Carsinoma Nasofaring
A. Pengertian
Karsinoma
nasofaring
merupakan
tumor
ganas
daerah
di
bawah
dasar
tengkorak
serta
berhubungann
dimana
sel
abnormal
timbul
dari
sel
normal,
Ras
mongoloid
merupakan
faktor
dominan
timbulnya
semua
penderita
kanker nasofaring
2.
Virus
Epstein-Barr,
nasofaring
di
dapat
Letak geografis
karena
titer
pada
anti
virus
Epstein-Barr
4.
Rasial
5.
6.
Genetik
7.
Kebiasaan hidup
8.
Pekerjaan
9.
masak
dengan
bumbu
masak
tertentu,
Kebudayaan
11.
Sosial ekonomi
12.
C. Patofisiologi
Jaringan
yang
normal
terdiri
dari
sel-sel
yang
nukleus
yang
besarnya
sama.
Di
dalam
tiap
tiap
tempat
dan
pada
tiap
kromosom
terdapat
RNA di
dalam kromosom
dari masing-masing
akan
akhirnya
membentuk
organ-organ
orang
dewasa
dalam
sel
mengalami
diferensiasi
dalam
ukuran
besar.
pertumbuhan
malignan.
sel
yang
Pertumbuhan
sel
abnormal
yang
lain
adalah
adalah
anak
sebar
diyakini
bahwa
atau
metastase.
adanya
gangguan
Sel-sel
yang
proses
yang
1.
Klinikal Pathway
Berfungsinya
onkogen
( Carsinogenic Agent)
Mutasi gen
pengendali
pertumbuhan
Infeksi virus
( Virus SV 4)
Gangguan mekanisme
pengendalian
pertumbuhan normal
Lumen
distal
Penekanan
reseptor Pada
lobus paru,
prostalagnin,
serotonin,
bradikinin,
norefinefrin, ion
hidrogen, ion
kalium dan
subtance P
Nyeri
Ketakutan
(Kecemasan)
Kompetisi
Pemakaian
ProksimalNutrisi,
rangsangan organ
viseral melalui
Sumbatan
transmitor
H1,
partial/total
serotonin (5
HT3), Host
Cytokine
Metastase
Hematogen/Limfogen/Langsung
Multiorgan failure
Sepsis
Brokiektasis
Syok
Sepsis
Ggn pertukaran
gas
Resiko infeksi
Pola nafas
tidak efektif
Ggn Nutrisi
Peningkatan
suhu
Diplopia
Neuralgia trigeminal
Keratinizing
Non Keratinizing.
b. Undiffeentiated
epidermoid
carcinoma
-
Transitional
Lymphoepithelioma.
c. Adenocystic carcinoma
2. Menurut bentuk dan cara tumbuh
carcinoma
anaplastic
a. Ulseratif
b. Eksofilik: Tumbuh keluar seperti polip.
c. Endofilik: Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih
tinggi
dari
jaringan
sekitar
(creeping
tumor)
3. Klasifikasi Histopatologi menurut WHO (1982)
Tipe WHO 1:
a. Karsinoma sel skuamosa (KSS)
b. Deferensiasi baik sampai sedang.
c. Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
Tipe WHO 2:
a. Karsinoma non keratinisasi (KNK).
b. Paling banyak pariasinya.
c. Menyerupai karsinoma transisional
Tipe WHO 3:
a. Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).
b. Seperti
antara
anaplastik,
lain
Clear
limfoepitelioma,
Cell
Carsinoma,
Karsinoma
varian
spindel.
c. Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
Indonesia Cina
sel
Tipe WHO
29%
35%
14%
23%
57%
42%
4. Klasifikasi TNM
Menurut
UICC
(1987)
pembagian
TNM
adalah
sebagai
berikut:
T1 = Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring.
T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.
T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.
T4 = Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai syaraf
otak.
N1 = Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang
sama, mobil, soliter dan berukuran kurang/sama
dengan 3 cm.
N2 = Metastasis pada satu kelenjar pada sisi yang sama
dengan ukuran lebih dari 3 cm tetapi kurang dari 6
cm, atau multipel dengan ukuran besar kurang dari 6
cm, atau bilateral/kontralateral dengan ukuran
terbesar kurang dari 6 cm.
N3 = Metastasis ke kelenjar getah bening ukuran lebih
besar dari 6 cm.
M0 = Tidak ada metastasis jauh.
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
T1
T2
T3
T1 3
T4
Semua T
Semua T
N0
N0
N0
N1
N0 1
N0 3
Semua N
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
Lokasi:
1
Fossa Rosenmulleri.
Atap nasofaring.
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan CT Scan daerah kepala dan leher
2. Pemeriksaan serologi Ig A anti EA dan IgA anti VCA
untuk virus Epstein Barr
3. Biopsi nasofaring dari hidung atau dari mulut
G. Penatalaksanaan Medis
1.
Radiotherapi
2.
Diseksi leher
3.
Pembesaran terasiklin
4.
Faktor transfer
5.
Interfiran
6.
Kemotherapi
7.
Serotherapi
8.
Vaksin
9.
Antivirus
rasa
nyaman
(nyeri)
berhubungan
dengan
Ca.
Nasofaring
2. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada
kepala.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
4. Ketergantungan
pemenuhan
kebutuhan
sehari-hari
tentang proses
penyakit, diet,
I. Penatalaksanaan Keperawatan
mengungkapkan
dapat
beristirahat
dengan
cukup.
Rencana tindakan:
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional:
Lingkungan
yang
nyaman
dapat
membantu
meningkatkan tidur/istirahat.
2) Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional:
Mengetahui
perubahan
dari
hal-hal
yang
adanya
lain
faktor
seperti
penyebab
cemas,
gangguan
efek
pola
obat-obatan
tidur
dan
suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola
tidur
yang
pasien.
lain
dialami
dan
dirasakan
jatuh
dalam
tidur,
teknik
tanda-tanda
kurangnya
pemenuhan
kebutuhan
tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan
pola
tidur pasien
tidur
sehingga
akibat gangguan
dapat
diambil
pasien
memberikan
sehingga
intervensi
perawat
yang
bisa
cepat
dan
tepat.
2) Beri
kesempatan
pada
pasien
untuk
mengungkapkan
rasa cemasnya.
Rasional: Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3) Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional: Agar terbina rasa saling percaya antar
perawat-pasien
sehingga
pasien
5) Berikan
dokter,
keyakinan
dan
tim
pada
pasien
kesehatan
lain
bahwa
perawat,
selalu
berusaha
mungkin.
Rasional:
Sikap
positif
membantu
dari
timkesehatan
akan
kecemasan
yang
menurunkan
dirasakan pasien.
6) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi
pasien secara bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada
anggota keluarga yang menunggu.
Lingkung
yang
tenang
dan
nyaman
dapat
Untuk
mengetahui
tentang
keadaan
dan
pasien
untuk
mematuhi
diet
yang
telah
diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi
terjadinya
hipoglikemia
hiperglikemia.
3) Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional:
Mengetahui
pasien
perkembangan
(berat
badan
berat
badan
merupakan
salah
Mengetahui
melaksanakan
apakah
pasien
program
diet
telah
yang
ditetapkan.
5) Kerja
sama
dengan
tim
kesehatan
lain
untuk
Rasional:
Pemberian
insulin
pemasukan
glukosa
sehingga
diet
gula
yang
penurunan
akan
ke
darah
sesuai
gula
meningkatkan
dalam
jaringan
menurun,pemberian
dapat
darah
mempercepat
dan
mencegah
komplikasi.
4.Kurangnya
pengetahuan tentang
proses penyakit,
diet,
mengetahui
tentang
proses
penyakit,
diet,
dapat
melakukan
perawatan
diri
sendiri
Rencana Tindakan :
1) Kaji
tingkat
pengetahuan
pasien/keluarga
tentang
Untuk
memberikan
informasi
pasien/keluarga,
pada
perawat
perlu
yang
diketahui
pasien/keluarga.
2) Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan
dengan menggunakan kata-kata dan kalimat
yang
dapat
dimengerti
pasien
sesuai
Agar
mudah
informasi
dan
dapat
tepat
diterima
dengan
sehingga
tidak
menimbulkan kesalahpahaman.
4) Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya
bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional:
Dengan
penjelasdan
secra
langsung
yang
dalam
ada
dan
tindakan
ikut
yang
Gambar-gambar
dapat
membantu
mengingat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda
Juall.
(2001).
Buku
Saku
Diagnosa
UPF
Ilmu
Penyakit
THT
FK
Unair.
(1994).
Pedoman
Umum
Daerah
Dr
Soetom
Fakultas
Kedokteran
C.
J.
(2000).
Perencanaan
Asuhan
Keperawatan
Ilmu
Kesehatan
THT.
Edisi
kekempat.
FKUI
Jakarta.
Sri
Herawati.
(2000).
Telinga,
Penyakit
Anatomi
Hidung,
THT
Fisiologi
Tenggorokan.
Fakultas
Airlangga Surabaya.
Cara
Pemeriksaan
Laboratorium
Kedokteran
Ilmu
Universitas