DISTILASI BATCH
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014
MODUL
PEMBIMBING
: DISTILASI BATCH
: Soerya Soelarso
PEMBUATAN : 26 November
2014
PENYERAHAN
: 23
Oleh :
Hidniati Shafira
131411010
Imtihani Fauziah
131411011
Irfanty Widiastuti
131411012
Irma Nurfitriani
131411013
2 A- D3 Teknik Kimia
Kelompok 3
: Distilasi Batch
Nama Pembimbing
: Soerya Soelarso
Tanggal Praktek
: 24 September 2014
Tanggal Penyerahan
: 1 Oktober 2014
I. PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
Memisahkan campuran biner air dan ethanol
Membuat kurva kalibrasi antara indeks bias dengan fraksi mol
Mengukur destilat (Xo) dan residu (Xw) dalam hal ini perubahan
konsentrasi
terhadap
waktu
Menghitung ethanol dalam sampel dengan menggunakan persamaan
luas Rayleigh
adalah
unit
operasi
yang
sudah
ratusan
tahun
industri
kimia.
Distilasi
pada
dasarnya
adalah
proses
2| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k K i m i a
destilasi
fraksionasi,
destilasi
uap,
destilasi
vakum,
3| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k K i m i a
Pada
destilasi
sederhana,
dasar
pemisahannya
adalah
perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen
bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang
titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain
perbedaan
titik
didih,
juga
perbedaan
kevolatilan,
yaitu
menyebabkan
hasil
destilasi
menjadi
tidak
maksimal.
4| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k K i m i a
menggunakan
tambahan
pelarut
tertentu,
misalnya
memisahkan
air
lagi.
Campuran
azeotrop
merupakan
digunakan
pompa
vakum
atau
aspirator.
Aspirator
dan
untuk
ekstraksi
minyak
parfum
dari
tumbuhan.
5| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k K i m i a
kesetimbangan
cair-gasnya
terjadi
di
sepanjangkolom
menara.
Kesetimbangan Uap-Cair
Seperti
telah
mengekspoitasi
disampaikan
perbedaan
terdahulu,
kemampuan
operasi
menguap
distilasi
(volatillitas)
6| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k K i m i a
cair perlu dipahami terlebih dahulu. Berikut akan diulas secara singkat
pokok-pokok penting tentang kesetimbangan uap-cair guna melandasi
pemahaman tentang operasi distilasi.
1. Harga-K dan Volatillitas Relatif
Harga-K (K-Value) adalah ukuran tendensi suatu komponen
untuk
menguap. Jika
harga-K
yi
xi
Dengan
xi
yi
adalah
fungsi
dari
temperatur,
tekanan,
dan
komposisi. Dalam kesetimbangan, jika dua di antara variablevariabel tersebut telah ditetapkan, maka variable ketiga akan
tertentu harganya.
Dengan demikian, harga-K dapat ditampilkan sebagai fungsi
dari tekanan dan komposisi, temperature dan komposisi, atau
tekanan dan temperatur.
Volatillitas relative (relative volatility) antara komponen i dan
j didefinisikan sebagai :
i , j =
Ki
Kj
konsensus,
volatillitas
relative
ditulis
sebagai
7| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k K i m i a
x A . AB
1+ ( AB1 ) x A
mol
komponen
yang
menampilkan
hubungan
fraksi
mol
komponen yang mudah menguap di fasa cair dan fasa uap yang
dikenal sebagai diagram x-y. Perhatikan gambar (1). Garis bersudut
45 yang dapat diartikan semakin banyaknya komponen A di fasa uap
pada saat kesetimbangan. Ini menandakan bahwa semakin besar
harga AB, semakin mudah A dan B dipisahkan lewat distilasi.
8| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k K i m i a
pi
yi
, dikalikan tekanan
untuk
system
ideal.Data
kesetimbangan
uap-cair
9| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k K i m i a
penguapan
T1
dapat
dianggap
sebagai
temperatur
terbentuknya uap pertama kali atau dinamai titik didih (bubble point)
campuran cair dengan komposisi X0. Perhatikan bahwa uap yang
terbentuk memiliki komposisi tidak sama dengan x0 tetapi y0 (diperoleh
dari penarikan garis horizontal dari T1).
Pemanasan lebih lanjut mengakibatkan semakin banyak uap
terbentuk dan sebagai konsekuensinya adalah perubahan komposisi
terus menerus di fasa cair sampai tercapainya titik E. Pada temperatur
ini, semua fasa cair telah berubah menjadi uap. Karena tidak ada
massa hilang untuk keseluruhan sistem, komposisi uap yang diperoleh
akan sama dengan komposisi cairan awal.
10| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
11| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
12| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
Keterangan :
D = laju alir distilat, mol/jam
yD = komposisi distilat, fraksi
mol
V = jumlah uap dalam labu
W = jumlah cairan dalam labu
13| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
d xw
( y D xW )
=
WD
dw
W
ln
W
1
x
=
ln
W D K 1
xD
( )
( )
Untuk
campuran
biner,
hubungan
kesetimbangan
dapat
ln
x
1
1x
ln ( ) + ln
( WW )= 1
[ x ( 1x )]
D
partaian
menggunakan
kolom
rektifikasi
yang
Kimia
kolom
rektifikasi
menyediakan
terjadinya
serangkaian
tahap
Kimia
distilat adalah xD. Karena refluks dipertahankan tetap, maka L/V dan
tahap teoritik tetap.
Secara umum, persamaan garis operasi adalah sbb :
untuk waktu ke-i,
D
L
yt = x1+ x
V
Di
Persamaan
(12)
jarang
digunakan
dalam
praktek
karena
melibatkan besaran L dan V yaitu laju alir cairan dan uap yang
mengalir di dalam kolom. Dengan mendefinisikan nisbah refluks, R,
sebagian R = L/D, maka persamaan (12) dapat diubah menjadi :
x
R
yt =
x t + D ,i
R+1
R+1
Waktu yang diperlukan untuk distalasi curah menggunakan
kolom rektifikasi dengan refluks konstan dapat dihitung melalui neraca
massa
total
berdasarkan
laju
penguapan
konstan,
V,
seperti
12
8
Blok-3
16| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
10
Blok-4
11
Blok-5
Keterangan :
1. Tombol alarm
2. Tombol start
3. Tombol heater OFF
4. Tombol heater ON
5. Tombol heater intermit
6. Tombol heater pemanasan
7. Tombol cooler ON
8. Tombol cooler CLOSED
9. Tombol ON-OFF
Blok 3 : Kontrol aliran cairan dan uap di dalam kolom
Blok 4 : Kontrol laju alir distilat
Blok 5 : Kontrol laju alir cairan ke kolom
II.
METODE PRAKTIKUM
II.1
Alat
No
1
2
3
Alat
Beaker Glass
Piknometer
Timbangan Analitik
Spesifikasi
2000 mL
Jumlah
1
1
1
Bahan
17| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
No
1
2
Bahan
Air Santan
Aquadest
Jumlah
8,5 Liter
II.2
Skema Kerja
Rancangan Alat
Langkah Kerja
a. Bersihkan bagian bagian dari sentrifuse dengan cara dicuci, kemudian keringkan
b.
c.
d.
e.
penampung.
f. Letakkan beker plastik pada masing-masing keluaran, keluaran heavy liquid dan light
liquid.
g. Hidupkan peralatan pada kecepatan putaran yang ditentukan pembimbing.
h. Tunggu 5 menit, atau sampai sentrifuse terdengar stabil.
i. Buka lubang bejana sentrifuse dan tunggu sampai aliran pada masing-masing keluaran
berhenti menetes.
j. Catat suhu, rapat massa dan volume masing-masing keluaran.
18| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
k. Simpan light liquid fase untuk digabungkan dengan hasil light liquid yang diperoleh
dari run pada kecepatan putar yang lain.
l. Lakukan lagi prosedur a sampai j dengan 3 macam harga putaran berbeda. Besar
putaran ditentukan pembimbing.
m. Lakukan prosedur a sampai i untuk light liquid gabungan, kecepatan putar dipilih yang
tertinggi.
n. setelah selesai, bongkar alat dan bersihkan.
III.
Volume Air
(cm3)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Konsentrasi
(%)
2,9
18,1
20,8
20.4
20.8
20.4
17,1
14,1
9,1
5,8
1
= 2,5
= 18,7
Konsentrasi (%)
19| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
(Menit)
Destilat
Residu
2,5
16,5
15
2,1
18,5
30
14,8
18,6
45
14,5
18,8
60
13,8
18,2
75
16,6
17,2
90
0,5
17,2
105
1,2
15,2
Volume
Air
(cm3)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Massa
Etanol
(gram)
7,89
7,101
6,312
5,523
4,734
3,945
3,156
2,367
1,578
0,789
0
Massa
Air
(gram)
0
0,998
1,996
2,994
3,992
4,99
5,988
6,986
7,984
8,982
9,98
Mol
Etanol
Mol
Air
0,172
0,154
0,137
0,120
0,103
0,086
0,069
0,051
0,034
0,017
0
0
0,055
0,111
0,166
0,222
0,277
0,333
0,388
0,444
0,499
0,554
Fraksi
Mol
Etanol
1
0,736
0,553
0,419
0,317
0,236
0,171
0,117
0,072
0,033
0
Konsentra
si
(%)
2,9
18,1
20,8
20.4
20.8
20.4
17,1
14,1
9,1
5,8
1
Massa(Gram)
= Volume ( C m3 )
= Densitas x Volume
= 0,998 x 0
20| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
= 0 gram
Massa Etanol
= Densitas x Volume
= 0,789 x 10
= 7,89 gram
Mol
Massa(gram)
gram
BeratMolekul(
)
mol
7,89 gram
gram
46
mol
= 0,172
Fraksi Mol Etanol (X) di dapat dengan cara sebagai berikut :
Xetanol =
MolEtanol
MolEtanol + MolAir
0,172
0,172+ 0
=1
Kurva Kalibrasi Fraksi mol etanol (X) Terhadap Indeks Bias
Dari tabel 3. Perhitungan Kurva Kalibrasi di atas sehingga diperoleh kurva kalibrasi
etanol sebagai berikut :
21| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
18
16
14
12
10
Konsentrasi (%)
8
6
4
2
0
0 0.030.050.08 0.1 0.130.150.18 0.2
Fraksi mol etanol (X)
y 2,0449
93,831
y 2,0449
93,831
x=
2,52,0449
93,831
x = 4,85 x 10-3
22| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
XD
Xw
Xd - Xw
1
(Xd Xw)
4,85 x 10-3
5,87 x 10-4
0,1359
0,1327
0,1253
0,1551
-0,0165
- 0,009
0,1541
0,1754
0,1764
0,1786
0,1722
0,1615
0,1615
0,1402
-0,1493
-0,1748
-0,0405
-0,0459
-0,0469
-0,0064
-0,1780
-0,1492
-6,6979
-5,7208
-24,6913
-21,7865
-21,3219
-156,25
-5,6180
-6,7024
Konsentrasi (%)
Destilat
Residu
0
15
30
45
60
75
90
105
2,5
2,1
14,8
14,5
13,8
16,6
0,5
1,2
16,5
18,5
18,6
18,8
18,2
17,2
17,2
15,2
0
-200.13 0.14 0.14 0.15 0.15 0.16 0.16 0.17 0.17 0.18 0.18
-40
-60
-80
-100
-120
-140
-160
-180
Xw
3.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan destilasi dengan umpan campuran
etanol-air. Distilasi merupakan proses pemisahan larutan berdasarkan perbedaan titik
23| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
didihnya.Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan campuran biner etanol dan air
berdasarkan titik didihnya. Titik didih etanol adalah 78 oC sedangkan air memiliki titik
didih 100 oC pada tekanan 1 atmosfer.
Jenis distilasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah distilasi batch, metode ini
merupakan unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Nilai refluk ratio pada percobaan
ini adalah 6/3 nilai refluk ratio tersebut menyatakan perbandingan antara jumlah uap yang
terkondensasi dan yang dikembalikan sebagai cairan yang masuk lagi ke dalam kolom
dengan cairan yang diambil sebagai distilat, semakin besar perbandingan refluk berarti
cairan yang dikembalikan akan semakin banyak. Cairan itu akan mengalami kontak ulang
lebih lanjut dengan fasa uap menuju puncak kolom.
Pada praktikum ini campuran biner yang digunakan sebanyak 3 liter dengan
perbandingan volume 1:1. Campuran biner di pisahkan dengan distilasi batch
menggunakan kolom distilasi fraksionisasi. Campuran biner di panaskan dengan suhu
pemanas yang digunakan adalah 90C sehingga suhu uapnya adalah 80C, hingga cairan
mendidih kemudian etanol akan menguap dan terpisah dari air karena titik didihnya lebih
rendah. Uap etanol dikondensasi menggunakan air dengan suhu 15o C dan menghasilkan
tetesan distilat pertama yang kemudian di ukur kadarnya dengan refraktometer. Distilat
dan residu yang dihasilkan tiap 10 menit sekali diambil untuk sampel dan di ukur indeks
bias untuk melihat perubahan konsentrasi etanol dalam distilat dari fraksi molnya.
Oleh karena itu dibuat kurva kalibrasi antara persentase kadar etanol dengan
fraksi molnya. Kurva kalibrasi di buat dengan mengukur persentase kadar campuran
etanol dan air dengan perbandingan yang sudah ditentukan. Kurva kalibrasi yang
diperoleh terlihat pada grafik 1 dan diperoleh persamaan etanol dan air yaitu y = 93,831x
+ 2,0449.
Dalam percobaan didapatkan bahwa pemisahan tidak sepenuhnya terjadi. Di
distilat masih terdapat kandungan air, begitu juga di residu masih terdapat kandungan
etanol. Dari hasil diketahui bahwa semakin lama proses distilasi maka semakin besar
persentase kadar dari distilat yang cenderung mendekati persentase kadar etanol murni
(100%). Pada residupun didapatkan bahwa semakin lama proses distilasi maka
24| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
persentase kadarnya semakin kecil yang cenderung mendekati persentase kadar air
murni (100%).
Kemudian dari data yang digunakan untuk membuat kurva kalibrasi, dapat
disimpulkan bahwa semakin sedikit kandungan etanolnya didalam campuran tersebut
maka semakin kecil pula nilai persentase kadar pada alat refraktometer yang digunakan.
Dari data pengamatan dan grafik Xd maupun Xw terhadap waktu, Xd maupun Xw
seharusnya meningkat seiring berjalannya waktu. Ini dapat menjelaskan seberapa besar
alkohol berhasil menjadi destilat. Namun bisa terlihat pada kurva Xw terhadap 1/Xd-Xw
kami tidak membentuk garis linier dan tidak ada kekonstananan dalam kenaikan nilainya
dan bahkan minus. Xd seharusnya meningkat karena kandungan alkohol berhasil
dipisahkan untuk menjadi destilat maka dari itu fraksi molnya akan meningkat ditiap
waktu, demikian pula dengan fraksi mol air yang ada sebagai residu. Namun dari data
pengamatan setelah proses destilasi berlangsung persentase kadar bagi etanol ( destilat )
maupun air ( residu ) mengalami kenaikan yang tidak konstan, hal ini bisa terjadi karena
kesalahan pengamatan dengan refraktometernya, etanol yang terkadung telah menguap
sebagian sebelum diamati sempurna persentase kadarnya maupun ketidaktepatan
penggunaan alat pegukur kadar sampel yang hanya tersedia untuk sampel berkadar
sampai 21% saja sedangkan selogisnya yang kita yakini larutan sampel yang kita miliki
setelah dilakukan destilasi memiliki kadar lebih dari 21%.
Karena adanya alkohol yang teruapkan ke udara dikarenakan tekanan yang sangat
besar didalam reaktor akibat suhu yang terus meningkat maka akan mendorong tutup
reaktor sehingga terbuka dengan sendirinya dan melepaskan uap uap etanol.
Juga dikarenakan suhu condensor yang harus terus dijaga rendah agar dapat
mengondensasi uap etanol yang suhunya sangat tinggi tadi menjadi destilat
mengakibatkan destilat etanol yang praktikan dapat selama 60 menit hanya 100 ml. Jika
diinginkan umpan terdestilasi semuanya maka akan dibutuhkan waktu yang lebih lama
lagi.
IV.
KESIMPULAN
V.
Kimia
o Alkohol dan air dapat dipisahkan dengan metode destilasi yang berdasarkan titik
uapnya
o Fraksi alcohol akan lebih banyak pada bagian destilat.
o Semakin lama waktu proses maka fraksi alcohol akan menurun pada destilat.
o Tetes pertama pada destilat merupakan titik maksimum fraksi alcohol
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XV.
XVI.
Resid
XVII.
u
XVIII.
Destil
at
26| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
XIX.
XX.
Heater
Cooling water
Keluaran residu
Keluaran destilat
XXI.
XXII.
XXIII.
XXIV.
XXV.
XXVI.
XXVII.
XXVIII.
XXIX.
Daftar Pustaka
27| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia
Bernasconi, G, H. Gester, H. Hauser, H. Stauble, dan E. Schneiter. 1995. Teknologi Kimia. Bagian
28| L a p o r a n P r a k t i k u m L a b o r a t o r i u m Te k n i k
Kimia