ULKUS DIABETIKUM
Pembimbing:
dr. Yunanto Dwi Nugroho, Sp. PD
Disusun oleh:
Aras Nurbarich Agustin
G4A013063
M. Taufiqurrahman
G4A013073
Bagus Sanjaya
G4A013074
2014LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti program profesi dokter
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Disusun Oleh :
G4A013063
M. Taufiqurrahman
G4A013073
Bagus Sanjaya
G4A013074
BAB I
PENDAHULUAN
29x terjadi komplikasi ulkus diabetik. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka
pada permukaan kulit yang disebabkan adanya makroangiopati sehingga terjadi
vaskuler insusifiensi dan neuropati. Ulkus diabetika mudah berkembang menjadi
infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi
menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman, Rini (2008). Ulkus kaki
diabetik adalah kerusakan sebagian (partial thickness) atau keseluruhan (full
thickness) pada kulit yang dapat meluas kejaringan dibawah kulit, tendon, otot,
tulang dan persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit
Diabetes Mellitus (DM), kondisi ini timbul sebagai akibat terjadinya peningkatan
kadar gula darah yang tinggi. Jika ulkus kaki berlangsung akan menjadi terinfeksi.
Ulkus kaki, infeksi, neuroarthropati dan penyakit arteri perifer sering
mengakibatkan gangren dan amputasi ekstremitas bawah (Tarwoto, 2012).
Komplikasi kaki diabetik merupakan penyebab tersering dilakukannya
amputasi yang didasari oleh kejadian non traumatik. Risiko amputasi 15-40 kali
lebih sering pada penderita DM dibandingkan dengan non-DM. Komplikasi akibat
kaki diabetik menyebabkan lama rawat penderita DM menjadi lebih panjang.
Lebih dari 25% penderita DM yang dirawat adalah akibat kaki diabetik. Sebagian
besar amputasi pada kaki diabetik bermula dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan
deteksi dini dan pengobatan yang adekuat akan dapat mengurangi kejadian
tindakan amputasi (Eva, 2008).
BAB II
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
:
:
Tn. Y
58 tahun
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Tgl. Masuk RS
:
:
:
:
:
Laki laki
Tanjung 2/4 Purwokerto
Wiraswasta
Islam
19 April 2014
TglPeriksa
28 April 2014
b. Onset
c. Kuantitas
d. Kualitas
: disangkal
b. Riwayat hipertensi
: disangkal
c. Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
b. Riwayat hipertensi
: disangkal
c. Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
III.
OBYEKTIF
a.
b.
Kesadaran
IV.
Tanda Vital
1)
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
2)
Nadi
: 84 x/menit
3)
Pernapasan
: 20 x/menit
4)
Suhu (Peraksiller)
: 36,4 C
PEMERIKSAAN FISIK
a.
Pemeriksaan kepala
1) Bentuk kepala
: Simetris, mesocephal
2) Rambut
: Distribusi merata
3) Venektasi temporal : tidak ada
b.
Pemeriksaan mata
1)
2)
3)
4)
c.
Konjungtiva
Sklera
Palpebra
Reflek cahaya langsung/ tidak langsung
Pemeriksaan telinga
1) Simetris
2) Kelainan bentuk
3) Discharge
d.
: (-)
: (-)
Pemeriksaan Hidung
1) Discharge
2) Nafas Cuping Hidung
e.
Pemeriksaan mulut
1) Bibir sianosis
2) Lidah sianosis
3) Lidah kotor
f.
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Pemeriksaan leher
1) Trakhea di tengah
2) Perbesaran kelenjar tiroid
: (-)
3) Perbesaran limfonodi
: (-)
: Anemis (-/-)
: Ikterik (-/-)
: Oedem (-/-)
: (+/+) / (+/+)
4) Peningkatan JVP
g.
: (-)
PemeriksaanThorax
Pulmo
1) Inspeksi
2) Palpasi
3)
Perkusi
4)
Auskultasi
: Suara dasar
: vesikuler (+)
Suara tambahan
Jantung
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
h. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi
2) Auskultasi
3) Palpasi
4) Perkusi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior dekstra/sinistra : Oedem (+/+), sianosis (-/-)
Inferior dekstra/sinistra : Oedem (+/+), sianosis (-/-)
Status lokalis pedis sinistra
Terdapat sebuah luka pada punggung telapak kaki kiri dengan
ukuran hampir mengenai seluruh punggung telapak kaki dengan dasar
jaringan epidermis dan dermis, terdapat bagian yang utuh dan terdapat
bagian yang mengelupas, terdapat pus, terdapat tanda-tanda infeksi.
Perabaan hangat, edema, kemerahan, fungsinya menurun, tidak nyeri,
tidak dapat merasakan sentuhan.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 19 April 2014
GDS
: 264 mg/dl
: 5,36 g/dl
Albumin
: 2,31 g/dl
Globulin
: 3,05 g/dl
: 5,58 g/dl
Albumin
: 2,27 g/dl
Globulin
: 3,31 g/dl
Natrium
: 1,24mmol/l
Kalium
: 4,0mmol/l
Klorida
: 97 mmol/l
Kalsium
: 6,8 mg/dl
: 162 mg/dl
: 180 mg/dl
Natrium
: 124mmol/l
Kalium
: 4,0mmol/l
Klorida
: 97 mmol/l
Kalsium
: 6,8 mg/dl
VI.
DIAGNOSIS KERJA
DM tipe II
Ulkus Diabetik Pedis Sinistra
Hipoalbumin
VII. TERAPI
a. Non Farmakologis
1) Mengikuti pola makan diet DM
2) Aktiitas jasmani
3) Teratur konsumsi obat DM dan cek gula darah berkala
4) Melakukan perawatan luka pada kaki secara berkala
b. Farmakologi
1) IVFD NaCl 3%7tpm
2) Plasbumin 20% 100cc 1 kolf
3) Infus Metronidazole 3x500mg/24 jam
4) Inj. Ceftazidime 2 x 1 gr (IV)
5) Inj. Furosemid 3x1 amp (IV)
6) Inj. Metoclopramide 3x1 amp (IV)
7) PO. Aspar K2 x 300 mg
8) PO Nitrokaf 2 x 2.5 mg
VIII.
PROGNOSIS
a. Ad vitam
: dubia ad bonam
b. Ad functionam
: ad malam
c. Ad sanationam
: ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus
(DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (Perkeni, 2011), sedangkan menurut WHO 1980
dikatakan bahwa diabetes melitus sebagai suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di
mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin.
2. Klasifikasi
Klasifikasi
Diabetes
Melitus
menurut
American
Diabetes
4)
Kromosom 17, HNF-1 (dahulu MODY 5)
Kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY 6)
DNA Mitochondria
lainnya
b. Terapi Farmakologis
1) Obat hipoglikemik oral
a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonylurea dan
glinid
b) Peningkat
sensitivitas
terhadap
insulin:
metformin
dan
tiazolidindion
c) Penghambat glukoneogenesis (metformin)
d) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
e) DPP-IV inhibitor
2) Suntikan
a) Insulin
b) Agonis GLP-1/incretin mimetik
6. Komplikasi
1. Komplikasi Akut:
a. Ketoasidosis diabetik (KAD) = GD 300-600 mg/dL
b. Status Hiperglikemia Hiperosmolar (SHH) = GD 600-1200 mg/Dl
c. Hipoglikemia GD <60 mg/dL (ex: karena minum obat penurun gula
terlalu banyak: paling sering golongan sulfonylurea atau menyuntik
insulin terlalu banyak).
2. Komplikasi Kronik:
a.
b.
c.
d.
kebutaan
e. Nefropati diabetikum (pembuluh darah ginjal)
f. Baal pada ujung jari (saraf perifer)
g. Ulkus pedis
B. Ulkus Diabetikum
1. Definisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput
lendir. Ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasi kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau.
Ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit pada penyakit DM. Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik
dari diabetes melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta
kecacatan penderita diabetes.
Ulkus diabetes dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
neuropati, trauma, deformitaskaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan
5. Klasifikasi SAD
Klasifikasi SAD (Size, Sepsis, Arteriopathy, Depth and
Denervation) mengelompokkan ulkus ke dalam 4 skala berdasarkan 5
bentukan ulkus (ukuran, kedalaman, sepsis, arteriopati, dan denervasi).
The International Working Group on theDiabetic Foot telah
(Frykberg):
Sensasi normal tanpa deformitas
Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi
Insensitivitas tanpa deformitas
Iskemia tanpa deformitas
Kombinasi/complicated.
tingkat sel, akibatnya terjadi hipoksia pada sel dan berakhir menjadi
nekrosis.Trombosit dapat juga diakibatkan karena kerusakan makro
(makroangiopati) dan athero-sclerosis (Frykberg, 2002).
Atherosklerosis menyebabkan menyempitkan diameter pembuluh
darah dan pembentukan foam yang bergabung dengan koleterol dan
plaque atheroma sehingga menyebabkan trombosis dan menggganggu
pemasukan oksigen oleh sel dan berujung pada nekrosis. Proses
mikroangiopati berperan dalam proses terjadinya ulkus diabetikum.
Neuropati merupakan manifestasi klinis dari gangguan peredaran darah
mikro.3 hal yang mendasari neuropati yaitu neuropati autonomik,
neuropati motorik dan neuropati sensorik. Gangguan dari neuropati
autonomik yaitu berkurangnya aktivitasglandula pseudorifera dan glandula
sebasea sehingga kulit kering, terjadi kolaps sendi. Neuropati sensoris
yaitu hilangnya sensasi kepekaan terhadap rangsang, antara lain trauma,
mekanis, termal dan kimiawi.Neuropati motorik juga terjadi sehinggaa
terjadi atropi otot. Proses diatas merupakan proses terjadinya ulkus
diabetikum pada seorang diabetisi, ulkus diabetikum berpeluang besar
berkembang menjadi infeksi sekunder sehingga memerlukan perawatan
luka secara intensif (Frykberg, 2002).
menderita
oklusi
aterosklerosis
tibioperoneal
agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan
pengelolaan ulkus/gangrene diabetik yang sudah terjadi).
Tujuan utama dalam penatalaksanaan sekunder pada ulkus diabetes
adalah penutupan luka. Penatalaksanaan sekunder ulkus diabetes secara
garis besar ditentukan oleh derajat keparahan ulkus, vaskularisasi dan
adanya infeksi. Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 hal yaitu
debridement, offloading dan kontrol infeksi.
a) Perawatan Umum dan Diabetes
Regulasi glukosa darah perlu dilakukan, meskipun belum ada bukti
adanya hubungan langsung antara regulasi glukosa darah dengan
penyembuhan luka. Hal itu disebabkan fungsi leukosit terganggu pada
pasien dengan hiperglikemia kronik. Perawatan meliputi beberapa
faktor sistemik yang berkaitan yaitu hipertensi, hiperlipidemia,
penyakit jantung koroner, obesi-tas, dan insufisiensi ginjal (Boulton,
Robert, dan Loretta, 2004) (Chadwick, 2013).
b) Debridemen
Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam
perawatan luka. Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang
jari-ngan nekrosis, callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang
dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke jaringan sehat. Debridement
meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang membantu proses
penyembuhan luka.
Metode debridement yang sering dilakukan yaitu surgical
(sharp), autolitik, enzimatik, kimia, mekanis dan biologis. Metode
surgical, autolitik dan kimia hanya membuang jaringan nekrosis
(debridement selektif), sedangkan metode mekanis membuang
jaringan nekrosis dan jaringan hidup (debridement non selektif)
(Chadwick, 2013).
c) Offloading
Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi
salah satu komponen penanganan ulkus diabetes. Ulserasi biasanya
terjadi pada area telapak kaki yang mendapat tekanan tinggi. Bed rest
merupakan satu cara yang ideal untuk mengurangi tekanan tetapi sulit
untuk dilakukan (Boulton, Robert, dan Loretta, 2004).
d) Penanganan Infeksi
Ulkus diabetes
memungkinkan
masuknya
bakteri,
serta
streptokokus,
enterobacteriaceae,
pseudomonas,
e) Perawatan Luka
Penggunaan balutan yang efeklif dan tepat menjadi bagian yang
penting untukmemastikan penanganan ulkus diabetes yang optimal.
Pendapat mengenai lingkungan sekitar luka yang bersih dan lembab
telah diterima luas. Keuntungan pendekatan ini yaitu mencegah
dehidrasi jaringan dan kematian sel, akselerasi angiogenesis, dan
memungkinkan interaksi antara faktor pertumbuhan dengan sel target.
Pendapat yang menyatakan bahwa keadaan yang lembab dapat
meningkatkan kejadian infeksi tidak pernah ditemukan.
7. Pencegahan
Pencegahan diabetes melitus meliput (Jefcoate, 2003), (Chadwick, 2013):
1. Pengawasan dan perawatan penyakit diabetes dapat mencegah ulkus
diabetes. Pengaturankadar gula darah dapat mencegah neuropati
perifer atau mencegah keadaan yang lebih buruk.
2. Penderita diabetes harus memeriksa kakinya setiap hari, menjaga tetap
bersih dengan sabun dan air serta menjaga kelembaban kaki dengan
pelembab topikal.
3. Sepatu dan alas kaki harus dipilih secara khusus untuk mencegah
adanya gesekan atau tekanan pada kaki.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa Diagnosis Kasus
Diagnosi pada kasus ini adalah:
1. DM tipe II
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan klasik seperti poliuri,
polidipsi, dan polifagi ditambah dengan hasil pemeriksaan laboratorium
pada tanggal 19 April 2014 (GDS = 264). Hal ini sesuai dengan kriteria
Terdapat
sebuah luka pada punggung telapak kaki kiri dengan ukuran hampir
mengenai seluruh punggung telapak kaki dengan dasar jaringan epidermis
dan dermis, terdapat bagian yang utuh dan terdapat bagian yang
mengelupas, terdapat pus, terdapat tanda-tanda infeksi, tidak ada
bersifat
kembali
natrium
oleh
sel
tubuli
ginjal.
Furosemid
Komposisi: K I-aspartate
Indikasi: suplemen vitamin K pada hipokalemi
Dosis: 1-3 tablet/ hari atau lebih bila perlu
8. PO Nitrokaf 2 x 2.5 mg
Komposisi: gliseril trinitrat.
Indikasi: pencegahan dan pengobatan angina pectoris
Dosis: 2-3x/ hari
BAB V
KESIMPULAN
1. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
2. Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus yang
mengakibatkan terjadinya luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput
lender.
3. Diagnosis pada kasus ini adalah:
a. DM tipe II
b. Ulkus diabetikum
c. Hipoalbumin
4. Penatalaksanaan pada kasus ini adalah penngaturan diet DM, latihan jasmani,
pengobatan DM secara rutin, dan perawatan ulkus diabetikum secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Boulton, Andrew J.M., Robert S. Kirsner dan Loretta Vileikyte. 2004 Clinical
Practice : Neuropathic Diabetic Foot Ulcers. Massachuset :New England
Journal of Medicine; Vol.351; Issue 1:48-55.
Chadwick, Paul et al.. 2013. Best Practice Guidelines : Wound Management in
Diabetic Foot Ulcers Management in Diabetic Foot Ulcers. London
:Wounds InternationalA division of SchofieldHealthcare Media
LimitedEnterprise House
Frykberg, Robert G. 2002. Diabetic Foot Ulcers: Pathogenesis and Management.
Iowa : Des Moines University; Vol. 22; No. 9
Jeffcoate, William J. dan Keith G Harding. 2003. Diabetic Foot Ulcers.
Nottingham :Department of Diabetes and Endocrinology City Hospital.
Perkeni.2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia.Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Price, Sylvia A..2005. Patofisologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
4. Jakarta: EGC
Singh, Simerjit, Dinker R Pai dan Chew Yuhhui. 2013. Diabetic Foot Ulcer
Diagnosis and Management. Melaka :Department of Orthopaedics, Melaka
Manipal Medical College; Vol.1; Issue 3
Tjokroprawiro, Askandar. 2001. Angiopati Diabetik. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi III, Jakarta : Balai Penerbitan FKUI; 601 16.
Waspadji, Sarwono.2001. Gambaran Klinis Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid IEdisi III, Jakarta : Balai PenerbitanFKUI; 586 9.
Weir, Gregory. 2010. .A Diabetic Foot Ulcer Should Be Regarded as AMedical
Emergency.Pertoria :Diabetic Foot Ulcers Evidence-Based Wound
Management. Vol.28 No.4