ANALISIS PROTEIN
Disusun Oleh :
Kelompok 5 :
Ferlia Suci Ramadhani
NIM 121810301007
NIM 121810301016
Lailatul Badriyah
NIM 121810301036
NIM 121810301053
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup.
Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan
fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino.
Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai
bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk
membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat
antibodi. Pada kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses
kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu
protein yang berfungsi sebagai biokatalisator.
Protein merupakan persenyawaan kompleks yang dihasilkan dari polimerisasi
asam asam amino yang terikat satu sama lain melalui ikatan peptide(-CO-NH-).
Protein merupakan senyawa yang sangat penting dalam sistem kehidupan karena
protein memainkan peran yang sangat vital dalam semua aktivitas sel-sel tubuh
makhluk hidup. Protein digunakan untuk dukungan struktural, penyimpanan,
transport substansi lain, pergerakan dan pertahanan melawan substansi asing.
Sebagai contoh, fibrosa mempunyai peran yang sangat penting dalam menyangga
atau melindungi tubuh, sedangkan protein globuler seperti albumain memiliki
peranan dalam aliran darah untuk penahan tekanan osmosis.
Semua protein terdiri dari rantai polipeptida yang memiliki struktur tertentu
dalam tiga dimensi. Struktur protein terdiri dari 3 macam yaitu sekunder, tersier,
dan kuartener. Pada struktur tersier, terdapat ikatan hidrogen, ikatan disulfida atau
ikata ionik. Struktur pada protein menentukan sifat-sifat protein baik daya
larutnya maupun peranannya sebagai enzim suatu reaksi. Jika dari ketiga ikatan
itu pecah maka rantai polipeptida akan diubah bentuknya yang mempunyai sifat
berbeda. Proses yang terjadi ini disebut dengan dinaturasi dan disebabkan oleh
pemanasan, larutan asam atau basa atau dengan molekul polar. Kebenaran teori
tersebut dapat untuk membuktikan kebenarannya maka dilakukanlah percobaan
uji protein dengan metode identifikasi secara kualitatif dengan menggunakan
beberapa prinsip.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan analisis protein yaitu :
- Menentukan jumlah atau kandungan protein dalam bahan pangan?
- Menentukan tingkat kualitas protein dari sudut gizi?
- Menelaah protein dikatakan sebagai suatu bahan kimia, misalnya secara
biokimia, fisiologis,reotologis, dll?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan analisis protein yaitu :
1. Dapat mengetahui kandungan protein dalam bahan pangan
2. Dapat membedakana kualitas protein dan yang buruk
Kata protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen penting sel hewan atau manusia sehingga
fungsi utama protein yaitu sebagai zat pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
Protein adalah komponen yang terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan beberapa ada yang mengandung sulfur dan fosfor. Tersusun dari
serangkaian asam amino dengan berat molekul yang relatif sangat besar, yaitu
berkisar 8.000 sampai 10.000. Protein yang tersusun dari hanya asam amino
disebut protein sederhana. Protein yang mengandung bahan selain asam amino,
seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat, disebut protein kompleks secara
biokimiawi, 20% dari susunan tubuh orang dewasa terdiri dari protein. Kualitas
protein ditentukan oleh jumlah den jenis asam aminonya (Devi, 2010).
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh
karena zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein ialah polimer alami yang terdiri atas sejumlah
unit asam amino yang berikatan satu dengan lainnya melalui ikatan amida atau
peptida. Protein juga dapat diartikan sebagai senyawa organik kompleks dengan
bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam
amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein dapat
digolongkan berdasarkan bentuk dan sifat-sifat fisik tertentu, yaitu protein
globular dan protein serat. Protein serat merupakan material struktural hewan dan
bersifat tidak larut air. Protein globular cenderung larut air dan bentuknya hampir
bulat. Protein globular memainkan peranan penting dalam aktivitas biologis.
Protein globular lebih kompleks dan reaktif seperti hemoglobin, mioglobin, atau
sitokrom sedangkan protein serat digunakan untuk pertahanan luar seperti keratin,
kolagen, miosin, dan aktin (Hart 2003).
Keistimewaan dari protein ini ialah bahwa strukturnya yang mengandung
N disamping C, H, O ( seperti juga karbohidrat dan lemak ), S edan kadang-
nonpolar bebas lebih mudah larut dalam campuran alcohol-air dari pada dalam air.
Protein yang miskin akan radikal-radikal polar bebas cenderung untuk mengendap
dengan penambahan sedikit alcohol atau aseton. Protein tidak larut dalam air,
tetapi kaya akan radikal-radikal yang bermuatan, dan mudah larut dalam garamgaram netral. Tinggi rendahnya suhu dapat memengaruhi kelarutan protein dalam
larutan garam. Larutan garam fosfat misalnya karboksi hemoglobin kuda pada
suhu 0oC mempunyai kelarutan sepuluh kali lebih besar dari pada suhu 25oC.
Protein yang terdapat pada biji-biji tanaman lebih mudah larut dalam larutan
garam pada suhu tinggi dibandingkan dengan suhu rendah namun, kenaikan suhu
tidak banyak memengaruhi kelarutan albumin telur dalam larutan garam
(Sumardjo, 2008).
Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul
protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan
bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun dengan basa). Dalam kimia,
amfoter merujuk pada zat yang dapat bereaksi sebagai asam atau basa. Perilaku ini
dapat terjadi karena memiliki dua gugus asam dan basa sekaligus atau karena
zatnya sendiri mempunyai kemampuan seperti itu. Zat amfoter yang klasik adalah
asam amino, protein, dan air. Beberapa logam, seperti seng, timah, aluminium,
dan berilium, dapat membentuk oksida amfoterik. Gejala ini dapat dimanfaatkan
untuk memisahkan kation dalam larutan, misalnya seng dari mangan (Linggih,
2004).
Berdasarkan bentuk molekulnya protein dibagi menjadi dua, yaitu protein
fibrosa, adalah protein yang bentuknya memanjang, misalnya kolagen fibrin,
miyosin dan keratin; dan
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan meliputi :
1. Beaker glass
2. Penangas
3. Pipet tetes
4. Botol semprot
5. Labu ukur
6. Buret
7. Erlenmeyer
8. Statif
9. Corong
10. Termometer
11. Spektrofotometer
12. Labu Kjeldahl
13. Karet penghisap
14. Set alat Kjeldahl
3.1.2 Bahan
Bahan/ reagen yang digunakan meliputi :
1. Sampel
2. Asam sulfat pekat
3. Campuran Na2SO4 dan HgO (20:1)
4. K2SO4
5. CuSO4
6. NaOH
7. HCl
8. Asam borat 40%
9. Protein
Hasil
2. Tahap Destilasi
Amonium Sulfat
- dipecah menjadi amonia (NH3) dengan menambahkan NaOH
- dipanaskan
- ditangkap dengan larutan asam standar (HCl, atau asam borat
4%) sampai destilat tidak bereaksi basis
Hasil
3. Tahap Titrasi
HCL (Sebagai penampung destilat)
HCl yang tidak bereaksi
dengan NH3
- dititrasi dengan NaOH (0,1 N)
Hasil
Hasil
Hasil-
Hasil
3.2.4