Anda di halaman 1dari 21

SISTEM INTEGUMEN

Tugas ini dibuat untuk memenuhi nilai mata ajar KMB III

Nama Kelompok 5
Disusun Oleh:
Anis Yuni Yati
Dinar Ayu Pravitaningsih
Elawati
Nia Plania Sitompul
Nur Abdillah
Nur Imaniar
Pipin Muspiroh
Putri Setyaningsih

Tingkat II-A

AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA


DINKES PEMPROV DKI JAKARTA
2014/2015
KATA PENGANTAR
1

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III Seperti
kita ketahui bahwa tujuan utama penyusunan makalah ini untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa/i. Adapun judul yang kami angkat adalah Sistem Integumen.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat dukungan, bimbingan, dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami,
Kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih
terdapat berbagai kekurangan baik dari segi materi maupun sistematikanya. Kami menerima
saran, koreksi, dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan mutu dan isi makalah ini.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaaat untuk para
pembaca.

Jakarta, Januari 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
2

Kata Pengantar ..................................................................................

Daftar Isi ...........................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

BAB II

1
1
2
2

PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

BAB III

Latar Belakang..........................................................
Rumusn Maslah..
Tujuan Penulisan .....................................................
Metode Penulisan .....................................................
Sistematika penulisan ................................................

Penertian Kulit ........................................................


Lapisan Kulit ..........................................................
Pembuluh Darah dan Syaraf ...................................
Bagian Kulit ............................................................
Fisiologi sitem integumen
Fungsi Kulit .............................................................
Asuhan Keperawatan Sistem Integumen..

3
4
7
9
11
12
14

PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................
19
B. Saran .................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem integument/sistem penutup tubuh (covering) adalah suatu sistem penyusun


tubuh suatu makhluk hidup yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Sistem
integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali
merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,
kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa
Latin "integumentum", yang berarti "penutup".
Secara ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat di luar jaringan yang
terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, kulit
merupakan organ yang paling luas permukaan yang membungkus seluruh bagian luar
tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.
Cahaya matahari mengandung sinar ultra violet dan melindungi terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh misalnya menjadi pucat, kekuningkunigan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat. Ganguan psikis juga dapat
mengakibatkan kelainan atau perubahan pada kulit misanya karna stres, ketakutan, dan
keadaan marah akan mengakibatkan perubahan pada kulit wajah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Kulit?
2. Apa Saja Lapisan Pada Kulit?
3. Apa Saja Pembuluh Darah dan Saraf Pada Kulit?
4. Apa Saja Bagian Pada Kulit?
5. Bagaimana Fisiologi Sistem Integumen?
6. Apa Saja Fungsi Kulit?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Sistem Integumen?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Kulit
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Lapisan Pada Kulit
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Pembuluh Darah dan Saraf Pada kulit
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Bagian pada Kulit
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Fisiologi Sistem Integumen
6. Untuk Mengetahui Apa saja Fungsi Kulit
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Sistem Integumen
D. Metode Penuisan

Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode penulisan dari sumber-sumber


yang diperoleh dari buku maupun media lainnya.
E. Sistematika Penulisan
Laporan ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 3 Bab, yaitu tersusun sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdapat Latar belakang masalah yang diambil, tujuan dari penulisan
makalah ini, dan juga membuat sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada Bab ini menyajikan penjelasan tinjauan teoritis yang berisi gambaran umum kulit
yang terdi dari: Pengertian kulit, lapisan kulit, pembuluh darah dan saraf, bagian kulit,
fisiologi sistem integumen, fungi kulit, dan Asuhan Keperawatan Sistem Integumen.
BAB III PENUTUP
Pada Bab ini penulis menuliskan kesimpulan dan saran dari makalah.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.

Pengertian Kulit
Sistem integument merupakan system organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya yang
mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya ( kering atau
lender ).
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan
kelenjar mukosa.
6

B.

Lapisan Kulit

1. Epidermis

Adalah stratum korneum, selnya sudah mati tidak mempunyai inti sel (inti sel
nya sudah mati) dan mengandung zat keratin. Stratum lusidum, sel pipih, bedanya
dengan stratum granulosum iyalah sel-sel sudah banyak yang kehilangan dan inti dan
butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat
pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang
bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidum.
Statum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan.selsel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukan kulit. Dalam
sitoplasma terdapat butir butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam
pembentukan keratin oleh karena banyak butir-butir stratum granulasum.
Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang
palingn tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan.sel-selnya disebut
spinosun karena jika kita terlihat dibawah mikroskop bahwa sel-selnya terdiri dari sel
yang bentuknya polygonal, banyak sudut dan mempunyai tanduk (spina). Disebut
akantosum sebab sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada
hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelulair briges atau jembatan
interseluler.
Stratum basal/germinativum. Disebut stratum basal karena sel-sel nya terletak
dibagian basal/basis stratum graminativum menggantikan sel-sel yang diatasnya dan
merupakan sel-sel induk.
Bentuknya slindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Didalam nya terdapat
butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar
(palisade) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran disebut membran
basalis, sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari
epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada
waktu kerium menojol pada epidermis tonjolan ini tersebut papilla kori (papilla kulit),
dan epidermis kea rah koreum tonjilan ini disebut rete ridges atau rete pegee
(prosesus interpalpilaris)

2. Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh
membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini
tidak jelas hanya kita ambil sebagian patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari dua lapisan: bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan
bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars
retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun
pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut:
serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang
berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastis,
memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar
dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada asal tersebut.
3. Subkutan

Subkutan terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan


ini berjalan serabut-serabut jaringan ikatan dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat
dengan intinya terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan
lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat
dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna
penikulus adipolus adalah sebagian shock breaker atau pegas bila tekanan trauma
mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu,
penimpunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Dibawah subkutis terdapat
selaput otot kemudian baru terdapat otot.
C.

Pembuluh Darah dan Saraf


1. Pembuluh Darah
Pembuluh darah kulit terdiri dari dua anyaman pembuluh darah nadi yaitu
anyaman pembuluh nadi atas atau luar, anyaman ini terdapat antara stratum papilaris
dan stratum retikularis dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap papila kori,
anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, anyaman ini terdapat antara
korium dan subkutis. Anyaman ini memberikan cabang-cabang pembuluh nadi ke
alat-alat tambahan yang terdapat di korium.
Dalam hal ini percabangan juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang
terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan menjadi pembuluh
darah balik/vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu anyaman pembuluh
darah balik yang ke dalam. Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali. Oleh
karena diperkirakan 1/5 dari darah yang beredar melalui kulit. Disamping itu,
pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit/melebar oleh pengaruh atau
rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyeri, dan emosi, penyempitan dan
pelebaran ini terjadi secara refleks.
2. Persarafan Kulit
10

Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan
yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik. Ujung saraf motorik berguna
untuk menggerakan sel-sel otot yang terdapat pada kulit. Sedangkan saraf sensorik
berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit
ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan. Ujung-ujung saraf yang
bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri banyak terdapat di epidermis. Disini
ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu
organ.

D.

Bagian Kulit
1. Rambut

Sel epidermis yang berubah, rambut tumbuh dari folikel rambut didalam
epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasarnya terdapat
papil tempat rambut tumbuh. Akar berada didalam folikel pada ujung paling dalam
dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut terdapat otot
polos kecil sebagai penegak rambut. Rambut terdiri dari:
a. Rambut panjang di kepala, pubis dan jenggot
b. Rambut pendek di lubang hidung, liang telinga dan alis
c. Rambut bulu lanugo diseluruh tubuh
d. Rambut seksual di pubis dan aksila (ketiak)
Warna kulit dipengaruhi oleh pertumbuhan darah pada kulit, banyak sedikitnya
lemak, dan pigmen kulit yang disebut melanin. Banyak sedikitnya melanin

11

dipengaruhi oleh ras atau suku bangsa, hormon, dan pengaruh sinar ultraviolet dan
inframerah.

2. Kuku

Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah, tertanam dalam palung
kuku menurut garis lekukan pada kulit. Palung kuku mendapat persarafan dan
pembuluh darah yang banyak. Bagian proksimal terletak dalam lipatan kulit
merupakan awal kuku tumbuh, badan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit dengan
kuat terikat dalam palung kulit dan bagian atas merupakan bagian yang bebas. Bagian
dari kuku terdiri dari ujung kuku atas ujung batas, badan kuku yang merupakan
bagian yang besar, dan akar kuku (radiks).
3. Kelenjar Kulit
Kelenjar kulit merupakan lobulus yang bergulung-gulung dengan saluran keluar
lurus merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan (kelenjar
keringat). Kulit mempunyai daya regenerasi yang besar. Setelah kulit terluka, sel-sel
dalam dermis melawan infeksi lokal kapiler dan jaringan ikat akan mengalami
regenerasi epitel yang tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan ikat yang bergenerasi
sehingga terbentuk jaringan parut. Pada mulanya berwarna kemerahan karena
12

meningkatnya jumlah kapiler akhirnya berubag menjadi serabut kolagen keputihan


yang terlihat melalui epitel.
Manifestasi ketuaan kulit meliputi kulit tampak lebih tipis karena perubahan
dalam komposisi kimia zat dasar jaringan ikat. Karena kekurangan cairan dan
hilangnya elastisitas pada serat-serat elastis dermis dan subkutis akibat lipatan kulit
yang ditimbulkan dengan menarik jaringan dibawahnya, lambat laun menghilang dan
akan timbul bintik pigmentasi yang tidak beraturan.
Kelenjar sebasea berasal dari rambut yang bermuara pada saluran folikel rambut
untuk melunasi rambut dan kulit yang berdekatan. Kelenjar kantongnya dalam kulit,
bentuknya seperti botol dan bermuara dalam folikel rambut. Paling banyak terdapat
pada kepala dan wajah sekitar hidung, mulut dan telinga tidak terdapat pada telapak
kaki dan telapak tangan. Ada dua kelenjar yang terdapat pada kulit yaitu kelenjar
keringat yang menghasilkan sudorivera dan kelenjar yang menghasilkan kelenjar
sebasea. Kelenjar terdiri dari badan kelenjar, saluran kelenjar, dan muara kelenjar.
Kelenjar kringat adalah alat utama untuk mengendalikan suhu tubuh, berkurang
pada waktu iklim dingin dan mengikat pada suhu panas. Sekresi aktif dan kelenjar
keringat dibawah pengendalian saraf simpatis. Keringat berisi air dan sedikit garam
yang dikeluarkan melalui defusi secara sederhana, kurang lebih 500 cc/hari.
E. Fisiologi Sistem Integumen
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus
seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan
kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan.
Kulit merupakan indicator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan
melihat perubahan yang terjai pada kulit. Misalnya, menjadi pucat, kekuning kuningan
kemerah merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang
terjadi pada tubuh atau ganggguan kulit karena penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit.
Misalnya, karena stress, ketakutan atau dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan
pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah
lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit.
Warna kulit juga dapat menentukan rasa tau suku bangsa misalnya kulit hitam suku
bangsa negro, kulit kuning baangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lain lain.
F. Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalani
kelangsungan hidup secara umum yaitu :
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang lainnya dapat
menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas, misalnya radiasi,
13

2.

3.

4.

5.

6.

sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena
adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut serabut jaringan
penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut
berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning
(pengobatan dengan asam asetil).
Fungsi Absorbs
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Premabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memugkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi resprasi. Kemampuan absorbs kulit dipengaruhi tebal tipisnya
kulit, hidrasi, kelembapan, dan metabolism. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah antara lain sel, menembus sel sel epidermis atau melalui saluran kelenjar dan
yang lebih banyak melalui sel sel epidermis.
Fungsi Kulit Sebagai Pengatur Panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini
karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas,
medula oblongata. Suhu normal sdalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat
untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari artiel
kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kuli menjadi panas dan
kelebihan panas yang dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan
cairan pada permukaan tubuh) dalam vasokontrinsik (pembuluh darah mngerut, kulit
mennjadi pucat dan dingn, hilangnya keringat dibatasi, dan panas tubuhyang tidak
dikeluarkan. Kulit melakukan peran ini dengan cara mengelurkan keringat, kontraksi
otot, dan pembuluh darah kulit.
Fungsi Ekskresi
Kelenjar- kelanjar kulit mengeluarkan zat zat yang tidak berguna lagi atau zat
sisa metabolism dalam tubuh berupa Nacl, urea, asam urat, dan amino. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum ( bahan
berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit
tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman
pada kulit.
Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respon
terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin
diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papiladermis dan markel prenvier,
sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensrik lebih banyak
jumlahnya di daerah yang erotic.
Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pgmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Menosit mementuk warna kulit. Ezim melanosum dibentuk oleh alat
golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar mattahari
mempengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan
14

denkrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak
selamanya dipengaruhi oleh pigme kulit melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit,
reduksi HB dan karoten.
7. Fungsi Kretanisasi
Kretinosit dimulai dari sel basal yang megadakan pembelahan. Sel basal yang lain
akan berpindah keatas yang berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin keatas sel
ini semakin gepeng dan berganula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya
menghilang dan kretinosit ini mejadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintesi dan degenerasi
menjadi apisan tanduk yg berlangung kira-kira 14 21 hari dan memberikan
perlindungan kulit terhdap infeksi secara mekanis-fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolestrol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi
kebutuhan vitamin D tidak mencukupi dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian
vtamain D sistemik masih tetap diperlukan.
G.

Asuhan Keperawatan Sistem Integumen


1. Pengkajian kulit
Riwayat Kesehatan
Selama wawancara riwayat kesehatan, ajukan pertanyaan tentang riwayat
alergi kulit, reaksi alergi kulit terhadap makanan, obat serta zat kimia, masalah kulit
sebelumnya dan riwayat kanker kulit. Nama-nama kosmetika, sabun, sampo, atau
produk higine personal lainnya juga harus ditanyakan jika terdapat masalah kulit yang
terjadi setelah memakai produk tersebut. Riwayat kesehatan akan berisi informasi
yang spesifik mengenai awetan, tanda dan gejala, lokasi dan durasi nyeri, gatal-gatal,
ruan atau gangguan rasa nyaman lainnya yang dialami pasien. Secara ringkas
pengkajian riwayat kesehatan integument meliputi hal hal berikut ini :
1) Tanyakan pada pasien tentang persepsi pola hidup sehat.
2) Tanyakan apakan pasien mempunyai binatang peliharaan.
3) Tanyakan apakah pola nutrisi yang digunakan dapat mengubah kondisi kulit
pasien.
4) Tanyakan dalam pola sehari hari kondisi kulit tentang kekeringan.
5) Tanyakan pada pasien adanya lesi, kemerahan atau memar.
6) Tanyakan tentang penggunaan pelindung dari matahari dan beberapa efeknya.
7) Tanyakan frekuensi mandi dan jenis sabun yang digunakan.
8) Tanyakan adakah terjadi trouma kulit akhir-akhir ini.
9) Tanyakan riwayat alergi yang menyebabkan bintik-bintik merah.
10) Tanyakan apakah menggunakan obat-obat topical dan menggunakan pil
perawatan kulit.
11) Tanyakan apakah mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan kulit seperti
kanker kulit atau psioriasis.

15

12) Tanyakan kondidi psikologis pasien dengan kondisi kulit dalam mekanime koping
dan tanyakan pola kepercayaan yang digunakan dengan masalah yang dirasakan
pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Karakteristik kulit normal
1) Warna
Kulit bagian tubuh yang terbuka khususnya di bagian iklim panas cenderung
lebih berpigmen darioada bagian tubuh lainya. Efek vasodilatasi yang di
timbulkan oleh demam, sengatan matahari dan inflamasi akan menimbulkan
bercak merah muda atau kemerahan pada kulit. Pucat merupakan keadaan
tidak adanya atau berkurangnya tonus, serta vaskularitas kulit yang normal
dan paling jelas terlihat pada konjungtiva. Warna kebiruan pada sianosis
menunjukan hipoksia seluler yang mudah terlihat pada ektremitas, dasar kuku,
bibir, serta membrane mukosa. Ikterus yaitu kulit yang menguning,
berhubungan langsung dengan kenaikan bilirubin serum dan sering kali
terlihat pada sclera serta membran mukosa.
2) Tekstur kulit
Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang. Normalnya kulit adalah elastic
dan dapat cepat kembali apbila dilakukan pencubitan yang sering disebut
turgor kulit baik.
3) Suhu
Suhu kulit normalnya hangat tetapi pada bagian tangan dan kaki bersuhu
dingin karena bagian perifer akubat suatu kodisi vasokontriksi.
4) Kelembaban
Normalnya teraba kering saat disentuh dan peningkatan aktivitas kelembaban
akan meningkat.
5) Bau busuk
Kulit normalnya bebas dari segala bau yang tidak mengenakan. Bau yang
tajam secara normal dapat ditemukan pada peningkatan produksi keringat
terutama pada area aksila dan lipat paha.
b. Efloresensi
Efloresensi adalah pengkajian kulit yang dapat dilihat dengan mata
telanjang (secara objektif), dan bila perlu dapat diperiksa dengan perabaan.
Terdapat dua macam pengajian efloresensi, meliputi:
1) Efloresensi primer adalah kelainan kulit yang terjadi pada permukaan kulit.
Macam-macam efloresensi primer :
a) Makula
Kararteristik perubahan warna kulit yang tegas dengan ukuran dan bentuk
bervariasi tanpa disertai peninggian atau cekungan. (bila diameter >1 cm
disebut patch).
b) Papula
16

c)

d)
e)

f)
g)

h)

i)

Karateristiknya peninggian kulit yang solid dengan diameter <1 cm dan


bagian terbesarnya berada diatas permukaan kulit (bila papula bergabung
dengan diameter >1 cm dan permukaan datar disebut plakat)
Nodul
Seperti papula, berbentuk kubah, ukuran >1 cm dan lebih dalam. Tumor
merupakan istilah umum untuk menunjukkan adanya suatu massa baik
jinak maupun ganas yang >2 cm.
Tumor
Seperti nodul tetapi lebih besar dari nodul.
Vesikula
Peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan dengan ukuran < 1 cm, dapat
pecah menjadi erosi, dapat bergabung menjadi bula.
Bula
Peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan dengan ukuran >1 cm.
Pustula
Seperti halnya vesikula, tetapi isinya pus dan berada diatas kulit yang
meradang.
Urtika
Peninggian kulit yang datar oleh karena edema pada dermis bagian atas.
Bersifat gagal, timbulnya cepat, hilangnya cepat, pori-pori melebar, warna
pucat.
Efloresensi sekunder adalah kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan

penyakit.
2) Efloresensi sekunder adalah kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan
penyakit.
Macam-macam efloresensi sekunder
a) Skuama
Karakteristiknya partikel edema dapat kering atau berminyak, tipis
ataupun tebal dan dilapisi masa keratin. Warnanya bervariasi putih, keabuabuan, kuning, atau colat.
b) Erosi
Hilangnya lapisan kulit sebatas epidermis dan sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut.
c) Ekskoriasi
Hilangnya jaringan sampai dengan stratum papilare.
d) Ulkus
Hilangnya kontinuitas jaringan pada dermis atau lebih dalam, sembuh
dengan meninggalkan jaringan parut.
e) Krusta
Pengeringan cairan tubuh bercampur dengan epitel debris bakteri.
f) Sikatriks
Pembentukan jaringan baru yang bersifat lebih banyak mengandung
jaringan ikat untuk mengganti jaringan yang rusak akibat penyakit atau
17

trauma pada dermis yang lebih dalam. Dapat terjadi atrofi disebut sikatriks
atrofi, bila membesar disebut sikatriks hipertrofi. Adalah retakan kulit
yang linier sepanjang epidermis atau sampai dermis, dapat multiple.

3. Pengkajian kuku
Kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan,
dan tingkat perawatan diri seseorang, bahkan status psikologis juga dapat
diungkapkan dari adanya bukti-bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji, perawat
mengumpulkan riwayat singkat. Bagian kuku yang paling dapat dilihat adalah plat
kuku, lapisan transparan sel epitel yang menutupi bantalan kuku. Vaskularitas
bantalan kuku memberi warna lapisan di bawah kuku. Semilunar, area putih dibagian
dasar bantalan kuku disebut lunula, yaitu merupakan dari mana plat kuku terbentuk.
Inspeksi dan palpasi Perawat menginspeksi warna bantalan kuku, kebersihan,
panjang, ketebalan dan bentuk plat kuku, tekstur kuku, sudut antara kuku dan
bantalan kuku, serta kondisi lipatan kuku lateral dan proksimal di sekitar kuku.
Perawat juga melapisi bagaian dasar kuku.
4. Data Objektif Yang Mungkin Ditemukan :
a. Terjadi perubahan warna kulit, turgor, elastisitas, kelembapan, kebersihan, dan
bau.
b. Terdapat lesi primer misalnya macula, papula, vesikula, pustule, bula, nodula,
atau urtikaria.
c. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta, skuama/sisik, fisura, erosi, atau lkus.
d. Ditemukannya tanda-tanda radang (rubor/kemerahan, dolor/nyeri, kalor/panas,
tumor/benjolan dan fungsieolesa/perubahan bentuk).
e. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit, biopsy, uji alergi atau pemeriksaan
darah) didapatkan kelainan.

Keluhan :
a. Mengeluh kulit gatal, nyeri, kemerahan, berminyak, kering, kasar, tidak rata,
terkelupas, lepuh, panas, dingin, perubahan warna kulit dan timbul borok.
b. Adanya riwayat alergi, kontak dengan bahan-bahan tertentu (kosmetik, sabun,
obat, tanaman, bahan kimia)
c. Riwayat keluarga atau tetangga dengan penyakit kulit.
18

d. Adanya perubahan pola kebiasaan sehari-hari.


e. Ditemukan data psikologis yang berkaitan dengan masalah kulit (rasa malu,
dikucilkan orang lain, harga diri rendah, takut tidak sembuh, dan cemas).
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalh
integument adalah :
a. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan jaringan,
gangguan kekebalan tubuh, atau infeksi.
b. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan, terbukanya
ujung-ujung saraf kulit, atau tidak adekuatnya pengetahuan tentang pelaksanaan
nyeri.
c. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan anatomi kulit atau
bentuk tubuh.
d. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan penyakit yang tidak teratasi
dengan mudah.
e. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan kulit, atau
potensial keganasan.
f. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tidak adanya perlindungan kulit.
g. Defesiensi pengetahuan tentang factor penyebab timbulnya lesi, cara pengobatan,
dan perawatan diri.
h. Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri pada
kulit.
i. Isolasi sosial yang berhubungan dengan penolakan dari oranglain karena
perubahan bentuk kulit.
j. Potensial kecacatan sekunder yang berhubungan dengan hilangnya sensasi
rasa/anastesi, kurangnya pengetahuan tentang perawatn diri.
6. Rencana Keperawatan
Tujuan yang harus dicapai pada klien dengan masalah kulit dapat ditentukan
berdasarkan tujuan jangka pendek atau jangka panjang. Tujuan keperawatan secara
umum adalah sebagai berikut.
a. Kulit menjadi normal kembali.
b. Berkurangnya rasa nyeri atau gatal
c. Terlindungnya kulit dari trauma.
d. Tidak terjadi infeksi
e. Konsep diri positif
f. Tidak terjadi penularan
g. Kebutuhan istirahat tidur dapat terpenuhi.
19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan
kelenjar mukosa. Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutan.
Pembuluh darah kulit terdiri dari dua anyaman pembuluh darah nadi yaitu anyaman
pembuluh nadi atas atau luar, anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum
retikularis dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap papila kori, anyaman
pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, anyaman ini terdapat antara korium dan

20

subkutis. Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan
yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik.
Bagian kulit terdiri dari kuku, rambut, dan kelenjar keringat. Kulit merupakan
indicator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang
terjai pada kulit.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang system integument.
2. Pembaca diharapkan menerapkannya dalam memasuki dunia kerja nanti

Daftar Pustaka
Mutaqin, Arif.2009.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.Jakarta: Salemba
Medika

Nurahman, Elly.2001.Anatomi dan Fisiologi.Jakarta: Salemba Medika

Syaiffudin.2010.Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat. Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai