Disusun Oleh :
FERI FIRDIANSYAH
DRAJAD DZILFIKRI
11.14.033
11.14.034
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh :
FERI FIRDIANSYAH
DRAJAD DZILFIKRI
11.14.033
11.14.034
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Sebagai negara berkembang, Indonesia melaksanakan pembangunan dan
pengembangan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor industri. Dengan
kernajuan dalarn sektor industri diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dalam pernbangunanya, sektor industri ini dikembangkan dalarn beberapa tahap dan
secara terpadu melalui peningkatan hubungan antara sektor industri dengan sektor
lainnya.
Industri kimia merupakan salah satu contoh sektor industri yang sedang
dikembangkan di Indonesia, dan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi
pendapatan negara. Dalam mengembangkan dan meningkatkan industri ini diperlukan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu Indonesia harus mampu memanfaatkan
potensi yang ada, karena industri kimia membutuhkan perangkat perangkat yang
memang dibutuhkan dan juga membutuhkan sumber daya alam seefisien mungkin.
Disamping itu perlu juga penguasaan teknologi baik yang sederhana maupun yang
canggih,
sehingga
bangsa
Indonesia
dapat
meningkatkan
eksistensinya
dan
Secara komersial, produksi phenol sintetik ditemukan di Jerman oleh Dr. Heinrich
Hock dan koleganya Shon Lang pada tahun 1949 dan dipublikasikan di sebuah koran
yang membuat tentang auto oksidasi senyawa organik. Dan laporan tersebut
menunjukkan bahwa pada kondisi-kondisi yang telah ditetapkan cumene akan
teroksidasi menjadi cumene peroksida, yang selanjutnya akan terdekomposisi menjadi
fenol dan aseton.
(Gustina, Meli., 2015)
Kegunaan Produk Fenol banyak ditemukan dalam limbah industri di Indonesia,
industri-industri penghasil limbah fenol antara lain industri migas, perekat, kayu
lapis, farmasi, cat, tekstil, keramik, plastik, limbah cair rumah sakit dan
sebagainya. Selain itu fenol juga terdapat pada limbah domestik dimana salah
satunya berasal dari sisa pembersih lantai. Fenol juga dapat digunakan antara
lain:
1. Sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan
pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik
dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga
merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan
kloraseptik.
2. Pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan
lainnya.
3. Sebagai zat warna, fenol dapat digunakan sebagai pewarna buatan tapi dengan
konsentrasi yang kecil.
4. Sebagai lem kayu, fenol mempunyai daya rekat yang kuat jika fenol telah
direduksi menjadi resin, dan lain lain.
5. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat
dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami
sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa
fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh
(http://en.wikipedia.org, 2015)
= C7H6O2
= 122,12
= 122,4
= 249,2
= 1,316
= 1,029
= 1,26
= 31
= 6,339 10-5
= 147
= -385
= 534
= 3227
= gas
- Bau
= tidak berbau
- Rasa
Sifat kimia
- Kandungan udara kering adalah 78% Nitrogen, 20% Oksigen, 0,93% Argon,
0,03% Karbon Dioksida, 0,003% gas-gas lain (Neon, Helium, Metana,
Kripton, Hidrogen, Xenon, Ozon, Radon)
(http://en.wikipedia.org, 2015)
Bahan Pembantu
Katalis Cu-Mn
- Penampilan
= biru cair
- Bau
- pH
=68
= >200
- Density [lbs./gal]
= 10.05
(http://www.agrian.com, 2015)
Produk Utama
Produk utama yang dihasilkan adalah fenol
Sifat sifat fisika
- Rumus Molekul
= C6H5OH
= 94,11
= 40,9
= 181,75
= 1,071
= 0,02
= 11,41
= 1,8 107
= 694,2
= 82
= 0,77
= 120,6
= 511
= -160
= -32590
= 1,28 10-10
- Refraktif Index
= 1,5418
Kelebihan elektron dalam cincin aromatik pada posisi orto dan para membuat
fenol sangat rentan terhadap substitusi elektrofilik. Contohnya adalah reaksi
dengan brom dalam larutan encer untuk memberikan 2,4,6-tribromophenol di
yield tinggi. Reaksi lain yang penting adalah subtitusi karbon dioksida dengan
natrium fenoksida 125 oC untuk memberikan sodium salisilat (reaksi Kolbe).
Pada 125 oC karbon dioksida diganti dalam posisi orto, sedangkan pada suhu di
atas 250 oC isomer para. Reaksi lainnya berikut substitusi elektrofilik adalah
klorinasi, sulfonasi, dan nitrasi.
- Liquid-Phase Oksidasi.
Oksidasi zat organik dengan oksigen mengarah ke sejumlah besar produk
antara, misalnya, kumena hidroperoksida. Proses ini lanjutkan dengan
mekanisme radikal kompleks. Fenol bertindak sebagai inhibitor dalam reaksi
tersebut dengan bereaksi dengan radikal bebas untuk membentuk radikal
fenoksi. Ini adalah radikal relatif stabil yang tidak menyebarkan mekanisme
rantai. Oleh karena itu setiap masuknya diinginkan fenol menjadi seperti proses
oksidasi harus dihindari.
(Ullmanns, edition 7, 2005)
Produk Samping
Produk samping yang dihasilkan adalah karbon dioksida
Sifat sifat fisika
- Rumus Molekul
= CO2
= 44,010
= 1,997 (STP)
= 7,383
- Temperatur kritis, [ C]
= 31,04
= 468
= -393,51
= 573,02
= -78,92
= 98,07
Beberapa
dekomposisi
dapat
dilakukan
namun
dengan
NH2COONH4
NH2COONH4
NH2CONH2 + H2O
(NH4)2CO3
(NH4)2CO3
NH4HCO3 + NH3
(Ullmanns, edition 7, 2005)
c. Analisa Pasar
Pemasaran produk fenol untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri
tersebar di seluruh Indonesia. Jika kebutuhan dalam negeri sudah dapat dipenuhi
maka pemasaran diarahkan ke wilayah Asia, dibawah ini analisa pasar untuk
mengetahui potensi produk terhadap pasar.
Reaksi:
C6H6COOH + O2
C6H6OH + CO2
Komponen
Berat Molekul
Harga (US $) / kg
C6H6COOH
122,12
1,5
94,11
5,5
2
C6H6OH
Sumber: Alibaba.com, 2015
EP = Produk Reaktan
= [(1 94,11 US $ 5,5) [(1 122,12 US $ 1,5)]
= US $ 517,605 US $ 183,18
= US $ 334,425 per kgmol fenol
Penentuan Kapasitas Pabrik
Untuk mendirikan Pabrik Fenol pada tahun 2019 diperlukan data lengkap tentang
nilai import fenol.
Tabel 1. Data Import Fenol di Indonesia
Tahun
Impor (Kg/tahun)
% kenaikan
2010
13.935.438
2011
19.290.701
38,4291
2012
14.593.113
-24,3516
2013
16.630.449
13,9609
2014
17.158.250
3,1737
Rata-rata
7,8030
Sumber: Biro Pusat Statistik, Departemen Perindustrian, 2015
20.000.000
y = 7E-17e0,0268x
R = 0,1053
Jumlah (kg)
19.000.000
18.000.000
17.000.000
16.000.000
15.000.000
14.000.000
13.000.000
2010
2011
2012
2013
Tahun
2014
2015
Jadi,
y = 7E-17 e00268X
y = 7E-17 e00268(2019)
y = 22101666 kg/tahun
y = 22101,666 ton/tahun
Sebesar 22.101,666 ton/tahun akan memenuhi kebutuhan fenol di Indonesia,
sementara untuk kebutuhan luar negeri akan diekspor sebesar 40%, sehingga:
Kapasitas pabrik fenol yang akan dibangun
Jadi, kapasitas pabrik fenol yang akan dibangun di Indonesia sebesar 30.942,3330
ton/tahun, dengan rincian, 40%nya akan diekspor. Jadi kapasitas pabrik fenol tahun
2019 adalah 30.000 ton/tahun
Pemilihan Lokasi Pabrik
Lokasi suatu pabrik akan menetukan kedudukan pabrik dalam persaingan maupun
penentuan kelangsungan produksinya. Penentuan lokasi pabrik yang tepat, ekonomi
dan menguntungkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
agar secara teknis dan ekonomis pabrik yang dirancang akan menguntungkan.
Dalam perancangan pabrik fenol ini dipilih lokasi kawasan Industri Mojokerto,
Jawa Timur dengan pertimbangan:
1. Dekat dengan Salah Satu Bahan Baku
Salah satu bahan baku utama industri fenol adalah asam benzoat yang pada saat
ini kebutuhan asam benzoat di Indonesia sebagian besar diimpor dari negara
negara lain seperti: Cina, Hongkong, USA, Belanda, Jepang, Perancis dan Jerman,
maka lokasi pabrik dipilih tidak jauh dengan pelabuhan tanjung perak Surabaya.
2. Fasilitas Transportasi
Transportasi dikawasan industri Mojokerto lancar karena tidak jauh dengan
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sehingga mempermudah untuk melakukan
ekspor produk fenol keluar negeri maupun untuk memenuhi kebutuhan industri
dalam negeri. Selain itu juga memperlancar pengiriman bahan baku asam benzoat
padat yang diperoleh lewat import dari negara tetangga.
3. Letak Pasar
Mojokerto adalah salah satu kawasan industri strategis Jawa Timur yang sedang
dikembangkan dalam rangka pengembangan pembangunan kawasan Indonesia
Timur. Keberadaan Pabrik Fenol yang berlokasi di Mojokerto diharapkan akan
mampu memenuhi kebutuhan pasar fenol pabrik sekitarnya ( khusunya kawasan
Indonesia Timur) selain diprioritaskan untuk pasar ekspor.
4. Utilitas
Dalam hal penyediaan air sudah tersedia didalam kawasan Industri Mojokerto
dengan adanya plant pengolahan air sungai brangkal dan unit desalinasi.
Sedangkan untuk kebutuhan energi listrik diperoleh dari unit pembangkit listrik
yang dibangun pada kawasan industri tersebut.
5. Kareketeristik Lokasi dan Peraturan Pemerintah
Daerah Mojokerto merupakan kawasan industri strategis yang telah ditetapkan
pemerintah sebagai kawasan industri berikat dan terintegrasi diwilayah Indonesia
Timur sehingga faktor faktor pendukung seperti peraturan pemerintah (regulasi),
lingkungan, sosial dan perluasan pabrik telah dipersiapkan dengan baik.
6. Perluasan pabrik
Daerah Mojokerto mempunyai kemampuan untuk kemungkinan perluasan pabrik
karena mempunyai areal yang cukup luas dimana land claring masih dapat
dilakukan Hal ini perlu diperhatikan karena dengan meningkatnya permintaan
produk
Sulfanator
Benzene
Benzene
Neutralizing
tank
Phenol
Acidifier
Sulfur
dioxide
Water
Sodium sulfite
Fusion
pot
Vacuum
Column
Vaporizer
Waste
Filter
Sodium sulfite
Steam
still
Water
Caustic
soda
Dilute phenol
Wash water
Crystallizer
Sodium sulfite
benzenasulfonat
dipersiapkan
dalam
konsentrat. asam sulfat pada benzena. Air terbentuk dalam reaksi dan harus
dihapus karena efek pengenceran pada asam. Ketika konsentrasi asam
sulfat turun di bawah 78%, tindakan pensulfonasi berhenti. Dalam
mengatur untuk menghindari hal ini, sulfonasi yang dilakukan secara terusmenerus dalam fase uap dengan melewati uap benzena melalui reaksi zona
berlawanan terkonsentrasi (66 Be, 96%) asam sulfat. Benzen yang
bereaksi dengan asam dan juga azeotropikal menghilangkan air dalam
reaksi. Zona reaksi dipertahankan pada suhu perkiraan 150 C. Hasil
sulfonasi sampai hanya beberapa persen bebas sisa-sisa asam sulfat, yang
kemudian langsung dinetralkan dalam tangki netralisasi. Benzena, air, dan uap
asam yang kental, dan benzene yang pulih.
Produk sulfonasi ditambahkan secepat mungkin ke tangki netralisasi, yang
berisi larutan natrium sulfat. Natrium karbonat juga dapat digunakan, Sulfur
dioksida disalurkan ke Acidifier. Campuran yang dihasilkan natrium
benzenesulfonat dan natrium sulfat disaring pada suhu mendidih. Natrium
sulfat mengendap keluar dari larutan panas dan masuk pada filter; larutan
natrium benzenesulfonat induk dipompa ke fusion pot.
Besi pada fusion pot diisi dengan campuran soda kaustik dan dipanaskan
sampai 300 C dengan gas atau minyak api. Pada suhu ini (300-220 C)
natrium benzenesulfonat diperkenalkan di bawah permukaan lelehan kaustik.
Sekitar 3 mol alkali/mol sulfonat digunakan. Temperatur dipertahankan pada
300-310 C selama beberapa jam dan akhirnya pada sekitar 330 C selama 1
jam. Setelah fusion pot selesai (5 sampai 6 jam), pot dikosongkan, dan lelehan
diencerkan dengan air atau fenol encer dicuci dengan air. Natrium fenat
natrium hidroksida sodium sulfat solusi diasamkan dengan sulfur dioksida
yang diperoleh dari netralisasi asam sulfonat. Sejumlah kecil asam sulfat
dgunakan kembali
untuk
mentah
modifikasi proses hidrolisa untuk membuat phenol dari benzena tapi hanya satu
yang digunakan secara komersial, yaitu soda kaustik digunakan sebagai
hidrolisa agent, sedangkan sodium karbonat yang telah digunakan tidak
ekonomis secara komersial. Reaksi yang terjadi:
C6H5Cl + 2NaOH
C6H5ONa + NaCl
C6H5OH + NaCl
Reaksi samping:
C6H5ONa + C6H5Cl
C6H5OC6H5 + NaCl
Benzene
Water
Caustic
soda
Pump
Chlorobenzene
Acid
Vect
Water
Neutralizer
and separator
Vacuum
column
Electrolytic
cell
Diphenyl
oxide
Absorption
tower
Chlorine
Hydrogen
Chloride
Brine
Chlorinator
Hydrogen
Phenol
Reactor
Recovered brine (NaCl)
Diphenyl oxide
(27,6-34,5 MPa) dan 400 C. waktu tinggal adalah 15 sampai 20 menit. Jika
pertukaran panas tidak memadai suhu reaksi yang tepat, panas tambahan
mungkin diberikan dengan cara yang sesuai (gas buang atau transfer panas
dari bahan organik)
Produk reaksi, yang terdiri dari natrium fenat, natrium klorida, air, dan
reaktan berubah, didinginkan dengan melewati penukar panas ke acidifier
(penetral). Dua larutan encer dari larutan organik dipisahkan dan didaur
ulang. Larutan encer kemudian ditambahkan dengan asam klorida untuk
mengkonversi natrium fenat untuk fenol yang tertuang dan dipisahkan pada
kolom vakum untuk memberikan fenol kualitas TTSP. Yield adalah 90
sampai 95% berat berdasarkan klorobenzena, konversi per jalan adalah 35
sampai 45%. Setelah decanting fenol, lapisan air yang tersisa, sebagian
besar natrium klorida, dibebaskan dari larutan fenol dengan distilasi uap.
Proses kaustik ini terutama berlaku ketika natrium klorida, air garam dan
benzena digunakan sebagai bahan baku. Air garam adalah konversi
elektrolit sel untuk hydregen, klorin, dan soda kaustik. Benzena yang
terklorinasi, menghasilkan klorobenzena dan asam klorida. Chlorobenzene
yang dihidrolisis, menggunakan soda kaustik berair. Dihasilkan natrium
fenat yang diasamkan dengan asam klorida (produk dari klorinasi),
menghasilkan fenol dan air garam. Yang terakhir ini digunakan kembali
dalam awal siklus. Proses ini digunakan oleh salah satu perusahaan di
Amerika Serikat. Untuk mengambil keuntungan penuh dari proses ini,
neceseary beroperasi pada skala yang membenarkan pemulihan dan
pemurnian dari produk, o- dan p-phenylphenol dan difenil oksida.
(Keyes, D.B., 1957)
- Proses Oksidasi Asam Benzoat
Untuk menghasilkan fenol, asam benzoat dicampur dengan sejumlah kecil
katalis Cu-Mn menghasilkan benzoat tembaga, dan dimasukkan ke reaktor
(oxdizer). Sebuah campuran udara dan uap menyembur ke dalam reaktor, di
mana asam benzoat dioksidasi menjadi fenol. Reaktor dipertahankan pada 230
C dan 20 sampai 25 psi (138-172 kPa). Fenol dan asam benzoat yang
C6H5OH + CO2
Benzoid
acid
Air and
steam
Benzoid
acid
Heavy ends
to extrction
Phenol column
Distillation
column
Catalyst
Oxidizer
Separator
Phenol and
water to dist
Phenol
Gambar 2.4. Blok Diagram Pembuatan Phenol Dengan Proses Oksidasi Toluena
(Keyes, D.B., 1957)
b. Seleksi Proses
Dari ketiga macam proses pembuatan fenol diatas, selanjutnya dilakukan
pemilihan terhadap jenis proses yang paling baik. Dalam penentuan proses yang akan
digunakan, perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu :
- Segi teknologi proses
Pada proses pembuatan phenol, teknologi proses yang digunakan harus tepat.
Hal ini akan mempengaruhi mutu produk baik dari segi kemurnian dan konversi
reaksi yang terjadi.
- Segi Ekonomis
Dari segi ekonomis, hal yang perlu dipertimbangkan adalah mengenai harga
peralatan dan bahan baku. Pengadaan peralatan yang tidak terlalu banyak dapat
memperkecil modal yang dibutuhkan, demikian juga dengan bahan baku. Bahan
baku yang digunakan harus mudah didapat dan dekat dengan lokasi pabrik
sehingga dapat menghemat biaya transportasi.
Dari uraian proses diatas, dapat dibuat tabel perbandingan dari kelima macam
proses pembuatan phenol seperti terlihat dalam tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan Proses Pembuatan Phenol
Jenis Proses
No
Parameter
Proses Sulfonasi
Benzena
Proses
Klorobenzena
Proses Oksidasi
Asam Benzoat
Benzene
Klorobenzena
Asam Benzoat
Kontinyu
Kontinyu
Batch
5000 psi
20 25 psi
Aspek Teknis
- Bahan baku
- Proses
- Tekanan
1.
- Suhu
150 C
400 C
230oC
NaOH
HCl
Cu-Mn
85 %
90 %
90 %
Na2SO3
NaCl
CO2
- Biaya operasi
Relatif mahal
Relatif murah
Relatif murah
- Biaya investasi
Relatif mahal
Relatif murah
Relatif murah
- Katalis
- Yield
- Produk
samping
Aspek Ekonomi
2.
Dari tabel 2.1. terlihat bahwa proses pembuatan fenol dengan menggunakan
oksidasi asam benzoat sebagai bahan bakunya terlihat lebih menguntungkan,
karena dari segi proses yang digunakan lebih mudah dan suhu serta tekanan
operasinya tidak terlalu tinggi, konversi reaksi cukup tinggi, dan prosesnya
berjalan secara batch. Oleh karena itu, dipilihlah proses oksidasi asam benzoat
sebagai proses pembuatan phenol.
c. Uraian Proses
Proses yang dilakukan pada Pra Rencana Pabrik Fenol dari Asam Benzoat dan
Udara ini adalah reaksi oksidasi terhadap asam benzoate dengan udara. Proses ini
dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu:
1. Persiapan bahan baku
2. Peleburan dan pemanasan
3. Reaksi pembentukan produk
4. Pendinginan
5. Pemisahan dan pemurnian produk
6. Penanganan produk akhir
Secara garis besar keenam tahapan proses tersebut dapat diuraikan seperti berikut:
1. Persiapan Bahan Baku
Proses oksidasi Asam Benzoat pada Pra Rencana Pabrik ini dilakukan pada fase
cair, maka Asam benzoate harus dilelehkan terlebih dahulu. Asam Benzoat dari
gudang penyimpanan bahan baku (F-111) diangkut dengan Belt conveyor (J-112)
dan kemudian masuk kedalam Bucket elevator (J-113) untuk diangkut masuk ke
dalam Hopper (H-114) untuk dimasukkan kedalam Melter (Q-110) untuk
dilelehakan.
2. Peleburan dan Pemanasan
Setelah Asam Benzoat masuk ke dalam Melter (Q-110), Asam Benzoat dilelehkan
hingga suhunya 132 375C. Oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
Asam Benzoat berasal dari udara bebas yang sebelumnya telah dibersihkan
dengan cara melewatkan ke Automatic Air Filter (H-121), dengan demikian udara
diharapkan telah bebas dari kotoran atau debu yang terikut. Kernudian udara
dikompresi didalam Reciprocating Compressor (G-122) hingga tekanannva
meningkat menjadi 1,36 atm. Udara mengalami pemanasan lebih lanjut didalam
heater udara (E-123) hingga suhu 230C.
2. Reaksi Pembentukan Produk
Reaksi fare liquid gas berlangsung dalam Fixed Bed Multitubular Reaktor.
Reaksi ini merupakan reaksi oksidasi yang berlangsung pada temperature 230C
dan tekanan 1,36 atm, serta reaksi bersifat eksotermis. Reaksi yang terjadi dalam
Reaktor (R-120) adalah sebagai berikut:
C2H5COOH + O2
C6H5OH + CO2
3. Pendinginan
Karena proses yang dilakukan dalam kondisi isothermal, maka dilakukan
pendinginan terhadap reactor. Pendingin yang digunakan adalah air pendingin dari
cooling tower water. Temperatur air pendingin yang masuk dalam Reaktor adalah
30C dan keluar pada suhu 35C. Gas hasil reaksi yang keluar dari Reaktor (R120) kemudian dilewatkan pada Gas Cooler (E-124) untuk menurunkan suhunya
hingga menjadi 157C. dan dialirkan kedalam Flash Distilasi (D-125).
4. Pemisahan dan Pemurnian Produk
Didalam Flash Distilasi (D-125) terjadi pemisahan antara gas (bagian atas) dan
liquid (bagian bawah yang mengandung asam benzoat, air dan kaya fenol ), fase
liquid kemudian masuk kedalam Distilasi (D-130) untuk memisahkan fenol
(bagian atas) dan asam benzoat (bagian bawah), kemudian hasil bagian atas
masuk dalam Dekanter (H-134) untuk memisahkan fenol dan air dengan metode
perbedaan densitas, setelah itu fenol masuk kedalam Distilasi (D-140) untuk
memisahkan air yang mesih terkandung dalam fenol dan masuk dalam tangki
penampung (F-149)
5. Penanganan Produk Akhir
Pada tahap ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses, Produk fenol yang
keluar dilakukan proses pengepakan dengan memasukkan kedalam drum
kemudian dipasarkan.
DAFTAR PUSTAKA