PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kecemasan atau ansietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas
sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap pencapaian kedewasaan, merupakan
masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan juga merupakan
ketakutan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku. Baik tingkah laku normal
maupun tingkah laku yang menyimpangan, yang terganggu, kefua-duanya
merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap
kecemasan itu. Tidak sorang pun bebas dari kecemasan. Semua orang pasti
merasakan kecemasan dalam derajad tertentu. Bahkan kecemasan yang ringan
dapat berguna yakni dalam memberikan rangsangan terhadap seseorang.
Rangsangan untuk mengatasi kecemasan dan membuang sumber kecemasan.
Kecemasan yang dapat membuat seseorang putus asa dan tidak berdaya sehingga
mempengaruhi seluruh kepribadiannya adalah kecemasan yang negative.
Rasa takut yang ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga seseoranga
akan menghindari diri dari sebagainya. Kecemasan atau ansietas dapat ditimbulkan
oleh bahaya dari luar, mungkin juga bahaya dari dalam diri seseorang, dan pada
umumnya ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam ditimbulkan bila ada
sesuatu hal yang yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran, perasaan,
keinginan dan dorongan. Pada umumnya pada orang tua memakai kecemasan
berhubungan dengan penolakan dan tidak menyayangi anak untuk mengajarkan
beberapa pola tingkah laku kepada anaknya. Penolakan terus menerus oleh orangorang yang berarti bagi seseorang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan yang
berat seumur hidup.
Pada saat ini banyak sekali benyak sekali kecemasan yang timbul
sehubungan dengan moderisasi dan perkembangan teknologi yang mempersempit
langkah kerja. Hampir setiap orang mengalami keraguan, ketidak pastian dalam
menghadapi masa kini yang kompleks. Walaupun kecemasan dapat bersifat
konstruktif dan destruktif namun demikian kecemasan ini harus dipakai sebagai alat
untuk mencapai perbaikan dan kemajuan.
Ansietas adalah masalah penting pada pelayanan kesehatan baik primer
maupun spesialis, karena rata-rata prevalensi seumur hidup untuk gangguan ini
sekitar 25% dari semua pasien gangguan medis umum. Stresor psikologis dan fisik
dari gangguan medis sering memicu ansietas, terutama pada individu yang rentan.
Kecemasan (ansietas) itu sendiri merupakan respon psikologik terhadap
stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi fisiologis
terhadap ansietas merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom,
meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan
suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab.
1
Manifestasi yang khas pada ansietas tergantung pada masing-masing individu dan
dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh, dan menangis.
Kecemasan bersifat kompleks dan abstrak seperti yang telah ditulis oleh Freud
bertahun-tahun yang lalu. Ansietas adalah keadaan suasana perasaan (mood) yang
ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran
tentang masa depan (Barlow, 2002). Kecemasan (ansietas) pasien pre operasi
disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah dari faktor pengetahuan dan sikap
perawat dalam mengaplikasikan pencegahan ansietas pada pasien pre operasi
elektif di Ruang. Ansietas pasien ada yang berhubungan dengan menghadapi
pembiusan, nyeri, keganasan, kematian dan ketidaktahuan tentang prosedur operasi,
cara latihan napas dalam, batuk dan relaksasi serta strategi kognitif, dan sebagainya.
Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran
penting tentang ansietas yag berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan
fisiologis. Individu yang mengalami gangguan ansietas dapat memperlihatkan
perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan
terhadap objek dan kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa
dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatic, atau rasa
kkhawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Pada kesempatan yang
jarang terjadi, banyak orang memperlihatkan salah satu dari perilaku yang tidak
lazim tersebut sebagai respon normal terhadap ansietas. Perbedaan antara respon
ansietas yang tidak lazim ini dengan gangguan ansietas ialah bahwa respon ansietas
cukup berat sehingga bisa mengganggu kinerja individu, kehidupan keluarga, dan
lingkungan sosial.
Banyak individu yang mengalami gangguan ansietas merasa takut mereka
akan menjadi gila karena mereka yang tidak lazim atau mereka mengalami
serangan jantung karena respon fisiologis seperti palpitasi, berkeringat, dan
kesulitan bernapas. Mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki kendali atas
respon yang tidak lazim tersebut dan sangat menginginkan respon itu berhenti.
Individu yang mengalami gangguan ansietas tidak psikotik pada kenyataannya,
mereka melakukan fungsi dalam batas-batas realitas dan menyadari penuh bahwa
episode aneh yang mereka alami itu tidak normal. Sebaliknya, individu yang
psikoti, seperti skizofrenia, tidak menyadari bahwa perilaku mereka yang tidak
lazim itu berbeda dari perilaku yang normal.
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau
mungkin memiliki firasan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa
emosi yang mengancan tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat
diidentifikasikan sebagai stimulus ansietas (comer, 1992). Ansietas merupakan alat
peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu.
Takut sebenarnya tidak dapat dibedakan dengan ansietas karena individu
yang merasa takut atau ansietas mengalami pola respons perilaku, gisiolagis dan
emosional dalam rentang yang sama. Satu-satunya perbedaan antara keduanya ialah
2
bahwa rasa takut yang ditimbulkan sebagai respon terhadap objek mengancam yang
dapat diidentifikasikan dan spesifik. Takut adalah mengetahui adanya suatu
ancaman; ansietas adalah emosi yang ditimbulkan oleh rasa takut. Ancaman yang
menstimulasi rasa dapat nyata atau dipersepsikan, misalnya rasa takut yang nyata
dialami ketika seseorang berhadapan dengan penyerang yang membawa senjata
atau rasa takut yang dipersepsikan ketika dipanggila untuk menemui penyelia.
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek membahayakan,
yang bergantungpada tingkat ansietas,lama ansietas dialami an seberapa baik
individu melakukan koping terhadap ansietas. Ansietas dapat dlilihat dalam ringa,
sedang, berat sampai panik. Setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologi dan
emosional pada individu.
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulus sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Misalnya, ansietas ringan
membantu mahasiswa berfokus pada informasi baru yang diberikan dikelas atau
klinik.
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitas. Misalnya, seorang
wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa
ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun
banyak tanpa ia berupaya menurunkannya.
Ansietas dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
ada ancaman; ia memperlihatkan respons takut dan distres. Ketika individu
mencapai tingkat tertinggi ansietas, panic berat, semua pemikiran rasional berheni
dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze yakni kebutuhan
untuk secepatnya, tetap di tempat dan berjuang, atau menjadi beku dan tidak dapat
melakukan sesuatu.
Sisi negatif ansietas atau sisi yang membahayakan ialah rasa khawatir yang
berlebihan masalah yang nyata dan potensial. Hal ini menghabiskan
tenaga,menimbulkan rasa takut, dan menghambat individu melakukan fungsi
dengan adekuat dalam situasi interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial.
Diagnosa gangguan ansietas ditegakkan ketika ansietas tidak lagi berfungsi sebagai
tanda bahaya, melainkan menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar
kehidupan individu sehingga menyebabkan maladapif dan disabilitas emosional.
Misalnya, diagnosa ansietas umum ditegakkan ketika individu selalu khawatir
tentang sesuatu atau semua hal tanpa alasan yang nyata, merasa gelisah,lelah, dan
tegang, serta sulit berkonsentrasi sekurang-kurangnya enam bulan terakhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung
oleh situasi (Videbeck, 2008). Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa
objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara
interpersonal (Suliswati, 2005). Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang
berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan
gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas
bagi pasien (Mansjoer, 1999).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau
mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat
diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Corner, 1992).
Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu
berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan
pengalaman mengatasi kecemasan.
2.2 Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
5
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot ringan
- Sadar akan lingkungan
- Rileks atau sedikit gelisah
- Penuh perhatian
- Rajin
b. Respon kognitif
- Lapang persepsi luas
- Terlihat tenang, percaya diri
- Perasaan gagal sedikit
- Waspada dan memperhatikan banyak hal
- Mempertimbangkan informasi
- Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
- Perilaku otomatis
- Sedikit tidak sadar
- Aktivitas menyendiri
- Terstimulasi
- Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
a. Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
7
c. Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas
- Proses berpikir terpecah-pecah
- Sulit berpikir
- Penyelesaian masalah buruk
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- Hanya memerhatikan ancaman
- Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Egosentris
c. Respons emosional
- Sangat cemas
- Agitasi
- Takut
- Bingung
- Merasa tidak adekuat
- Menarik diri
- Penyangkalan
- Ingin bebas
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah.
Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze
8
10
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan
pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
2.9 Asuhan Keperawatan
2.9.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
a. Initial
: Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-laki,
karena wanita lebih mudah stress dibanding pria.
b. Umur
: Toddler - lansia
11
c. Pekerjaan
d. Pendidikan
12
13
15
anorexia
Mual, muntah
Isolasi sosial
Defisit
perawatan diri
meningkat
Gangguan proses pikir : Ansietas
Peristiwa Traumatik
b.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
TUK :Menunjukan
pengendalian
impuls
dengan
mempertahankan
pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten.
Intervensi
Rasional
Peningkatan koping :
Membantu pasien untuk beradaptasi
- Nilai kesesuaian pasien terhadap
untuk beradaptasi dalam menerima
perubahan gambaran diri.
stressor, p[erubahan atau ancaman yang
- Nilai dampak kehidupan pasien
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan
terhadap peran dan
dan peran dalam kehidupan.
hubungannnya dengan orang lain.
Dukung pembuatan keputusan :
Memberikan informasi dan dukunagn
- Explorasi metode yang digunakan pada pasien dalam membauta keputusan
pasien pada masa sebelumnya
berkaitan dengan perawatan kesehatan.
dalam mengatasi masalah
kehidupan.
- Evaluasi kemampuan pasien
dalam mengambil keputusan.
Health Education :
- Memberikan informasi faktual
yang terkait dengan diagnose,
pengobatan, prognosis.
- Menganjurkan pasien untuk
Meningkatkan koping individu klien dan
mengguanakan tekhnik relaksasi
keluarga, serta memandirikan.
sesuai kebutuhan.
- Memberikan pelatihan
ketrampilan social yang sesuai.
Kolaboratif :
- Melibatkan sumber-sumber yang
ada di rumah sakit dalam
memberikan dukungan emosional
untuk pasien dan keluarga.
Memaksimalkan upaya penyembuhan
- Fasilitasi pasien untuk mengenal
klien dengan berkolaborasi dengan
kelompok yang mendukungnya,
tenaga medis yang lain.
pemberi layanan kesehatan
lainnya.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah,
dan asam lambung meningkat.
TUM : Menunjukan perawatan diri ; aktivitas kehidupan sehari-hari.
TUK : Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri.
Intervensi
Rasional
Pengkajian :
Karena kemampuan dalam memenuhi
- Kaji kemampuan klien dalam nutrisi sensori, kognitif dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya.
berpengaruh pada proses pemenuhan
18
nutrisi.
19
BAB III
KESIMPULAN
Ansietas adalah respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan
kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang
menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi
pasien.
Perlunya asuhan keperawatan dalam manajemen koping akan meningkatkan
kemampuan adaptasi menghadapi stressor sehingga tidak berlanjut ke arah gangguan
jiwa yang lebih berat serta pasien dapat kembali ke aktivitas kahidupan normal.
20
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jilid 1. Jakarta : Penerbit
Aesculapius Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5th ed.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nurjannah, I. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen. Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta :
Penerbit MocoMedia.
Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Viedebeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 7th ed. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
21