Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKENARIO B BLOK 24
DISUSUN OLEH :
Kelompok B1
Widya Sistha Yuliasmi
Dhiya Silfi Ramadini
Alzena Dwi Saltike
Avyandara Janurizka
Rafenia Nayani
Michael Sintong Halomoan P
Nia Fitriyanti
M Fakhri Altyan
Inthn Atika
Ivan Alexander Liando
04121401003
04121401008
04121401009
04121401013
04121401024
04121401077
04121401079
04121401082
04121401085
04121401088
Tutor:
dr. Nova Kurniati, SpPD
Kelompok 1
Data Tutorial
Tutor
Moderator
Sekretaris
: Rafenia Nayani
Hari, Tanggal
Peraturan
Skenario
Bram, laki-laki , usia 8 bulan, dibawa ke RSMH karena belum tengkuranp. Bram
baru bisa memiringkan-miringkan badannya pada usia 6 bulan. Sampai saat inibelum
bisa makan bubur, sehingga masih diberi susu formula. Bram juga belum bisa makan
biskuit sendiri. Bram belum bisa mengoceh dan meraih benda.
Bram adalah anak kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan bidan pada
kehamilan 37 minggu dengan berat badan waktu lahir 2.400 gram. Selama hamil ibu
tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir bayi
tidak menangis, skor APGAR 1 menit 3, dan menit kelima 5. Dirawat di RS selama
10 hari karena susah bernafas.
Pemeriksaan fisik :
Berat badan 6,2 kg, panjang bdan 68 cm, lingkaran kepala 38 cm.
Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat
tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil
Template
1. How to Diagnose
Cerebral Palsy
Anamnesis :
keterlambatan
Jenis kelamin
CP tipe
CP tipe ataxic
down
diskinetic
Laki-laki
Laki-
Laki-laki
58,3%>
laki/wanita
58,3%>perempu 53,8%>perempu
perempuan
an
DMD(duscent
muscle distropy
Laki-laki
an
Motorik kasar
Terlembat dan
Terlambatdan
Normal/sedikit
(duduk dan
statis
mal
statis
terlambat
statis
merangkak)
padaawal umur,
selanjutnya
mengalami
kemunduran
progresif
Motorik kasar
Terlembat dan
Terlambatdan
Normal/sedikit
(duduk dan
statis
mal
statis
terlambat
statis
merangkak)
padaawal umur,
selanjutnya
mengalami
kemunduran
progresif
Usia kehamilan
75%
aterm/preterm
Aterm
75%
75%
aterm/preterm
aterm/preterm
aterm
Motorik kasar
Terlembat dan
Terlambatdan
Normal/sedikit
(duduk dan
statis
mal
statis
terlambat
statis
merangkak)
padaawal umur,
selanjutnya
mengalami
kemunduran
progresif
APGAR
Asfiksia berat
-/+
Asfiksia berat
Motorik
terlambat
Asfiksia berat
-/+
terlambat
Normal/sedikit
halus(belum
ada kelainan
terlambat
bisa makan
kongengital
padaawal umur,
nasi)
lain
selanjutnya
mengalami
kemunduran
progresif
Bicara bahasa
pertumbuhan
Gambaran
Resiko
terganggu
Bisaa terjadi
bertambah pada
karena otot
quadriplegi
orofaring terkena
Terganggu
gangguan otot
karena gangguan
pencernaan (otot
otot
orofaring),susah
pencernaan(otot
menelan
orofaring)
normal
Terganggu
normal
-/+
-/+
Refleks primitif +
-/+
-/+
dismorfik
Gerakan yang
tidak terkontrol
(choreoathetosis
(moro,
menggenggam,
tendon
meningkat)
Kekuatan kedua menurun
Normal/menur Menurun
lengan dan
un
menurun
Menurun
tungkai
Lengan dan
tungkai kaku
dan susah untuk
+ rigiditas
-/+
-/+
+ rigiditas
-/+
-/+
rigiditas
ditekuk
Kedua tungkai
saling menyilang
pada posisi
vertical
3. WD
=
Keterlambatan perkembangan motorik, sosialisasi/kemandirian dan bahasa
(Global Development Delayed) ec Cerebral Palsy quadriplegia tipe spastik +
Mikrosefali
4. Epidemiologi
= Insidensi dari cerebral palsy sebanyak 2 kasus per 1000 kelahiran hidup, dimana 5
dari 1000 anak memperlihatkan defisit motorik yang sesuai dengan cerebral palsy.
Lima puluh persen kasus termasuk ringan dan 10% termasuk kasus berat. Yang
dimaksud ringan adalah penderita dapat mengurus dirinya sendiri dan yang tergolong
berat adalah penderita yang membutuhkan pelayanan khusus. Dua puluh lima persen
memiliki intelegensia (IQ) rata-rata normal sementara 30% kasus menunjukan IQ
dibawah 70. Tiga puluh lima persen disertai kejang dan 50% menunjukan gangguan
bicara. Laki-laki lebih banyak dari perempuan (1,4 : 1,0), dengan rata-rata 70 % ada
pada tipe spastik, 15% tipe atetotik, 5% ataksia, dan sisanya campuran (Utomo, AHP.
2013).
Berdasarkan penelusuran rekam medis di Poliklinik Rawat Jalan Neurologi SMF
Kesehatan Anak RSF dalam kurun waktu 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2010,
didapatkan 191 pasien palsi serebral spastic. Rerata usia saat diagnosis palsi serebral
spastik ditegakkan 27,8 bulan dengan rentang usia 7-60 bulan. Didapatkan subjek
Pranatal :
a.
Malformasi kongenital.
Radiasi sinar X.
c.
Toksemia gravidarum.
d.
f.
2.
Natal :
a.
Anoksia/hipoksia.
partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan alat
tertentu dan lahir dengan seksio sesar.
b.
Perdarahan otak.
d.
Prematuritas.
Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang
kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal.
f.
Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa palsi serebral.
3.
Postnatal :
a.
Trauma kapitis.
b.
ensefalomielitis.
c.
Kern icterus.
induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral,
berlangsung pada minggu ke 5 6 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa
mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali,
hidrosefalus dan lain sebagainya.
Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 2
4. Gangguan pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali, makrosefali.
Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 3 5.
Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, sd berdiferensiasi dan daerah
periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri;
sedangkan migrasi secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke
permukaan korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan
kongenital seperti polimikrogiri, agenesis korpus kalosum.
8
Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun
pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik,
gangguan metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa
tahun pasca natal. Pada stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan
selubung mialin.
Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan
Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus yang bisa
mengenai korteks motorik traktus piramidalis daerah paraventnkuler ganglia basalis,
batang otak dan serebelum.
Anoksia serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan
subependim Asfiksia perinatal sering berkombinasi dengan iskemi yang bisa
menyebabkan nekrosis.
Kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan akan
menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang otak; bisa
menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid, gangguan pendengaran dan mental
retardasi. Infeksi otak dapat mengakiba tkan perlengketan meningen, sehingga terjadi
obstruksi ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus. Perdarahan dalam otak bisa
meninggalkan rongga yang berhubungan dengan ventrikel. rauma lahir akan
menimbulkan kompresi serebral atau perobekan sekunder. Trauma lahir ini
menimbulkan gejala yang ireversibel. Lesi ireversibel lainnya akibat trauma adalah
terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus yaitu pada kornu ammonis, yang akan bisa
mengakibatkan bangkitan epilepsi
7. Faktor Resiko
= Faktor-faktor resiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya CP semakin
besar antara lain adalah :
1.
Letak sungsang.
2.
Masalah vaskuler atau respirasi bayi selama persalinan merupakan tanda awal
yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau otak bayi tidak
Resiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan berat lahir rendah dengan berat di
bawah 2,5 kg.
5.
Kehamilan ganda
Resiko cerebral palsy akan semakin meningkat ketika sejumlah bayi membagi
uterus ibu.
6.
Malformasi SSP.
Perdarahaan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan.
8.
Penderita Cerebral palsy mempunyai banyak kelainan sesuai dengan lesi yang
10
Komunikasi-Informasi-Edukasi
Terapi nutrisi
Stimulasi
Fisioterapi
Farmakologi
Operatif (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
1. Aspek medis
a. Aspek medis umum:
1. Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita ini.
Karena sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan menelan, sukar untuk
menyatakan keinginan untuk makan. Pencatatan rutin perkembangan BB anak
perlu dilaksanakan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
Nutrisi diberikan per oral dalam bentuk yang tidak perlu diproses mekanik.
Untuk rentang usia 1-3 tahun, Kebutuhan energy 100 kkal/kgBB/hari,
kebutuhan protein 2 gr/hari. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
2. Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti imunisasi,
perawatan kesehatan, dan lain-lain. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
3. Konstipasi sering terjadi pada anak CP. Dekubitus terjadi pada anak-anak
yang tidak sering berpindah-pindah posisi. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
b. Terapi dengan obat-obatan
Sesuai kebutuhan anak (tergantung gejala), seperti obat-obatan untuk
relaksasi otot (untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam; bila
gejala berupa rigiditas bisa diberikan levodopa; Botolinum toxin (Botox)
intramuskuler bisa mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan. Hal ini akan
meningkatkan
luas
gerak
sendi
(ROM),
menurunkan
deformitas,
11
otot,
mungkin
perlu
dilakukan
pembedahan.
12
didalam latihan, untuk mencapai suatu postur dan gerak yang dikehendaki.
Secara umum konsep latihan ini berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa
bentuk stimulasi akan ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang
kemudian bila ini dilakukan berulang-ulang akan berintegrasi ke dalam pola
gerak motorik yang bersangkutan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
Contohnya adalah teknik dari Phelps, Fay-Doman, Bobath, Brunnstrom,
Kabat-Knott-Vos. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
2. Okupasional terapi
Terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari, evaluasi penggunaan
alat-alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktivitas bimanual. Latihan
bimanual ini dimaksudkan agar menghasilkan pola dominan pada salah satu
sisi hemisfer otak. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
3. Ortotik
Dengan penggunaan bracing, bertujuan untuk mengurangi beban aksial,
stabilisasi serta untuk pencegahan dan koreksi deformitas. (Hendy dan
Soetjiningsih, 2013)
4. Terapi wicara
Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia, disartria, disfasia,
dan bentuk campuran. Bertujuan untuk mengembangkan anak dapat
berbahasa secara pasif dan aktif. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
5. Nightsplinting
Mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi selama tidur
untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah. (Hendy dan
Soetjiningsih, 2013)
6. Pemakaian alat bantu
Berupa kruk ketiak, rollator, walker dan kursi roda manual/listrik. (Hendy dan
Soetjiningsih, 2013)
7. Edukasi dan motivasi keluarga
8. Melakukan tes pendengaran
13
Tujuan yang ideal dari suatu usaha rehabilitasi adalah agar penderita dapat
bekerja secara produktif, sehingga dapat berpenghasilan untuk membiayai
hidupnya. Mengingat kecacatannya, sering kali tujuan tersebut sulit dicapai.
Tetapi meskipun dari segi ekonomis tidak menguntungkan, pemberian
kesempatan kerja tetap diperlukan, agar dapat menimbulkan harga diri bagi
penderita yang bersangkutan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
c. Problem social
Bila terdapat masalah social, diperlukan pekerja social untuk membantu
menyelesaikannya. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
d. Lain-lain
Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas-aktifitas
kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh penderita ini. (Hendy dan
Soetjiningsih, 2013)
9. Pemeriksaan Penunjang
= Pemeriksaan Penunjang :
PEMERIKSAAN NEURORADIOLOGIK
Pemeriksaan khusus neuroradiologik untuk mencari kemungkinan penyebab CP
perlu dikerjakan, salah satu pemeriksaan adalah CT scan kepala, yang merupakan
pemeriksaan imaging untuk mengetahui struktur jaringan otak. CT scan dapat
menjabarkan area otak yang kurang berkembang, kista abnormal, atau kelainan
lainnya. Dengan informasi dari CT Scan, dokter dapat menentukan prognosis
penderita CP. MRI kepala, merupakan tehnik imaging yang canggih,
menghasilkan gambar yang lebih baik dalam hal struktur atau area abnormal
dengan lokasi dekat dengan tulang disbanding dengan CT scan kepala. Dikatakan
bahwa neuroimaging direkomendasikan dalam evaluasi anak CP jika etiologi
tidak dapat ditemukan.
Pemeriksaan ketiga yang dapat menggambarkan masalah dalam jaringan otak
adalah USG kepala. USG dapat digunakan pada bayi sebelum tulang kepala
mengeras dan UUB tertutup. Walaupun hasilnya kurang akurat dibanding CT dan
MRI, tehnik tersebut dapat mendeteksi kista dan struktur otak, lebih murah dan
tidak membutuhkan periode lama pemeriksaannya.
PEMERIKSAAN LAIN
14
pendengaran
untuk
menentukan
pemeriksaan
penunjang
yang
dibutuhkan. Jika dokter menduga adanya penyakit kejang, EEG harus dilakukan
(Level A, Class I-II evidence). EEG akan membantu dokter untuk melihat
aktivitas elektrik otak dimana akan menunjukkan penyakit kejang. Pemeriksaan
intelegensi harus dikerjakan untuk menentukan derajat gangguan mental.
Kadangkala intelegensi anak sulit ditentukan dengan sebenarnya karena
keterbatasan pergerakan, sensasi atau bicara, sehingga anak CP mengalami
kesulitan melakukan tes dengan baik.
Jika diduga ada masalah visus, dokter harus merujuk ke optalmologis untuk
dilakukan pemeriksaan; jika terdapat gangguan pendengaran, dapat dirujuk ke
otologist (Level A, Class I-II evidence)
Identifikasi kelainan penyerta sangat penting sehingga diagnosis dini akan lebih
mudah ditegakkan. Banyak kondisi diatas dapat diperbaiki dengan terapi spesifik,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup penderita CP.
Diagnosis Gizi kurang dan microsefali ditegakkan berdasarkan BB,PB, dan
lingkaran kepala.
10. Komplikasi
=
15
bisa dicegah. Adapun penyebab CP yang dapat dicegah atau diterapi antara lain:
1. Pencegahan terhadap cedera kepala dengan cara menggunakan alat pengaman
pada saat duduk di kendaraan dan helm pelindung kepala saat bersepeda, dan
eliminasi kekerasan fisik pada anak. Sebagai tambahan, pengamatan optimal selama
mandi dan bermain.
2. Penanganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru lahir dengan
fototerapi,
atau
jika
tidak
mencukupi
dapat
dilakukan
transfusi
tukar.
12. Prognosis :
=
Dubia tergantung tatalaksana yang diberikan
16
13. KDU
=2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter misalnya pemeriksaan lab atau xray. Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu
menindaklanjuti setelahnya
V. Learning Issue
A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak
bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat
diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ
yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara,
emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia
yang utuh.
2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut:
18
1.
Perkembangan
merupakan
hasil
proses
kematangan
dan
belajar.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor
herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau
kurus.
Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
Jenis kelamin.
19
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki.
Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak seperti kerdil.
Kelainan kromosom.
2.
1.
Faktor Prenatal
a.
Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin.
b.
Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.
c. Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan
kongenital seperti palatoskisis.
d.
Endokrin
Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan
kongential mata, kelainan jantung.
20
f.
Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak,
bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
g.
Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu
sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui
plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan terganggu.
i. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil
dan lain-lain.
2.
Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
3.
Faktor Pascasalin
Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
Penyakit kronis/ kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan
jasmani.
21
memerlukan
rangsangan/stimulasi
khususnya
dalam
keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian
halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
22
1).
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan
untuk
memberikan
respons
terhadap
suara,
berbicara,
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi
diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
o
Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
23
Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2
kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan
jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan
berlangsung
pesat
disertai
perkembangan
fungsi-fungsi.
Terjadi
transfer
Imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi aasam lemak
esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid)
pada otak dan retina.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama
kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh
lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok,
minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor
psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh buruk
bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk
selalu
memperhatikan
gerakan
janin
setelah
kehamilan
bulan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka
selama
masa
intra
uterin,
seorang
ibu
diharapkan:
24
untuk melahirkan.
Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat
ASI.
o Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi
sistem saraf.
Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai
unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai
orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik
untuk anak.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi,
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada
makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai
jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai.
25
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak
terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak
sangat besar.
4. Masa
anak
dibawah
lima
tahun
(anak
balita,
umur
12-59
bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan
dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut
serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak
yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini
akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar
berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa
ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi
apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
dikemudian hari.
5. Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan
aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir.
Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai
diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan
banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah
26
dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempattempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak.
Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat
untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain
dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor
penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar
dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara
bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan
anaknya, agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.
6. Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur
Umur 0-3 bulan
o
o
o
o
o
o
o
o
Menggenggam pensil.
o
o
o
o
o
o
27
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
28
o
o
o
o
o
diminta.
o
Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
o
Melepas pakaiannya sendiri.
Umur 36-48 bulan
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Berjalan lurus.
Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.
29
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
30
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi mengenai tinggi
badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang
berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi normal,
gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan
endokrin.
5. Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul
sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek
perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang
mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan
pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6. Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70)
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
B. Cerebral Palsy
Definisi
Cerebral palsy adalah terminologi yang digunakan untuk mendeskripsikan
kelompok penyakit kronik yang mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan
manifestasi klinis yang tampak pada beberapa tahun pertama kehidupan dan
secara umum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya. Pada
penyakit ini terjadi kerusakan pada sel-sel motorik yang sedang tumbuh atau
belum selesai tumbuh dan akan mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol
pergerakan dan postur secara adekuat.
Etiologi
31
a.
Pranatal :
1) Infeksi intrauterine : TORCH dan sifilis
2) Radiasi
3) Asfiksia intrauterine (abrupsio plasenta, plasenta previa, anoksia
maternal, kelainan umbilicus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dll.)
4) Toksemia gravidarum.
5) DIC karena kematian prenatal pada salah satu bayi kembar
b. Natal :
1) Anoksial hipoksia
2)
3) Trauma lahir.
4) Prematuritas.
5) Postmaturitas
6) Hiperbilirubinemia
7) Bayi kembar
c.
Postnatal :
1) Trauma kapitis.
2) Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis,
ensefalomielitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan
3) Racun : logam berat, CO
4) Kern icterus.
Faktor resiko
10 kali lebih sering ditemukan pada bayi premature
Very low birth weight < 1500g
Kehamilan letak sungsang
Kehamilan kembar
Kepala kecil(mikrosefali)
Hipertensi dalam kehamilan
Kejang segera setelah lahir
Epidemiologi
32
Angka kejadian 1-5/1000 anak. Lebih banyak laki-laki. Sering terdapat pada
anak pertama. Angka kejadian lebih tinggi pada bayi BBLR dan gemeli.
Cerebral Palsy dapat terjadi selama kehamilan (75 %), selama persalinan (5 %)
atau setelah lahir (15 %) sampai sekitar usia tiga tahun.
Klasifikasi
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis yang nampak
yaitu berdasarkan pergerakan:
Tipe Spastik (65%)
Pada tipe ini gambaran khas yang dapat ditemukan adalah paralisis spastik atau
dengan paralisis pada pergerakan volunter dan peningkatan tonus otot
(hipertoni, spastisitas, peningkatan refleks tendo dan klonus). Gangguan
pergerakan volunter disebabkan kesulitan dalam mengkoordinasi gerakan otot.
Bila anak menggapai atau mengangkat sesuatu, terjadi kontraksi otot secara
bersamaan sehingga pada pergerakan terjadi retriksi dan membutuhkan tenaga
yang banyak.
Paralisis akan mengenai sejumlah otot-otot, tetapi derajat paralisis berbedabeda, sehingga didapat ketidakseimbangan dalam tarikan otot dan akan
menghasilkan suatu deformitas tertentu, sehingga pada spastik Cerebral Palsy
deformitas akan berupa: fleksi, aduksi, dan internal rotasi. Gambaran khas
spastic gait berupa kekakuan dan kejang-kejang yang mengenai anggota gerak
yang terjadi di luar kontrol karena adanya deformitas posisi dan tampak nyata
pada saat penderita berjalan ataupun berlari. Paralisis spastik yang mengenai
otot bicara menyebabkan kesulitan pengucapan kata secara jelas. Paralisis
spastik pada otot menelan menyebabkan hipersekresi saliva yang berlebihan
sehingga air liur tampak menetes.
Tergantung dari luasnya lesi pada korteks serebral dapat terjadi spastik
paralisis, yang dapat di bagi menjadi :
Monoplegia :
Mengenai salah satu anggota gerak.
Hemiplegia
Mengenai anggota gerak atas dan bawah pada salah satu sisi.
Diplegia
Mengenai anggota gerak bawah.
Quadriplegia/tetraplegia
Mengenai seluruh anggota gerak.
33
Pasien dengan tipe spastik biasanya mengalami kerusakan pada korteks motorik
ataupun traktus piramidalis.
Tipe Atetoid (20%)
Gambaran khas atetosis adalah gerakan involunter yang tidak terkontrol pada
otot muka dan seluruh anggota gerak. Gerakan otot atetotik menyebabkan
perputaran, gerakan menggeliat pada anggota gerak dan muka sehingga
penderita tampak menyeringai dan bila mengenai otot yang digunakan untuk
berbicara maka akan timbul kesulitan berkomunikasi untuk menyampaikan
keinginan ataupun kebutuhannya.
Tipe atetosis pada pergerakan tangan dan lengan nampak sebagai getaran yang
bersifat regular atau spasme yang tiba-tiba. Terkadang pergerakan tidak
mempunyai tujuan, ataupun ketika ingin melalukan sesuatu maka anggota
badannya akan bergerak terlalu cepat dan terlalu jauh. Keseimbangannya juga
sangat buruk sehingga ia juga akan mudah terjatuh. Pada tipe ini kerusakan
terjadi pada sistem motorik ekstrapiramidal atau hingga ke ganglia basalis.
Tipe Ataksia (5 %)
Gambaran khas berupa ataksia serebral karena adanya gangguan koordinasi
otot dan hilangnya keseimbangan. Cara berjalan pada anak bersifat tidak stabil
dan
sering
terjatuh
walaupun
telah
menggunakan
tangan
untuk
34
DAFTAR PUSTAKA
35
1. Betz, L & Linda S, 2002, Buku saku peditrik, Alih bahasa monica ester edisi
8. jakarta; EGC
2. Hassan, Rusepno. 2007. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Infomedika
3. Staf pengajar IKA.1998. Buku Kuliah I Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Infomedika
4. Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan
anak fakultas kedokteran universitas Indonesia
5. Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme III JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson
textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier; 2011.
6. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, oleh F.J
Mnks, AMP Knoers, dan Siti Rahayu Haditomo, Gadjah Mada University
Press, 2001.
7. UNICEF & WHO. 2004. Low birthweight country, regional and global
estimation; WHO. 2003.
8. Technical consultation towards the development of a strategy for promoting
optimal fetal development; ACC/SCN. 2000.
9. Low Birthweight: Report of a Meeting in Dhaka, Bangladesh on 14-17 June
1999; Rao, B.T. et al. 2007. Dietary intake in third trimester of pregnancy and
prevalence of LBW
36