I.
JUDUL PERCOBAAN
Titrasi Iodo-Iodimetri dan Aplikasinya
II.
III.
SELESAI PERCOBAAN
Hari Rabu/ Tanggal 26 November 2014
Pukul 16.30 WIB
IV.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan Na2S2O3 dengan Kalium
Iodidat baku (iodometri).
2. Mennetukan kadar Cl2 dalam serbuk pemutih.
V.
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar reaksi titrasi oksidimetri ialah reaksi oksidasi-reduksi antara zat
penitrasi dan zat yang dititrasi. Dalam titrasi oksidimetri meliputi dua titrasi yaitu
titrasi permanganometri (melibatkan senyawa KMnO4) dan titrasi iodo-iodimetri
(melibatkan ion I-). Titrasi iodo-iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi. Metode titrasi langsung dinamakan iodimetri
mengacu kepada titrasi dengan suatu iod standar. Sedangkan metode titrasi tak
langsung dinamakan iodometri adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia.
a) Prinsip Iodo-Iodimetri
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
bereaksi dengan I- (iodida) untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara
kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka
titrasi iodometri dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali.
Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika
direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran, hal ini
disebabkan karena faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang
dapat dipakai untuk iodida. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi
yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawa iodida umumnya
KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I 2.
I2 yang terbentuk adalah ekuivalen dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan.
1
terbuat dari agen pengoksidasi kuat yang akan membebaskan iodin dari
iodida, sebuah proses iodometrik. (Underwood, 2002)
dibakukan sambil terus dikocok. Bila larutan menjadi kuning pucat tambah
100 ml air dan 3 ml larutan kanji. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat
hilang (tidak berwarna).
Pada pembakuan di atas reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
KIO + 5KI + 6HCl
I + 2NaSO
3I
+ 6KCl + 3HO
2NaI
+ NaSO
Pada reaksi di atas valensinya adalah 6 karena 1 mol KIO setara dengan 3
mol I, sedangkan 1 mol I setara dengan 2e. Sehingga 1 mol KIO setara
dengan 6e akibatnya BE KIO sama dengan BM/6.
e) Indikator Iodo-Iodimetri
Larutan I2 dalam larutan KI encer berwarna coklat muda. Bila 1 tetes
larutan I2 0,1 N dimasukkan kedalam 100 ml aquadest akan memberikan warna
kuning muda, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu larutan yang tidak
berwarna I2 dapat berfungsi sebagai indikator. Warna dari larutan iodin 0,1 N
cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri.
Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut
seperti karbon tetraklorida dan kloroform dan terkadang kondisi ini digunakan
untuk mendeteksi titik akhir titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran
koloidal) dari kanji lebih umum digunakan, karena warna biru gelap dari
kompleks iodin-kanji bertindak sebagai tes yang sensitif untuk iodin.
(Underwood, 2002)
Komponen utama kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki
rantai lurus dan memberikan warna biru jika bereaksi dengan iodium. Amilopektin
memiliki rantai bercabang dan memberikan warna merah violet jika bereaksi
dengan iodium.
Keuntungan penggunaan kanji adalah harganya murah, sedangkan
kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil pada suspensi
dengan air, karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu dengan
pemanasan.
Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat medekati titik
akhir titrasi karena iod dengan kanji membentuk kompleks yang berwarna biru
yang tidak larut dalam air dingin sehingga dikhawatirkan mengganggu penetapan
titik akhir titrasi. Karena adanya kelemahan ini, dianjurkan pemakaian kanji
5
natrium glukonat yang mana indikator ini tidak higroskopis; cepat larut dan stabil
dalam penyimpanan; tidak membentuk kompleks yang tidak larut dengan iodium
sehingga boleh ditambahkan pada awal titrasi dan titik akhir jelas; reprodusibel
dan tidak tiba-tiba. namun indikator ini harganya mahal.
Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut :
Iodimetri : Amilum (tak berwarna) + I2 iod-amilum (biru)
Iodometri : Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak
berwarna)
Perbedaan dari iodometri dan iodimetri berdasarkan perbedaan warna pada
titik ekivalennya adalah : pada iodometri perubahan warna pada titik ekivalen
(TE) dari biru menjadi tak berwarna, sedangkan pada iodimetri perubahan warna
pada titik ekivalen (TE) dari tak berwarna menjadi biru.
f) Komposisi Serbuk Pemutih
Bubuk pemutih terdiri dari campuran kalsium hipoklorit dan klorida basa
(CaCl2), Ca(OH)2.H2O. Kalsium hipoklorit atau yang biasa disebut kaporit adalah
senyawa kimia yang memiliki rumus kimia Ca(OCl) 2.
Kaporit biasanya
digunakan untuk menjernihkan air . Kalsium hipoklorit adalah padatan putih yang
siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin.
Senyawa aktifnya adalah hipoklorit yang mempunyai daya untuk memutihkan.
Kalsium hipoklorit memiliki aroma klorin yang kuat. Senyawa ini tidak terdapat
di lingkungan secara bebas.
Kalsium hipoklorit utamanya digunakan sebagai agen pemutih atau
disinfektan. Senyawa ini adalah komponen yang digunakan dalam pemutih
komersial, larutan pembersih, dan disinfektan untuk air minum, sistem pemurnian
air, dan kolam renang. Ketika berada di udara, kalsium hipoklorit akan
terdegradasi oleh sinar matahari dan senyawa-senyawa lain yang terdapat di
udara. Di air dan tanah, kalsium hipoklorit berpisah menjadi ion kalsium (Ca2+)
dan hipoklorit (ClO-). Ion ini dapat bereaksi dengan substansi-substansi lain yang
terdapat di air.
VI.
100 mL
10 mL
6
- Labu Erlenmeyer
250 mL
- Pipet tetes
- Buret
- Statif dan Klem
- Neraca analitik
- Gelas ukur
- Botol semprot
- Spatula
- Gelas kimia
- Corong
- Rol film
b. BAHAN:
- Serbuk KIO3
- Larutan Na2S2O3
- Larutan HCl 4N
- Larutan KI 0,1 N 20%
- Larutan kanji
- Larutan H2SO4
- Larutan ammonium molibdat 3%
- Air suling (air aquades)
- Sampel (larutan pemutih)
VII.
ALUR KERJA
1. Pembuatan dan penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 0,1 N
A. Pembuatan larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N
25 gram Na2S2O3.5H2O
-
Ditimbang
Dilarutkan dalam 1 liter air yang baru dididihkan dan
didinginkan
Ditambahkan 0,2 gram NaCO3 sebagai pengawet
Disimpan dalam botol yang berwarna
Larutan Na2S2O3
B. Penentuan (standarisasi) larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N dengan Kalium
Iodidat Baku
0,357 gram KIO3
- Ditimbang
- Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml
- Dilarutkan dengan air suling
- Diencerkan sampai tanda batas
7
Larutan KIO3
Larutan Na2S2O3
-
2 ml larutan pemutih
- dicatat merknya
- dihitung berat jenisnya larutan pemutih
Larutan Na2S2O3
- dimasukkan dalam buret
- dititrasi
10
No
1.
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
Sebelum:
Na2S2O3.5H2O padat =
jernih tak berwarna
NaCO3 = jernih tak
berwarna
Dugaan / Reaksi
Kesimpulan
Na2S2O3(s) + H2O(l)
Na2S2O3(aq) + H2O(l)
Sesudah:
Na2S2O3.5H2O + NaCO3
= larutan
Na2S2O3.5H2O yang
sudah distandarisasi
Titik akhir
11
Ditimbang
Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml
Dilarutkan dengan air suling
Diencerkan sampai tanda batas
Dikocok dengan baik agar tercampur
sempurna
x5
Sebelum:
2IO3-(s) + 12H+(aq) +
serbuk KIO3 =
10Cl-(aq) I2(aq) +
berwarna putih
5Cl2(aq) + 6H2O(l)
air suling = bening tak
berwarna
II)Cl2(aq) + 2e- 2Cl-(aq)
larutan standar KIO3 =
2I-(aq) I2(aq) + 2ebening tak berwarna
larutan Na2S2O3 =
bening tak berwarna
larutan KI = bening tak
Cl2(aq) + 2I-(aq) 2Clberwarna
(aq) + I2(aq)
larutan HCl = bening
III)
I2(aq) + 2e- 2I-(aq)
tak berwarna
2S2O32-(aq) S4O62 larutan kanji = keruh
(aq) + 2e
I2(aq) +2S2O32-(aq)
Sesudah:
2I-(aq) + S4O62-(aq)
serbuk KIO3 + air suling
= bening tak berwarna
(larutan standar KIO3)
larutan standar KIO3 +
KI = bening tak
berwarna
larutan standar KIO3 +
KI + HCl = merah
kecoklatan
larutan standar KIO3 +
12
Lar. Na2S2O3
- Digunakan untuk
membilas buret
- Dimasukkan ke
dalam buret
- Dititrasi
KI + HCl + dititrasi =
kuning muda
larutan standar KIO3 +
KI + HCl + dititrasi +
larutan kanji = kuning
25 ml lar. KIO3 0,1N
kecoklatan
larutan standar KIO3 +
- Dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer
KI + HCl + dititrasi +
- Ditambahkan 10 ml larutan KI
larutan kanji + titrasi
20%
= bening tak berwarna
- Ditambahkan 25 ml HCl 4N
V1 Na2S2O3 = 20 ml
V2 Na2S2O3 = 19,7 ml
V3 Na2S2O3 = 19,5 ml
Perubahan warna
menjadi kuning muda
- Ditambah larutan kanji
- Titrasi dilakukan
sebanyak 3 kali
Konsentrasi Na2S2O3
2.
13
Larutan Na2S2O3
-
- Dicatat mereknya
- Dihitung berat jenis larutan pemutih
- Dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer 250 ml
- Ditambah 75 ml aquades
- Ditambah 3 gram KI
- Ditambah 8 ml H2SO4 1:6
- Ditambah 3 tetes ammonium
molibdat 3%
Titik akhir
titrasi yaitu saat
indikator
berubah warna
menjadi jernih
tak berwarna.
Kadar Cl2 dalam
pemutih sebesar
4,155%.
Sebelum:
Larutan Na2S2O3 =
bening tak berwarna
Larutan pemutih =
bening tak berwarna
Aquades = bening tak
berwarna
Serbuk KI = putih
H2SO4 = bening tak
berwarna
Larutan kanji = keruh
Larutan ammonium
molibdat = keruh
Massa piknometer
kosong = 25, 4315
gram
Massa piknometer isi =
Perubahan
warna sampai warna coklat iodida hilang
80, 5907
gram
Sesudah:
Ditambah 5 ml larutan kanji
Lar. Pemutih + aquades
Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali
= bening takPerubahan
berwarna
warna sampai warna biru hilang
Lar. Pemutih + serbuk
Dihitung volume Na2S2O3
14
KI = berwarna orange
Lar. Pemutih + KI +
H2SO4 = merah
kecoklatan
Lar. Pemutih + KI +
H2SO4 + ammonium
molibdat = merah
kecoklatan
Lar. Pemutih + KI +
H2SO4 + ammonium
molibdat + titrasi =
kuning muda
Lar. Pemutih + KI +
H2SO4 + ammonium
molibdat = titrasi +
kanji = ungu
kehitaman
Lar. Pemutih + KI +
H2SO4 + ammonium
molibdat = titrasi +
kanji + titrasi =
bening tak berwarna
V1 Na2S2O3 = 20,5 ml
V2 Na2S2O3 = 20,2 ml
V3 Na2S2O3 = 20,3 ml
15
16
IX.
jernih tak berwarna yang sebelumnya larutan natrium tiosulfat tersebut telah
digunakan untuk membilas buret, pembilasan tersebut dilakukan untuk
memastikan supaya dalam buret tersebut tidak terdapat sisa larutan lain.
Kemudian larutan natrium tiosulfat tersebut dimasukkan ke dalam buret. Larutan
standar KIO3 yang telah ditambahkan dengan larutan KI 20% dan larutan HCl 4
N dan menghasilkan warna merah kecoklatan. Hal ini sesuai dengan persamaan
reaksi yaitu:
IO3-(s) + 6H+(aq) + 6I- 3H2O(l) + 3I2(aq)
(berwarna jingga)
Kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 jernih tak berwarna hingga terjadi
perubahan warna menjadi kuning muda. Perubahan warna menjadi kuning muda
tersebut sesuai dengan persamaan reaksi yaitu:
3H2O(l) + 3I2(aq) + 2 S2O32-(aq) 6I-(aq) + S4O62-(aq)
(kuning muda)
Pada proses titrasi iodometri ini, iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion
tetrationat, hal ini sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
I2(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + S4O62-(aq)
Setelah berubah warna menjadi kuning muda, larutan tersebut
ditambahkan dengan 2 tetes indikator kanji atau amilum yang keruh. Sehingga
menghasilkan perubahan warna menjadi kuning kecoklatan. Penambahan
indikator kanji harus dilakukan pada akhir titrasi atau mendekati titik akhir titrasi.
Hal ini dikarenakan iod dengan kanji membentuk kompleks yang berwarna biru
yang tidak larut dalam air dingin sehingga dikhawatirkan mengganggu penetapan
titik akhir titrasi bila ditambahkan saat awal titrasi. Selanjutnya larutan tersebut
dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 0,1 N dan merubah warna larutan dari
kuning kecoklatan menjadi jernih tak berwarna. Hal ini sesuai dengan persamaan
reaksi kimia berikut:
Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak berwarna)
Titrasi tersebut dilakukan sebanyak tiga kali dengan prosedur percobaan yang
sama.
Dari titrasi tersebut didapatkan volume larutan Na2S2O3 yang
dibutuhkan.
Pada
labu
erlenmeyer
yang
pertama
dibutuhkan
larutan
Na2S2O3 sebanyak 20 ml, pada labu erlenmeyer yang kedua dibutuhkan larutan
Na2S2O3 sebanyak 19,7 ml. Sedangkan pada labu erlenmeyer ke tiga dibutuhkan
18
larutan Na2S2O3 sebanyak 19,5 ml. Dari data yang diperoleh tersebut dapat
ditentukan normalitas dari larutan KIO3 sebesar 0,1 N sesuai dengan rumus:
N=
n. g
Mr . V
Selanjutnya untuk menghitung normalitas larutan Na 2S2O3 pada tiap masingmasing labu erlenmeyer digunakan rumus:
N
n
(kuning muda)
Pada proses titrasi iodometri ini, iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion
tetrationat, hal ini sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
I2(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + S4O62-(aq)
Setelah berubah warna menjadi kuning muda, larutan tersebut
ditambahkan dengan 5 ml indikator kanji atau amilum yang keruh pada masingmasing labu erlenmeyer. Sehingga menghasilkan perubahan warna menjadi ungu
kehitaman. Penambahan indikator kanji harus dilakukan pada akhir titrasi atau
mendekati titik akhir titrasi. Hal ini dikarenakan iod dengan kanji membentuk
kompleks yang berwarna biru yang tidak larut dalam air dingin sehingga
dikhawatirkan mengganggu penetapan titik akhir titrasi bila ditambahkan saat
awal titrasi. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3
0,1 N dan merubah warna larutan dari ungu kehitaman menjadi jernih tak
berwarna. Hal ini sesuai dengan persamaan reaksi kimia berikut:
Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak berwarna)
Titrasi tersebut dilakukan sebanyak tiga kali dengan prosedur percobaan yang
sama.
Dari titrasi tersebut didapatkan volume larutan Na2S2O3 yang
dibutuhkan.
Pada
labu
erlenmeyer
yang
pertama
dibutuhkan
larutan
Na2S2O3 sebanyak 20,5 ml, pada labu erlenmeyer yang kedua dibutuhkan larutan
Na2S2O3 sebanyak 20,2 ml. Sedangkan pada labu erlenmeyer ke tiga dibutuhkan
larutan Na2S2O3 sebanyak 20,3 ml. Dari data tersebut dapat diketahui kadar Cl 2
dalam sampel (larutan pemutih) dengan menggunakan rumus:
molek Cl2 = molek Na2S2O3
n. g
Mr
= n. M. V
massa sampel
x 100
berat sampel
Sehingga didapatkan kadar Cl2 pada labu erlenmeyer yang pertama sebesar
4,189%, pada
labu
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan pada percobaan titrasi oksidimetri (titrasi
iodo-iodimetri) yaitu penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 0,1 N dengan Kalium
Iodidat sebagai baku diperoleh V1 = 20 mL; V2 = 19,7 mL; V3 = 19,5 mL. Untuk
menentukan normalitas Na2S2O3 maka harus dicari dulu normalitas KIO3 dengan
menggunakan rumus :
gr Ek
N=
.
Mr V
Dari perhitungan didapatkan normalitas KIO3 = 0,1 N. Dari hasil diatas kita
bisa menghitung normalitas Na2S2O3 untuk tiap percobaan, Dan hasilnya adalah
sebagai berikut : N1 = 0,125 N ; N2 = 0,127 N ; N3 = 0,128 N. Maka untuk normalitas
Na2S2O3 rata-rata adalah 0,127 N. Dari normalitas Na2S2O3 rata-rata tersebut kita
dapat menghitung menentukan kadar Cl2 dalam sampel (larutan pemutih) dengan cara
mol ekivalen Cl2 = mol ekivalen Na2S2O3 dengan perhitungan didapatkan nilai kadar
Cl2 dalam sampel (larutan pemutih) sebesar 4,189% ; 4,127% dan 4,148%. Sehingga
didapatkan kadar rata-rata Cl2 dalam sampel (larutan pemutih) sebesar 4,155%.
JAWAB PERTANYAAN
A. Titrasi Iodo-Iodimetri
1. Apa perbedaan antara titrasi iodometri dan iodimetri?
Jawab:
22
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang
bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II. Zatzat ini akan mengoksidasi
iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk ditentukan
dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat.
Oksidator + KI I2 + 2eI2 + Na2S2O3 NaI + Na2S4O6
Sedangkan iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung
digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan
iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodin dititrasi
kembali dengan menggunakan larutan tiosulfat.
Reduktor + I2 2INa2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6
2. Bagaimana reaksi antara kalium iodat + kalium iodida + asam klorida? Setiap 1
mol kalium iodat sama dengan berapa ekivalen?
Jawab:
Reaksi antara kalium iodat + kalium iodida + asam klorida:
KIO3(aq) + 5KI(aq) + 6HCl(aq) 3I2(aq) + 6KCl(aq) + 3H2O(l)
BM
1 mol KIO3 = 6e akibatnya BE KIO sama dengan
. Hal ini
6
dikarenakan ion iodat mendapatkan lima elektron dalam reaksi dengan
iodida, dan untuk itu berat ekivalennya dalam reaksi ini adalah seperlima dari
berat molekularnya. Namun demikian, reaksi yang terlibat dalam titrasi
adalah reaksi antara iodine dengan tiosulfat. Mengingat 1 mmol iodat
menghasilkan 3 mmol atau 6 meq iodine, berat ekivalen dari iodat untuk
menyelesaikan proses adalah seperenam dari berat molekularnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Annisa.(2009).Iodometri dan Iodimetri
https://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/iodometri-dan-iodimetri/
(online) (diakses pada hari Kamis, tanggal 04 Desember 2014; pukul 12.10 wib)
24
II)
N=
6 x 0,3576
214 x 0,1
N=
2,1456
21,4
= 0,1 N
N2 = 0,127 N
c. Percobaan 3
N. KIO3 = 0,1N
V. KIO3 = 0,025 liter
V. Na2S2O3 = 0,0195 liter
(N.V) KIO3 = (N.V) Na2S2O3
0,1 x 0,025 = N x 0,0195
2,5 x 10-3 = 0,0195N
2,5 x 103
N3 =
0,0195
N3 = 0,128 N
-
0,38
3
= 0,127 N
= 0,127 N
m
v
55, 1592
50
= 1,103 gram/ml
Mr. Cl2 = 71
M. Na2S2O3 = 0,127 M
V1 Na2S2O3 = 20,5 ml
V2 Na2S2O3 = 20,2 ml
V3 Na2S2O3 = 20,3 ml
Dit: Kadar Cl2 dalam sampel (larutan pemutih)
Jawab:
-
Percobaan 1
Molek Cl2 = Molek Na2S2O3
n. g
Mr = n . M . V1
2. g
71
= 1 . 0,127 . 0,0205
2 . g = 0,1848
g=
0,1848
=0,0924
2
0,0924
x 100
berat sampel
% Cl2 =
=
0,0924
x 100
2,206
= 4,189%
-
Percobaan 2
Molek Cl2 = Molek Na2S2O3
n. g
Mr = n . M . V2
2. g
71
= 1 . 0,127 . 0,0202
2 . g = 0,1821
g=
% Cl2 =
=
0,1821
=0,09105
2
0,09105
x 100
berat sampel
0,09105
x 100
2,206
28
= 4,127%
-
Percobaan 3
Molek Cl2 = Molek Na2S2O3
n. g
Mr = n . M . V3
2. g
71
= 1 . 0,127 . 0,0203
2 . g = 0,183
g=
% Cl2 =
=
0,183
=0,0915
2
0,0915
x 100
berat sampel
0,0915
x 100
2,206
= 4,148%
-
LAMPIRAN FOTO
TITRASI OKSIDIMETRI (IODO-IODIMETRI)
N
O
1.
FOTO
KETERANGAN
Serbuk KIO3 dimasukkan dalam labu ukur
100 ml untuk membuat larutan standar
KIO3.
29
2.
3.
30
4.
5.
31
6.
7.
32
8.
33