Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN

ELEKTROLIT PADA KLIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


DIRUANG HEMODIALISA RSUP Dr. KARYADI

Disusun Oleh:
Reta Novi Ardianti
1208028

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2012

LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Definisi

1. Pengertian Gangguan Keseimbangan Cairan


Cairan adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut
Gangguan keseimbangan cairan pada anak dengan diare adalah kurang volume
cairan (hipovolemia), yaitu suatu keadaan kehilangan cairan akibat hilangnya /
pengeluaran cairan yang lebih cepat dibanding pemasukan cairan yang
disebabkan oleh diare (Smeltzer, Bare, 2002).
2. Pengertian Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion
a. Hiponatremia
Adalah kadar penurunan kadar natrium serum kurang dari normal (<135
meq / liter) akibat keluar bersama cairan feses semasa diare. (Smeltzer, Bare,
2002). Menurut Horne dan Swearingen, 2001, hiponatremia adalah natrium
serum kurang dari 137 meq / liter yang dapat terjadi akibat penurunan cairan
yang kaya natrium dalam CES ke dalam gasrointestinal karena diare / muntah.
b. Hipokalemia
Adalah kadar kalium serum dibawah normal (<3,5 meq / liter) akibat
pengeluaran kalium melalui gastrointestinal karena diare. (Horne dan
Swearingen, 2001).
c. Penurunan Chlorida Serum
Adalah kadar chlorida yang kurang dari 98 meq / liter akibat kehilangan
cairan karena diare / muntah. (Smeltzer, Bare, 2002)
3. Pengertian Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.

Kekurangan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang individu


mengalami atau beresiko mengalami penurunan cairan intravaskuler,
interstitial dan atau intraseluler.

Kelebihan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang individu


mengalami atau beresiko mengalami peningkatan cairan intravaskuler, interstitial
dan atau intraseluler.

Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana


seorang individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan, penurunan
atau cepatnya pertukaran dari satu ke lainnya dari intravaskuler, interstitial dan
atau intraseluler.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


1. Usia. Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur lingkungan. Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat.
Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30g/hari.
3. Diet. Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intrasesluler.
4. Stres. Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit. Keadaan pembedahan, infeksi, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
C. Tanda Dan Gejala
a. Gangguan keseimbangan cairan (defisit volume cairan)
1). Penurunan turgor kulit
2). Oliguri, urine khusus
3). Hipotensi postural
4). Frekuensi jantung melemah, cepat
5). Vena leher datar / rata
6). Kenaikan suhu tubuh
7). Kulit dingin dan basah
8). Haus, anoreksia, mual, lesu
9). Kelemahan otot kram
b. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiponatremia, hipokalemia, penurunan
klorida serum).
1). Mual, kram perut

2). Anoreksi, kram otot


3). Perasaan kelelahan
4). Tanda peningkatan tekanan intrakranial akibat edema serebral: letargi,
konfusi, kedutan otot, kelemahan fokal, hemiparese, papiledema, kejang.
5). Muntah, kelemahan otot, penurunan motilitas usus, disritmia, peka rangsang.
(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002)
D. Patofisiologi/Pathway
Kekurangan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karena cairan dan
elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi dihipotalamus anterior. Jika
apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan
termoregulasi dihipotalamus anterior akun mengalami gangguan pada pasien.
Dehidrasi

Tubuh kekurangan volume cairan dan elektrolit


Cairan intrasel dan ekstrasel
Demam

Gangguan rasa nyaman

peningkatan evaporasi
Peningkatan evaporasi
Resiko defisit volume
cairan

E. Distribusi Cairan Dan Elektrolit

Distribusi Cairan
1. Cairan Ekstra Sel (CES)
CES terdiri dari cairan interstitial dn cairan intravaskuler. Cairan interstitial
mengisi ruangan yang berada di antara sebagian besar sel tubuh dan menyusun
sejumlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan
cairan interstitial.Sedangkan cairan intravaskuler terdiri dari plasma, bagian

cairan limfe yang berisi atau mengandung air dan tidak berwarna, dan daerah
yang mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit.Plasma menyusun
5% berat tubuh.
2. Cairan Intra Sel (CIS)
Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran sel yang berisi substansi terlarut
atau solute yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk
metabolisme.Cairan intra sel membentuk 40% berat tubuh.

Distribusi Elektrolit
Elektrolit terdiri dari : - kation bermuatan positif ( Na+ , K+, Mg+, Ca+)
- anion bermuatan negatif ( Cl-, HCO3- )
Nilai normal elektrolit pada orang dewasa
-

Natrium

: 135 - 145 mem/L

Kalium

: 3,5 5,0 mem/L

Clorida

: 9,5 5,5 mem/L

Magnesium : 1,5 2,5 mem/L

Fosfat

: 1,5 2,6 mem/L

F. Pengaturan Cairan Dan Elektrolit


1. Asupan cairan
Diatur melalui mekanisme rasa haus.Pusat pengendalian rasa haus berada di
dalam hipotalamus di otak.Asupan cairan dari makanan & minuman yang di asup.
2. Haluran cairan
Pemasukan dan Pengeluaran cairan setiap hari pada orang dewasa sehat.
Pemasukan

Pengeluaran

Cairan yang diminum

1200 ml

Ginjal (urine) 1500 ml

Makanan padat (air)

1000 ml

Usus halus (feses)

Oksidasi makanan

300 ml

Paru ( dlm udara ekspirasi 400 ml

200 ml

G. Pergerakan Cairan Tubuh


1. Difusi adalah perpindahan cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
melalui membran sel yang permeable terhadap substansi materi baik padat maupun
partikel zat terlarut.

2. Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat terlarut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya cairan yang mempuntai perbadaan
tekanan.
3. Osmosis adalah perpindahan cairan melalui membrane selaktof permeable dari area
yang konsentarsi rendah ke area dengan konsentrasi tinggi.
4. Transpor aktif adalah perpundahan cairan menggunakan ATP yang melawan
gradien konsentrasi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
H. Cara Menghitung Defisit Cairan Dan Elektrolit
a. Penghitungan kekurangan cairan (dehidrasi)
Tabel 1: Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak dibawah 2 th
Derajat

PWL

NWL

CWL

Jumlah

dehidrasi
Ringan

50

100

25

175

Sedang

75

100

25

200

25

350

Berat
125
100
Previous water losses: karena muntah (ml / kgBB)

Normal water losses: karena urine, penguapan kulit dan pernafasan.


Concomitant water losses: karena diare dan muntah
Tabel 2 : Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut BB dan umur
BB
0-3 kg

Umur
0-1 bulan

PWL
150

3-10 kg

1 bulan-2 125

NWL
125

CWL
25

Jumlah
300

100

25

250

80

25

205

25

25

130

tahun
10-15 kg 2-5 tahun

100

15-25 kg 5-10 tahun 60

Penghitungan kekurangan elektrolit


1.

Defisit natrium (meq / liter): (125 kadar Na serum aktual) x 0,6 x


kgBB

2. Defisit kalium (meq / liter): (3,5 kadar K aktual) x 0,25 x kgBB


3. Defisit klorida (meq / liter): (110 kadar Cl serum aktual) x 0,45 x kgBB

I. Cara Pemberian Cairan Dan Elektrolit


1. Cairan per oral
Pada dehidrasi ringan dan sedang diberikan cairan per oral berupa cairan yang
berisikan NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa. Cairan ini berupa formula lengkap
(oralit) atau formula tidak lengkap, LGG atau air tajin yang diberi gula dan
garam.
2. Cairan parenteral
BB 3-10 kg, umur 1 bulan 2 tahun: diberikan jumlah cairan 200 ml / kgBB / 24
jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam
atau 4 tetes/kgBB/menit

(1 ml=15 tetes). 20 jam berikutnya:

190

ml/kgBB/20jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tetes/kgBB/menit (1 ml=15


tetes). (Ngastiyah, 1997).
J. Klasifikasi Keseimbangan Cairan
1. Hipovolemik (Dehidrasi)
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ektraseluler (CES), dan
dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
perdarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi
pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan
frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan
hormon ADH dan aldosteron. hipovolemik yang berlangsung lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan
mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, HR meningkat, turgor
kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda tanda
penurunan BB akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan
anak-anak adanya penurunan jumlah air mata. Dehidrasi dapat dibagi menjadi
dua macam :
a. Dehidrasi isotonik : kekurangan air lebih dominan dibanding kekurangan
elektrolit. Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler
sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan
terjadi dehidrasi intraseluler.
b. Dehidrasi hipertonik : dimana kekurangan elektrolit lebih dominan dibanding
kekurangan air. Pada dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat

hipotonis, sehingga terjadi perpindahan air dari ekstrasel ke intrasel yang


menyebabkan terjadinya edema intrasel.
2. Hipervolemik
Adalah penambahan atau kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan
d. Perpindahan cairan dari interstisial ke plasma
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat,
asites, edema, adanya ronkhi, kulit lembab, distensi vena jugularis, dan irama
gallop.

K. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti pasien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare.
7. Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing,

sakit

kepala,

kesemutan,

kebas

kelemahan

pada

otot,

parestesia,gangguan penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
L. Pemeriksaan Penunjang :

1. Pemeriksaan GDS
2. Darah lengkap
3. pH
4. BJ urine
5. GDA.
M. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan

1.

dengan intake dan out put tidak seimbang. Ditandai dengan :


-

Urine ( 0,5 1 cc / kg BB/ jam)

Urime pekat atau encer

Ada edema / diare

Demam

Nadi lemah

Berkeringat banyak

2. Peningkatan Suhu Tubuh berhubungan dengan devisit caiaran


Ditandai dengan :
-

Mukosa mult kering

Turgor kuli menurun

Mata cowong

Suhu tubuh meningkat

Demam tinggi

3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan


nutrisi tidak adekuat. Ditandai dengan :
-

Mukosa mulut kering

Kurgor kulit menurun

Penurunan berat badan

N. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan intake dan out
put tidak seimbang.
Tujuan : Keseimbangan cairan elektrolit pasien terpenuhi dalam waktu1 x 24jam.
Kriteria hasil :
-

Berat badan stabil

Haluran urine stabil

Turgor kulit baik

TTV normal

Intervensi dan Rasionalisasi


a. Observasi TTV
R : Mengetahui perkembangan yang terjadi pada pesien
b. Anjurkan asupan cairan yang menunjang
R : Untuk menungkatkan keseimbangan cairan elektrolit
c. Anjurkan pasien minum sedikit tapi sering
R : Mencegah rasa ingin muntah
d. Anjurkan untuk bedrest dan kurangi aktifitas
R : Mengurangi peningkatan eksresi cairan melalui GI dan kulit
2. Peningkatan Suhu Tubuh berhubungan dengan devisit cairan
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal ( 36 -37 0c) dalam waktu 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
-

Suhu tubuh kembali normal

Mukosa basah

Turgor kulit baik

Intervensi dan Rasionalisasi :


a. Observasi TTV
R: Memantau peningkatan dan penurunan suhu tubuh
b. Anjurkan pasien banyak minum air putih
R : Mencegah dehidrasi
c. Anjurkan pasien menggunakan pakaian tipis
R : Dapat menyarap keringat, memberikan kenyamanan pasien dan
meningkatkan evaporasi
d. Lakukan advis dokter pemberian obat anti piretik
R : Menurunkan panas
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan
nutrisi tidak adekuat
Tujuan : Mual teratasi sehingga tidak terjadi dehidrasi dalam waktu 1 x 24jam.
Kriteria hasil :
-

Berat badan stabil

Nafsu makan kembali normal

Turgor kulit baik

Intervensi dan Rasionalisasi :


a. Anjurkan makan sedikit tapi sering
R : Untuk mencegah terjadinya mual dan muntah
b. Dorong pasien untuk menjaga kebersihan oral
R : Untuk meningkatkan nafsu makan
c. Kendali makanan yang merangsang peningkatan asam lambung
R : Untuk mencegah terjadinya peningkatan asem lambung
d. lakukan advis dokter dengan pemberian anti emetic
R : Menghilangkan rasa mual
O. Evaluasi
1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan intake dan
out put seimbang dengan criteria hasil :
-

Berat badan stabil

Haluran urine stabil

Turgor kulit baik

TTV normal

2. Peningkatan Suhu Tubuh berhubungan dengan devisit cairan. Dengan Kriteria hasil
:
-

Suhu tubuh kembali normal

Mukosa basah

Turgor kuli baik

3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan


nutrisi tidak adekuat. Dengan Kriteria hasil :
-

Berat badan stabil

Nafsu makan kembali normal

Turgor kulit baik

P. Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda juall.1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Potter,

Patricia

A.Perry,Anne

Keperawatan.Jakarta : EGC

griffin.1999.Buku

Ajar

Fundamental

Anda mungkin juga menyukai