Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah


memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dapat
menyelesaikan makalah Etik dan Hukum mengenai Masalah Etika Aborsi pada
tenaga medis termasuk perawat didalamnya ini tepat pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing,serta semua pihak
yang telah mendukung sehingga terselesaikanya makalah Etik dan Hukum
mengenai Masalah Etika Aborsi pada tenaga medis termasuk perawat didalamnya
. Rangkaian makalah ini diharapkan dapat membantu teman teman mahasiswa
dalam mengetahui mengenai Masalah Etika Aborsi pada tenaga medis termasuk
perawat didalamnya Karena keterbatasan pengetahuan dan penelaahan tim
penyusun, kami harapkan masukannya baik kritik dan sarannya dari semua
pihak.demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga kita semua setelah membaca isi makalah ini, kita semua dapat lebih
memahami Masalah Etika Aborsi
didalamnya.

pada tenaga medis termasuk perawat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia
sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang
tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada
yang mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama
agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga
harus dipertahankan, dan lain-lain. Negara juga benar benar merespon dengan di
buatnya Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 terutama pada pasal 75
dan 76.
Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa
diantaranya diakhiri dengan abortus.
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena
abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi.
Juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan,
sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit..
Para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti ahli agama, ahli hukum, sosial
dan ekonomi memberikan pandangan yang berbeda terhadap dilakukannya
abortus buatan. Ahli agama melihatnya dari kaca dosa dan mereka sepakat
bahwa melakukan abortus buatan adalah perbuatan dosa.
Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi
tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan dilakukannya pengguguran
kandungan.Pada umumnya para ahli tersebut menentang dilakukannya abortus
buatan meskipun jika berhadapan dengan masalah kesehatan (keselamatan nyawa
ibu) mereka dapat memahami dilakukannya abortus buatan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macammacam abortus, efek samping/risiko,pro-kontra abortus dalam UU,baik UU
Medis,agama maupun Hukum.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Aborsi (abortion) berasal dari bahasa latin abortioialah pengeluaran hasil
konsepsidari uterus secara premature pada umur di mana janin itu belum bisa
hidup di luar kandungan. Secara medis, janin bisa hidup diluar kandungan pada
umur 24 minggu.Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum
berumur 24 minggu dan menyebabkan kematian (Kusmaryanto, 2005).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamil
ankurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer, 2001).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapa hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah

berakhirnya suatu

kehamilan

(oleh akibat-

akibat tertentu) pada atausebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau


buah kehamilan belum mampu hidup.
2.2 Permasalahan Etika Aborsi dilihat dari berbagai macam sudut pandang
1.Sudut pandang Kesehatan
a. Dilegalkan
Dinegara yang melegalkan tindakan aborsi, negara tersebut beralasan
karena sudah mempunyai tenaga kesehatan dan teknologi kesehatan yang
sudah lebih baik. Sehingga resiko untuk terkena komplikasi lebih kecil.,
sekaligus mereka dapat memanfaatkan kemajuan teknologi kedokteran.
Selain itu tidakan aborsi ini akan dilakukan karena telah melalui syaratsyarat, seperti tindakan ini memang harus dilakukan untuk menyelamatkan
nyawa ibu yang kritis. Tapi tetap saja tenaga kesehatan tetap harus
meminimalkan intervensi untuk melakukan tidakan aborsi, selagi hal yang
menjadi penyebab aborsi dapat dicegah dan diatasi.

b. Ilegal
Di negara yang pengakhiran kehamilnya belum legal, karena mereka
masih menggunakan tenaga penolong persalinan yang masih tradisional
seperti dukun yang memakai alat-alat yang yang sangat primitif dan tidak
bersih. Sehingga resiko komplikasi yang akan didapatkan lebih besar. Selain
itu diseluruh dunia, di negara-negara yang pengakhiran kehamilannya masih
illegal, pengakhiran kehamilan ini merupakan penyebab utama kematian ibu.
Apabila aborsi tersebut sudah dilakukan, dari petugas kesehatan tetap
harus memberikan konseling kontrasepsi yang pada intinya memberikan
informasi kepada klien untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
berikutnya yang pada akhirnya akan mencegah aborsi sehingga tindakan
aborsi semakin menurun.
2.

Sudut Pandang Hukum


Sebagai upaya untuk mengatasi masalah aborsi yang tidak aman, dalam

pelayanan kebidanan, pemerintah mengeluarkan Undang Undang tentang aborsi


yaitu:
a.

Pasal 299 KUHP diatur untuk menjaring orang orang yang mengobati
perempuan

melakukan

sesuatu

terhadap

perempuan

dengan

memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa oleh karena perbuatan


itu dapat terjadi pengguguran kandungan. Jika seseorang melakukan
pengguguran kandungan dengan mengharapkan keuntungan, dan bila
melakukan kejahatan dalam jabatannya, maka ia bisa dipecat.
b.

Pasal 346 KUHP mengatur pidana 4 tahun dapat dikenakan pada perempuan
yang mencari pertolongan aborsi.

c.

Pasal 347 KUHP mengatur pidana dikenakan kepada siapa saja yang dengan
sengaja menyebabkan gugur kandungan tanpa seijin perempuan tersebut.
Dan bila perempuan tersebut meninggal dunia, maka hukumnya akan lebih
berat lagi (maksimal 12 tahun).

d.

Pasal 348 KUHP, mengatur pihak pihak yang dapat terkena sanksi pidana
maksimal 5-6 tahun bila melakukan pengguguran kandungan dengan seijin

perempuan tersebut. Tambahan hukuman dikenakan bila pengguguran


kandungan menyebabkan kematian perempuan tersebut.
e.

Undang Undang No.23/1992 pasal 15 ayat 1 sebagai berikut:


Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa

ibu

hamil dan atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu


Tindakan medis tertentu inipun juga disertai dengan prosedur khususnya
yang diatur dalam ayat 2 pasal ini, seperti indikasi medis, oleh tenaga
kesehatan, dengan persetujuan ibu hamil dan sarana kesehatan tertentu.
f.

Undang undang diatas memberikan hukuman pidana yang lebih berat


terhadap pelaku aborsi ( maksimal 15 tahun penjara dan denda sebesar 500
juta rupiah).

g.

Undang undang No 36 tahun 2009


Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a.

indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,


baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan; atau

b.

kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma


psikologis bagi korban perkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor
yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Namun dalam keadaan darurat sebagi upaya menyelamatkan jiwa ibu dan
janinnya dapat diambil tidakan medis tertentu . Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa dasar hukum tindakan aborsi yang cacat hukum dan tidak jelas
itu menjadikan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan aborsi rentan
dimata hukum.
3. Sudut Pandang Agama
a. Agama Islam
Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang palingutama
bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: Kami menurunkan Al-Quran
kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS 16:89). Berikut ini adalah
pandangan Al-Quran terhadap masalah Aborsi.
1) Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggik esuciank ehidupan. Banyak sekali
ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini.Salah satunya, Allah

berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah memuliakanumat manusia.(QS


17:70)
2) Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah
Allah. Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang
dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalamkandungan
tanpa alasan medis dikenal dengan istilah abortus provokatuskriminalis
yang merupakan tindakan kriminal tindakan yang melawan Allah (QS
5:36).
3) Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. Sejak kita
masih sangat kecild alam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al
Quran menyatakan:Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai
diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.
(QS: 53:32).
4) Tidak ada kehamilan yang merupakan kecelakaan atau kebetulan. Setiap
janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan
manusia dari tanah, k emudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin.
Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah:
Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak
Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari
rahim ibumu sebagai bayi. (QS 22:5).
5) Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam
kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi
kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam
sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad
SAW, seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud tidak memerintahkan
seorang wanita yang

hamil

diluar

nikah

untuk

menggugurkan

kandungannya.
Menurut pandangan islam, apabila abortus dilakukan setelah janin
berumur 4 bulan,maka telah ada kesepakatan ulama tentang keharaman
abortus tersebut, karena diaanggap sebagai pembunuhan terhadap manusia.
Tetapi apabila pembunuhan dilakukan sebelum usia kehamilan 4 bulan ada

beberapa pendapat, yaitu :


1)

Muhammad Ramli dalam kitab An-Nihayah, membolahkan abortus


dengan alasan belum bernyawa. setiap oranng yang belum diberi nyawa
tidak akan dibengkitkan Allah dihari kiamat. Setiap Sesautu yang tidak
dibangkitkan berarti keberadaannya tidak diperhitungkan dengan
demikian tidak ada larangan untuk menggugurkannya.(Muhammad
Ramli dalam kitabnya Al-Nihayah).

2)

Adapula ulama yang mengatakan makruh karena janin masih mengalami


pertumbuhan.

3)

Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya


Ihya ulumuddin mengharamkan abortus dalam tahap ini.

4)

Mahmud Syaltut mengatakan behwa sejak bertemunya ovum dan sperma


maka pengguguran adalah suatu kejahatan dan haram hukumnya,
sekalipun si janin belum diberi nyawa, sebab sudah ada kehidupan pada
kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan pdersiapan untuk
menjadi manusia. Tetapi apabila abortus dilakukan benar-benar terpaksa
demi menyelamatkan nyawa ibu maka islam membolehkan, karena islam
mempunyai prinsip menempuh salah satu tindakan yang lebih riongan
dari 2 hal yang berbahaya, iru wajib hukumnya.

Menurut Fatwa MUI


Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2005, tentang Aborsi
menetapkan ketentuan hukum Aborsi sebagai berikut :
1)

Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding


rahim ibu (nidasi).

2)

Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun
hajat. Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak
melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati atau hampir mati.
Sedangkan Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak
melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan
besar.

a)

Keadaan

darurat

yang

berkaitan

dengan

kehamilan

yang

membolehkan aborsi adalah Perempuan hamil menderita sakit fisik


berat seperti kanker stadium lanjut, TBC dengan caverna dan
penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh Tim
Dokter.Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.
b)

Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat


membolehkan aborsi adalah:
(1) Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetik yang kalau
lahir kelak sulit disembuhkan.
(2) Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang
berwenang yang di dalamnya terdapat antara lain keluarga korban,
dokter, dan ulama.
(3) Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan
sebelum janin berusia 40 hari.

3)

Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat


zina.

b. Agama Katolik
Agama katolik menentang adanya aborsi, hal ini didasarklan bahwa
kehidupan menusia merupakan suatu halk yang sangat berharga dan perlu du
hormati serta merupakan hak asasi setiap orang. Aborsi dianggap sebagai
pembunuhan janin.
Gereja katholik, tak henti-hentinya mengutuk aborsi yang secara
langsung dan terencana mencabut nyawa bayi yang belum dilahirkan. Pada
prinsipnya, umat kristen katholik percaya bahwa semua kehidupan adalah
kudus sejak dari masa pembuahan hingga kematian yag wajar, dan karenanya
mengakhiri kehidupan manusia yang tidak bersalah, baik sesudah maupun
sebelum ia dilahirkan, merupakan kejahatan moral. Gereja mengajarkan,
kehidupan manusia adalah kudus karena sejak awal ia membutuhkan
kekuasaan Allah pencipata dan untuk selama-lamanya tinggal dalam

hubungan khusus dengan penciptanya, tujuan satu-satunya. Hanya Allah


sajalah tuhan kehidupan sejak awal sampai akhir : tidak ada ada seorangpun
boeh berpretensi mempunyai hak, dalam keadaan manapun, untuk mengakhiri
secara langsung kehidupan manusia yang tidak bersalah. (Donum vitae,2005).
Gereja Katholik memfatwa bahwa aborsi adalah tindakan pembunuhan.
Tak urung dua orang Paus melarang tindakan aborsi tersebut, yaitu Paus Pius
IX dan Paus Paulus Johanes yang secara tersurat melarang tindakan aborsi.
(Marike Helena Blofied, 2006)
c. Agama Kristen
Agama Kristen menentang adanya aborsi, hal ini didasarkan bahwa
kehidupan manusia merupakan suatu hal yang sangat berharga dan perlu
dihormati serta merupakan hak asasi setiap orang. Aborsi di anggap sebagai
pembunuhan janin.
Alkitab tidak pernah secara khusus berbicara mengenai soal aborsi.
Namun demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa
pandangan Allah mengenai aborsi. Berikut ini adalah pandangan Allah
terhadap Aborsi :
1) Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki
nyawa Yer 1:5 Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu,
Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan,
Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkanengkau menjadi
nabi bagi bangsa bangsa.
2) Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.
Yes 45 : 9-12 Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya;
dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada
pembentuknya: Apakah yang kau buat? atau yang telah dibuatnya: Engkau
tidak punya tangan! Celakalah orang yang berkata kepada ayahnya: Apakah
yang kau peranakkan? dan kepada ibunya: Apakah yang kau lahirkan?
Beginilah firman Tuhan, YangMahakudus, Allah dan Pembentuk Israel;
Kamukah yang mengajukan pertanyaan kepadaKu mengenai anak-anakKu,

atau memberi perintah kepadaKu mengenai yang dibuat tanganKu? Akulah


yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya;
tanganKulah yang membentangkanlangit, dan Akulah yang memberi perintah
kepada seluruh tentaranya.
3) Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan.
Apapun alasannya. Yeh 16:20-21 Bahkan,engkau mengambil anakanakmu lelaki dan perempuan yang engkau lahirkan bagiKu dan
mempersembahkannya kepada mereka menjadi makanan mereka.
Apakah persundalanmu ini masih perkara enteng bahwa engkau
menyembelih anak-anakKu dan menyerahkannya kepada mereka dengan
mempersembahkannya sebagaikorban dalam api?.
4) Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik -baiknya.
Mzm 127:3-5 Sesungguhnya, anak laki-laki adalah milik pusaka dari
pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah
di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah
orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia
tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu
gerbang.
d.

Agama Hindu
Agama hindu juga menentang adanya pengguguran janin karena di

anggap tidak menghormati hak hidup janin


Aborsi dengan alasan apapun tidak direstui karena pelakunya akan
terkena dosa pembunuhan. Hal ini ditegaskan dalam Lontar Yama Purana
Tattwa, bahwa mereka yang membunuh janin dalam kandungan dikutuk oleh
Bhatara Yama. Dalam ephos Mahabharata, Aswatama dikutuk oleh Bhatara
Kresna karena membunuh janin-janin keturunan Pendawa yang masih dalam
kandungan. Jadi dalam kasus Aborsi yang terkena dosa adalah : Ayah-Ibu
bayi, Dokter atau Balian yang membantu aborsi.
Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang
disebut Himsa karma yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan

dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian


yang lebih dalam sebagai menghilangkan nyawa mendasari falsafah atma
atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih
berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera
setelah terjadi pembuahan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang
Widhi. Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetara kan dengan
menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci Hindu antara lain Rgveda 1.114 .7
menyatakan : Ma no mahantam uta ma no arbhakam artinya : Janganlah
mengganggu dan mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29 : Anagohatya vai
bhima artinya : Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa
e.

Agama Budha
Dalam agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan pengguguran

kandungan atau membunuh makhluk hidup yang sudah ada dalam rahim
seorang ibu. Agama Buddha menentang dan tidak menyetujui adanya
tindakan aborsi karena telah melanggar pancasila Buddhis, menyangkut sila
pertama yaitu panatipata (pembunuhan). Dalam Majjhima Nikaya 135
Buddha bersabda "Seorang pria dan wanita yang membunuh makhluk hidup,
kejam dan gemar memukul serta membunuh tanpa belas kasihan kepada
makhluk hidup, akibat perbuatan yang telah dilakukannya itu ia akan
dilahirkan kembali sebagai manusia di mana saja ia akan bertumimbal
lahir,umurnya tidaklah akan panjang". Olehkarena itu, menurut agama
buddha tindakan aborsi itu berhubungan jelas dengan karma dan akan
berakibat buruk yang berat atau ringannya tergantung pada kekuatan yang
mendorongnya dan sasaran pembunuhan itu, serta akan mendapatkan akibat
dikemudian hari, baik dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
Suatu pembunuhan telah terjadi bila terdapat 5 faktor sebagai berikut :
1)

Ada makhluk hidup (pano)

2)

Mangetahui atau menyadari ada makhlukhidup (panasanita)

3)

Ada kehendak (cetana) untuk membunuh (vadhabacittam)

4)

Melakukan pembunuhan (upakkamo)

4.

Sudut Pandang HAM


Kesepakatan kesepakatan di Konferensi Internasional Kependudukan dan

pembangunan (ICPD) 1994 dan Konferensi Perempuan Sedunia (Beijing


Conference 1995 dan Beijing Plus Five, 2000)
a. Hak perempuan atas kehidupan dan keamanan pribadi;hak reproduksi individu
yang tercantum dalam pasal 1 dan 3 Deklarasi Umum HAM PBB dan pasal
6.1 dan 9.1dari Konvensi International Hak-hak Sipil dan Politik. Hak atas
kehidupan ini menyuarakan bahwa pelayanan aborsi harus disediakan bagi
perempuan yang hidup dalam keadaan bahaya oleh karena kehamilannya.
Sebuah negara dapat dianggap melanggar hak ini bila menolak untuk
melindungi perempuan dengan resiko kematian atau kekacauan sebagai akibat
dari

aborsi

tidak

aman.

Sedangkan

hak

keamanan

pribadi

dapat

diinterpretasikan sebagai perempuan tidak harus dibatasi apakah ia


melanjutkan kehamilannya atau mengakhirinya, dan ia mempunyai hak untuk
memutuskan bagi dirinya mengenai pengakhian kehamilan yang tidak
dikehendakinya.
b. Hak perempuan untuk memperoleh standar kesehatan yang tertinggi;hak asasi
yang tercantum dalam paal 25 DUHAM. Untuk mencapai standar kesehatan
tertinngi bagi perempuan, perempuan harus dapat akses atas pelayanan aborsi
yang aman diantara layanan layanan reproduksi lainnya, untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan minimum
c. Hak perempuan untuk memperoleh manfaat dari kemajuan ilmiah dan hak
untuk memperoleh informasi:diakui dalam pasal 27.1 dan 19 DUKHAM. Hak
ini untuk menjangkau akses pada teknologi terbaru (seperti aborsi secara
medis, menstrual regulation), memprioritaskan penelitian pada kesehatan
reproduksi serta akses yang penuh dan bebas atas informasi mengenai
kesehatan reproduksi
Dengan perkembangan hak asasi manusia, bila ditinjau dari kesepakatan dan
komitmen internasional dan hukum nasional, Indonesia termasuk diantara negaranegara yang memperbolehkan aborsi hanya untuk menyelamatkan ibu.

5.

Pandangan Tim Feminis


Perempuan selalu menjadi korban, tersubordinasi dalam hukum, budaya

bahkan dalam hak-hak reproduksinya sendiri. Rahim, dimana janin tumbuh


berada di bawah kendali perempuan sebagai pemilik alat reproduksi. Itu sebabnya
aborsi selalu dikaitkan sebagai masalah perempuan, kesalahan perempuan. Lelaki
seakan menjadi bagian yang terpisahkan dalam permasalahan ini. Kehamilan
Tidak Diinginkan (KTD) terjadi karena adanya hubungan seksual antara lelaki dan
perempuan. Dalam hal ini lelaki turut berperan serta mengakibatkan terjadinya
KTD yang berbuntut pada aborsi. Lelaki dan perempuan memiliki peran dan
tanggung jawab yang sama dalam hal aborsi.
Perempuan muda, tidak menikah, berpenghasilan rendah, berpendidikan
rendah dan berada di daerah pedesaan adalah mereka yang paling terkena dampak
paling parah ketika menghadapi pilihan aborsi. Pada kelompok ini, aborsi tidak
aman adalah pilihan yang tersedia dengan mudah dan murah.
Selain itu, layanan aborsi ilegal dan tidak aman menjadi lahan yang sangat
subur bagi para penyedia layanan aborsi yang tidak bertanggung jawab dan hanya
mencari untung dari kesulitan bertumpuk yang dialami perempuan. Penjualan obat
aborsi yang meminta transfer uang banyak berakhir dengan penipuan. Dalam
posisi ini, perempuan tidak memiliki perlindungan hukum untuk menuntut hak
mereka.
Pengakuan hak perempuan untuk membuat keputusan tentang tubuh mereka
sendiri - termasuk hak atas integritas fisik, hak untuk memutuskan secara bebas
dan bertanggung jawab jumlah dan jarak antar kehamilan - ditemukan dalam
dokumen internasional. Maka menjadi kewajiban pemerintah untuk menghormati,
melindungi dan memenuhi hak tersebut. Sebagai upaya memenuhi hak tersebut,
sudah seharusnya pemerintah memberikan akses yang terbuka dalam pendidikan,
informasi dan layanan konseling yang berhubungan dengan seksualitas dan
kesehatan reproduksi. Ketika layanan kontrasepsi dan pendidikan tersebut
terpenuhi, maka angka Kehamilan Tidak Dinginkan yang memicu terjadinya
aborsi bisa ditekan. Layanan aborsi aman hanya menjadi pilihan terakhir.

Hak perempuan untuk mengakhiri kehamilan diimplikasikan dan didukung


dalam berbagai perjanjian dan instrumen internasional. Akses terhadap layanan
aborsi yang aman adalah bagian penting untuk melindungi hak perempuan
terhadap kesehatan dan hak mereka untuk hidup. Termasuk di dalamnya adalah
hak perempuan untuk menikmati hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan
aplikasinya yang tercantum dalam Kovenan ekonomi, sosial dan budaya dimana
perempuan tidak hanya mendapat akses terhadap aborsi yang aman, namun juga
terhadap metode-metode aborsi terbaru yang dianggap aman dan efektif . Oleh
karena itu, pembatasan atau pelarangan terhadap layanan aborsi yang aman
merupakan diskriminasi terhadap perempuan .
6.

Sudut Pandang Masyarakat


Aborsi dipandang sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan etika

budaya ketimuran, karena budaya timur masih memegang kuat agamanya.


Saat ini, masalah aborsi, dan, karenanya, masalah anti-aborsi menjadi sangat
penting terutama untuk berkembang dengan baik, masyarakat pasca-industri. Jelas
bahwa ini bukan masalah individu lagi tapi benar-benar masalah sosial karena
tidak hanya menyangkut kesehatan perempuan tetapi juga menghasilkan dampak
serius terhadap situasi demografis di seluruh negeri dan pada suasana psikologis
dalam masyarakat pada umumnya dan dalam keluarga pada khususnya.
Tradisional, aborsi adalah titik argumen serius bagi dan melawan fenomena ini di
sebagian besar masyarakat. Sebagai aturan, sebagian besar dari masyarakat adalah
melawan aborsi tapi pada kondisi tertentu bahkan konservatif setuju bahwa aborsi
mungkin diperlukan atau bahkan tak terelakkan. Lagi pula, masyarakat harus
sangat berhati-hati mengatasi masalah cuaca untuk mendukung atau menolak
sepenuhnya ide-ide aborsi tapi pada saat yang sama perempuan harus memiliki
pilihan dan kesempatan untuk aborsi.
Pertama-tama, akan sangat penting untuk merujuk kepada beberapa data
statistik yang membuktikan bahwa aborsi tidak dapat dilarang pointblank,
khususnya di negara berkembang dengan baik.

Tapi perlu untuk menggarisbawahi bahwa aborsi bukanlah masalah


perempuan hanya itu masalah seluruh masyarakat. Untuk membuktikan
pernyataan ini akan cukup untuk menyebutkan bahwa lebih dari 1000 serangan
kekerasan terhadap klinik aborsi dan dokter berkomitmen 1977-1991 dan banyak
serangan tetap tidak dilaporkan (Grimes, 1991). Jadi, itu berarti bahwa kelompokkelompok sosial yang pasti sudah siap untuk mempertahankan kepercayaan
mereka antiaborsi bahkan oleh pelanggaran hukum.
Pada saat yang sama, aborsi dapat menyebabkan masalah dalam keluarga
yang merupakan bagian dari masyarakat. Faktanya adalah bahwa sangat penting
bagi seorang wanita untuk memiliki suasana yang mendukung dari bagian dari
kerabat terdekat, yakni suami dan orangtua. Spesialis sangat merekomendasikan
mengambil keputusan aborsi oleh kedua pasangan yang dapat membuat keluarga
kuat sedangkan perselisihan dapat mengakibatkan perceraian. Tetapi juga penting
bahwa perempuan tidak dapat dipaksa untuk aborsi juga. Jadi peran keluarga
dalam mengambil keputusan tidak kurang penting dibandingkan pengaruh
masyarakat atau keyakinan pribadi.
Dengan mempertimbangkan semua tersebut di atas, perlu untuk mengatakan
bahwa aborsi, menjadi fenomena sosial, memiliki banyak lawan serta pendukung
tetapi hanya sebagian kecil yang cukup radikal dan siap untuk menyangkal titik
pandang yang berlawanan. Sebagian besar siap untuk menerima aborsi walaupun
dalam kondisi tertentu. Ini berarti bahwa aborsi harus disahkan tetapi pada saat
yang sama harus diatur secara ketat agar tidak membahayakan kesehatan wanita
atau anak-anak mereka dalam kasus-kasus ketika aborsi mungkin yg dpt dihindari.

BAB III
PEMBAHASAN DILEMA ETIK
Menurut Kozier et. Al 2004 menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik
sebagai berikut :
1. Mengembangkan data dasar
2. Mengidentifikasi konflik
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan tersebut
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
6. Membuat keputusan
Analisa masalah Etik
1. Mengembangkan data dasar
Orang yang terlibat : klien, pacar klien, dokter dan perawat
Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan klien untuk
melakukan aborsi
Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien
Konsekuensi dati tidakan yang diusulkan : bila tidak membantu
melakukan aborsi maka akan mendapat masalah dengan dokter klinik
tersebut sebagai atasan ditempat ia bekerja
2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut
Keinginan klien untuk tetap melakukan aborsi dengan alasan agar dapat
terus melanjutkan sekolah demi masa depannya.
Konflik yang terjadi adalah :
Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien
untuk menentukan nasibnya
Membantu melakukan aborsi bearti ikut membunuh janin yang dikandung
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan tersebut

a. Tidak mengikuti keinginan klien untuk aborsi


Konsekuensinya

Mendapat masalah dengan dokter klinik ( bisa dipecat )

Pelanggaran hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri

b. Tetap menuruti keinginan klien untuk melakukan aborsi

Merasa salah karena telah ikut melakukan kejahatan karena telah


membunuh janin yang tidak berdosa dan melanggar hukum.

Hak klien dapat terpenuhi

Menyadari kewajiban sebagai seorang perawat yang bekerja di klinik


tersebut untuk membantu dokter melakukan tindakan medik sesuai
dengan apa yang diinstrusikan dokter

4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat


Pada kasus diatas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena
dokterlah yang secara legal dapat memberikan izin dalam melakukan
tindakan medis. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien mengenai
efek samping yang dapat ditimbulkan dari tindakan tersebut. Perawat dapat
membantu klien dalam membuat keputusan bagi dirinya tetapi keputusan
akhir tetap berada ditangan klien.
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
a. Memfasilitasi klien untuk memberikan informasi selengkapnya tentang
status kesehatan klien dan prosedur tindakan medis yang akan dilakukan
padanya
b. Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif
terhadap masalah yang sedang dihadapi.
6. Membuat keputusan
Dari kasus tersebut terdapat dua tindakan yang memiliki resiko dan
konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu
mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat/menguntungkan untuk
semua dengan tetap mempertimbangkan aspek legal yang mendasari.
3.1 Analisa Kasus Berdasarkan Prinsip Etika
1. Respect for autonomy

Tergambar dari kasus ini bahwa petugas kesehatan sangat menghargai


keinginan klien (dalam hal ini setuju untuk melakukan tindak aborsi)
walaupun hal ini salah
2. Beneficence
a. Perawat muda tersebut mengingatkan klien
b. Perawat tersebut sempat mengingatkan dokter
3. Non Maleficience
Dokter dan perawat tidak memperhatikan aspek ini krn tindakan yg
dilakukan dapat mengakibatkan injury kpd pasien krn tidak di
konsultasikan kpd dokter spesialis
Dalam kasus aborsi ini ada 3 pihak yang berperan yaitu :
a. Dokter
b. Perawat
c. Klien
Hukum aborsi itu sendiri memang wajib dipahami dengan baik oleh kaum
muslimin, baik kalangan medis maupun masyarakat umumnya. Sebab bagi
seorang muslim, hukum-hukum Syariat Islam merupakan standar bagi seluruh
perbuatannya. Selain itu keterikatan dengan hukum-hukum Syariat Islam adalah
kewajiban seorang muslim sebagai konsekuensi keimanannya terhadap Islam.
Allah SWT berfirman:
Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai pemutus perkara yang mereka
perselisihkan di antara mereka.

(Qs. an-Nisaa` [4]: 65).

Dan tidak patut bagi seorang mu`min laki-laki dan mu`min perempuan,
jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (Qs. al-Ahzab [33]: 36).

Bunyi UU No 36 Tahun 2009 Pasal 75(1) Setiap orang dilarang melakukan


aborsi. (2)

Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan

berdasarkan:

a.

indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini

kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau b. kehamilan
akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan. (3)

Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat

dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan


diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.

(4)

Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi

kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dan UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 hanya dapat dilakukan: a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam)
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan
medis; b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; c. dengan persetujuan ibu
hamil yang bersangkutan; d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan e.
penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
Dan Pada Pasal 77 UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pemerintah wajib
melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 131 (2)Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak
masih dalam kandungan, dilahirkan, setelahdilahirkan, dan sampai berusia 18
(delapan belas) tahun. (3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi tanggung jawab dan

kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, dan Pemerintah, dan
pemerintah daerah.
Pasal dalam KUHP yang menerangkan dan menjelaskan tentang tindakan
aborsi diantaranya:
a. Pasal 346 yang berbunyi, seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
b. Pasal 348 yang berbunyi, barang siapa yang dengan sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
c. Pasal 349 yang berbunyi, jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Abortus buatan illegal:Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya
selain dari pada untuk menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan
oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan caracara yang dibenarkan oleh undang-undang.Abortus golongan ini sering
juga disebut dengan abortus provocatus criminalis,karena di dalamnya
mengandung unsur kriminal atau kejahatan.
2. Menurut Agama abortus itu tetap perbuatan dosa yang tidak di
perbolehkan
3. Abortus buatan legal:Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan
menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang.
Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapcutius, karena
alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
4. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang
ditunjuk oleh pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
5. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan
memperoleh izin untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan
genekologi atau dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu.
6. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu
(untuk usia diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
7. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.
8. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan
masyarakat.
a. Berdasarkan kasus aborsi yang telah dibahas di atas dapat
menimbulkan berbagai macam dilema dikarenakan adanya konflik
kepentingan baik antar organisasi maupun individu. Konflik ini
bahkan terjadi di dalam individu itu sendiri.

b. Konflik yang paling berbahaya adalah konflik yang menyangkut


moral dan perikemanusiaan. Konflik ini yang dapat menyebabkan
terjadinya malpraktik, ancaman jiwa dan resiko terhadap profesi.
c. Adanya konflik ini menyebabkan timbulnya dilema etik dikarenakan
kepentingan masing-masing dalam menjalankan tugas dan haknya.
d. Bila peraturan yang mengatasi masalah ini jelas dan tegas,
kemungkinan terjadinya kasus seperti yang telah dibaha tadi dapat
dicegah dan satu hal terpenting : jiwa manusia yaitu seorang janin
yang tidak berdosa dapat terselamatkan.
4.2 Saran
Adanya kasus diatas hanya dapat diatasi apabila terdapat sarana dan peraturan
yang sesuai, dimana dapat melindungi segenap kepentingan dari berbagai
pihak.
Beberapa hal yang perlu diperbaiki adalah :
a. Aturan yang jelas dan tegas tentang bagaimana pelayanan kesehatan itu
diberikan.
b. Peningkatan Penyuluhan tentang pendidikan sex kepada anak usia remaja.
c. Masyarakat harus lebih responsif terhadap tempat-tempat yang dicurigai
dijadikan tempat melakukan praktik aborsi

DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003
Internet, Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi + Contoh Makalah Abortus
Dewi, Made Heny Urmila. 1997. Aborsi Pro dan Kontra di Kalangan Petugas
Kesehatan. Jogjakarta: Pusat Penelitian

Anda mungkin juga menyukai