem sangat membantu dalam mencatat
secara detail jenis-jenis bangunan struktur jalan, dan bangunan
pelengkap jalan lainnya. Dengan sistim ini, jika dilakukan
perubahan, perbaikan atau penggantian bangunan maka catatan
riwayat dari bangunan struktur atau bangunan pelengkap jalan
tersebut dapat ditelusuri dan dipelihara dengan baik.
40
41
42
43
Data
LINGKUNGAN
Informasi
Pengambilan Keputusan
Aplikasi Penulisan
Laporan
Model - Model
Matematika
Database
Sistim
Informasi
Manajemen
LINGKUNGAN
Survey A
Survey B
Survey C
Survey D
SURVEY,
ANALISA &
EVALUASI
PENYUSUNAN
PROGRAM
PELAKSANAA
3.
Survey B
Survey C
Survey D
SURVEY,
ANALISA &
EVALUASI
PENYUSUNAN
PROGRAM
PELAKSANAAN
3.
Ada suatu
menyimpan
dipusatkan.
bidang
data
untuk
yang
Gambar A.28 Perbedaan Penggunaan SIM dan Non SIM pada Pemeliharaan Jalan
47
Gambar A.31 - Perbandingan Manajemen Informasi Spatial Dengan dan Tanpa SIG
48
49
B. Perencanaan Pemeliharaan
1. Umum
Guna menentukan program dan kegiatan pemeliharaan perkerasan
jalan, maka penanganan pemeliharaan tersebut perlu dilakukan
perencanaan dengan baik yang didasarkan pada survai kondisi
lapangan, baik untuk kondisi fungsional dan kondisi struktural.
Hasil pengukuran kinerja perkerasan jalan, yang terdiri dari:
roughness, kerusakan permukaan, dan struktur perkerasan yang
akan digunakan untuk menentukan kondisi perkerasan dan
kemudian metode penanganannya. Hasil evaluasi tersebut juga
digunakan untuk kegiatan pemeliharaan dilapangan. Khususnya
mengenai kekesatan, karena sifat dan karakteristik jalan kabupaten,
maka evaluasi parameter tersebut diabaikan.
Untuk dapat melakukan evaluasi kinerja, pada bagian ini akan
dijelaskan pelaksanaan evaluasi yang dilakukan untuk pemeliharaan
rutin dan pemeliharaan perodik. Namun sebelumnya, untuk
memudahkan pemahaman, akan dijelaskan kembali mengenai
metode pemeliharaan jalan.
2.
51
52
53
Kerusakan Lain
Semua
kategori
> 20
Semua
kategori
Semua
kategori
< 150 mm
Semua
kategori
> 150 mm
Semua
kategori
Gompal (Edge
Break)
Erosi tepi
perkerasan
> 150 mm
> 20
Semua
kategori
Penurunan Tepi
(Edge Drop)
> 50 mm
> 50
Semua
kategori
Kegemukan
(Bleeding)
Lubang (potholes)
Kategori
Cuaca &
Lalin
< 10
Catatan
Jenis
Pelepasan Butir
(Ravelling)
Luas
(% panjang
segmen)
Aktifitas Kegiatan
Keparahan
(% panjang
segmen)
Jenis
Keparahan
atau
kedalaman
54
Kerusakan Lain
Keparahan
atau
kedalaman
Luas
(% panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
< 10 mm
Curah hujan
< 1500mm/ thn
atau
LHR > 1000
smp
1015 mm
> 10
Semua
kategori
Keparahan
(% panjang
segmen)
Jenis
Retak
(cracks) pada
jejak roda
Aktifitas Kegiatan
Catatan
<5
>5
Retak
(cracks) yang
tidak
berkaitan dgn
jejak roda
< 10
< 10
Retak
(cracks) pd
jejak roda
< 10
> 10
Retak
(cracks) yang
tidak
berkaitan dgn
jejak roda
< 20
> 20
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
55
Kerusakan Lain
Keparahan
atau
kedalaman
Luas
(% panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
> 15 mm
< 10
Semua
kategori
< 10 mm
Keparahan
(% panjang
segmen)
Jenis
Retak
(cracks) pd
alur yg terjadi
Retak lain
> 10
Semua
kategori
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
<5
atau
LHR <1000
smp
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
> 10
< 10
10 20
> 20
Retak lain
56
Catatan
5 - 10
LHR >1000
smp
Curah hujan
<1500 mm/ thn
Aktifitas Kegiatan
Kerusakan Lain
Luas
(% panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
Jenis
> 10 mm
<5
Semua
kategori
Retak yang
tjd pada alur
Retak lain
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
<5
< 10 mm
Keparahan
(% panjang
segmen)
Aktifitas Kegiatan
Keparahan
atau
kedalaman
Curah hujan
<1500 mm/ thn
atau
LHR <1000
smp
> 10 mm
<5
Semua
kategori
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
5 - 10
> 10
< 10
LHR >1000
smp
10 20
> 20
Retak yang
terjadi pada
alur
Retak lain
57
Catatan
Keparahan
atau
kedalaman
< 5 mm
Kerusakan Lain
Luas
(% panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
>5
Semua
kategori
Keparahan
(% panjang
segmen)
Jenis
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
> 10
Semua
kategori
< 10
> 10
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
< 20
> 20
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
LHR <1000
smp
5-10 mm
Catatan
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
Aktifitas Kegiatan
58
Kerusakan Utama
Jenis
Kerusakan Lain
Keparahan
atau
kedalaman
Luas
(% panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
> 10 mm
<5
Semua
kategori
>5
Semua
kategori
Keparahan
(% panjang
segmen)
Jenis
Retak yang
terjadi pada
alur
Semua retak
(cracks) yang
terjadi
59
Aktifitas Kegiatan
Retak lain
Catatan
Kerusakan Utama
Kerusakan Lain
Keparahan/
kedalaman
Luas (%
panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
Ketebalan Lapisan
Agregat (Gravel
thickness)
< 50 mm
> 20
Perubahan bentuk
(Deformation) dan
cacat permukaan
(Surface deffect)
Jenis
Aktifitas Kegiatan
Jenis
Keparahan
(% panjang
segmen)
Semua
kategori
Semua
kategori
60
Catatan
Saluran samping
Kerusakan
Keparahan
Luas
(% panjang
segmen)
Setiap kejadian
Pembersihan kotoran
penghalang
Setiap kejadian
Pendangkalan
Tergerus
Dinding saluran runtuh
Kotor
Rusak
Hilang
Perubahan bentuk
Tergerus
Pertumbuhan tanaman yang tinggi
Terganggunya
pandangan pengendara
61
Aktifitas Kegitan
Pemeliharaan
Catatan
Kotoran penghalang tersebut longsoran yang
kemungkinan berupa lumpur, batuan ataupun
tanaman. Penghalang tersebut segera dibersihkan
oleh tim survey, namun jika tdk memungkinkan
segera laporkan dgn terlebih daulu menaksir
kebutuhan sumberdaya.
termasuk
66
LL-2
LL-3
LL-4
LL-5
LL-6
LL-7
LL-8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
24
27
30
33
36
39
22
25
28
31
34
37
40
23
26
29
32
35
38
41
42
43
44
45
46
47
48
LHR
Jenis Perkerasan
LL-1
Jalan Strategis
Diperkeras
LL-2
> 1.000
Diperkeras
LL-3
500 1.000
Diperkeras
LL-4
200 500
Diperkeras
LL-5
> 200
Tidak Diperkeras
LL-6
< 200
Diperkeras
LL-7
50 200
Tidak Diperkeras
LL-8
< 50
Tidak Diperkeras
67
68
1
IIIC
0 50
0 100
Kerikil
2
IIIB
51 200
101 300
Kerikil/
Aspal
3
IIIB
201 500
3001 600
Aspal
4*
IIIA
> 500
> 600
Aspal
5,5 m
7,5 m
Kerikil
Kerikil
Kerikil
Penetrasi
Makadam
Penetrasi
Laston
Makadam
Catatan: *) Untuk LHR 1.000 smp digunakan stadar lalu lintas rendah
Untuk LHR > 1.000 smp digunakan standar lalu lintas normal
**) Apabila finansial, peralatan dan tenaga memadai.
Penetrasi
Makadam
Laston
70
yang perlu
Tanah Dasar
Nilai CBR
1.
Amat Baik
> 24 %
2.
Baik
8 % - 24 %
3.
Sedang
5%-8%
4.
Buruk
3%-5%
5.
Amat Buruk
2%-3%
71
Tabel B.9. Penentuan Tebal Perkerasan Jalan Kabupaten untuk Lalu Lintas Rendah
CBR
Lapis
Tanah Dasar Perkerasan
(Subgrade)
III B 1
200 500
(LHR)
III B 2
50 200
(LHR)
III C
< 50
(LHR)
Amat Baik
LP
Lap. Pelindung
Lap. Pelindung
> 24%
LPA
15
15
15
10
LPB
73
Baik
LP
Lap. Pelindung
Lap. Pelindung
8% - 24%
LPA
15
15
15
10
LPB
10
10
10
Sedang
LP
Lap. Pelindung
Lap. Pelindung
5% - 8%
LPA
15
15
15
10
LPB
20
18
18
10
Buruk
LP
Lap. Pelindung
Lap. Pelindung
3% - 5%
LPA
15
15
15
10
LPB
32
30
30
20
Amat Buruk
LP
Lap. Pelindung
Lap. Pelindung
2% - 3%
LPA
15
15
15
10
LPB
43
40
40
30
Keterangan:
Jenis Lapisan Perkerasan:
LP berdasarkan Penetrasi Makadam (5 cm)
LPA berdasarkan batu pecah kelas C atau Pondasi Makadam (kering) dengan tebal 15 cm.
LPB berdasarkan sirtu kelas C
Jika dikendaki material perkerasan yang lain, ketebalan lapisan yang diperlukan harus dikonversikan
terhadap koefisien kekuatan relatif bahan yang bersangkutan. Lihat Tabel B.10.
Lapis Pelindung, tidak mempunyai nilai struktur dan dapat berupa: Burtu, Buras, dan Latasir.
Penentuan tebal perkerasan dalam Tabel tersebut berdasarkan atas umur rencana:
5 tahun untuk keadaan tanah dasar dengan CBR antara 2% - 8%
10 tahun untuk keadaan tanah dasar dengan CBR antara > 8%
Tabel B.10 Koefisien Kekuatan Relatif dan Tebal Minimal Lapis Perkerasan
Koef. Kekuatan
Relatif
Kekuatan Bahan
Tebal min
(cm)
a1
a2
a3
MS/kg
Kt (kg/cm)
CBR (%)
0.25
0.20
74
Lapen (mekanis)
Lapen (manual)
0.40
744
0.35
590
0.32
454
0.30
340
0.24
340
0.26
454
0.28
590
0.13
18
0.15
22
0.13
18
0.15
22
0.14
0.12
0.14
0.13
4
Laston
8
Laston Atas
14
14
100
14
Pondasi makadam
(basah)
60
15
Pondasi makadam
(kering)
100
13
80
14
0.12
60
15
0.13
70
10
0.12
50
0.11
30
75
Gambar B.2 Penilaian Nilai Struktur Sisa dari Perkerasan yang ada sebagai Base
Telford
Makadam kering/ basah
Penetrasi Makadam
Kerikil
= 15 cm
= 10 cm
= 5 cm
= 10 cm
t ada
x t yg didapat dari bacaan grafik
t nomial
76
Jika jalan tersebut tidak memiliki tanda batas jalur (median), maka
jumlah jalur ditentukan berdasarkan dari lebar perkerasan seperti
yang ditunjukkan pada Tabel B.11. Koefisien distribusi kendaraan
untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur rencana
tersebut ditentukan menurut Tabel B.12.
Estimation of
Initial Traffic
L < 5.50 m
1 jalur
2 jalur
3 jalur
78
Jumlah Jalur
Kend. Berat**
1 arah
2 arah
1 arah
2 arah
1.00
1.00
1.00
1.00
0.60
0.50
0.70
0.50
0.40
0.40
0.50
0.475
*) Berat Total < 5 ton, misalnya: mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
**) Berat Total 5 ton, misalnya: bus, truk, traktor, semi trailer, trailer.
sumbu tunggal , kg
8160
8160
79
LEP = LHR j * C j * E j
j=1
LEA = LEP * (1 + i)
UR
LET =
LEP + LEA
2
dimana :
j
Cj
Ej
i
UR
= Jenis kendaraan
= Koefisien distribusi kendaraan ke j
= Angka ekuivalen beban sumbu kendaraan ke j
= Pertumbuhan lalu lintas
= Umur rencana jalan
Engka Ekivalensi
Kg
Lb
Sumbu Tunggal
Sumbu Ganda
1.000
2.205
0,0002
2.000
4.409
0,0036
0,0003
3.000
6.614
0,0183
0,0016
4.000
8.818
0,0577
0,0050
5.000
11.023
0,1410
0,0121
6.000
13.228
0,2923
0,0251
7.000
15.432
0,5415
0,0466
8.000
17.637
0,9238
0,0794
8.160
18.000
1,0000
0,0860
9.000
19.841
1,4798
0,1273
10.000
22.046
2,2555
0,1940
11.000
24.251
3,3022
0,2840
12.000
26.455
4,6770
0,4022
13.000
28.660
6,4419
0,5540
14.000
30.864
8,6647
0,7452
15.000
33.069
11,4184
0,9820
16.000
35.276
14,7815
1,2712
80
UR
10
81
82
Kelandaian II
(6% - 10%)
% Kend. Berat
30%
> 30%
Kelandaian I
(> 10%)
% Kend. Berat
30%
> 30%
0.5
1.0 1.5
1.0
1.5 2.0
1.5
2.0 2.5
1.5
2.0 2.5
2.0
2.5 3.0
2.5
3.0 3.5
Klasifikasi
Lokal
Kolektor
< 10
1.0 1.5
1.5
10 100
1.5
1.5 -2.0
100 1.000
1.5 2.0
2.0
> 1.000
2.0 -2.5
IPo
Roughness (m/km)
3.9 3.5
>1
3.9 3.5
3.4 3.0
>2
3.9 3.5
<2
Burda
3.4 3.0
<2
Lapen Makadam
3.4 3.0
2.9 2.5
>3
Laston
Hot Rolled Asphalt (HRA)
Burtu
Buras
2.9 2.5
Latasir
2.9 2.5
Jalan Tanah
2.4
Jalan Kerikil
2.4
= koefisien kekuatan relatif bahan perekarsan masingmasing untuk lapis permukaan, lapis pondasi dan
lapis pondasi bawah, ditunjukan pada Tabel B.10.
D1 ,D2 , D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (cm), masingmasing untuk lapis permukaan, lapis pondasi dan
lapis pondasi bawah.
Batas-batas minimum tebal lapisan perkerasan ditunjukkan pada
Tabel B.17.
86
Tebal (cm)
Bahan
Lapis Permukaan
< 3,00
300 6,70
6,71 7,49
7,50 9,99
10,00
5
5
7,5
7,5
10
< 3,00
300 7,49
15
20*
10
20
15
20
25
7,50 9,99
10,00 - 12,14
12,14
ITPoverlay
ao
dimana :
ITP overlay = ITP kebutuhan ITP eksisting
ao = koefisien kekuatan relatif bahan yang digunakan untuk overlay
ITP kebutuhan dihitung berdasarkan perhitungan kebutuhan akan
volume lalu lintas rencana yang dihitung dengan menggunakan
nomogram 1 sampai nomogram 9
ITP eksisting diperkirakan dengan dikoreksi terhadap nilai kondisi
yang ada pada perkerasan tersebut dengan menggunakan Tabel
B.18.
87
Lapis Permukaan:
- Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi
pada jalur roda
- Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur
roda namun tetap stabil
90 100%
70 90%
50 70%
30 50%
90 100%
70 90%
50 70%
30 50%
70 100%
Indeks Plastisitas 10
c.
80 100%
Indeks Plastisitas 6
Lapis Pondasi Bawah:
- Indeks Plastisitas 6
90 100%
70 90%
88
90
92
94
97
=
=
=
=
=
t1
tp
tb
=
=
=
tb
S ta rt
C a r r y o u t D e f le c t io n
t e s t in g
C a lc u la t e R e b o u n d
D e f le c t io n
D e t e r m in e S e g m e n b a s e o n D e f le c t io n
U n if o r m it y
C a lc u la t e d
w a k il
E s t im a t e D e s ig n T r a f f ic L o a d in g
C a lc u la t e d ij in
d w a k il > d ij iin
Y
N
N o O v e r la y
R e q u ir e d
O v e r la y R e q u ir e d
T h ic k n e s s o v e r la y
r e q u ir e d
S to p
99
Gambar B.15 Faktor Penyesuaian untuk Koreksi Lendutan Balik Terhadap Temperatur Standar 35C
100
Gambar B.16 Temperatur Udara Rata-rata selama 5 hari ditambah dengan temperatur lapis permukaan (F)
101
mobil penumpang
m x UE 18 KSAL
traktor triler
dimana :
AE 18 KSAL
UE 18 KSAL
365
Gambar B.17 Hubungan Lendutan Balik dengan Beban Lalu Lintas Standar (Kritis)
103
Gambar B.18 Hubungan Lendutan Balik yang diizinkan dengan Beban Lalu lintas Standar (Failure)
104
dimana,
wt = comulative standard axle
Zn = normal deviate
So = standar deviate
SN= structural number
Po = initial serviceability
Pt = terminal serviceability
Pf = failure serviceability
Mr = modulus resilient
dimana,
SNeff
D1, D2, D3 = tebal lapis permukaan, lapis pondasi atas dan lapis
pondasi bawah
a1, a2, a3
m2, m3,
Tabel B.19 - Pengaruh kerusakan terhadap kekuatan lapis perkerasan (AASHTO 1993)
JENIS
LAPISAN
Lapis permukaan
beton aspal
Lapis pondasi
distabilisasi
Lapis granular
(pondasi atas
atau pondasi
bawah)
KONDISI
PERMUKAAN
Tidak ada atau sedikit retak kulit buaya dan/atau hanya
ada retak melintang keparahan ringan
<10% retak kulit buaya keparahan ringan dan/atau
<5% retak melintang keparahan sedang dan berat
>10% retak kulit buaya keparahan rendah dan/atau
<10% retak kulit buaya keparahan sedang dan/atau
>5-10% retak melintang keparahan sedang dan berat
>10% retak kulit buaya keparahan sedang dan/atau
<10% retak kulit buaya keparahan berat dan/atau
>10% retak melintang keparahan sedang dan berat
>10% retak kulit buaya keparahan berat dan/atau
>10% retak melintang keparahan berat
Tidak ada atau sedikit retak kulit buaya dan/atau hanya
ada retak melintang keparahan ringan
<10% retak kulit buaya keparahan ringan dan/atau
<5% retak melintang keparahan sedang dan berat
>10% retak kulit buaya keparahan rendah dan/atau
<10% retak kulit buaya keparahan sedang dan/atau
>5-10% retak melintang keparahan sedang dan berat
>10% retak kulit buaya keparahan sedang dan/atau
<10% retak kulit buaya keparahan berat dan/atau
>10% retak melintang keparahan sedang dan berat
>10% retak kulit buaya keparahan berat dan/atau
>10% retak melintang keparahan berat
Tidak ada pemompaan (pumping), degradasi atau
kontaminasi oleh butir-butir halus
Nampak ada pemompaan (pumping), degradasi atau
kontaminasi oleh butir-butir halus
KOEFISIEN
LAPISAN (ai)
0,35-0,40
0,25-0,35
0,20-0,30
0,14-0,20
0,08-0,15
10,20-0,35
0,15-0,25
0,15-0,20
0,10-0,20
0,08-0,15
0,10-0,14
0,00-0,10
Tabel B.20 - Pengaruh kondisi drainase terhadap kekuatan lapis granular (AASHTO 1993)
KONDISI
DRAINASE
<1%*
1,40-1,35
1,35-1,30
1,30-1,20
1,20
1,35-1,25
1,25-1,15
1,15-1,00
1,00
1,25-1,15
1,15-1,05
1,00-0,80
0,80
1,15-1,05
1,05-0,80
0,80-0,60
0,60
1,05-0,95
0,95-0,75
0,75-0,40
0,40
107
>25%*
d0 = 1,5 pa
1
+
D Ep
MR 1 + 3
a MR
1
1
2
D
1+
Ep
di mana,
D = tebal total perkerasan lama, inch
Ep= modulus efektif perkerasan di atas tanah dasar, psi
d0 = lendutan di titik pusat pelat beban pada suhu 68 0F (20 0C),
inch
p = tegangan pada pelat beban, psi
a = jari-jari pelat beban, inch
MR= modulus resilient tanah dasar, psi
Ep = modulus efektif perkerasan di atas tanah dasar, psi
MR= modulus resilien hasil perhitungan balik, psi, yang dihitung
dengan persamaan:
MR =
0,24P
drr
109
110
Daftar Pustaka
Austroads (1987), A Guide to The Visual Assessment of Pavement Condition,
ISBN 0 85588198 4, Sydney, Australia.
Asphalt Institute (1967). Asphalt in Pavement Maintenance. Manual Series
No.16 (MS-16). The Asplat Institute, College Park, Maryland, USA.
Departemen Pekerjaan Umum (2004), Buku Spesifikasi Umum Pekerjaan
Jalan, Jakarta.
HDM-4 Manual. Volume I Overview of HDM-4 ISBN 2-84060-059-5.
Iriansyah (2003), Campuran Aspal Beton - Bahan Pelatihan Perkerasan Jalan
dan Geoteknik, Bandung.
Kurniadji (2003), Konstruksi Perkerasan Kaku - Bahan Pelatihan Perkerasan
Jalan dan Geoteknik, Bandung.
Madi Hermadi (2003), Bahan Aspal - Bahan Pelatihan Perkerasan Jalan dan
Geoteknik, Bandung.
Petunjuk Teknis Analisa Biaya dan Harga Satuan Pekerjaan Jalan Kabupaten
No.015/T/BT/1995, Bina Marga, Jakarta.
Paterson(1987), Road Deterioration and Maintenance Effects: Models for
planning and management, The Internastional Bank for Reconstruction and
Development, Washington.
Richard Robinson (1998), Road Maintenance Management Concept and
System, The University and the Swedish National Road Administration,
United Kingdom.
Salim Mahmud (2003), Teknik Pemeliharaan Jalan - Bahan Pelatihan
Perkerasan Jalan dan Geoteknik, Bandung.
Tranggono (2004), Pengkajian Teknologi Pemeliharaan Jalan Kabupaten,
Bandung.
TRRL (1987), Overseas Road Note 1, Maintenance Management for District
Engineer, Crowthorne Berkshire, UK.
TRRL (1987), Overseas Road Note 2, Maintenance Techniques for District
Engineer, Crowthorne Berkshire, UK.
TRRL (1988), Overseas Road Note 15, Guidelines for the design and
operation of road management systems, Crowthorne Berkshire, UK.
TRRL (2003), Overseas Road Note 20, Management of rural road networks,
Crowthorne Berkshire, UK.
111
TRRL (1993), Overseas Road Note 31, Guidelines to the structural design of
bitumen-surfaced roads in tropical and sub-tropical countries, Crowthorne
Berkshire, UK.
TRL (1994), Maintenance of Roadside Areas and Drainage, International Road
Maintenance Handbook Volume I, United Kingdom.
TRL (1994), Maintenance of Unpaved Road, International Road Maintenance
Handbook Volume II, United Kingdom.
TRL (1994), Maintenance of Paved Road, International Road Maintenance
Handbook Volume III, United Kingdom.
TRL (1994), Maintenance of Structures and Traffic Control Design,
International Road Maintenance Handbook Volume IV, United Kingdom.
United Nations Economic Commission for Africa (1982), Road Maintenance
Handbook, Practical Guidelines For Road Maintenance in Africa, Volume III
Paved Road, Ministere de la Cooperation et du Development, Paris.
112
Indeks
A
Analisa K .................................... 66
Annual Average Daily Traffic ...... 15
Aspal Beton.............................. 118
B
Benkelman Beam ..3, 25, 37, 38, 42,
68, 73, 104, 106
British Pendulum.......................3, 31
MIS ..............................................47
Mu-meter ......................... 3, 31, 32
deflection bowl................................ 41
Naasra-meter................................... 3
Laser Profilometer......................3, 28
Levelling Permukaan....................... 9
padat alat.....................................66
padat karya........................... 37, 66
Pekerjaan Darurat............... 56, 71
Pemeliharaan Periodik. 55, 56, 67
Pemeliharaan Rutin ..... 54, 55, 66,
69, 70
Perkerasan Kaku......................118
Perkerasan Lentur ....................... 1
Present Serviceablity Index............... 5
PSI .................................... 5, 6, 7, 8
G
geophone.................................... 39
GIS ................................. 43, 50, 53
GPS ............................................. 43
I
Indeks Permukaan .81, 88, 89, 90
International Roughnes Index .......... 5
IRI ... 5, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 89
IRMS.......................................7, 15
R
RCI ................................... 9, 12, 13
roughness .........3, 4, 5, 9, 12, 21, 54
113
tekstur-mikro..............................22
test pits ..........................................34
skid resistance............................4, 22
surface distress....................... 3, 4, 17
survai kondisi kerusakan ............ 4
U
URMS...........................7, 9, 12, 53
T
tekstur-makro.............................22
114