BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macammacam abortus, efek samping/risiko,pro-kontra abortus dalam UU,baik UU
Medis,agama maupun Hukum.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Aborsi (abortion) berasal dari bahasa latin abortioialah pengeluaran hasil
konsepsidari uterus secara premature pada umur di mana janin itu belum bisa
hidup di luar kandungan. Secara medis, janin bisa hidup diluar kandungan pada
umur 24 minggu.Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum
berumur 24 minggu dan menyebabkan kematian (Kusmaryanto, 2005).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamil
ankurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer, 2001).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapa hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah
berakhirnya suatu
kehamilan
(oleh akibat-
b. Ilegal
Di negara yang pengakhiran kehamilnya belum legal, karena mereka
masih menggunakan tenaga penolong persalinan yang masih tradisional
seperti dukun yang memakai alat-alat yang yang sangat primitif dan tidak
bersih. Sehingga resiko komplikasi yang akan didapatkan lebih besar. Selain
itu diseluruh dunia, di negara-negara yang pengakhiran kehamilannya masih
illegal, pengakhiran kehamilan ini merupakan penyebab utama kematian ibu.
Apabila aborsi tersebut sudah dilakukan, dari petugas kesehatan tetap
harus memberikan konseling kontrasepsi yang pada intinya memberikan
informasi kepada klien untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
berikutnya yang pada akhirnya akan mencegah aborsi sehingga tindakan
aborsi semakin menurun.
2.
Pasal 299 KUHP diatur untuk menjaring orang orang yang mengobati
perempuan
melakukan
sesuatu
terhadap
perempuan
dengan
Pasal 346 KUHP mengatur pidana 4 tahun dapat dikenakan pada perempuan
yang mencari pertolongan aborsi.
c.
Pasal 347 KUHP mengatur pidana dikenakan kepada siapa saja yang dengan
sengaja menyebabkan gugur kandungan tanpa seijin perempuan tersebut.
Dan bila perempuan tersebut meninggal dunia, maka hukumnya akan lebih
berat lagi (maksimal 12 tahun).
d.
Pasal 348 KUHP, mengatur pihak pihak yang dapat terkena sanksi pidana
maksimal 5-6 tahun bila melakukan pengguguran kandungan dengan seijin
ibu
g.
b.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor
yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Namun dalam keadaan darurat sebagi upaya menyelamatkan jiwa ibu dan
janinnya dapat diambil tidakan medis tertentu . Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa dasar hukum tindakan aborsi yang cacat hukum dan tidak jelas
itu menjadikan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan aborsi rentan
dimata hukum.
3. Sudut Pandang Agama
a. Agama Islam
Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang palingutama
bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: Kami menurunkan Al-Quran
kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS 16:89). Berikut ini adalah
pandangan Al-Quran terhadap masalah Aborsi.
1) Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggik esuciank ehidupan. Banyak sekali
ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini.Salah satunya, Allah
hamil
diluar
nikah
untuk
menggugurkan
kandungannya.
Menurut pandangan islam, apabila abortus dilakukan setelah janin
berumur 4 bulan,maka telah ada kesepakatan ulama tentang keharaman
abortus tersebut, karena diaanggap sebagai pembunuhan terhadap manusia.
Tetapi apabila pembunuhan dilakukan sebelum usia kehamilan 4 bulan ada
2)
3)
4)
2)
Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun
hajat. Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak
melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati atau hampir mati.
Sedangkan Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak
melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan
besar.
a)
Keadaan
darurat
yang
berkaitan
dengan
kehamilan
yang
3)
b. Agama Katolik
Agama katolik menentang adanya aborsi, hal ini didasarklan bahwa
kehidupan menusia merupakan suatu halk yang sangat berharga dan perlu du
hormati serta merupakan hak asasi setiap orang. Aborsi dianggap sebagai
pembunuhan janin.
Gereja katholik, tak henti-hentinya mengutuk aborsi yang secara
langsung dan terencana mencabut nyawa bayi yang belum dilahirkan. Pada
prinsipnya, umat kristen katholik percaya bahwa semua kehidupan adalah
kudus sejak dari masa pembuahan hingga kematian yag wajar, dan karenanya
mengakhiri kehidupan manusia yang tidak bersalah, baik sesudah maupun
sebelum ia dilahirkan, merupakan kejahatan moral. Gereja mengajarkan,
kehidupan manusia adalah kudus karena sejak awal ia membutuhkan
kekuasaan Allah pencipata dan untuk selama-lamanya tinggal dalam
Agama Hindu
Agama hindu juga menentang adanya pengguguran janin karena di
Agama Budha
Dalam agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan pengguguran
kandungan atau membunuh makhluk hidup yang sudah ada dalam rahim
seorang ibu. Agama Buddha menentang dan tidak menyetujui adanya
tindakan aborsi karena telah melanggar pancasila Buddhis, menyangkut sila
pertama yaitu panatipata (pembunuhan). Dalam Majjhima Nikaya 135
Buddha bersabda "Seorang pria dan wanita yang membunuh makhluk hidup,
kejam dan gemar memukul serta membunuh tanpa belas kasihan kepada
makhluk hidup, akibat perbuatan yang telah dilakukannya itu ia akan
dilahirkan kembali sebagai manusia di mana saja ia akan bertumimbal
lahir,umurnya tidaklah akan panjang". Olehkarena itu, menurut agama
buddha tindakan aborsi itu berhubungan jelas dengan karma dan akan
berakibat buruk yang berat atau ringannya tergantung pada kekuatan yang
mendorongnya dan sasaran pembunuhan itu, serta akan mendapatkan akibat
dikemudian hari, baik dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
Suatu pembunuhan telah terjadi bila terdapat 5 faktor sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
4.
aborsi
tidak
aman.
Sedangkan
hak
keamanan
pribadi
dapat
5.
BAB III
PEMBAHASAN DILEMA ETIK
Menurut Kozier et. Al 2004 menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik
sebagai berikut :
1. Mengembangkan data dasar
2. Mengidentifikasi konflik
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan tersebut
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
6. Membuat keputusan
Analisa masalah Etik
1. Mengembangkan data dasar
Orang yang terlibat : klien, pacar klien, dokter dan perawat
Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan klien untuk
melakukan aborsi
Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien
Konsekuensi dati tidakan yang diusulkan : bila tidak membantu
melakukan aborsi maka akan mendapat masalah dengan dokter klinik
tersebut sebagai atasan ditempat ia bekerja
2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut
Keinginan klien untuk tetap melakukan aborsi dengan alasan agar dapat
terus melanjutkan sekolah demi masa depannya.
Konflik yang terjadi adalah :
Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien
untuk menentukan nasibnya
Membantu melakukan aborsi bearti ikut membunuh janin yang dikandung
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan tersebut
Dan tidak patut bagi seorang mu`min laki-laki dan mu`min perempuan,
jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (Qs. al-Ahzab [33]: 36).
berdasarkan:
a.
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau b. kehamilan
akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan. (3)
(4)
kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dan UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 hanya dapat dilakukan: a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam)
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan
medis; b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; c. dengan persetujuan ibu
hamil yang bersangkutan; d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan e.
penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
Dan Pada Pasal 77 UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pemerintah wajib
melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 131 (2)Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak
masih dalam kandungan, dilahirkan, setelahdilahirkan, dan sampai berusia 18
(delapan belas) tahun. (3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi tanggung jawab dan
kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, dan Pemerintah, dan
pemerintah daerah.
Pasal dalam KUHP yang menerangkan dan menjelaskan tentang tindakan
aborsi diantaranya:
a. Pasal 346 yang berbunyi, seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
b. Pasal 348 yang berbunyi, barang siapa yang dengan sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
c. Pasal 349 yang berbunyi, jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Abortus buatan illegal:Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya
selain dari pada untuk menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan
oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan caracara yang dibenarkan oleh undang-undang.Abortus golongan ini sering
juga disebut dengan abortus provocatus criminalis,karena di dalamnya
mengandung unsur kriminal atau kejahatan.
2. Menurut Agama abortus itu tetap perbuatan dosa yang tidak di
perbolehkan
3. Abortus buatan legal:Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan
menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang.
Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapcutius, karena
alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
4. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang
ditunjuk oleh pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
5. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan
memperoleh izin untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan
genekologi atau dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu.
6. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu
(untuk usia diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
7. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.
8. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan
masyarakat.
a. Berdasarkan kasus aborsi yang telah dibahas di atas dapat
menimbulkan berbagai macam dilema dikarenakan adanya konflik
kepentingan baik antar organisasi maupun individu. Konflik ini
bahkan terjadi di dalam individu itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003
Internet, Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi + Contoh Makalah Abortus
Dewi, Made Heny Urmila. 1997. Aborsi Pro dan Kontra di Kalangan Petugas
Kesehatan. Jogjakarta: Pusat Penelitian