Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Aviciena Bin Iskandar
1410029018
Pembimbing:
dr. Dompak S. Hutapea, Sp.Rad
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, referat berjudul Peran Foto Polos Abdomen dalam
Diagnosis Intususepsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Tujuan...........................................................................................................................
BAB 2 ISI..............................................................................................................................
2.1 Anatomi.4
2.2 Definisi.........................................................................................................................
2.3 Epidemiologi................................................................................................................
2.4 Etiologi.........................................................................................................................
2.5 Patogenesis...................................................................................................................
2.6 Faktor-Faktor yang Dihubungkan dengan Terjadinya Intususepsi ............................
2.7 Jenis Intususepsi.........................................................................................................
2.8 Gambaran Klinis........................................................................................................
2.9 Diagnosis....................................................................................................................
2.10 Diagnosis Banding...................................................................................................
2.11 Penatalaksanaan........................................................................................................
2.12 Komplikasi...............................................................................................................
2.13 Prognosis...30
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................
Kesimpulan......................................................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intususepsi adalah sebuah proses dimana suatu segmen usus bagian
proksimal masuk ke dalam lumen usus bagian distalnya sehingga menyebabkan
obstruksi usus(1). Bersama dengan obstruksi ini, segmen tersebut membawa
pembuluh mesenterika usus. Hal ini seringkali menyebabkan kongesti vena dan
edema dinding usus. Seiring perkembangan dari obstruksi, pasokan darah arteri
akan dikompromisasi menyebabkan iskemia usus. Apabila intususepsi tidak
ditangani dengan baik atau perawatannya ditunda, infark usus, perforasi, dan
peritonitis sekunder dapat terjadi(21).
Intususepsi merupakan salah satu kegawatdaruratan yang umum pada
anak. Kelainan ini harus dikenali dengan cepat dan tepat serta memerlukan
penanganan segera karena misdiagnosis atau keterlambatan diagnosis akan
meningkatkan angka morbiditas.
Intususepsi pertama kali digambarkan oleh Paul Barbette di Amsterdam
pada tahun 1674. Jonathan Hutchinson melaporkan operasi pertama intususepsi
yang berjalan sukses terhadap anak usia 2 tahun pada tahun 1873(7). Sumber lain
menyebutkan Wilson merupakan yang pertama sukses dalam melakukan terapi
pembedahan intususepsi pada tahun 1831(2). Di tahun 1876, Harald Hirschprung
menggambarkan pendekatan sistematik dengan reduksi hidrostatik. Di Amerika
Serikat, Ravitch mempopulerkan penggunaan reduksi barium enema untuk
mengatasiiintususepsi(7).
Estimasi insidensi akurat dari intususepsi tidak tersedia untuk sebagian
besar negara berkembang, demikian juga di banyak negara maju(8). Irish (2011)
menyebutkan insiden intususepsi adalah 1,5-4 kasus per 1000 kelahiran hidup(2).
Berdasarkan usia, intususepsi paling banyak dialami oleh anak usia kurang dari 1
tahun dengan puncak usia 4-8 bulan(8,9). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki
paling banyak mengalami intususepsi dengan rasio yang berbeda di masingmasing wilayah dimana rasio laki-laki dan perempuan untuk wilayah Asia adalah
9:1. Berdasarkan keterkaitan kejadian intususepsi dengan musim, didapatkan
hasil penelitian yang bervariasi di masing-masing wilayah di dunia (8). Intususepsi
dilaporkan sebagai suatu kejadian musiman dengan puncak pada musim semi,
musim panas, dan pertengahan musim dingin(2). Berdasarkan penelitian
epidemiologi intususepsi di Singapura tahun 1997-2004, insidensi intususepsi
mengalami
penurunan
dan
tidak
terkait
dengan
musim (9).
Gejala klasik yang paling umum (85%) dari intususepsi adalah nyeri perut
yang sifatnya muncul secara tibatiba, kolik, intermiten, berlangsung hanya
selama beberapa menit. Gejala awal lain yang sering dikeluhkan yaitu muntah.
Kerusakan usus berupa nekrosis hingga perforasi usus dapat terjadi antara hari ke
2-5 dengan puncaknya pada hari ke 3 setelah gejala klinis terjadi. Hal tersebut
akan memperberat gejala obstruksi yang ditimbulkan oleh intususepsi dan akan
meningkatkanimorbiditasidanimortalitas(2,9).
1.2 Tujuan
Setelah membaca referat ini, diharapkan mampu mengenali dan
mendiagnosis
intususepsi
berdasarkan
gejala
klinis
maupun
gambaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi
Intususepsi adalah proses dimana suatu segmen usus bagian proksimal
masuk ke dalam lumen usus bagian distalnya sehingga menyebabkan obstruksi
usus dan dapat berakhir dengan strangulasi(1-4). Umumnya bagian yang proksimal
(intususeptum)imasukikeibagianidistali(intussussipien)(6).
2.2iEpidemiologi
Estimasi insidensi akurat dari intususepsi tidak tersedia untuk sebagian
besar negara berkembang, demikian juga di banyak negara maju (8). Di Afrika,
tidak ada penelitian yang melaporkan angka kejadian dari intususepsi. Di Asia
dalam hal ini Taiwan dan Cina, dilaporkan insidens dari intususepsi adalah 0,77
per 1000 kelahiran hidup. Di India, angka kejadiannya dilaporkan berkisar 1,954,4 per tahun. Tidak ada data yang menyebutkan tentang insidensi per kelahiran
hidup. Di Malaysia lebih kurang 10,4 bayi dan anak dirawat di RS Umum Kuala
Lumpur karena intususepsi per tahun. Di Indonesia, angka kejadian intususepsi di
RS wilayah pedesaan dan perkotaan didapatkan angka yang berbeda, yaitu
masing-masing 5,8 dan 17,2 per tahun (8). Irish (2011) menyebutkan insiden
intususepsi
adalahi1,5-4ikasusiperi1000ikelahiranihidup(2).
laki-lakiidaniperempuaniberkisariantarai1,4:1isampaii4:1(8).
Berdasarkan keterkaitan kejadian intususepsi dengan musim, didapatkan
adanya
perbedaanimusimiterkaitidenganiintususepsi(8).
2.3 Etiologi
Etiologi dari intususepsi terbagi menjadi 2, yaitu idiopatik dan kausal(13).
1. Idiopatik
tidak
dijumpai
penyebab
yang
spesifik
sehingga
digolongkan
jelas(1).
tidak
2. Kausal
Pada penderita intususepsi yang lebih besar (lebih dua tahun), adanya
kelainan
usus
dapat
menjadi
Meckels
penyebab
diverticulum,
intususepsi
polip
usus,
atau lead
leiomioma,
syndrome, dan
duplikasi
intestinal. Lead
point lain
lama,
2.4 Patogenesis
Patogenesis
dari
intususepsi
diyakini
akibat
sekunder
dari
ileocaecal.
Penelitian
lain
telah
mendemonstrasikan
bahwa
currant
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3-12 bulan, dimana pada saat itu
terjadi perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian makanan
ini dicurigai sebagai penyebab terjadi intususepsi. Intususepsi kadang-kadang
terjadi setelah/selama enteritis akut, sehingga dicurigai akibat peningkatan
peristaltik usus. Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi, ternyata ditemukan
kuman rotavirus menjadi agen penyebabnya, dimana pengamatan 30 kasus
intususepsi bayi ditemukan virus ini dalam feses sebanyak 37%. Pada beberapa
penelitian terakhir ini didapati peninggian insidens adenovirus dalam feses
penderitaiintususepsi(13).
10
terlibat,
pada
ileum
dikenal
sebagai
jenis
ileo-ileal.
Pada kolon dikenal dengan jenis colo-colica dan sekitar ileo-caecal disebut
ileocaecal, jenis-jenis yang disebutkan di atas dikenal dengan intususepsi tunggal
dimanaidindingnyaiterdiriidariitigailapisan(13).
Jika dijumpai dinding yang terdiri dari lima lapisan, hal ini sering pada
keadaan yang lebih lanjut disebut jenis intususepsi ganda, sebagai contoh adalah
jenis ileo-ileo-colica atau colo-colica. Suwandi J.Wijayanto E. di Semarang
selama 3 tahun (1981-1983) pada pengamatannya mendapatkan jenis intususepsi
sebagai berikut: Ileo-ileal 25%, ileo-colica 22,5%, ileo-ileo-colica 50% dan colocolica
22,5%.
11
Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang
baik, tiba-tiba menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas,
penderita tampak seperti kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut
seperti ini berlangsung dalam beberapa menit. Di luar serangan, anak/bayi
kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses intususepsi.
Serangan nyeri perut datangnya berulang-ulang dengan jarak waktu 15-20 menit
dengan lama serangan 2-3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu
diikuti dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung (2,13).
Sesudah beberapa kali serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga,
maka di luar serangan si penderita terlihat lelah dan lesu dan tertidur sampai
datang serangan kembali. Proses intususepsi pada mulanya belum terjadi
gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses
biasa, kemudian feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi
hanya berupa darah segar bercampur lendir tanpa feses. BAB darah dan
lendir (red currant jelly stool) baru dijumpai sesudah 6-8 jam serangan sakit yang
12
pertama kali, kadang-kadang sesudah 12 jam. BAB darah lendir ini bervariasi
jumlahnya dari kasus per kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat
melakukan
colok
dubur.
Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang,
dengan demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat intususepsi sebagai
suatu massa tumor berbentuk curved sausage di dalam perut di bagian kanan atas,
kanan bawah, atas tengah atau kiri bawah(4). Tumor lebih mudah teraba pada
waktu terdapat peristaltik, sedangkan pada perut bagian kanan bawah teraba
13
kosong yang disebut dances sign. Hal ini akibat caecum dan kolon naik ke
atas,
ikut
intususepsi(1-4,7,13).
proses
Sesudah 18-24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya
tersumbat partial berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang
semakin bertambah, sehingga pada pasien dijumpai tanda-tanda obstruksi, seperti
perut kembung dengan gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah warna hijau
danidehidrasi(13).
Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan
defekasi hanya berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan
dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya
aliran pembuluh darah arteri. Pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis
usus,
gangren,
perforasi,
peritonitis
umum,
shock
dan
kematian.
Padaipemeriksaanicolokiduburididapatkan:
sepertiiportio
Bilaijariiditarik,ikeluaridarahibercampurilendir.
14
2.8 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis intususepsi didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaanifisik,ilaboratoriumidaniradiologi.
Gejala klinis yang menonjol dari intususepsi adalah suatu trias gejala yang
terdiriidari(1-5,7,13)i:
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat hilang timbul.
Nyeri menghilang selama 10-20 menit, kemudian timbul lagi serangan
baru.
2. Teraba massa tumor di perut bentuk curved sausage pada bagian kanan
atas, kanan bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir yang disebut red currant jelly
stool.
Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya
tumor, oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada
gejala trias intususepsi. Mengingat intususepsi sering terjadi pada anak berumur
di bawah satu tahun, sedangkan penyakit disentri umumnya terjadi pada anakanak yang mulai berjalan dan mulai bermain sendiri maka apabila ada pasien
datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat kolik sehingga
anak menjadi rewel sepanjang hari/malam, ada muntah, buang air besar campur
darah dan lendir maka pikirkanlahikemungkinan intususepsi(13).
The Brighton Collaboration Intussuseption Working Group mendirikan
sebuah diagnosis klinis menggunakan campuran dari kriteria minor dan mayor.
Strasifikasi ini membantu untuk membuat keputusan berdasarkan tiga level dari
pembuktian untuk membuktikan apakah kasus tersebut adalah intususepsi(2).
1. KriteriaiMayor
15
Bayiilaki-lakiikurangidarii1itahun
b)
Nyeriiabdomen
c)
Muntah
d)
Lethargy
e)
Pucat
f)
Syokihipovolemi
g)
Radiologi
Air
contrast
Autopsi
16
Invaginasi
dari
usus
PemeriksaaniLaboratorium(13,16)
Meskipun hasil laboratorium tidak spesifik untuk menegakkan
2.
PemeriksaaniRadiologi
a.)iFotoipolosiabdomen
Foto polos abdomen dapat berguna dalam penetapan diagnosis
intususepsi. Sebuah studi oleh Sargent et al., menunjukkan bahwa foto
polos abdomen saja dapat mengidentifikasi secara tepat sebanyak 45%
kasus intususepsi, sehingga dalam literatur lain disebutkan tidak
diindikasikan jika ada fasilitas USG(4). Foto polos abdomen dapat juga
berperan sebagai prosedur skrining awal yang pada prinsipnya
digunakan untuk mengidentifikasi kasus-kasus emergensi akut
abdomen(21).
Beberapa tanda spesifik dapat ditemukan pada kasus intususepsi,
yang tersering diantaranya adalah gas-filled bowel loops pada satu
17
18
untuk
diagnosis
19
atau
menyingkirkaniintususepsi(17).
20
21
c.)iUltrasonografiiAbdomen
Penggunaan USG abdomen untuk evaluasi intususepsi pertama
kali digambarkan pada tahun 1977. Sejak itu, banyak institusi yang
mengadopsi penggunaannya sebagai alat skrining karena tidak adanya
paparan radiasi dan rendah biaya. Intususepsi biasanya ditemukan di
sisiikananiabdomen(7).
Pada tampilan transversal USG, tampak konfigurasi usus
berbentuk target atau donat yang terdiri dari dua cincin
echogenisitas rendah yang dipisahkan oleh cincin hiperekoik, tidak
ada gerakan pada donat tersebut dan ketebalan tepi lebih dari 0,6 cm.
Ketebalan tepi luar lebih dari 1,6 cm menunjukkan perlunya
intervensi
pembedahan.
tampak pseudokidney
Pada
tampilan
logitudinal
sign yang
timbul
sebagai
tumpukanilapisanihipoekoikidanihiperekoik(2,3,4,6).
Pemeriksaan USG selain sebagai diagnostik, juga dapat
digunakan untuk membantu mendiferensiasikan tipe dari intususepsi.
Park et al (2007) melaporkan bahwa intususepsi transien dari usus
kecil lebih sering terlokalisir pada kuadran kanan bawah atau region
periumbilikal, memiliki diameter anteroposterior yang lebih kecil
(1,38 cm vs 2,53 cm), memiliki garis luar yang lebih tipis (0,26 cm vs
0,53 cm), dan tidak memiliki nodus limfatikus, dimana berbanding
denganiintususepsiiileocolic(2).
terbalik
22
d.)iCTiScan
Intususepsi yang digambarkan pada CT scan merupakan
gambaran klasik seperti pada USG yaitu target sign. Intususepsi
temporer dari usus halus dapat terlihat pada CT maupun USG, dimana
sebagian besar kasus ini secara klinis tidak signifikan(2).
23
sedangkan
pada
intususepsi
didapati
adanya
celah.
2.10 Penatalaksanaan
24
untuk memantau ouput dari cairan. Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
darah
dapat
dilakukan(2,16).
Pneumatic atau kontras enema masih menjadi pilihan utama untuk
diagnosa maupun terapi reduksi lini pertama pada intususepsi di banyak pusat
kesehatan. Namun untuk meminimalisir komplikasi, tindakan ini harus dilakukan
dengan memperhatikan beberapa panduan. Salah satunya adalah menyingkirkan
kemungkinan adanya peritonitis, perforasi ataupun gangrene pada usus. Semakin
lama riwayat perjalanan penyakitnya, semakin besar kemungkinan kegagalan dari
terapiireduksiitersebut(16).
1. TindakaniNoniOperatif
HydrostaticiReduction
Metode reduksi hidrostatik tidak mengalami perubahan signifikan
sejak dideskripsikan pertama kali pada tahun 1876. Meskipun reduksi
hidrostatik dengan menggunakan barium di bawah panduan fluoroskopi
telah menjadi metode yang dikenal sejak pertengahan 1980-an,
kebanyakan pusat pediatrik menggunakan kontras cairan saline
(isootonik) karena barium memiliki potensi peritonitis yang berbahaya
padaiperforasiiintestinal(16).
Berikutiiniiadalahitahapanipelaksanaannya(2,4,16)i:
1. Masukkan kateter yang telah dilubrikasi ke dalam rectum dan
difiksasi kuat diantara pertengahan bokong.
2. Pengembangan balon kateter kebanyakan dihindari oleh para
radiologis sehubungan dengan risiko perforasi dan obstruksi loop
tertutup.
3. Pelaksanaannya memperhatikan Rule of three yang terdiri atas: (1)
reduksi hidrostatik dilakukan setinggi 3 kaki di atas pasien; (2) tidak
boleh lebih dari 3 kali percobaan; (3) tiap percobaan masing-masing
tidak boleh lebih dari 3 menit.
4. Pengisian dari usus dipantau dengan fluoroskopi dan tekanan
hidrostatik konstan dipertahankan sepanjang reduksi berlangsung.
25
PneumaticiReduction(16)
Reduksi udara pada intususepsi pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1897 dan cara tersebut telah diadopsi secara luas hingga akhir
tahun 1980. Prosedur ini dimonitor secara fluroskopi sejak udara
dimasukkan ke dalam rectum. Tekanan udara maksimum yang aman
adalah 80 mmHg untuk bayi dan 110-120 mmHg untuk anak. Penganut
dari model reduksi ini meyakini bahwa metode ini lebih cepat, lebih
aman dan menurunkan waktu paparan dari radiasi. Pengukuran tekanan
yang akurat dapat dilakukan, dan tingkat reduksi lebih tinggi daripada
reduksi hidrostatik. Berikut ini adalah langkah-langkah pemeriksaannya:
26
yang
sulit
membutuhkan
beberapa
usaha
lebih.
Insisi
-
27
Diseksi
Teknik pemisahan otot dimulai dari eksternal, obliqus internus, dan
fasciaitransversalis.
Usus yang mengalami intususepsi secara hati-hati dijangkau dari
luka operasi dan reduksi dilakukan dengan lembut, meremas usus
distal ke apex bersamaan dengan tarikan lembut dari usus
proksimal untuk membantu reduksi. Traksi yang kuat atau menarik
usus intususeptum dari intususipien harus dihindari, karena ini
dapat dengan mudah mengakibatkan cedera lebih lanjut pada usus
besar.
28
29
Menutup
- Setelah reduksi dicapai atau reseksi dilakukan (jika diperlukan)
dan
hemostasis dipastikan, penutupan fasia perut dilakukan di lapisan
menggunakanibenangiabsorbablei3-0.
- Kulit reapproximated dengan
jahitan subcuticular 5-0
yang
diserap.
2.11iKomplikasi
30
2.12iPrognosis
Kematian disebabkan oleh intususepsi idiopatik akut pada bayi dan anakanak sekarang jarang di negara maju. Sebaliknya, kematian terkait dengan
intususepsi tetap tinggi di beberapa negara berkembang. Pasien di negara
berkembang cenderung untuk datang ke pusat kesehatan terlambat, yaitu lebih
dari 24 jam setelah timbulnya gejala, dan memiliki tingkat intervensi bedah,
reseksi
usus
dan
mortalitasilebihitinggi(8).
Mortalitas secara signifikan lebih tinggi (lebih dari sepuluh kali lipat dalam
kebanyakan studi) pada bayi yang ditangani 48 jam setelah timbulnya gejala
daripada bayi yang ditangani dalam waktu 24 jam setelah onset pertama (8). Angka
rekurensi dari intususepsi untuk reduksi nonoperatif dan operatif masing-masing
rata-ratai5%idani1-4%(2).
31
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
32
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
33
Boudville IC, Phua KB, Quak SH, Lee BW, Han HH, Verstraeten
T, et al. The epidemiology of Paediatric Inturssusception in Singapore:
1997 to 2004. Ann Acad Med Singapore 2006;35:674-9.e
10.
11.
12.
http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/006/671005500475.jpg
13.
14.
http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/CAP/Case05/Im
ages/Case05.01.jpg
15.
http://dynamic.psu.ac.th/kidsurgery.psu.ac.th/Pediatric
%20surgery/KID/Atlas/Images/E/E5/DSC01002.jpg
16.
17.
34
RSNA 2008;248:3.
18.
http://onradiology.blogspot.com/2011_02_01_archive.html
19.
http://www.erpocketbooks.com/er-ultrasounds/other-ultrasounds/
20.
21.
Guo, W., Wang, J., Zhou, M., Sheng, M., & Fang, L. (2011). The
Role of Plain Radiography in Assessing Intussusception with Vascular
Compromise in Children. AMS, 7(5), 877-881.
22.
23. Brunicardi, F., Andersen, D., Billiar, T., Dunn, D., Hunter, J., &
Pollock, R. (2007). Schwartz's Principles of Surgery 8th Edition. New
York: McGraw Hill.
1.
35